Perhatian
• Perhatikan adanya suatu komplikasi luka pada wajah: utamanya komplikasi
obstruksi saluran napas, perdarahan, tulang leher, dan perlukan mata.
• Sejak beberapa perlukaan yang diakibatkan trauma tumpul, pemeriksaan
sekunder survey dapat menjadi dasar menyingkirkan perlukaan multisistem
(terjadi dalam 60% kasus trauma wajah yang berat)
• Jangan terlalu memaksakan penderita dengan patah mandibula pada posisi
terlentang karena mungkin terjadi gangguan jalan napas: usahakan penderita
setengah duduk jika penderita memerlukannnya.
• Jika tidak ada perdarahan luar yang siknifikan tidak menyingkirkan penyebab
perdarahan dalam sebagai penyebab shok hipovolumik sejak posisi penderita
terlentang mungkin menelan darah. Hanya kemudian, selama muntah, derajat
perdarahan dapat ditentukan.
• Lakukan pemeriksaan lengkap pada wajah, komponen pemerikasaan mata dan
status sumbatan jalan napas.
• Keuntungan pada tulang anak-anak lebih lunak di banding dewasa, lebih besar
tenaga yang diperlukan untuk patah tulang wajah anak dengan kejadian banyak
terjadinya bersamaan perlukaan intracranial.
Penatalaksanaan
Secara umum dikatakan, penderita dapat dibagi dalam 2 kelompok :
• Kelompok perlukaan maxillofasial sekunder pada relative trauma kecil, misalnya
dipukul atau ditendang, dapat di terapi pada intermediate atau area terapi biasa
pada ruang gawat darurat.
• Kelompok perlukaan maxillofasial berat sekunder kedalam trauma tumpul berat,
misalnya penurunan kondisi secara cepat dari kecelakaan lalulintas atau jatuh dari
ketinggian, harus diterapi di tempat perawatan kritis pada rawat darurat :
1. Trauma maxillofasial berat harus di rawat pada kristis area diikuti dengan
teknik ATLS.
2. Yakinkan dan jaga patensi jalan napas dengan immobilisasi tulang leher.
a. Setengah duduk jika tidak ada kecurigaan perlukaan spinal, atau
jika penderita perlu melakukannya.
b. Jaw trush dan chin lift.
c. Traksi lidah : 1. dengan jari 2. O-slik suture 3. dengan handuk
d. Endotrakel intubasi : oral intubasi sadar atau RSI atau
krikotiroidotomi (lihat tatalaksana jalan napas/ RSI untuk
detailnya)
3. Berikan oksigenasi dengan masker non-reabreating .
4. Monitor : tanda vital stiap 5 – 10 menit, ECG, pulse oximetry.
5. Pasang 1 atau 2 infus perifer dengan jarum besar untuk pengantian cairan.
6. Laboratorium : crossmatcs golongan darah, darah lengkap,
ureum/elektrolit/kreatinin, profil koagulasi.
7. Fasilitas penghentian perdarahan yang berlangsung.
a. Penekanan langsung
Jepitan hidung
Tampong hidung atau tenggorokan
b. Bahan haemostatic asam tranexamid (cyclokapron)
Dosis : 25mg/kg BB IV bolus pelan selam 5 – 10 menit.
8. Foto rongen: waktu foto rongen wajah tidak prioritas dalam multiple
injury. 2 posisi radiografi adalah :
a. occipitomental atau posisi OM (water’s).
b. posteroanterior atau posisi PA (Caldwell)
c. posisi lateral
d. posisi submentovertical (SMV) atau ‘jughandle’
e. posisi towne
Catatan : posisi a,b, dan c diatas digunakan sebagai posisi standard wajah. Yang mana
Goh et al (2002) menunjukan bahwa posisi 30 derajat tunggal OM seharusnya cukup
untuk melihat trauma maxillofacial. Meningkat, jika dicurigai patah tulang wajah, suatu
posisi 30 derajat OM tungal seharusnya diminta dan tidak posisi wajah.
Posisi OM (water’s)
Lihat figur 1: baik untuk wajah bagian tengah, memperlihatkan rongga mata dan dasar
dan darah dalam sinus maxillary.
Posisi PA (Caldwell)
Lihat figur 2 : tampak tulang frontal dan sinus paranasal. Dapat kadang-kadang tampak
tsebelah atas suture frontal zygomaticus diastasis dalam patah tripod lebih baik pada foto
OM. 3
Posisi Towne
Lihat figure 5 : tampak ramus mandibula dan condyles.
Figure 4 : Figure 5 :
SMW (posisi posisi Towne
jughandle)
• Garis 1 (figur 7) : mulai sisi luar wajah, mengikuti lewat celah antara tulang
frontal dan zygomatic pada tepi lateral mata melintang dahi, penilaian tepi orbita
superior dan sinus frontal disisi luar. Bandingkan sisi bagian perlukaan dan
bukan. Cari :
1. Patah tulang.
2. Pelebaran suture zygomatikus.
3. Garis pada sinus frontal.
• Garis 2 (figur 8) : mulai sisi luar wajah, telusuri keatas sepanjang dinding tepi
sudut zygoma (atas elephant’s trunk), melintang badan zygoma, kebawah tepi
orbita, mengarah bentukan hidung ke sisi lain dari wajah. Bandingkan pada
perlukaan dengan sisi yang bukan. Amati patah tulang sudut zygoma melalui tepi
bawah mata bayangan jaringan lunak pada dinding atas antrum maxillaris (blow
out fracture).
• Garis 3 (figur 9) : mulai luar wajah, mengikuti sepanjang tepi sudut zygoma
( bawah elephant’s trunk), dan bawah lateral dinding antrum maxillaris ke dinding
inferior dari antrum, melintang sepanjang maxilla garis gigi kesisi lainnya.
Figur 10 : mekanisme injury yang menyebabkan blow out frakture pada dasar
mata.
Trauma lurus pada mata meningkatkan tekanan intraorbita. Patah tulang mata adalah bagian yang paling
lemah – dinding orbita – daripada bola mata. Alternative, trauma pada dinding inferior mata menyebabkan
dinding orbita mengeser dan patah.
Catatan : suatu patah tulang Blow out pada mata tidak termasuk pada dinding mata.
Kenyataannya , adanya patah tulang dinding mata seharusnya diamati adanya patah
tulang ‘tripode’ pada zygoma.
• Pemeriksaan fisik :
1. cari perdarahan subconjunctival lateral.
2. cari drooping cantus lateral
3. uji anestesi infraorbita
4. periksa secara terbuka
• pencitraan : posisi OM (water’s)
• disposisi : patah tulang tripod dapat di kirim ke bedah plastik SOC. Saran
dipulangkan termasuk datang kembali secepatnya jika ada pandangan kabur atau
patah tulang blow out. Penderita seharusnya rawat inap jika terdapat:
1. dipoplia berat.
2. trismus
3. gangguan penglihatan
Catatan : alur patah tulang mungkin gabungan. Misalnya Lefort II pada satu sisi, dan
Lefort III pada sisi lainnya.
Posisi water
Patah tulang mid-face bilater adalah ciri khas semua patah tulang LeFort
Level udara pada sinus maxillaris bilateral atau bayangan opaq sering kali ada.
LeFort I
Patah tulang dinding lateral sinus maxillaris bilateral.
Patah tulang dinding medial sinus maxillaris bilateral (sulit untuk dilihat).
Patah tulang septum nasal (inferior).
Sumber : Tabel dihasilkan dengan ijin perusahaan McGraw-Hill, dari Schwartz dan Reisdorff (2001) ;
page 361, table 15-5.
Ellis klas I
• Patah hanya enamel : nyeri minimal.
• Disposisi: ahli gigi pada hari berikutnya.
Ellis klas II
• Patah pada enamel dan tampak berwarna merah muda atau gigi kuning
• Disposisi: langsung ke doker gigi jika seorang anak: hari berikutnya jika dewasa.