MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan:
1. Pengawas Perikanan adalah pegawai negeri sipil yang bekerja di bidang perikanan,
yang diangkat oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
2. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
3. Sarana produksi adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi
pembudidayaan ikan, seperti benih, pakan dan obat-obatan
4. Usaha di bidang pembudidayaan ikan adalah kegiatan yang berupa penyiapan
lahan pembudidayaan ikan, pembenihan, pembesaran, pemanenan, penanganan,
pengolahan, penyimpanan, pendinginan, dan/atau pengawetan serta
pengumpulan, penampungan, pemuatan, pengangkutan, penyaluran, dan/atau
pemasaran ikan hasil pembudidayaan.
5. Usaha pembenihan ikan adalah kegiatan pembiakan ikan yang dilakukan dalam
lingkungan yang terkontrol dimulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, dan/atau
penetasan telur, pemeliharaan larva sampai dengan ukuran benih untuk tujuan
komersial.
6. Surat Izin Usaha Perikanan yang selanjutnya disebut SIUP, adalah izin tertulis yang
harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan
menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut.
7. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah Izin tertulis yang diberikan
oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Pejabat yang ditunjuk kepada
pemberi kerja tenaga kerja asing.
8. Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI) adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang di negara asal yang menerangkan antara lain nama
jenis/varietas (nama ilmiah dan nama dagang) ikan, ukuran, jumlah, dan asal ikan
(nama dan alamat produsen, lokasi budidaya, serta silsilah ikan khusus ikan hasil
budidaya, atau lokasi/tempat ikan ditangkap bagi ikan liar atau ikan hasil
tangkapan).
9. Pakan Ikan adalah pakan alami maupun pakan buatan yang dipergunakan dalam
proses pembudidayaan ikan.
10. Nomor Pendaftaran Pakan Ikan adalah nomor yang diberikan kepada perusahaan
dan merk pakan yang telah memenuhi persyaratan mutu dan administrasi
sehingga pakan ikan dapat diedarkan di dalam wilayah Republik Indonesia.
11. Obat Ikan adalah bahan atau zat kimia campuran bahan obat yang digunakan untuk
ikan.
12. Nomor Pendaftaran Obat Ikan adalah nomor yang diberikan kepada perusahaan
dan nama obat ikan yang telah memenuhi persyaratan mutu dan administrasi
sehingga dapat diedarkan di dalam wilayah Republik Indonesia
13. Bahan Kimia adalah bahan anorganik maupun organik mati yang digunakan untuk
usaha pembudidayaan ikan.
14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Petunjuk teknis operasional pengawasan usaha pembudidayaan ikan ditetapkan
dengan maksud sebagai acuan Pengawas Perikanan dalam melaksanakan tugas
pengawasan.
(2) Petunjuk teknis operasional pengawasan usaha pembudidayaan ikan ditetapkan
dengan tujuan terciptanya kesepahaman dan memudahkan dalam melaksanakan
pengawasan.
BAB III
OBYEK DAN TEMPAT PENGAWASAN
Pasal 3
Obyek pengawasan usaha pembudidayaan ikan meliputi:
a. dokumen perizinan;
b. kegiatan usaha pembudidayaan ikan;
c. sarana produksi;
Pasal 4
Pengawasan usaha pembudidayaan ikan dilakukan di:
a. Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia;
b. sentra-sentra usaha pembudidayaan ikan;
c. area pembenihan ikan;
d. area pembudidayaan ikan;
e. tempat-tempat pemasukkan/pengeluaran ikan untuk kepentingan pembudidayaan;
f. Produsen, importir/eksportir, distribusi, toko/obat ikan
BAB IV
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGAWAS PERIKANAN
Pasal 5
(1) Pengawas perikanan yang melakukan pengawasan usaha pembudidayaan ikan
bertugas untuk mengawasi tertib pelaksanaan peraturan perundang-undangan
perikanan budidaya.
(2) Pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam melaksanakan
tugasnya mempunyai kewenangan:
a. memasuki tempat-tempat yang akan dilakukan pemeriksaan;
b. meminta dokumen perizinan dan data pendukung lainnya untuk diperiksa;
c. membuka dan memeriksa contoh kemasan pakan ikan dan obat ikan/bahan
kimia;
d. mengambil contoh ikan, pakan ikan, obat ikan/bahan kimia dan meminta
petugas laboratorium untuk menguji contoh tersebut yang diduga terkait
dengan adanya ketidaksesuaian;
e. menahan bahan pengemas dan atau label yang diduga berkaitan dengan
penyimpangan terhadap persyaratan penggunaan pakan, obat ikan/bahan
kimia untuk dijadikan bahan bukti;
f. menghentikan pemakaian obat ikan yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
g. merekomendasikan sanksi administrasi bagi pelaku usaha pembudidayaan
ikan yang diduga melakukan pelanggaran kepada Direktur Jenderal;
(3) Pengawas merikanan yang berstatus PPNS Perikanan berwenang melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perikanan.
BAB V
PROSEDUR DAN TATA CARA PENGAWASAN
Pasal 6
(1) Pengawas perikanan dalam melakukan pengawasan usaha pembudidayaan ikan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 terlebih dahulu memberitahukan kepada
penanggung jawab usaha pembudidayaan ikan.
(2) Pengawas perikanan yang melakukan pengawasan di lokasi usaha
pembudidayaan ikan harus menunjukkan Surat Perintah Tugas (SPT).
(3) Pengawas perikanan meminta dokumen perizinan dan data pendukung usaha
pembudidayaan ikan yang dimiliki oleh pelaku usaha.
Pasal 7
Pengawasan usaha pembudidayaan ikan dilakukan dengan cara memeriksa:
(1) kelengkapan dokumen perizinan meliputi:
a. Surat Izin Usaha Perikanan di bidang Pembudidayaan Ikan untuk swasta
nasional;
b. Izin Usaha Perikanan (IUP) untuk PMA/PMDN;
c. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);
d. Surat Keterangan Asal Ikan (SKAI) bagi pemasukan/pengeluaran ikan
(induk/benih) ke dalam atau dari luar negeri atau antar pulau untuk
kepentingan pembudidayaan ikan;
e. Surat Izin/Rekomendasi pemasukan/pengeluaran ikan;
(2) Kesesuaian jenis kegiatan usaha pembudidayaan ikan dengan dokumen perizinan
meliputi:
a. jenis usaha pembudidayaan ikan;
b. jenis kegiatan usaha budidaya;
c. jenis ikan yang dibudidayakan;
d. luas lahan/perairan/titik koordinat budidaya;
e. lokasi budidaya;
(3) kesesuaian penggunaan sarana produksi dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan meliputi:
a. benih/induk;
b. pakan ikan;
c. obat ikan/bahan kimia;
(4) daftar merk/nama perusahaan pakan ikan yang diperbolehkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b sebagaimana daftar registrasi perusahaan pakan
ikan/udang yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
(5) daftar obat ikan/bahan kimia yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c seperti tercantum dalam Buku Index Obat Ikan yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Pasal 8
Pemeriksaan yang dilakukan oleh pengawas perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dituangkan dalam form hasil pemeriksaan usaha pembudidayaan ikan,
sebagaimana tercantum dalam lampiran 3 keputusan ini.
Pasal 9
(1) dalam hal hasil pemeriksaan diduga tidak sesuai dengan ketentuan, pengawas
perikanan merekomendasikan kepada Direktur Jenderal:
a. diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. diberikan sanksi administrasi sesuai ketentuan yang berlaku;
(2) dalam hal ditemukan adanya dugaan tindak pidana perikanan, pengawas
perikanan menyerahkan kepada PPNS perikanan untuk dilakukan proses
penyidikan.
BAB VI
PELAPORAN
Pasal 10
(1) setiap pengawas perikanan yang melakukan kegiatan pengawasan usaha
pembudidayaan ikan wajib melaporkan hasil pengawasannya kepada kepala
satuan unit kerjanya.
(2) satuan unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan rekapitulasi
pelaporan hasil pengawasan, untuk selanjutnya dilaporkan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada UPT PSDKP yang membawahinya setiap
bulan sekali pada tanggal 10.
(3) format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas, sebagaimana
tercantum dalam lampiran 4 keputusan ini.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 11
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 14 Mei 2010
AJI SULARSO