171901512201011042
171901512201011042
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian dari Sari (2001), mengenai analisis pemasaran ikan
bandeng segar di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, dengan alat analisis
yang sama dalam penelitian, mengemukakan bahwa saluran pemasaran ikan
bandeng segar di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati adalah:
1. Saluran I : Peternak/Produsen → Pedagang Pengumpul ® Konsumen
2. Saluran II : Peternak/Produsen → Pedagang pengumpul →
Pedagang Pengecer ® Konsumen
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran
ikan bandeng segar di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati melibatkan berbagai
pihak yaitu peternak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Pada
saluran pemasaran I total biaya pemasaran Rp. 731 per kg, total keuntungan
pemasaran Rp. 472,3 per kg, dan margin pemasaran Rp. 1.203,3 per kg.
Saluran pemasaran II total biaya pemasaran Rp. 578,8 per kg, total
keuntungan pemasaran Rp. 554,5 per kg, dan margin pemasaran Rp. 1.133 per
kg. Efisiensi pemasaran secara ekonomis dari kedua saluran yang ada di
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati maka saluran pemasaran II
(Peternak/Produsen → Pedagang pengumpul → Pedagang Pengecer ®
Konsumen) merupakan saluran pemasaran yang paling efisien karena
mempunyai margin pemasaran terendah yaitu Rp. 1.133 per kg dan
mempunyai nilai farmer’s share yang tinggi yaitu 85%.
Penelitian dari Sukmana (2007), mengenai analisis pemasaran susu
kedelai di Kabupaten Semarang, diketahui produsen melakukan pemasaran
susu kedelai melalui tiga pola saluran pemasaran yaitu:
1. Pola saluran pemasaran I
Produsen Konsumen
2. Pola saluran pemasaran II
Produsen Pengecer Konsumen
6
7
Produsen Susu
Kedelai
Pedagang Konsumen
Pengecer Luar Kota
Konsumen
B. Tinjauan Pustaka
1. Sapi Perah
Perkembangan sapi perah di Indonesia, secara terencana sudah
dimulai sejak pelita III-V (1979-1993). Selama kurun waktu tersebut,
jumlah sapi perah yang diimpor dari Australia, Selandia Baru dan Amerika
mencapai jumlah 125.000 ekor. Sapi perah yang berproduksi tinggi
merupakan hasil perpaduan antara faktor genetis dan faktor lingkungan.
Faktor genetis memberi kontribusi sebesar 30%, sedangkan faktor
lingkungan 70%. Adapun yang termasuk faktor lingkungan misalnya :
pakan, air minum, ventilasi kandang, sanitasi, dan pencegahan penyakit.
Faktor genetis itu biasanya dari gen atau keturunan sendiri. Gambaran
seekor sapi perah yang berproduksi tinggi adalah sapi yang mempunyai
selera makan besar (agak rakus) dan mempunyai perangai yang bagus.
Perangai yang bagus ini dicontohkan oleh seekor sapi perah pemegang
rekor produksi yang bernama Beecher Arlinda Ellen. Sapi perah tersebut
adalah keturunan Frisian Holstein (FH).
Suatu usaha peternakan sapi perah dapat menghasilkan beberapa
produk, selain susu segar (fresh milk) sebagai produk utamanya. Produk-
produk tersebut adalah : (1) produk-produk olahan asal susu, (2) sapi perah
bibit, (3) sapi pedaging, (4) pupuk kompos, dan (5) biogas. Jenis usaha
sapi perah merupakan bisnis yang stabil karena produksi total dari tahun
ke tahun tidak banyak berubah. Perubahan produksi yang ada hanya
berkisar antara 1% - 2% /tahun sehingga peternak mudah memprediksi
10
e. Kekentalan susu
Susu mempunyai kekentalan 1,5-1,7 kali kekentalan air. Variasi
kekentalan susu dapat disebabkan oleh adanya variasi komposisi susu,
umur sapi dan beberapa perlakuan (misalnya : pengadukan, pengasaman
dan aktivitas bakteri).
Berikut ini syarat mutu susu segar sesuai dengan standar susu segar
menurut SNI 01-3141-1992 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Standar Kualitas Susu Segar Menurut SNI 01-3141-1992
No. Karakteritik Syarat
1. Berat Jenis (Pada Suhu 27,5°C) Minimal 1,028
2. Kadar Lemak Minimal 3,0%
3. Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak Minimal 7,0-8,0%
4. Kadar Protein Minimal 2,6-2,7%
5. Warna, Bau, Rasa, Dan Kekentalan Tidak Ada perubahan
6. Uji Alkohol (70%) Negatif
7. Kotoran Dan Benda Asing Negatif
8. Uji Pemalsuan Negatif
9. Titik Beku -0,52°C s/d -5,60°C
Sumber : Dinas Pertanian Kecamatan Jatinom, Tahun 2010
Susu segar yang dihasilkan harus segera ditangani dengan cepat
dan benar, hal ini disebabkan sifat susu segar yang sangat mudah rusak
dan mudah terkontaminasi. Umumnya susu yang dikonsumsi masyarakat
adalah bukan susu segar, tetapi susu yang telah diolah dan diberi rasa.
Karenanya, susu segar yang dihasilkan dapat dibuat menjadi susu olahan
(Sudono et al., 2003).
Menurut Aak (1995), susu segar adalah air susu hasil pemerahan
yang tidak dikurangi atau ditambah apapun, yang diperoleh dari
pemerahan sapi yang secara periodik sampai apuh. Air susu sapi perah
yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut : bebas dari bakteri
pathogen, bebas dari zat-zat yang berbahaya, tidak tercemar oleh debu,
feces dan kotoran lainnya. Memiliki susunan yang tidak menyimpang dari
ketentuan kodex air susu 1941, misalnya berat jenis air susu lebih tinggi
dari 1,028 dan kadar lemak lebih dari 2,7%. Memiliki cita rasa yang
normal yakni khas rasa susu, manis segar. Untuk menjaga kualitas air susu
13
organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen,
pedagang besar, pengecer melalui sebuah komoditi, produk, atau jasa yang
dihasilkan. Lembaga pemasaran adalah lembaga yang melaksanakan
perdagangan dengan menyediakan jasa-jasa atau fungsi khusus yang
berhubungan dengan penjualan atau distribusi barang, tetapi mereka tidak
mempuny ai hak untuk memiliki barang yang diperdagangkan (Swastha,
1979).
Menurut Sudiyono (2002), lembaga pemasaran adalah badan
usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa
dan komoditi dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Serta
mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas
lambaga pemasaran adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi
kebutuhan konsumen.
Berikut peran lembaga pemasaran menurut Rahardi et all (1986),
antara lain:
a. Pengusaha/produsen
Merupakan orang yang menanamkan modal yang langsung
atau tidak langsung berhubungan dengan produksi. Peran produsen
ikut serta dalam menentukan keberhasilan dan mutu suatu produk
yang berkaitan dengan kualitas dan harga. Semakin bagus kualitas
suatu produk semakin tinggi harga dari produk tersebut.
b. Pedagang pengumpul
Merupakan pedagang yang mengumpulkan komoditi
peternakan dari pengusaha, peternak sapi, dalam jumlah yang cukup
besar untuk dipasarkan kembali kepada pedagang lain. Peran dari
pedagang pengumpul melakukan pembelian dan penjualan,
pengangkutan dan penyimpanan sementara dan menyampaikan
informasi tentang harga kepada pihak yang membutuhkan
(konsumen).
c. Pedagang Perantara
16
5. Fungsi-Fungsi Pemasaran
Pada pokoknya, fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan dalam
saluran distribusi dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yakni : (1)
fungsi pertukaran, (2) fungsi penyediaan fisik, dan (3) fungsi penunjang.
Dalam fungsi pertukaran diperlukan adanya transaksi antara dua pihak
atau lebih. Beberapa fungsi yang ada dalam pertukaran adalah pembelian,
dan penjualan. Dalam fungsi penyediaan fisik, fungsi ini menyangkut pula
perpindahan barang-barang secara fisik dari produsen sampai konsumen.
Ada empat macam fungsi yang termasuk dalam penyediaan fisik. Fungsi
tersebut adalah pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan
pengangkutan. Sedangkan fungsi penunjang bersifat membantu untuk
menunjang terlaksanaannya fungsi-fungsi yang lain. Termasuk ke dalam
fungsi penunjang ini adalah standarisasi, pembiayaan, dan informasi pasar
(Swastha, 1979).
Setiap barang ekonomi mempunyai kegunaan atau manfaat bagi
manusia bila berada pada suatu keadaan tertentu, tempat tertentu, waktu
tertentu, dan harga tertentu. Keempat poin tersebut merupakan syarat
terjadinya transaksi jual beli antara penjual dengan pembeli. Bila salah
satu tidak terpenuhi maka transaksi jual beli tidak akan terjadi. Proses
pengangkutan, perubahan bentuk, dan penyediaan merupakan fungsi dari
tata niaga hasil pertanian. Fungsinya adalah meningkatkan kegunaan
tempat, kegunaan waktu, dan kegunaan persediaan barang sehingga bisa
membentuk harga (Daniel, 1999).
6. Biaya, Keuntungan, dan Margin Pemasaran
Menurut Hanafiah (1983), biaya pemasaran juga disebut dengan
biaya tataniaga adalah jumlah pengeluaran perusahaan untuk keperluan
pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil
produksinya dan jumlah pengeluaran oleh lembaga tataniaga (badan
perantara) dan laba yang diterima oleh badan bersangkutan.
Pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan
berkembangnya pertanian dan dengan makin kompleknya tataniaga.
18
M p = Bp + Kp
Keterangan :
M p : Margin pemasaran susu segar (Rp/liter)
Bp : Biaya pemasaran susu segar (Rp/liter)
Kp : Keuntungan pemasaran susu segar (Rp/liter)
Pengukuran efisiensi pemasaran pertanian yang menggunakan
perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya
dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah
keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan
meningkatkan output pemasaran dan mengurangi biaya pemasaran (Sudiyono,
2002). Efisiensi pemasaran dilakukan dengan memperhitungkan persentase
bagian yang diterima produsen (farmer’s share) paling tinggi dan persentase
margin pemasaran yang paling rendah. Persentase margin pemasaran dari
masing-masing saluran pemasaran digunakan rumus sebagai berikut :
æ Pr - Pf ö
Mp = ç ÷ x100 %
è Pr ø
Keterangan :
Mp = Margin pemasaran
Pf = Harga ditingkat produsen (peternak)
Pr = Harga ditingkat konsumen
Menurut Sudiyono (2002), bagian yang diterima produsen (farmer’s
share) ini sama dengan harga yang betul-betul diterima peternak dibagi harga
yang dibayarkan oleh konsumen dikalikan 100 %. Dapat dirumuskan sebagai
berikut:
æ M ö
F = ç1 - ÷ x 100%
è Pr ø
Keterangan :
F = Bagian yang diterima produsen (peternak)
Mp = Margin pemasaran
Pr = Harga ditingkat konsumen
22
Saluran Pemasaran
Susu Segar
D. Pembatasan Masalah
1. Pemasaran susu segar dalam penelitian ini terbatas pada pemasaran yang
dilakukan di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.
2. Harga yang digunakan adalah harga setempat yang berlaku saat terjadi
proses jual beli pada waktu penelitian dilaksanakan yaitu pada bulan April
2010.
3. Produk yang dijual dalam satuan liter.
E. Hipotesis
1. Susu segar adalah cairan yang dikeluarkan dari “ambing” ternak yang
segar, tidak dicampur dengan bahan lain, berasal dari satu pemerahan dan
mempunyai kadar gizi yang tinggi sangat baik untuk kesehatan.
2. Pemasaran susu segar adalah kegiatan yang meliputi penjualan dan
pembelian susu segar yang berfungsi menyampaikan hasil dari tingkat
peternak susu segar ketangan konsumen sehingga terjadi proses
pertukaran.
3. Produsen susu segar adalah orang atau peternak sapi perah yang
mengusahakan atau memproduksi susu segar, dalam hal ini adalah
produsen susu segar yaitu peternak sapi perah yang berada di Desa
Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
4. Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual dan membeli susu
segar dalam jumlah kecil dan langsung menjual kepada konsumen akhir.
24
16. TPS (Tempat Penampungan Susu) adalah sebagai jalur dari koperasi
dalam pengumpulan susu dari peternak, keberadaan TPS dapat
memudahkan petugas koperasi dalam pengambilan susu dari peternak
yang lokasinya sulit dijangkau. Selain itu peternak juga memperoleh
kemudahan karena tidak perlu menyetor susu segar langsung kepada KUD
jika lokasinya jauh dari koperasi.
17. Koperasi Unit Desa (KUD) yaitu berperan sebagai tempat penampungan
susu yang melakukan kegiatan dalam penanganan susu seperti mencatat
jumlah setoran susu dari peternak, melakukan standarisasi susu,
memproses dengan melakukan pendinginan dalam cooling unit, dan
melakukan penjualan kepada IPS, home industry, pedagang pengecer, dan
konsumen.
18. IPS (Industri Pengolahan Susu) adalah mitra kerja KUD dalam pemasaran
susu segar, sebagai industri pengolahan susu yang bahan-bahannya dari
susu segar, IPS dari KUD Jatinom adalah PT. Frisian Flag Indonesia (PT.
FFI).
19. Saluran pemasaran susu segar adalah rantai dalam proses pengaliran
barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Sebagai pelaksanaannya
lembaga tataniaga baik orang, perusahaan, lembaga yang secara langsung
terlibat dalam tataniaga.
20. Bagian yang diterima produsen (farmer’s share) adalah perbandingan
antara harga yang diterima peternak/produsen dengan harga yang diterima
konsumen dan dinyatakan dalam (%).
21. Efisiensi pemasaran secara ekonomi adalah persentase perbandingan
antara margin pemasaran dengan bagian yang diterima peternak dalam
persentase (%).