Kerangka Konseptual.
Abstraksi
Tulisan ini mencoba untuk mengkaji tantangan sektor agribisnis yang ada saat ini.
Melalui pendekatan Sudut Pandang Berbasis Sumberdaya, kami mencoba untuk
mengeksplorasi potensi peranan dan keterkaitan antara kebijakan publik nasional
dan rencana-rencana lokal dalam rangkan untuk meningkatkan daya saing dan
keberlanjutan sistem agribisnis nasional. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai
keselarasan strategi diantara berbagai tindakan yang dilakukan oleh para
stakeholder, seperti perusahaan-perusahaan, pusat-pusat penelitian, konsumen,
pemerintah, dan masyarakat secara umum. Inti dari penelitian ini tercakup dalam
sebuah kerangka kerja yang menekankan pada kebutuhan akan koordinasi dalam
sistem agribisnis oleh sebuah Rencana Nasional.
Baru-baru ini, perhatian dunia akademik di seluruh dunia difokuskan pada tema
agribisnis. Berbagai macam tekanan, yang muncul dari adanya perubahan
lingkungan, telah memicu dilakukannya usaha-usaha tersebut. Pada sisi pasar,
sektor tersebut tengah menghadapi banyaknya pelaku-pelaku global yang muncul
pada saluran-saluran distribusi dan komersialisasi bersamaan dengan
meningkatnya permintaan pasar yang semakin rumit akan produk-produk yang
sehat, ramah lingkungan dan berbeda. Pada sisi perusahaan, sektor ini tengah
mengalami perubahan dari perusahaan milik keluarga dengan produksi berskala
kecil menjadi perusahaan besar yang terkait langsung dengan produksi dan rantai
distribusi. Saat ini agribisnis telah menjadi lebih terindustrialisasi, lebih
kompetitif, dan bahkan lebih menekankan pada teknologi dan manajerial yang
baik. Selain tren-tren tersebut di atas, pemerintah juga telah mengeluarkan
beberapa undang-undang, kebijakan-kebijakan keuangan dan pasar yang berkaitan
erat dengan masalah-masalah sosial seperti ketenaga-kerjaan di pedesaan dan
pertumbuhan populasi, dimana hal ini merupakan tantangan yang harus dijawab
oleh para pembuat kebijakan.
Penelitian akademis pada topik ini telah dilakukan pada berbagai jenis area ilmu
pengetahuan dan menghasilkan berbagai macam teknologi, model dan proposal,
dimana masing-masing hal tersebut mengkaji suatu permasalahan yang spesifik.
Secara mandiri, masing-masing area tersebut telah memberikan kontribusi yang
relevan dengan hal yang kita sebut dengan “Inti Utama Pengetahuan Agribisnis”.
Permasalahan kritis yang pertama adalah bahwa pengetahuan ini dikembangkan
dalam sebuah model disiplin dan saat ini telah nampak jelas bahwa tantangan
teknologi, sosial dan ekonomi pada agribisnis tidaklah terpisah satu sama lainnya
dan membutuhkan suatu pendekatan yang bersifat antar disiplin. Yang kedua
adalah bahwa agribisnis merupakan sebuah bentuk tunggal dari kegiatan ekonomi,
dimana sebagian besar perusahaan saling membagi sumber daya, teknologi, dan
proses yang sama, meskipun mereka tidak memiliki tujuan yang sama. Pada
industri yang lain, pencapaian tujuan perusahaan dapat muncul dari struktur
koordinasi dan asosiasi yang mereka miliki sendiri, namun dalam agribisnis hal
tersebut membutuhkan keselarasan tindakan sejumlah besar pelaku yang terlibat
di dalamnya dimana hubungan yang terdapat diantara mereka ditujukan untuk
meminimalkan kegagalan pasar dan mengurangi perbedaan kepentingan yang ada.
Dengan demikian analisa agribisnis, sebagai penunjang pendekatan antar disiplin
yang digunakan, membutuhkan suatu sudut pandang investasi yang berisfat
dinamis dan sistemik, bukan bersifat statis dan lokal, untuk mencapai optimalisasi
jangka panjang sistem tersebut secara keseluruhan.
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengajukan suatu gagasan yang selaras
dengan arah tersebut, yang memusatkan pada analisa berskala nasional dan pada
pembuatan kebijakan publik. Untuk dapat menyelesaikan tugas ini, maka kami
mencoba mengeksplorasi pendekatan teoritis Pandangan Berbasis Sumberdaya
(RBV) pada strategi yang kami ajukan.
Tulisan ini terdiri dari tujuh bagian utama. Bagian berikutnya (yang kedua)
menyajikan uraian tentang konsep agribisnis tradisional, pelaku-pelaku utama dan
dimensi persaingan. Bagian yang ketiga akan menelaah tentang tema daya saing
nasional. Bagian keempat akan menjabarkan tentang dasar-dasar pendekatan
Pandangan Berbasis Sumberdaya. Bagian kelima akan membahas beberapa
permasalahan-permasalahan yang muncul dari “pemikiran RBV” tentang
agribisnis dan daya saing nasional. Yang terakhir, bagian keenam menyajikan
model Sistem Agribisnis Nasional.yang kami ajukan.
Dari sudut pandang ini, kondisi-kondisi faktor diperluas keluar dari faktor-faktor
fisik tradisional seperti lahan, tenaga kerja, dan modal, serta faktor-faktor yang
relevan dengan sektor agribisnis. Penganugerahan faktor suatu negara harus
mencakup juga sumber daya manusia, sumber daya pengetahuan, sumberdaya
modal dan infrastruktur. Dalam konteks ini, relevansi suatu dimensi strategis
agribisnis akan menjadi tampak. Misalnya, hubungan yang terjadi antara aktivitas
penelitian dan pendidikan dan keefektifan sumberdaya manusia dan pengetahuan
negara.
Menurut Porter, faktor-faktor dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi: dasar
versus lanjutan dan umum versus khusus. Faktor-faktor dasar merujuk pada
sumberdaya fisik dan faktor-faktor lanjutan merujuk pada kemampuan
penguasaan teknologi canggih. Faktor-faktor umum, seperti jalan raya, bisa
digunakan oleh berbagai macam sektor sedangkan faktor-faktor khusus
merupakan aplikasi yang bersifat terfokus; contohnya adalah sebuah teknologi
makanan yang terdapat pada suatu daerah tertentu.
Meskipun analisa Porter pada tataran tertentu memfokuskan pada sifat dinamis
kompetisi, namun pada dasarnya kerangka konseptualnya itu sangatlah terbatas.
Contohnya, ia tidak selaras dengan: bagaimana aktivitas yang menciptakan faktor
kunci direncanakan; dimana faktor-faktor bisa menjadi sumber keunggulan yang
berkelanjutan, sehingga mencegah terjadinya peniruan; dan bagaimana lembaga
pendukung yang sangat penting bagi peningkatan kondisi-kondisi faktor
dikoordinasikan. Untuk mengatasi keterbaasan ini maka kami memanfaatkan
pendekatan berbasis sumberdaya pada strategi yang ada.
Heterogenitas
Menurut Peteraf, heterogenitas pada suatu industri melibatkan situasi dimana
jumlah sumberdaya strategis yang ada sangat terbatas dan jarang. Pada kondisi
seperti ini, sumberdaya yang inferior atau yang tidak efisien digunakan dalam
produksi untuk menyuplai permintaan residual dan muncul kemungkinan adanya
keuntungan yang besar bagi perusahaan yang paling efisien. Tipe keunggulan
kompetitif ini kemudian dapat dilanggengkan oleh perusahaan yang efisien
tersebut selama sumberdaya mereka tidak ditiru atau diperluas ke level
permintaan. Efisiensi diferensial (heterogenitas) terkait dengan sumberdaya
perusahaan lainnya dan adanya kelangkaan terkait dengan permintaan merupakan
kondisi penting untuk meningkatkan performa keuntungan melalui penggunaan
sumberdaya strategis.
Kesimpulan
Agribisnis merupakan sektor multidimensi yang sangat kompleks yang tidak bisa
direncanakan tanpa adanya suatu pandangan sistemik dan suatu pendekatan yang
interdisipliner. Kekuatan dari model yang diajukan terletak pada definisi dan
pengintegrasian berbagai level dan cakupan analisis. Kami berpendapat bahwa
hanya dengan penerapan strategi sumberdaya nasional dalam rangka untuk
menjaga, meramalkan dan mengeksplorasi saja yang dapat menghasilkan daya
saing sektor agribisnis jangka panjang. Pandangan Berbasis Sumberdaya telah
terbukti sangat bermanfaat sebagai sebuah pendukung teoritis bagi proses ini.