OLEH
R etno Asih
O6 903 325
Semester IV / B
Biogas adalah suatu gas yang mudah terbakar yang dapat dihasilkan dari kotoran
ternak atau manusia, limbah industri atau kota dan limbah pertanian melalui proses
ferementasi biologi dalam suatu digester kedap udara (anaerob). Biogas ini terdiri dari
beberapa unsur gas, seperti gas methan (CH4,) karbon dioksida (CO2), hydrogen sulfide
(H2S), dan amoniak (NH3). Pada saat ini biogas yang sedang dikembangkan terutama
biogas yang berasal dari kotoran ternak dan limbah manusia dengan pertimbangan
potensinya yang tersedia relatif cukup.
Biogas dari kotoran ternak pada umumnya dikembangkan di daerah petrnakan. Di
Indonesia hamper disemua pedesaan terdapat ternak, antara lain ternak sapi, ayam, babi,
dan lain-lain. Kotoran ternak tersebut pada umumnya masih digunakan langsung sebagai
pupuk. Untuk peternakan yang jumlahnya relatif banyak dan system pengadangannya
baik, maka kotoran ternak relatif mudah dikumpilkan dan tidak mengganggu lingkungan.
Sedangkan untuk peternakan yang pengadangannya kurang baik, kotoran tersebut akan
berserakan dimana-mana, hal ini tentu akan mengganggu kesehatan lingkungan. Untuk
mengatasi hal ini maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas akan memberi
manfaat ganda yaitu selain menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar, juga dapat menjaga kesehatan lingkungan, karena parasit dan telur cacing yan
terdapat dalam kotoran tersebut akan mati selama proses pembentukan biogas tersebut.
Manfaat lain yaitu bahwa sisa proses pembentukan biogas dalam bentuk padat dapat
digunakan menjadi pupuk yang berkualitas tinggi.
Biogas tinja manusia telah dikembangkan khususnya di daerah perkotaan yang
relatif kumuh dan padat penduduk. Pada daerah seperti ini disinyalir bahwa sebagian
besar sumur telah tercemar oleh bakteri, terutama bakteri coliform. Terjadinya
pencemaran air tanah tersebut sebagai akibat dari system sanitasi yang kurang baik,
antara lain kondisi sumur atau jaak sumur dengan septic tank yang tidak memenuhi syarat
teknik. Dengan kondisi system sanitasi saat ini yang pada umumnya menggunakan septic
tank aerob (tidak kedab udara) menyebabkan limbah cair yang diresapkan kedalam tanah
mengandung bakteri pathogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk mengatasi
pencemaran air tanah akibat rembesan dari septic tank maka salah satu cara yang relatif
layak untuk dikembangkan adalah dengan memodifikasi septic tank aerob (kedap udara),
dalam septic tank anaerob akan terjadi proses fermentasi anaerob yang menghasilkan
biogas, dan dalam kondisi anaerob tersebut sebagian besar bakteri patogen akan mati.
Limbah cair sebagai sisa dari proses fermentasi anaerob tersebut akan lebih aman untuk
diresapkan kedalam tanah.
Digester Biogas
Digester biogas adalah suatu wadah tempat berlangsungnya suatu proses
fermentasi anaerob, diantara beberapa model digester biogas yang ada, ada 2 jenis
digester biogas yang dikembangkan di Indonesia, yaitu model India (floating cover) dan
model china (fixel dome).
a. Floating Cover
Model ini dikenal sebagai digester mengapung terdiri dari 2 bagian, yaitu bak bagian
bawah (terbuat dari batu bata) sebagai tempat bahan baku untuk biogas, sedangkan
bagian atas berbentuk sungkup terbuat dari pelat baja sebagai penampung biogas
yang dapat turun naik mengikuti volume gas yang dihasilkan. Keuntungan dari model
ini terutama dalam hal pengurasan kerak yang terjadi lebih mudah diangkat,
sedangkan kelemahannya yaitu biaya jenis digester lebih mahal dibandingkan dengan
digester model China. Jenis digester ini banyak dikembangkan untuk biogas dari
kotoran ternak.
b. Fired Dome
Digester ini dikenal dengan sebutan digester permanent berbentuk tipe kubah da
seluruhnya terbuat dari batu bara dan ditanam dalam tanah. Kelemahan dari model
digester ini yaitu pengurasan kerak lebih sulit dilakukan. Pembentukan biogas dengan
menggunakan kotoran manusia pada umumnya menggunakan digester model ini,
karena modelnya hampir sama dengan septic tank yang umum di rumah, dengan
memodifikasi septic tank yang ada, secara umum menjadi septic tank anaerob maka
tinja manusia akan diolah oleh bakteri anaerob dan akan menghasilkan biogas.
Pembentukan Biogas
Pembentukan biogas merupakan proses fermentasi anaerob dengan menggunakan
mikroba-mikroba anaerob sebagai pencerna dan dapat dihasilkan biogas dan sel-sel
mikroba baru, pembentukan biogas di dalam digester mengalami 3 tahap yaitu :
• Tahap Pelarutan, yaitu tahap pengubahan padat organic menjadi bahan cair oleh
mikroba oksidasi.
• Tahap Aksidikasi, yaitu tahap pengubahan organic cair menjadi asam-asam organic
oleh mikroba asidikasi.
• Tahap Metanasi, yaitu tahap pengubahan asam-asam organic menjadi methan, karbon
dioksida, asam sulfide nitrogen, dan sel-sel mikroba oleh mikroba-mikroba
methanasi.
Pemanfaatan Biogas
Biogas sebagai sumber energi mempunyai nilai kalori yang tinggi (5.000-67.000
kkal/km3), tidak berbau, tidak menimbulkan polusi, dan pada prinsipnya dapat disimpan
untuk penggunaan mendatang.
Komposisi biogas adalah sebagai berikut :
Methan (CH4) : 60-70%
Karbon Diokasida (CO2) : 20-25%
Hidrogen Sulfida (H2S) : 7%
Nitrogen (N) : 2%
Lain-lain : 1%
Berdasarkan penelitian bahwa 1 m3 biogas adalah sama dengan 0,61 liter minyak
tanah senilai dengan 3,47 kg kayu baker atau setara dengan 4,7 kWh listrik. Biogas
tersebut dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti memasak, penerangan, dan
lainnya. Untuk memasak dapat dilakukan dengan menggunakan kompor sederhana yang
dapat dibuat sendiri dengan menggunakan kaleng-kaleng bekas.
Untuk penerangan dapat dilakukan dengan memodifikasi lampu petromaks yang
umum digunakan. Prinsip lampu biogas adalah dengan memanasi kaos lampu sampai
bersinar terang. Jika ada nyala api keluar dari kaos lampu, hal ini biasanya disebabkan
oleh biogas yang dialirkan lebih besar dari udara primer yang mengalir.
BIODISEL
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester
dari rantai panjang asam lemak , yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari
mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar
menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses
ini, tidak seperti minyak sayur langsung , biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip
dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus.
Namun, biodisel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel
petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang
rendah pelumas. Biodisel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan
bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan
dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini. Penggunaan
dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa , Amerika Serikat ,
dan Asia , meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar.
Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada
konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan
bakar.
Energi angin sebagai sebagai salah satu jenis energi terbarukan, merupakan salah
satu sumber energi yang potensial untuk dimanfaatkan melalui konversi ke listrik ataupun
mekanik. Pengubahan menjadi energi listrik menjadi putaran mekanik dan selanjutunya
memutar generator merupakan contoh pemakaian yang banyak digunakan. Sedangkan
dalam bentuk mekanik, pemakaian potensial adalah pemompaan mekanik dengan
menggunakann pompa piston. Kedua proses pengubahan ini disebut system konversi
energi angin.
Sebagaimana energi lainnya seperti matahari, biomassa, samudera dan tenaga air,
energi angina merupakan sumber energi yang melimpah, bersih (non polusi) dan mudah
diperoleh. Namun pemanfaatannya adalah spesifik tempat (ketergantungan lokasi)
sehingga memerlukan data dan informasi yang lebih akurat mengenai supplay terutama di
suatau lokasi.
Pemanfaatan energi angin secara ekonomis memerlukan lokasi dengan kecepatan
angin rata-rata 5 meter perdetik atau lebih. Akan tetapi bila dalam kondisi tertentu dan
juga untuk sumber-sumber energi terbarukan lainnya, aspek ekonomis bukan merupakan
persyaratan utama, maka pemanfaatan dalam skala lebih kecil atau menegah merupakan
pilaihan yang sesuai. Hal ini misalnya diperlukan oleh daerah pedesaan atau pulau-pualau
perpencil yang belum mememiliki jaingan listrik umum atau untuk pemakaian lainnya,
seperti catu, daya komunikasi di daerah terpencil, pengawetan obat-obat, perahu nelayan
untuk penerangan, pengawet ikan nelayan, dan lainnya.
Sumber-sumber energi terbarukan jenis energi non konvensional yakni secara
tradisonal belum dipakai dalam skala besar, sedangkan energi konvensional adalah
sumber energi dan teknologi yang sudah mantap dan merupakan bagian terbesar dar
kebutuhan energi ekonomi modern, misalnya batu bara, minyak, gas alam, tenaga air
besar, serta energi listrik yang dihasilkan dari sumber-sumber tersebut.
Potensi Energi Angin
Penaksiran potensi energi angin untuk berbagai wilayah Indonesia yang memuat
data dan informasi mengenai kecepatan angin rata-rata tahunan dan daya spesifik
berdasarkan monitoring dan pengukuran yang didukung oleh data-data topografi
dimaksudkan untuk mengetahui potensi suatu daerah dalam rangka pengkajian
pemanfaatan energi angin di daerah tersebut.
Untuk pemanfaatan energi angin baik sebagai pembangkit listrik (disebut turbin
angin) maupun penggerak mekanik (kincir angin) diperlukan berbagai data dan informasi
mengenai potensi sebuah lokasi, yakni :
• Kecepatan angin di lokasi (rata-rata tahunan, minimal dan maksimal).
• Arah angin dominant dan kurang.
• Distribusi kecepatan angina.
• Pola angin harian, bulanan, dan tahunan.
• Kondisi penuh (angin rendah).
• Daya angin spesifik dan energi dalam satu tahun.
Kondisi topografi disuatu daerah sangat menentukan kontur atau distribusi
kecepatan angin di daerah tersebut dan demikian juga akan mempengaruhi potensi yang
tersedia serta pemilihan tempat pemasangan sebuah turbin angin swbagai pembangkit
listrik, kondisi topografi akan mempengaruhi distribusu dan pola angina di lokasi dan
energi actual yang dihasilkan di lokasi tersebut.
Sebuah system konversi angin untuk pembangkit listrik terdiri atas rotor (naf dan
sudu), kepala rotor, unit transmisi, generator, unit kontrol, unit pengaturan mekanis dan
menara. Untuk pemompaan mekanis terdiri atas rotor, kepala rotor, unit transmisi, ekor
pengarah, engkol, pengaman mekanis, menara.
Beberapa komponen lain sebagai bagian dari system konversi energi angin
keseluruhan adalah :
o Baterai penyimpana untuk menyimpan listrik yang dinyatakan oleh tegangan nominal
(12,24 Volt), kapasitas AH serta karakteristik pengisian dan pengosongan muatan.
o Inventer untuk mengubah tegangan searah menjadi bolak-balik, karakteristik
dinyatakan oleh efisiensi dan kapasitas (dalam Watt da VA).
o Beban pembuangan, suatu beban resistif untuk turbin angina yang digunakan untuk
menampung energi lebih dari unit penyimpanan (baterai) atau berupa saluran
pembuangan pada kincir mekanik untuk pemompaan air.
o Panel monitor untuk meonitori kondisi operasi system konversi energi angin setiap
saat yang dilengkapi dengan peralatan monitoring untuk arus, tegangan dan daya.
Bahan bakar biomassa berasal dari kayu atau sisa-sisa tanaman pertanian. Bahan
ini dapat digunakan secara berkelanjutan , dengan dengan jumlah penggunaan setara
dengan jumlah penanaman, jika hal ini dilakukan tidak ada emisi Karbon Dioksida
karena tumbuhan yang ditanam akan mengonsumsi Karbon Dioksida sebanyak yang
dilepaskan ketika bahan dibakar. Jika energi yang dihasilkan digunakan sebagai
pengganti bahan baker fosil maka, ada pula pengurangan emisi Karbon Dioksida.
Sumber energi Biomassa adalah sumber energi yang berasal adalah sumber energi
dari bahan nabati termasuk limbah yang berasal dari manusia atau hewan. Dilihat dari
sumbernya, biomassa berasal dari hutan, perkebunan, lahan masyarakat (kebun
campuran, tegalan, sawah dan perarangan), dan limbah kota. Energi biomassa merupakan
energi tertua yang telah digunakan sejak peradaban manusia dimulai. Sampai saat inipun
energi biomassa masih tetap digunakan, khususnya di pedesaan. Dewasa ini energi
biomassa khususnya kayu bakar, arang dan limbah pertanian diperkirakan memenuhi ±
35% dari seluruh konsumsi energi di Indonesia. Hal ini disebabkan hampir 65%
penduduk pedesaan menggunakan biogas sebagai sumber energi utama yaitu untuk
memasak, industri pedesaan seperti pembuatan batu bara, genteng, industri kapur,
panadai besi, industri makanan, dan lain sebagainya.
Indonesia sebagai Negara agraris mempunyai potensi biomassa yang relative
besar yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan, kehutanan, limbah ternak, dan
limbah kota (sampah). Dengan melihat potensi biomassa yang cukup besar ini maka
pemanfaatannya untuk energi akan memberi kontribusi yang cukup berarti dalam
pemenuhan energi masyarakat. Pada kenyataannya meskipun potensi energi biomassa
relative besar namun pemanfaatannya sampai saat ini belum optimal.
Pemanfaatan Biomassa
Beberapa teknologi konversi biomassa yang dikenal dan telah di manfaatkan
selama ini yaitu proses mikrobiologi, gasifikasi, pirolisa, pembakaran langsung dan
pemadatan (briket), energi yang dihasilkan dengan menggunakan teknoligi tersebut dapat
berupa energi listrik, energi mekanik dan energi panas.
a. Proses Mikrobiologi
Proses mikrobiologi biomassa adalah suatu proses konversi biomassa (limbah ternak,
limbah kota, dan limbah manusia) menjadi biogas melalui proses fermentasi mikrobiologi
dengan menggunakanbakteri dalam kondisi tanpa udara (anaerob). Dalam proses
mikrobiologi ini gas yang dihasilkan merupakan bahan baker yang berkualitas tinggi
(tidak berbau, tidak menimbulkan polusi) dan mempunyai nilai kalori yang tinggi yang
dapat digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan panas, energi mekanik dan
energi listrik.
b. Proses Gasifikasi
Proses gasifkasi adalah proses konversi secara termokimia. Penguraian biogas yang
menghasilkan gas mampu baker pada suhu yang relative tinggi (kurang dari 900º C) yang
terjadi pada suatu alat yang disebut “Gasifier Reaktor”, bahan baku yang biasa digunakan
dalam gasifikasi biomassa ini yaitu biogas yang terdiri dari limbah pertanian dan kayu,
dalam gasifikasi biogas ini maka yang dimaksudkan adalah gas yang terdiri dari CO2, H2,
CH4, N2, dan CO2.
Dalam gasifier terjadi proses sebagai berikut :
o Proses pengeringan/Penguapan
Kandungan air dalam biomassa diuapkan oleh gas panas dari reaksi oksidasi
pembakaran dibagian bawah reactor, temperatur yang terjadi sekitar 170ºC.
o Proses Pengarangan (Pirolisasi)
Pada proses ini bahan bakar yang telah kering akan mengalami pemanasan pada
temperatur 500-700ºC dan dengan sejumlah udara tertentu akan terjadi pembakaran
tidak sempurna sehingga bahan bakar akan terurai menjadi arang, asam organic, dan
zat lain yang ikut.
o Proses Oksidasi
Setelah tahap proses pembakaran dan pengarangan selesai, selanjutnya terjadi proses
oksidasi, zat-zat yang dihasilkan oleh proses pengarangan dibakar dengan udara yang
terbatas sehingga terjadi pembakaran tidak sempurna, dan menghasilkan gas mampu
bakar, CO, H2, dan CH4. Di samping itu terbentuk juga gas CO2 yang disertai dengan
energi panas, yang nantinya akan digunakan pada proses ini gas yang dihasilkan
dapat langsung diperoleh atau ditarik keluar dari reactor.
o Proses Reduksi
Kelanjutan dari proses oksidasi adalah proses reduksi. Pada proses ini terjadi reaksi
pertukaran uap air dan terjadi reduksi CO2 oleh arang karbon, akibat dari proses ini
jumlah gas mampu bakar yang dihasilkan pada proses oksidasi akan meningkat.
Terjadinya proses reduksi ini pada temperatur 500ºC yang merupakan bagian akhir
dari proses gasifikasi di dalam reactor gasifer.
e. Pirolisasi
Pirolisai adalah proses konversi thermodinamika kimia dari biomassa dengan
sejumlah udara yang terbatas atau pembakaran tidak sempurna pada suhu yang relatife
rendah (lebh beasar dari 900ºC). Hasil pirolisasi yang diperoleh sebagian besar adalah
arang, limbah, abu, dan sebagian kecil gas, arang yang dihasilkan dapat digunakan untuk
berbagai tujuan baik untuk menghasilkan energi panas, energi mekanik maupun energi
listrik.
Untuk beberapa limbah kayu seperti seperti serbuk kayu dapat juga dibuat menjadi
briket arang. Briket arang adalah yang diubah bentuk, ukuran dan kerapatannya menjadi
produk yang lebih efisien dalam penggunaannya sebagai bahan bakar. Bahan baku briket
arang menggunakan limbah kayu dengan berbagai jenis, ukuran dan bentuk.
Teknik pembuatan briket arang terdiri dari 2 tahap utama yang berbeda prinsipnnya,
yaitu :
• Proses pengarangan atau karbonisasi dari kayu menjadi serbuk arang.
• Proses pencetakan serbuk arang menjadi briket arang dengan cara dikempa.
f. Pembakaran Langsung
Biomassa dibakar langsung untuk menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan dapat
digunakan untuk berbagai tujuan. Di daerah pedesaan pada umumnya biomassa dibakar
lansung untuk kebutuhan memasak, indutri rumah tangga dan lainnya, sedangkan pada
industri kayu yang kapasitas olahnya relatf kecil maka panas yang diperoleh dari
pembakaran limbah biomassa tersebut digunakan terutama untuk mengeringkan produki
kayu tersebut. Pada industri kayu yang kapasitas olahnya relative besar maka pembakaran
pada umumnya digunakan untuk pembangkit listrik.
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO
Persyaratan Sosio-Ekonomis
1. Potensi listrik tenaga mikrohidro yang ada merupakan sumber daya yang dapat
menunjang pembangunan pedesaan. Potensi sosial-ekonomi desa yang dapat
dikembangkan dengan adanya PLTM cukup besar.
2. Biaya pembuatan PLTM dapat ditanggulangi oleh usaha swadaya masyarakat,
koperasi atau unit usaha swasta kecil dan menengah lainnya.
3. Usaha kelistrikan dari PLTM secara ekonomi dapat dipertanggung jawabkan, dalam
arti potensi konsumen yang ada dapat menyerap produksi listrik yang dihasilkan
dengan harga jual yang ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip pengusahaan.
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
Di saat hampir semua harga melambung, perlu tindakan nyata untuk memperoleh
barang atau jasa dengan biaya seminimal mungkin. Salah satunya, mengonsumsi air sodis
dengan bantuan pemanasan tenaga matahari.
Sodis, akronim dari Solar Water Disinfection, adalah metode penyehatan air
minum yang dilakukan dengan menjemurnya di bawah matahari. Metode ini
dikembangkan pada 1991 oleh Pusat Riset Air dan Sanitasi EAWAG-SANDEC yang
berbasis di Swiss. Pelopornya Profesor Aftim Acra, pengajar di American University,
Beirut, Libanon.
Sodis adalah air yang diperoleh dengan cara atau proses pemanasan sinar
matahari (The solar water disinfection) yaitu proses radiasi dengan sinar matahari untuk
mematikan bakteri pathogen. Sinar matahari mengandung energi panas dan akan
memanaskan air dalam botol. Kekuatan sinar ultra violet beserta panas dalam air
kemudian bersatu membunuh seluruh kuman atau bakteri yang ada.
Langkah yang harus dilakukan, menyiapkan botol kosong warna bening, cuci dan
isi dengan air mentah sampai penuh hingga tidak ada udara kosong. Botol dijemur di
tempat terbuka agar terkena sinar matahari langsung. Persiapkan kain, plastik atau seng
warna hitam sebagai alas. Jika cuaca panas lakukan radiasi atau pemanasan minimal
selama 6 jam untuk memperoleh suhu di atas 50 C. Air dalam botol tersebut sudah dapat
diminum langsung dan tidak perlu dimasak lagi.
Sepuluh tahun lalu, metode ini diperkenalkan di Indonesia oleh Yayasan Dian
Desa, lembaga swadaya masyarakat yang berbasis di Yogyakarta. Mereka menguji coba
metode ini di Lombok Timur dan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Hasilnya
menakjubkan, yaitu kematian bayi karena diare di kedua tempat itu menurun hingga 50
persen dalam waktu 12 bulan. Sodis juga cocok dengan Indonesia yang berada di garis
khatulistiwa dan berlimpah cahaya matahari. Metode ini kian penting saja karena,
menurut Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari pada Februari lalu, sekitar 40 persen
orang Indonesia belum mendapatkan akses pada air bersih. Namun Sodis bukan tanpa
kekurangan, metode ini tidak membunuh semua kuman, jadi bayi di bawah umur dua
tahun tak dapat meminumnya.
Mikroorganisme yang terbunuh oleh metode Sodis :
- Baktei : Eschercia Coli, Faecalis P. Aeugenosa, S. Flexnori
- Virus : Vibrio Choleia, Bakteriophage, Rotavirus, Enchhephalomy
carditis virus
- Ragi dan Jamur : Aspergillus Nigel, Aspergillus flafus, candida, Geotrikum.