Anda di halaman 1dari 21

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan akan tanaman biofarmaka terutama pada tanaman obat


rimpang cenderung meningkat, baik di dalam negeri maupun ekspor. 
Peningkatan permintaan tersebut seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
serta kesadaran masyarakat akan norma budaya hidup sehat dengan
memanfaatkan obat tradisional atau  back to nature.
Di Indonesia tanaman biofarmaka sangat kaya akan berbagai macam
jenis dan speciesnya. Biofarmaka merupakan tanaman herbal yang berkhasiat
obat dan juga kosmetika. Indonesia untuk jenis tanaman obat terdapat kurang
lebih 30.000 spesies tanaman yang telah dibukukan sebagai tanaman obat,
menurut Medical Herb Index. Untuk memacu pengembangan agribisnis
berbasis fitofarmaka di tingkat petani, pentingnya peningkatan kemampuan
petani dalam hal budidaya tanaman obat. Dalam hal budidaya, pasca panen
dan pemasaran juga perlu ditingkatkan dalam upaya memacu pengembangan
industri obat tradisional dan kosmetika Indonesia.
Potensi bisnis biofarmaka memiliki prospek bisnis yang cerah untuk
peluang pemasaran domestik dan luar negeri. Peluang pengembangan
Biofarmaka besar, baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor. Tanaman
biofarmaka sebagai pangan fungsional yang potensi pengembangannya cukup
besar adalah: temulawak, jahe, kencur dan kunyit, terutama untuk bahan
minuman dan obat-obatan.
1.2 Tujuan
Dalam pembuatan makalah mengenai tanaman biofarmaka dalam mata
kuliah Konservasi Tanaman Langka ini bertujuan agar :
- Mengetahui jenis – jenis tanaman biofarmaka.
- Mengetahui pembudidayaan mengenai tanaman biofarmaka.
- Mengetahui ruang lingkup biologi dan fisiknya.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Biofarmaka


Tanaman biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-
obatan, kosmitik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, umbi (rimpang) ataupun
akar. Tanaman biofarmaka dibedakan menjadi dua kelompok, yang pertama
adalah kelompok biofarmaka rimpang yang terdiri dari; jahe, laos/lengkuas,
kencur, kunyit, lempyang, temulawak, temuireng, temukunci, dan
dlingo/dringu, sedangkan yang kedua adalah kelompok tanaman biofarmaka
non rimpang yang terdiri dari; kapulaga, mengkudu/pace, mahkota dewa,
kejibeling, sambiloto dan lidah buaya.
2.2 Budidaya Tanaman Biofarmaka
Menghadapi tuntutan konsumen pasar global  tersebut, petani dan pelaku
usaha agribisnis tanaman biofarmaka memperbaiki cara budidaya melalui
penerapan teknologi maju dan cara budidaya yang benar.  Oleh kerena itu
penerapan Good Agriculture Practices (GAP) sebagai acuan dalam mengelola
usaha budidaya pada tanaman biofarmaka diarahkan dalam rangka
tercapainya usaha produksi yang efisien dan berdaya saing, dihasilkannya
produk bermutu yang aman dikonsumsi dan diproduksi atas dasar
keberlanjutan serta kelestarian sumberdaya alam pertanian.
III PEMBAHASAN

3.1 Jenis - Jenis Tanaman Biofarmaka


Jenis tanaman biofarmaka dalam pembuatan makalah ini meliputi
beberapa jenis tanaman biofarmaka berserta ruang lingkupnya baik biologi
ataupun fisiknya. Jenis tanaman biofarmaka tersebut antara lain :
a. Alstonia scholaris R. Br. (Pulai)

b. Alyxia halmaheira Miq. (Pulasari)

c. Alyxia reinwardtii Bl. (Pulasari)

d. Anaxagorea javanica Bl. (Pelir musang)

e. Aquilaria beccariana Tiegh. (Gaharu)

f. Aquilaria malaccensis Lamk. (Gaharu)

g. Arcangelisia flava (L.) Merr. (Tali kuning)

h. Cibotium barometz (L.) J. Sm. (Paku simpai)

3.2 Jenis Tanaman Biofarmaka

A. Alstonia scholaris R. Br. (Pulai)

1.Taksonomi:
Sinonim : A.spectabilis,R.Br.
Familia : Apoeynaccae

2. Deskripsi :
Pulai yang termasuk suku kamboja-kambojaan, tersebar di seluruh
Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di
pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai kadang ditanam
di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk
pohon, tinggi 20 - 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu,
percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih.
Daun tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 - 15
mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang,
permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip,
panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warna hijau.
Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang,
keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih
kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk
pita yang panjangnya 20 - 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm,
berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan
biji atau setek batang dan cabang.
3. Nama Lokal:
 Lame (Sunda),  deadeangow,;
 Pule (Jawa),  kita (Minahasa),
 Polay (Madura)  rite (Ambon),
 Kayu gabus,  tewer (Banda),
 Pulai (Sumatera).  Aliag (Irian),;
 Hanjalutung (Kalimantan)  hange (Ternate)
 Kaliti,  devil's tree, ditta bark tree
 Reareangou, (Inggris).; Chatian, saitan-ka-
 Bariangow, jhad, saptaparna (India,

 rariangow, Pakistan).;

 wariangow,  Co tin pat,

 mariangan, phayasattaban(Thailand)

4. Penyakit Yang Dapat Diobati :


Demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, ; Kurang napsu
makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia, ; Kencing manis (diabetes
melitus), wasir, gangguan haid, bisul,; Tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik
akut, borok (ulcer), ; Beri-beri, masa nifas, payudara bengkak karena ASI.
5. BAGIAN YANG DIGUNAKAN :
Kulit kayu dan daun. Kulit kayu dikeringkan dengan cara di jemur atau
pemanasan.

6. INDIKASI :
Kulit kayu dapat mengatasi:
- demam, malaria, limpa membesar, - kencing manis (diabetes mellitus),
- batuk berdahak, - tekanan darah tinggi (hipertensi),
- diare, disentri, - wasir, anemia,
- kurang nafsu makan, - gangguan haid, dan
- perut kembung, sakit perut, kolik, - rematik akut.

Daun dapat digunakan untuk mengatasi:


- borok (ulcer), bisul,
- perempuan setelah melahirkan (masa nifas),
- beri-beri, dan
- payudara bengkak karena bendungan ASI.

7. CARA PEMAKAIAN :
Kulit kayu sebanyak 1-3 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar, getahnya
diteteskan untuk mematangkan bisul, tertusuk duri dan radang kulit. Air rebusan
kulit batang pulai digunakan untuk mencuci luka, radang kulit bernanah, borok
atau sebagai obat kumur pada sakit gigi.

8. CONTOH PEMAKAIAN :
1.Demam
a. Kulit batang pulai sebanyak 3 g dicuci bersih lalu direbus dengan
1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring, tambahkan 1
sendok makan madu lalu diaduk merata. Minum sekaligus.
b. Kulit batang bagian dalam diremas-remas dengan daun kelici
 (Caesalpinia crista Linn.) dan daun sembung, tambahkan sedikit air. Peras
dan saring,minum.
2.Malaria
Kulit batang pulai yang sudah digiling menjadi bubuk, diambil sebanyak 2
sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan setiap hari sampai sembuh. Selama
minum obat ini, hindari makanan yang asam dan pedas. Bila penyakitnya berat,
gunakan kulit pulai hitam.
3. Diare : Minumlah rebusan kulit batang pulai.
4. Memperkuat lambung :
Kulit batang pulai lapisan sebelah dalam diremas-remas dalam air,
    minum.
5. Perut kembung, limpa membesar :
Kulit batang pulai bagian dalam. diremas-remas dengan cuka, lalu
    minum.
6. Darah tinggi :
Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo
sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masing- masing 1/4
genggam, buah ketapang 1 buah, gula enau 3 jari. Semua bahan dicuci lalu
dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2
1/4 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kaii minum. Setiap kaii
minum cukup 3/4 gelas.
7. Kencing manis
Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya.
Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa separonya. Setelah dingin
disaring, minum 1/2 jam sebelum makan. Sehari 2 kali, masing-masing 3/4
gelas.
8. Membangkitkan selera makan
Sebanyak 10 g bubuk dari kulit batang pulai diseduh dengan air mendidih.
Tambahkan air perasan 1 buah jeruk limau, 1 sendok makan madu dan sedikit
garam, aduk merata. Setelah dingin diminum sekaligus.
9. Borok bernanah
Daun pulai kering digiling menjadi serbuk. Taburkan pada borok bernanah
setelah dibersihkan terlebih dahulu. Lakukan 2 kali sehari, sampai sembuh
10. Beri-beri
Ambil daun pulai yang masih muda sebanyak 16 lembar, masukkan ke
dalam bambu, lalu direbus dengan air,bersih. Air rebusannya diminum pada pagi
hari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
11. Wanita setelah melahirkan (untuk membersihkan organ dalam)
a. Sediakan daun pulai dan rimpang jahe yang segar secukupnya,
 lalu cuci bersih. Buat menjadi jus atau ditumbuk sampai halus. Saring dan
peras, airnya lalu diminum.
b. Kulit pulai dibersihkan, tambahkan sepotong kunyit, sedikit jahe dan
separo buah pala. Rebus dengan cuka encer pada periuk tanah yang tertutup
rapat. Setelah mendidih diangkat. Minum selagi hangat.
12. Sakit badan dan dada
Gunakan akar pulai yang dikunyah dengan pinang. Balurkan pada badan yang
sakit.

Sumber : http://forum.um.ac.id/index.php?topic=18877.0

B. Aquilaria beccariana Tiegh. (Gaharu)

Gaharu siap jual

1.    Ruang lingkup

Standar ini meliputi definisi, lambang


dan singkatan, istilah, spesifikasi, klasifikasi, cara pemungutan, syarat
mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan, sebagai
pedoman pengujian gaharu yang diproduksi di Indonesia.

2.    Definisi

Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas,
serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian
pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat
dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut,
dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp. (Nama daerah : Karas, Alim,
Garu dan lain-lain).
Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas
yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A.
malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan
setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang
lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India,
Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur.
Berdasarkan studi dari Ng et al. (1997, diketahui jenis-jenis berikut ini
menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu :
Aquilaria cumingiana, asal
Aquilaria subintegra, asal Thailand
Indonesia dan Malaysia
Aquilaria crassna asal Malaysia,
Aquilaria filaria, asal China
Thailand, dan Kamboja
Aquilaria grandiflora, asal
Aquilaria malaccensis, asal
China
Malaysia, Thailand, dan India
Aquilaria hilata, asal Indonesia
Aquilaria apiculina, asal Filippina
dan Malaysia
Aquilaria baillonii, asal Thailand
Aquilaria khasiana, asal India
dan Kamboja
Aquilaria microcarpa, asal
Aquilaria baneonsis, asal Vietnam
Indonesia Malaysia
Aquilaria beccarain, asal Indonesia
Aquilaria rostrata, asal
Aquilaria brachyantha, asal Malaysia
Malaysia
Aquilaria sinensis, asal Cina

Proses pembentukan
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang
masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat
disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit
terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian.
Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing
sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen.
Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan
beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk
mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang
menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu
tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian
tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk
tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau
penebalan pada batang dan cabang tanaman.
Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena
mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol.Untuk
kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu
dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon
penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan
gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat
digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp.,
Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum,
Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.

3.    Lambang dan Singkatan

3.1. U = Mutu utama 3.12. t = Tebal

3.2. I = Mutu pertama 3.13. TGA = Tanggung A

3.3. II = Mutu kedua 3.14. TAB = Tanggung AB

3.4. III = Mutu ketiga 3.15. TGC = Tanggung C

3.5. IV = Mutu keempat 3.16. TK 1 = Tanggung kemedangan 1

3.6. V = Mutu kelima 3.17. SB 1 = Sabah 1

3.7. VI = Mutu Keenam 3.18. M 1 = Kemedangan 1

3.8. VII = Mutu ketujuh 3.19. M 2 = Kemedangan 2

3.9. - = Tidak dipersyaratkan 3.20. M 3 = Kemedangan 3

3.10. p = Panjang 3.21. kg = kilogram

3.11. l = Lebar 3.22. gr = gram


4.    Istilah

a) Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses
penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau
pengerokan.
b) Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari
pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, dan
ditandai oleh warnanya yang hitam kecoklatan.
c) Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon
penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang
agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman
berseling coklat.
d) Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon
penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang
lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-
coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.

5.    Spesifikasi

Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu,


kemedangan dan abu gaharu.

6.    Klasifikasi

a. Gubal gaharu dibagi dalam tanda mutu, yaitu :


1) Mutu utama, dengan tanda mutu U, setara mutu super.
2) Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu AB.
3) Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu sabah super.
b. Kemedangan dibagi dalam 7 (tujuh) kelas mutu, yaitu :
1) Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu TGA atau TK I.
2) Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu SB I.
3) Mutu ketiga, dengan tanda mutu III, setara mutu TAB.
4) Mutu keempat, dengan tanda mutu IV, setara mutu TGC.
5) Mutu kelima, dengan tanda mutu V, setara mutu M 1.
6) Mutu keenam, dengan tanda mutu VI, setara mutu M 2.
7) Mutu ketujuh, dengan tanda mutu VII, setara mutu M 3.
c. Abu gaharu dibagi dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu :
1) Mutu Utama, dengan tanda mutu U.
2) Mutu pertama, dengan tanda mutu I.
3) Mutu kedua, dengan tanda mutu II.

7.    Cara Pemungutan

a) Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon


penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi
damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut.
b) Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau
dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah
mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai
kayu gaharu.
c) Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan
kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.
d) Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka
potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok.
e) Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau
pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu
gaharu.

8.    Syarat Mutu

a) Persyaratan umum

Baik gubal gaharu maupun kemedangan tidak diperkenankan memiliki cacat-cacat


lapuk dan busuk.
b) Persyaratan khusus

Persyaratan khusus mutu gaharu, dapat dilihat berturut-turut pada Tabel 1, 2 dan
3.

Tabel 1. Persyaratan Mutu Gubal Gaharu

Mutu
No. Karakteristik
U I II
1. Bentuk - - -
2. Ukuran :      
 p 4 - 15 cm 4 - 15 cm >15 cm
 l 2 - 3 cm 2 - 3 cm -
 t > 0,5 cm > 0,5 cm -
3. Warna Hitam merata Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan
4. Kandungan damar wangi Tinggi Cukup Sedang
5. Serat Padat Padat Padat
6. Bobot Berat Agak berat Sedang
7. Aroma (dibakar) Kuat Kuat Agak kuat

Tabel 2. Persyaratan Mutu Kemedangan

Mutu
No. Karakteristik
I II III IV V VI VII
1. Warna Coklat Coklat Coklat Kecoklatan Kecoklatan Putih keabu- Putih keabu-
kehitaman bergaris bergaris bergaris putih bergaris putih abuan garis abuan
hitam putih tipis tipis lebar hitam tipis
2. Kandungan damar Tinggi Cukup Sedang Sedang Sedang Kurang Kurang
wangi
3. Serat Agak padat Agak padat Agak padat Kurang padat Kurang padat Jarang Jarang
4. Bobot Agak berat Agak berat Agak berat Agak berat Ringan Ringan Ringan
5. Aroma (dibakar) Agak kuat Agak kuat Agak kuat Agak kuat Kurang kuat Kurang kuat Kurang kuat

Tabel 3. Persyaratan Mutu Abu Gaharu

Mutu
No. Karakteristik
U I II
1. Warna Hitam Coklat kehitaman Putih kecoklatan/kekuningan
2. Kandungan damar wangi Tinggi Sedang Kurang
3. Aroma (dibakar) Kuat Sedang Kurang
9.    Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh kayu atau abu gaharu untuk keperluan pemeriksaan
dilakukan secara acak, dengan jumlah contoh uji seperti tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Gaharu Contoh Uji

No. Jumlah Populasi Jumlah Contoh Uji


1. <100 kg 15 gr
2. 100 - 1.000 kg 100 gr
3. > 1.000 kg 200 gr

10.   Cara Uji

a) Prinsip : Pengujian dilakukan secara kasat mata (visual) dengan


mengutamakan kesan warna dan kesan bau (aroma) apabila dibakar.
b) Peralatan yang digunakan meliputi meteran, pisau, bara api, kaca
pembesar (loupe) ukuran pembesaran > 10 (sepuluh) kali, dan timbangan.
c) Syarat pengujian
1) Kayu gaharu yang akan diuji harus dikelompokkan menurut
sortimen yang sama. Khusus untuk abu gaharu dikelompokkan
menurut warna yang sama.
2) Pengujian dilaksanakan ditempat yang terang (dengan pencahayaan
yang cukup), sehingga dapat mengamati semua kelainan yang
terdapat pada kayu atau abu gaharu.

d) Pelaksanaan pengujian
1) Penetapan jenis kayu
Penetapan jenis kayu gaharu dapat dilaksanakan dengan
memeriksa ciri umum kayu gaharu.
2) Penetapan ukuran
Penetapan ukuran panjang, lebar dan tebal kayu gaharu
hanya berlaku untuk jenis gubal gaharu.
3) Penetapan berat
Penetapan berat dilakukan dengan cara penimbangan,
menggunakan satuan kilogram (kg).
4) Penetapan mutu
Penetapan mutu kayu gaharu adalah dengan penilaian
terhadap ukuran, warna, bentuk, keadaan serat, bobot kayu, dan
aroma dari kayu gaharu yang diuji. Sedangkan untuk abu gaharu
dengan cara menilai warna dan aroma.
a. Penilaian terhadap ukuran kayu gaharu, adalah dengan cara
mengukur panjang, lebar dan tebal, sesuai dengan syarat mutu
pada Tabel 2.
b. Penilaian terhadap warna kayu dan abu gaharu adalah dengan
menilai ketuaan warna, lebih tua warna kayu, menandakan
kandungan damar semakin tinggi.
c. Penilaian terhadap kandungan damar wangi dan aromanya
adalah dengan cara memotong sebagian kecil dari kayu gaharu
atau mengambil sejumput abu gaharu, kemudian
membakarnya. Kandungan damar wangi yang tinggi dapat
dilihat dari hasil pembakaran, yaitu kayu atau abu gaharu
tersebut meleleh dan mengeluarkan aroma yang wangi dan
kuat.
d. Penilaian terhadap serat kayu gaharu, adalah menilai kerapatan
dan kepadatan serat kayu. Serat kayu yang rapat, padat, halus
dan licin, bermutu lebih tinggi dari pada serat yang jarang dan
kasar.

5) Penetapan mutu akhir


Penetapan mutu akhir didasarkan pada mutu terendah menurut
salah satu persyaratan mutu berdasarkan karakteristik kayu gaharu.

11.   Syarat Lulus Uji


Kayu gaharu atau abu gaharu yang telah diuji atau diperiksa, dinyatakan
lulus uji apabila memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan.

12.   Syarat Penandaan

Pada kemasan kayu atau abu gaharu yang telah selesai dilakukan
pengujian harus diterakan:
- Nomor kemasan
- Berat kemasan
- Sortimen
- Mutu
- Nomor SNI
- Tanda Pengenal Perusahaan (TPP)

Sumber : http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SNI/gaharu.HTM

C. Arcangelisia flava (L.) Merr. ( Tali Kuning )

1. Taksonomi
Nama Inggris      : yellow-fruited moonseed
Nama Indonesia : tali kuning, daun bulan
Nama Lokal         : aruey ki koneng (Sunda),
oyod sirawanan (Jawa), peron (Jawa)
uwas (Minahasa), gumi modoku (Halmahera)

2. Deskripsi

Tumbuhan ini berupa liana, panjangnya dapat mencapai ± 10 m, batang


utama sebelum bercabang dua besarnya seperti lengan/betis orang dewasa, batang
tersebut mengandung air, batang dan cabangnya liat, dalam batang berwarna
kuning dan rasanya pahit. Bentuk daun bundar telur sampai lonjong/elip yang
meruncing di bagian ujung, permukaan daun hijau mengkilat. Perbungaan malai,
terdapat pada batang tua atau di ketiak daun, warna bunga kuning pucat. Pada
batang atau cabang-cabang yang besar terdapat tandan buah yang menggantung,
buah berwarna kuning, terdiri atas daging buah yang berlendir dan biji besar,
pipih. Merupakan tumbuhan liar yang umumnya ditemukan tumbuh di pantai
berbatu atau di tepi-tepi hutan, pada ketinggian 100 m sampai 800 m di atas
permukaan laut. Berbunga pada bulan Juli-September, pengumpulan bahan
sebaiknya dilakukan pada musim kemarau.

Distribusi/Penyebaran : Kayu kuning dapat dijumpai di Jawa, Sumatra,


Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan sebagian
di Irian.
Habitat : Tumbuh mulai dari dataran rendah sampai
ketinggian ± 800 m
dpl.
Perbanyakan : Jenis ini belum pernah dibudidayakan, tetapi banyak
dijumpai
di hutan-hutan di Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara
dan Irian. Umumnya
masih tumbuh liar.
Manfaat tumbuhan : Kayu tali kuning mengandung berberina yang aktif
sebagai zat pewarna kuning. Berberina yang
terdapat pada kayu bagian dalam (tidak terlalu keras)
mengandung 4,8% alkaloid yang menyebabkan rasa
pahit.

Sinonim :      Arcangelisia lemniscata (Miers) Becc., Arcangelisia


loureiri (Pierre) Diels
http://kebunrayaenrekang.com/kayu-kuning-arcangelisia-flava-merr/.htm

D. Paku simpai ( Ciborotum barometz (L.) J.Sm )

Suku : Dicksoniaceae

1. Nama:
a. Sinonim
Ciborotum assamicum Hook., C. Djambianum Hassk., Aspidium
Baromez Link., Dicksonia Baromez Link.
b. Nama daerah
Sayuran paku babulu ( maluku ), uta bahuru ( alf. Amb. ), paku simpai
( minang )
c. Nama asing
Gou ji (C), lamb of tartari, golden moss, scythian lamb ( l )
d. Nama simplisia
Rhizoma cibotii ( rimpang paku simpai )
2. Taksonomi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
             Kelas: Pteridopsida
                 Sub Kelas: Cyatheatae
                     Ordo: Cyatheales
                         Famili: Dicksoniaceae
                             Genus: Cibotium
                                 Spesies: Cibotium baranetz J. Sm.
3. Deskripsi :

Paku simpai tumbuh liar di tepi tebing, lereng bukit, jurang, tempat-tempat
rindang lain, atau ditanam sebagai tanaman hias di daerah wisata.
Paku menahun, tinggi 2,5-3 m, batnag kuat, pada batang dantangkai daun
ditumbuhi rambut berwarna kuning emas yang disebut pili cibotii. Daun seperti
kulit berkumpul di ujung batang membentuk roset batang, bertangkai panjang,
letak berseling, dan pangkal berambut warna kuning. Helaian daun besar berupa
daun majemuk menyirip ganda tiga, dengan anak daun kecil-kecil, ujung runcing,
pangkal tumpul, tepi bergerigi. Permukaan atas berwarna hijau tua, sedangkan
permukaan bawah abu-abu muda. Tumbuhan paku ini mempunyai rimpang yang
tebal dan berdanging. Daun muda bisa dimakan sebagai salad dan direbus
bersama daging atau ikan.
Sifat dan khasiat
Pahit, manis, hangat. Masuk meridian hati dan ginjal. Berkhasiat
manguatkankembali hati dan ginjal, antirematik, menguatkan tulang punggung
dan lutut, serta menghentikan pendarahan (hemostatis).

4. Kandungan kimia :

Rimpang mengandung pterosin R, onitin, dan onitin-2’-0-b-D-glucoside,


vitamin E, aspidinol, kanji dan tanin.

5. Bagian yang digunakan :

Rimpang dan rambut kuning yang melapisi batang. Bersihkan rimpang


dari akar dan rambut-rambut yang melapisi, potong tipis-tipis, kukus, dan jemur
sampai kering untuk disimpan. Rambut batang yang berwarna kuning dibersihkan,
jemur, lalu giling menjadi bubuk. Rimpang yang tidak dikukus disebut sheng
goujipian (Raw Cibot Rhizome Slice).

6. Indikasi :

Rimpang gou ji, Cibot Rhizome digunakan untuk mengatasi :

 Sakit pinggang ( lumbago ), tulang-tulang nyeri akibat flu,


 Kronik rheumatism, keseleo.

Sumber: http://books.google.co.id/books?
id=fMbggKgmphMC&pg=PA124&lpg=PA124&dq=paku+simpai&source=b
l&ots=fWIzOrky74&sig=dcfb_m3nhh2ToBns2hbmoOTsBpI&hl=id&ei=K6
HOTPWEMIWuuQPamLnzDw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum
=3&ved=0CBoQ6AEwAg#v=onepage&q=paku%20simpai&f=false

E. Pulasari ( Alyxia halmaheira Miq. )

Nama daerah
Palasari, Pulosari, Pulawaras
Deskripsi tanaman
Semak, merambat, batang berkayu bulat, bercabang, warna hijau.
Dauntunggal, lonjong, warna putih kehijauan. Perbungaan bentuk malai, di
ketiak daun, mahkota bentuk corong, warna putih. Buah kecil, bulat telur,
warna hijau.
Habitat
Tumbuh merambat di hutan-hutan di daerah pegunungan.
Bagian tanaman yang digunakan: Seluruh bagian tanaman
Kandungan kimia
Andrografin; Andrografoloid; Panikulin
Khasiat
Stomakik; Karminatif; Antispasmodik; Antitusif; Emenagog
Resep tradisional
Sariawan, Mulas : Kulit kayu pulosari (serbuk)1 sendok teh; Buah adas
(serbuk)10 butir; Pisang batu masak 2 buah; Pisang batu mengkal 2 buah;
Air sedikit, Serbuk pulasari dan Adas diseduh dengan air panas; pada
seduhan ditambahkan pisang batu; kemudian diremas dan diperas.
Alyxiae cortex ( Kulit Pulasari )

Nama Daerah :

Sumatra : akar mempelas hari, empelas hari, mempelas hari, pulasari, pulasar
(melayu), talasari (aceh)
Jawa : Aray palasari, arey pulasari, palasari, pulasari (sunda), pulasari (jawa)
pulasari, das plasare (madura), adas pulasari (jakarta).
Nusa :
pulasari (Bali)
tenggara
Sulawesi : pulasari, calpari (Makasar), calapari (bugis), balasari (buton)
Maluku : Purasane (Ambon)

Sumber :

http://books.google.co.id/books?
id=iO0ldwKoXvQC&pg=PA206&lpg=PA206&dq=alyxia+halmahera&sourc
e=bl&ots=Xo3kC8L15&sig=t50_Z8hxSW8OXSlXP9_YkXyteQM&hl=id&e
i=W8bOTLqPD4OmvgOjqtz3Dw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnu
m=5&ved=0CCEQ6AEwBA#v=onepage&q=alyxia%20halmahera&f=false

F. Anaxagorea javanica Bl. (Pelir musang)

1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Anaxagorea
A. Alstonia scholaris R. Br. (Pulai)

B. Alyxia reinwardtii Bl. (Pulasari)

C. Alyxia halmaheira Miq. (Pulasari)

D. Anaxagorea javanica Bl. (Pelir musang)

E. Aquilaria beccariana Tiegh. (Gaharu)

F. Aquilaria malaccensis Lamk. (Gaharu)

G. Arcangelisia flava (L.) Merr. (Tali kuning)

H. Cibotium barometz (L.) J. Sm. (Paku simpai)

Anda mungkin juga menyukai