Agroindustri Tepung Cabe Merah
Agroindustri Tepung Cabe Merah
Konsumsi cabe dalam bentuk tepung atau bubuk semakin meningkat dengan berubahnya
selera masyarakat yang semakin menghendaki bentuk makanan slap hidang. Perkembangan
konsumsi tepung cabe sejalan dengan semakin berkembangnya makanan instan seperti mie, bihun
dan nasi goreng. Disamping itu juga semakin banyak digunakan di rumah makan besar sebagai
bumbu pelengkap hidangan. Bubuk cabe juga mulai dipasarkan lewat swalayan dengan kemasan
khusus. Dalam perdagangan internasional bubuk cabe semakin berkembang oleh karena
jangkauan pasar yang semakin jauh. Pasar global semakin memungkinkan perdagangan cabe antar
negara, dan ini tidak mungkin dilakukan dalam bentuk segar. Prospek pasar bubuk cabe masih
terbuka luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri (ekspor). Berkembangnya industri makanan
di Indonesia merupakan peluang bagi pemasaran bubuk cabai di dalam negeri. Hal yang penting
diperhatikan dalam usaha bubuk cabai adalah perencanaan skala produk yang akan diusahakan
dan saat tepat dalam penjualan untuk memperoleh harga yang balk.
Bubuk cabai merah dibuat dari cabal merah yang telah dikeringkan. Proses pengolahan dari
cabai segar menjadi bubuk cabal melalui tahapan sebagai berikut :
1. Sortasi
Sortasi (pemilihan) dilakukan untuk memilih cabal merah yang balk, yaitu tingkat
kemasakannya di atas 60%, sehat dan fisiknya mulus (tidak cacat)
2. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sisa-sisa pestisida. Pencucian dilakukan
sampai bersih dan tangkai cabai dibuang.
3. Pembelahan
Pembelahan dilakukan sebelum pengeringan. Tujuannya untuk mempercepat waktu
pengeringan. Pada waktu melakukan pembelahan, sebaiknya menggunakan sarung tangan
plastik agar terhindar dari rasa pedas.
4. Blanching
Cabai merah yang telah bersih direndam dalam air panas yang hampir mendidih (90 °C) dan
telah diberi kalsium metabisulf atau atrium bisufit 2 g/l air (0,2%) selama ± 6 menit. Setiap
kilogram cabai dibutuhkan air panas ± 1,51. Kemudian cabai diangkat dan dimasukan ke
dalam air dingin, sehingga proses pemanasan terhenti. Cabai ditiriskan dan selanjutnya siap
dikeringkan. Tujuan blanching untuk mempercepat waktu pengeringan, mencegah browning
dan memperpanjang daya simpan. Selain itu juga untuk mencegah cabal menjadi keriput dan
warna tidak kusam akibat proses pengeringan.
5. Pengeringan
Setelah di-blanching cabal siap dikeringkan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara :
• Pengeringan alamai
• Pengeringan Buatan
Pada pengeringan alami, cabai dijemur selama ± 8 – 10 hari dengan panas matahari. Apabila
cuaca kurang balk, pengeringan relatif lama (12 – 15 hari). Cara ini biayanya cukup murah,
tetapi kelemahannya sangat tergantung pada cuaca dan dapat mengakibatkan turunnya
kualitas cabal keying yang dihasilkan. Guna mempercepat waktu pengeringan serta
meningkatkan kualitas cabai, pengeringan dilakukan dengan pengering buatan (oven) pada
suhu 60 °C selama 10 – 15 jam. Pada tahap ini suhu alat pengering harus diperhatikan jangan
sampai melebihi 60°C. Saat pengeringan, bahan sebaiknya dibolak-balik setiap 3 – 4 jam agar
keringnya merata. Pengeringan dapat diakhiri apabila kadar air telah mencapai 7 – 8 % atau
bila cabai merah kering sudah mudah dipatahkan. Penyusutan berat sekitar 50 – 60%, yaitu dari
30 kg cabai segar akan dihasilkan 4 – 5 cabai keying.
6. Penggilingan
Cabai merah yang sudah kering dihaluskan dengan menggunakan alap penepung (gilingan)
sehingga diperoleh bubuk cabai merah selain gilingan dapat juga digunakan blender (rumah
tangga), gilingan kopi atau mesin giling khusus bubuk cabal yang biasanya digunakan untuk
keperluan industri menengah keatas.
4.1. Parameter
− Kapasitas produksi 13,5 kg bubuk cabai/hari (skala rumah tangga)
Hari kerja dalam 1 bulan = 25 hari
Harga cabai merah segar = Rp. 5.000,-/kg
Sumber : Petani cabai Jawa Barat)
− Harga jual bubuk cabai = Rp. 18.500,-/kg
(sumber : produsen bubuk cabai dari Cimanggis Bogor dan Swalayan)
− Produksi bubuk cabai perbulan : 25 hari kerja @ 13,5 kg/hari = 337,5
kg/bulan Kebutuhan bahan baku cabai merah = 30 kg/hari = 750 kg/bulan
- Pembiayaan usaha berasal dari modal sendiri dan pinjaman bank. Struktur pendanaan
mengikuti struktur yang umum berlaku yakni 35% berasal dari modal sendiri dan 65%
dari pinjaman bank. Bunga pinjaman diperhitungkan 18% (kredit invetasi) dan 21% (kredit
modal kerja).
- Pajak usaha diperhitungkan sesuai aturan yang bersifat progresif (pajak progresif)
dengan ketentuan bahwa pajak dari laba usaha hingga sebesar 25 juta rupiah adalah
sebesar 10%, sisaan berikutnya hingga sebesar 50 juta rupiah dikenakan sebesar 15%,
dan sisaan berikutnya dikenakan sebesar 30%.
4.6. Analisis
Analisis sensitivitas digunakan untukl melihat pengaruh perubahan berbagai variabel
usaha terhadap indikator kelayakan investasi.
Dalam kajian ini sensitivitas dilakukan terhadap (a) Kenaikan biaya investasi sebesar
10%, (b) Kenaikan biaya variabel sebesar 10%, (c) Penurunan produksi tepung cabe sebesar 10%,
dan (d) Penurunan harga jual tepung cabe sebesar 10%. Dari hasil analisis sensitivitas, seperti yang
diringkaskan pada Tabel 5, terlihat bahwa jika terjadi perubahan variabel usaha, yang disebabkan
karena terjadinya kenaikan biaya investasi industri tepung cabe ini masih menunjukan indikator
kelayakan yang cukup baik. Namun usaha industri tepung cabe sangat sensitif apabila terjadi
kenaikan biaya produksi sebesar 10%, penurunan produk tepung cabe sebesar 10% dan penurunan
harga jual tepung cabe sebesar 10%.
KRITERIA Kondisi Biaya Investasi Biaya Variabel Produksi Turun Harga Jual
Normal Naik 10% Naik 10% 10% Turun 10%
Industri tepung cabe dapat dilakukan dengan skala besar maupun kecil. Industri skala kecil
dapat dikelola sebagai industri rumah tangga dengan skala usaha sekitar 10 kg bahan cabe segar
per hari, sedangkan skala besar dapat mencapai ribuan kilogram per harinya. Semakin besar skala
usaha tingkat keuntungan cenderung semakin tinggi karena semakin efisiennya penggunaan
faktor-faktor produksi. Peluang investor dalam kegiatan industri dapat bergerak dalam bentuk
industri besar-besaran secara mandiri atau kerjasama dengan pengrajin rumah tangga atau kedua
bentuk sekaligus.
Dalam bentuk industri besar yang mandiri dapat dilakukan dengan kemitraan dengan
petani penanam cabe. Investor berperan dalam penyediaan modal dan menampung hasil cabe
sesuai dengan kesepakatan, sedangkan petani bertanggungjawab dalam penanaman cabe.
Kemitraan dengan pengrajin rumah tangga dapat dilakukan misalnya investor menyediakan dana
investasi dan modal kerja (biaya operasional) dan memasarkan hasil, sedangkan pengrajin tepung
cabe rumah tangga melakukan processing pembuatan tepung cabe. Bahan baku cabe segar
diperoleh sendiri oleh petani dari bebas atau dapat juga disediakan investor.