RAMAH LINGKUNGAN
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan
Karya Ilmiah dengan tema Pengolahan dan Pengelolaan Limbah Tekstil.
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan
proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang paling
banyak. Limbah cair merupakan masalah utama dalam pengendalian dampak lingkungan
industri tekstil karena memberikan dampak negatif terhadap lingkungan karena banyak
mengandung sisa bahan kimia yang ditambahkan pada proses penyempurnaan tekstil.
Menteri Negara KLH telah menetapkan Keputusan Menteri Negara KLH Nomor: Kep-
03/KLH/ II/1991 untuk menjamin terpeliharanya sumber daya air dari pembuangan limbah
industri. Agar dapat memenuhi syarat pembuangan, limbah cair harus diolah dan pengolahan
limbah tersebut memerlukan biaya investasi yang tidak sedikit. Maka pengolahan limbah cair
harus dilakukan secara benar dan tepat agar pengolahan berlangsung dengan efektif dan efisien.
Karya ilmiah ini ditulis agar dapat menambah wawasan para pembaca untuk mengetahui cara-
cara untuk mengurangi hasil limbah cair dari proses industri tektil. Semoga karya ilmiah ini
berguna bagi para pembaca.
Terima kasih,
Penyusun
Aska N. Gunawan
ii
DAFTAR ISI
- Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
- Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.3 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.4 Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Tentang Tekstil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.2 Pembuatan Tekstil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 - 3
2.3 Tentang Limbah Tekstil Cair . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 - 4
2.4 Pengolahan Limbah Tekstil Cair . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 - 6
III. Metodologi dan Cara Kerja
3.1 Waktu Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3.2 Alat dan Bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3.3 Langkah Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
3.4 Teknik Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
IV. Hasil dan Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 - 9
V. Penutup
5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
5.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
- Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sector industri. Industri
yang diandalkan salah satunya adalah industri tekstil. Dalam proses industri tekstil limbah pasti
akan dihasilkan.
Selain itu proses industri tekstil membawa dampak, yakni adanya limbah cair yang berasal
dari proses industri tekstil. Limbah cair menimbulkan polusi air yang menyebabkan ekosistem di
perairan menjadi tidak seimbang. Tujuan pengelolaan limbah adalah untuk meminimalkan
limbah yang dihasilkan agar tidak mencemari air serta menurunkan kadar bahan pencemar
yang terkandung didalamnya hingga limbah cair memenuhi syarat untuk dapat dibuang.
Memanfaatkan kembali sisa-sisa limbah padat dan cair yakni seperti sisa minyak dan sisa kain
juga dapat dilakukan agar tidak menambah penghasilan sampah.
Jadi, limbah tekstil cair selain menyebabkan ekosistem di perairan menjadi tidak seimbang
juga menghasilkan limbah cair yang menimbulkan polusi air.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tentang Tekstil
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai
bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Pada umumnya bahan
tekstil dikelompokkan menurut jenisnya seperti berikut.
a. Pengkajian (Singeing)
Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi benang. Pemintalan mengubah serat
menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan, benang buatan maupun kapas
dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat kanji yang lazim digunakan adalah pati,
perekat gelati, getah, PVA (polivinil alkohol) dan CMC (karboksimetil selulosa).
c. Pemasakan (Scouring)
Seiring pada waktu yang sama dengan pengkajian, digunakan pengikisan (pemasakan)
dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari kain kapas.
2
d. Merserisasi
Merserisasi merupakan proses penyempurnaan pada benang atau kain kapas dalam larutan
natrium hidroksida pekat disertai tegangan dibawah suhu kamar, bertujuan untuk
meningkatkan kilau, daya serap dan kekuatan. Kapas juga dapat dimerserisasi dengan
perendaman dalam natrium hidroksida, dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam
untuk meningkatkan kekuatannya.
e. Penggelantangan (Bleaching)
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, perioksida, atau asam perasetat dan asam
karbonat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk pewarnaan. Kapas memerlukan
penggelantangan yang lebih ekstensif daripada kain buatan (seperti pendidihan dengan
soda abu dan peroksida).
f. Pewarnaan (Colouring)
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan memakai
proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sudah ditenun. Di Indonesia denim
biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara kegiatan pemberian warna.
g. Pencetakan
Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol atau kasa. Zat
warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zat warna alam dan zat
warna sintetik. Zat warna digolongkan berdasarkan pemakaiannya, misalnya zat warna
yang langsung dapat mewarnai serat disebut zat warna Substantif, dan zat warna yang
memerlukan zat-zat pembantu agar dapat mewarnai serat disebut zat Reaktif. Kemudian
zat warna juga dibagi menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkan, yakni zat
warna monogenetik apabila hanya memberikan satu warna dan zat warna poligenetik
apabila memberikan beberapa warna. Penggolongan zat warna yang lebih umum dikenal
adalah berdasarkan konstitusi (struktur molekul)dan berdasarkan aplikasi (cara
pewarnaannya) pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil,
kulit, kertas dan bahan-bahan lain.
h. Pencucian (Washing)
Pencucian merupakan proses pembersihan bahan tekstil dengan air, larutan sabun atau
deterjen untuk membersihkan bahan tekstil setelah melewati beberapa proses.
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji, pemasakan, merserisasi, penggelantangan, pewarnaan, pencetakan dan
pencucian. Limbah tekstil cair mengandung :
1. Logam berat (As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn)
2. Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing)
3. Pigmen, zat warna dan pelarut organik 3
4. Tensioactive (surfactant)
Dalam pengelolaan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu
dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai
upaya minimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment), dan
pembuangan limbah (disposal). Cara pengolahan limbah cair ada dua, yaitu :
1. Cara Kimia
Cara ini dilakukan dengan koagulasi menggunakan bahan kimia dan banyak digunakan.
Koagulasi merupakan metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk
koloid dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan
saling menarik dan menggumpal membentuk flok. Bahan kimia yang banyak digunakan
adalah :
- Ferosulfat - Alum - Polielektrolit
- Kapur - PAC
Pada cara ini, koagulan digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan yang ada dalam air
limbah menjadi flok yang mudah untuk dipisahkan yaitu dengan cara diendapkan,
diapungkan dan disaring. Pada beberapa pabrik cara ini dilanjutkan dengan melewatkan
air limbah melalui Zeolit (suatu batuan alam) dan arang aktif (karbon aktif).
Lumpur yang dihasilkan pengolahan limbah secara kimia adalah sumber utama limbah
pada pabrik tekstil. Limbah lain yang mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak
dan lateks. Alternatif pemanfaatan sisa kain dapat digunakan sebagai bahan tas kain yang
terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga digunakan sebagai isi bantal
dan boneka sebagai pengganti dakron.
Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan saringan plat
atau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak mengandung krom atau
logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah. Lumpur yang mengandung logam harus
disimpan ditempat yang aman, sampai ada suatu tempat pengolahan limbah berbahaya
yang dikembangkan diIndonesia, dan yang ada pada saat ini adalah Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) di Cilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
4
2. Cara Biologi
Cara ini mulai banyak dilakukan dan memanfaatkan aktifitas mikroba biologi untuk
menghancurkan bahan-bahan yang ada dalam air limbah menjadi bahan yang mudah
dipisahkan atau yang memberi efek pencemaran rendah. Beberapa pabrik tekstil terutama
pabrik besar telah melakukan pengolahan dengan gabungan cara kimia (koagulasi), cara
fisik (penyerapan) dan cara biologi (lumpur aktif). Cara biologi yang banyak dilakukan
adalah cara Aerobik metode Lumpur Aktif. Dengan cara tersebut air limbah dengan
lumpur aktif yang mengandung mikroba diaerasi untuk memasukkan oksigen, hingga
terjadi dekomposisi sebagai berikut :
Cara lumpur aktif dapat menurunkan COD dan BOD hingga 30 – 70 %, tergantung pada
karakteristik limbah cair yang diolah dan kondisi proses lumpur aktif yang dilakukan.
Pengolaban limbah cair memerlukan biaya investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit.
Dalam perencanaan desain IPAL terhadap air limbah yang akan diolah sebaiknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Zat pencemar dalam air limbah industri teksil terdiri dari bahan organik dan anoranik
yang mempunyai sifat terlarut atau terdispersi dalam air serta padatan kasarnya ,
seperti sisa serat dan benang.
2. Jumlah air limbah (debit) yang harus diolah perhari, serta fluktuasi jumlah air limbah
dalam 1 hari, 1 minggu, dan 1 bulan.
3. Jenis bahan yang terkandung dalam air limbah, yaitu bahan yang di lepas dari serat
serta bahan kimia yang di bubuhkan dalam suatu proses, dan karakteristik (sifat) kimia
dari setiap jenis bahan-bahan tersebut, misalnya sifat toksitasnya dan lain-lain.
4. Karakterstik kimia dan karakterstik fisik dari air limbah.
5
Selanjutnya dalam menentukan/menilai suatu desain IPAL hendaknya diperhitungakan
faktor-faktor berikut:
1. Jaminan kemampuan menghilangkan/menurunkan bahan pencemar yang terkandung
dalam air limbah.
2. Ketersediaan lahan.
3. Kemudahan pengoperasian.
4. Perimbangan biaya investasi dan biaya operasi.
5. Produk samping yang dihasilkan, misalnya lumpur, gas-gas dan sebainya, serta cara
pengelolaannya.
(Catatan: Dengan mempertimbangkan faktor – faktor di atas akan ditentukan metode
pengolahan untuk mendapatkan metode yang ideal memang tidak mudah, akan tetapi
sekurang – kurangnya dapat ditentukan skala prioritas terhadap faktor – faktor tersebut.)
6
BAB III
METODOLOGI DAN CARA KERJA
Pada umumnya pengolahan air limbah industri tekstil memerlukan tahap-tahap pengolahan
sebagai berikut :
1. Pemisahan padatan kasar yaitu sisa serat dan padatan kasar lainnya
2. Segregrasi
Hal ini dilakukan apabila air limbah dari suatu proses tertentu mempuyai sifat yang spesifik,
mempunyai beban pencemaran yang sangat tinggi dibandingkan dengan air limbah dari
proses lainnya, atau bersifat racun sehingga apabila digabungkan akan memberatkan atau
menyulitkan proses pengolahan
3. Ekualisasi
Untuk menghomogenkan konsentrasi zat pencemar, temperatur dan sebagainya, serta
untuk menyamakan laju alir/debit atau menghindari /mengurangi fluktuasi laju alir.
4. Penghilangan /penurunan atau penghancuran bahan organik terdispersi.
5. Penghilangan bahan organik dan anorganik terlarut.
(Catatan : Tahap 1, 2 dan 3 merupakan Pre-treatment. Tahap ini tidak- banyak
memberikan efek penurunan COD, BOD, tetapi lebih banyak ditujukan untuk membantu
kelancaran dan meningkatkan efektifitas tahap pengolahan selanjutnya.)
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bahan serta fungsi bahan pada setiap proses pembuatan tekstil adalah sebagai berikut :
2. Berdasarkan hasil penelitian, telah ditemukan beberapa keuntungan dan kerugian pada
setiap cara pengolahan limbah cair, yaitu :
(Catatan : Cara pengelolaan Sludge yaitu dengan mengeringkan sludge pada drying
bed lalu dimasukkan ke dalam karung. Beberapa pabrik telah mengunakan alat pengering
lumpur (filter press) atau belt press yang akan mengeluarkan air yang terkandung dalam
lumpur tersebut.)
8
3. Contoh dari hasil percobaan di laboratorium BBT adalah sebagai berikut :
9
BAB V
PENUTUP
5.3 Kesimpulan
1. Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji, pemasakan, merserisasi, penggelantangan, pewarnaan, pencetakan dan
pencucian.
2. Kita dapat meminimalkan volume limbah cair yang dihasilkan dari proses industri tekstil
dengan cara koagulasi, zeolit serta karbon aktif.
3. Proses limbah cair yang dihasilkan dari proses industri tekstil dapat dilakukan dengan cara
kimia dan biologi.
4. Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan
tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam sekitar 1,5 : 1
sampai 3 : 1.
5. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar.
6. Beban dari setiap ton produk untuk operasi kecil lebih besar dibandingkan dengan operasi
modern yang besar, sekitar 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.
5.4 Saran
1. Semoga karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca yang akan
membangun perusahaan industri tekstil agar lebih memahami pengertian dari tekstil dan
limbah cair serta cara pembuatan tekstil dan pengolahan limbah tekstil cair yang benar dan
tepat agar tidak membuang hasil limbah cair yang belum layak dibuang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Limbah : http://www.facebook.com/topic.php?uid=131617136014&topic=10528
Tim PPPG Kejuruan Sawangan. 2005. Pemanfaatan Limbah Tekstil. Jakarta: Depdiknas.
iv