Disusun Oleh :
Ayu Pratiwi
08071005015
1. Faktor-faktor Fisik
a. Pengaruh temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam
kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas
sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas. Pada umumnya batas daerah
tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di antara 0oC dan 90oC, sehingga untuk
masin -masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum, optimum dan
maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling rendah
dimana kegiatan mikroba asih berlangsun. Temperatur optimum adalah nilai yang
paling sesuai /baik untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai
tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi pada
tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal.
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap
spesies. Ada spesies yng mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit
didalam medium pada temperature 60oC; sebaliknya bakteri yang membentuk
spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap hidup setelah dipanasi
dengan uap 100oC atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses sterilisasi
untuk membunuh setiap spesies bakteri yakni dengan pemanasan selama 15-20
menit dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121oC di dalam otoklaf.
Mengenai pH medium kenapa berpengaruh terhadap daya tahan mikroba
terhadap pemanasan bahwa sedikit perubahan pH menuju asam atau basa sangat
berpengaruh terhadap pemanasan. Sehubungan dengan hal ini, maka buah-buahan
yang masam lebih mudah disterilkan dari pada sayur mayur atau daging.
Golongan bakteri yang dapat hidup pada batas-batas temperature yang
sempit, misalnya Gonococcus yang hanya dapat hidup pada kisaran 30-40oC.
golongan mikroba yang memiliki batas temperatur minimum dan maksimum tidak
telalu besar, disebut stenotermik. Tetapi Escherichia coli tumbuh pada kisaran
temperatur 8-46oC, sehingga beda (rentang) antara temperatur minimum besar,
inilah yang disebut golongan euritermik. Bila mikroba dipiara dibawah temperatur
minimum atau sedikit diatas temperatur maksimum tidak segera mati, melainkan
dalam keadaan dormansi (tidur).
Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan,
yaitu:
a. Mikroba psirkofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat
tumbuh pada daerah temperatur antara 0 C sampai 30 C, dengan
temperatur optimum 15 C. kebanyakan golongan ini tumbuh d tempat-
tempat dingin, baik di daratan maupun di lauatan.
b. Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur
optimum pertumbuhan antara 25 C-37 C minimum 15 C dan maksimum di
sekitar 55 C. umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-kadang
ada juga yang dapat hidup dengan baik pada temperatur 40 C atau lebih.
c. Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada
daerah temperature tinngi, optimum 55C-60 C, minmum 40 C, sedangkan
maksimum 75 C. golongan ini terutama terdapat di dalam sumber-sumber
air panas dan tempat-tempat lain yang bertemperatur lebih tinggi dari 55 C
Temperatur tinggi melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan
denaturasi protein dan enzim. Hal ini akan menyebabkan terhentinya
metabolisme. Dengan nilai temperatur yang melebihi maksimum, mikroba akan
mengalami kematian. Titik kematian termal suatu jenis mikroba (Thermal Death
Point) adalah nilai temperatur serendah-rendahnya yang dapat mematikan jenis
mikroba yang berada dalam medium standar selama 10 menit dalam kondisi
tertentu. Laju kematian termal (thermal Deat Rate) adalah kecepatan kematian
mikroba akibat pemberian temperatur. Hal ini karena tidak semua spesies mati
bersama-sama pada suatu temperatur tertentu. Biasanya, spesies yang satu lebih
tahan dari pada yang lain terhadap suatu pemanasan, oleh karena itu masing-
masing spesies itu ada angka kematian pada suatu temperatur. Waktu kematian
temal (Thermal Death Time) merupakan waktu yang diperlukan untuk membunuh
suatu jenis mikroba pada suatu temperatur yang tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain ialah
waktu, temperatur, kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikrroba, pH dan
komposisi medium. Contoh waktu kematian thermal (TDT/ thermal death time)
untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai berikut :
Nama mikroba Waktu Suhu (0C)
(menit)
Escherichia coli 20-30 57
Staphylococcus aureus 19 60
Spora Bacilus subtilis 20-50 100
Spora Clostridium 100-330 100
botulinum
f. Tekanan hidrostatik
g. Pengaruh Sinar
2. Faktor-faktor Kimia
b. Formaldehida (CH2O)
c. Alkohol
Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur
dengan air murni, efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan
sebagai desinfektan.
d. Yodium
f. Zat Warna
Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri,
tetapi kalau dicampur dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali.
Sejak lama obat pencuci yang mengandung ion (detergen) banyak digunakan
sebagai pengganti sabun. Detergen bukan saja merupakan bakteriostatik,
melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang gram positif itu
peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai garam amonium yang
mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari suatu basa
yang kuat dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan
untuk sterilisasi alat-alat bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam
pembedahan dan persalinan, karena zat ini tidak merusak jaringan, lagipula tidak
menyebabkan sakit. Sebagai larutan yang encer pun zat ini dapat membunuh
bangsa jamur, dapat pula beberapa genus bakteri Gram positif maupun Gram
negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-amonium klorida makin lama makin
banyak dipakai sebagai pencuci alat-alat makan minum di restoran-restoran. Zat
ini pada konsentrasi yang biasa dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.
h. Sulfonamida
i. Antibiotik
Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang
dihasilkan oleh jamur Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun
1929, namun baru sejak 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh
bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya bermacam-macam
antibiotik diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya ratusan. Genus
Streptomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin,
eritromisin, magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan.
Akhir-akhir ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik, obat-
obatan ini terkenal sebagai kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang
lain pun dapat dibuat secara sintetik pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh
golongan jamur, melainkan oleh golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin
dihasilkan oleh Bacillus brevis, basitrasin oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh
Bacillus polymyxa.Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik
kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya,
suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang
spektrumnya sempit. Pinisilin hanya efektif untuk membrantas terutama jenis
kokus, oleh karena itu pinisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit.
Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu
tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebelum suatu antibiotik
digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibiotik
itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu.
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah
yang kecil saja dapat menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik.
Hal ini mudah sekali dipertunjukkan dengan suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alat-
alat yang terbuat dari logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian
orang masih bisa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan.
Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau
mertiolat. ONa HgOH SHgCH2.CH3 CH3 NO3 COONa metafen mertiolat.
Beberapa adaptasi mikroba terhadapa salinitas air lain
1. The salt-in Strategy, Komponen intraseluler pada sel mempunyai garam yang
lebih tinggi, dimana terjadi proses osmotik relatif sama dengan konsentrasi
eksternal, seluruh system intra seluler beradaptasi dengan konsentrasi garam
yang tinggi contoh: Halobacteriales, dll.
2. The Compatible – Solute Strategy, Sel yang mempunyai komponen
konsentrasi garam yang rendah pada cytoplasmanya. Tekanan osmitik pada sel
diseimbangkan oleh larutan organik compatible (sukrosa, trehalose,
glucosylglycerol, asam amino, dll).contoh : Halomonas elongata, H.
halodenitrififians, dll.
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk
membersihkan biji – bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat
perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi selaput lendir, misalnya
pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang
mempergunakan persenyawaan perak dengan protein. Garam tembaga jarang
dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot
tanaman dan untuk mematikan tumbuhan ganggang di kolam-kolam renang
BAB 11
PERMASALAHAN
Laut yang dalam dan dingin, atau sumber hidrotermal bersuhu tinggi di
daerah vulkanis, adalah tempat teraman bagi kehidupan jasad renik untuk tetap
lestari karena jauh dari cengkeraman tangan manusia. Para ilmuwan dari Australia
menemukan jumlah kehidupan di bawah dasar samudra dua kali lipat
dibandingkan dengan yang pernah ditemukan sebelumnya. Sampel tanah yang
diambil di lepas pantai Newfoundland mengungkap ada mikroba bersel tunggal
yang hidup pada suhu tinggi di kedalaman 1.626 meter di bawah dasar
laut.”Ini mungkin bukan hanya yang terdalam yang pernah ditemukan
selama ini, tetapi juga di daerah yang terpanas di sedimen laut dalam,” ujar
R John Parkes, ahli geobiologi dari Cardiff University di New South Wales,
Australia. Parkes dan timnya menjabarkan secara detail temuannya dalam jurnal
Science yang terbit 23 Mei 2008. Mikroba dasar laut sebelumnya yang pernah
ditemukan ada di kedalaman 842 meter. Jasad renik yang hidup di bawah
permukaan bumi juga pernah ditemukan di daratan.Di pertambangan emas Afrika
Selatan, misalnya, ditemukan bakteri yang mampu hidup di kedalaman hampir 2
mil atau 3,2 kilometer di bawah permukaan tanah. Parkes dan koleganya
menganalisis sampel tanah yang diperoleh dari Program Pengeboran Dasar
Samudra. Mereka menemukan sel prokaryotic yang tidak memiliki nukleus sentral
yang berasal dari famili archaea. Sejenis bakteri. Mikroba ini mendapat energi
dari gas metana di lokasi tersebut. Jasad renik ini berkembang biak dengan subur
pada batuan berusia 111 juta tahun dan bertahan hidup pada suhu 60 hingga 100
derajat Celsius. Pada lingkungan ekstrem, kehidupan jarang ditemukan.
”Di lingkungan itu tak ditemukan cahaya dan oksigen. Meski begitu, ada
ruang untuk air di bebatuan. Itu yang dibutuhkan organisme tersebut,” ujar
Parkes, seperti dikutip LiveScience.com. Berdasar temuan ini, Parkes
menyarankan agar pengambilan sampel tanah tidak terbatas di permukaan Martian
(Planet Mars). ”Bila ditemukan kehidupan beberapa kilometer di bawah
permukaan bumi, ada kemungkinan ditemukan hal yang sama di planet
lain,” urai Parkes. Temuan peneliti AS Sementara itu, Katrina J Edwards,
geomikrobiolog dari University of Southern California, menemukan bakteri dalam
jumlah ribuan kali lipat lebih banyak di dasar laut dibandingkan dengan di atas
permukaan laut. Edwards dan koleganya menduga awal kehidupan di bumi ini
bermula dari dasar samudra. Mereka akan menggali lebih dalam lagi untuk
menemukan jawaban. Menggunakan analisis genetika, Edwards dan rekannya
menemukan keragaman lebih tinggi pada mikroba di batuan basalt dibandingkan
dengan di bagian lain di dasar laut ;misal sumber hidrotermal. Keragaman
mikroba di batuan dasar laut ini sekaya di tanah pertanian.”Kami sekarang
mengetahui lebih banyak mikroba dibandingkan dengan yang pernah diduga”
ucap David L Garrison, Direktur Program Biologi Oseanografi National
Foundation. Penemuan ini diterbitkan jurnal Nature, 29 Mei lalu.Mereka menduga
reaksi kimia pada bebatuan itu menjadi energi bagi mikroba tersebut. Penemuan
di Indonesia Penelitian mikroba di wilayah yang ekstrem, baik di laut dalam
maupun di lingkungan bersuhu tinggi, juga dilakukan sejak tahun 2001 di
Indonesia. Penelitian dilakukan di kedalaman 2.000 meter di bawah permukaan
laut pada Ekspedisi Laut Dalam ”Java Trench 2002”Oktober 2002. Ekspedisi ini
adalah kerja sama Indonesia-Jepang, dalam hal ini Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi dan Japan Marine Science and Technology Centre
(Jamstec). Ekspedisi itu merupakan kelanjutan ekspedisi kapal Yokosuka tahun
2001 di Samudra Hindia yang menemukan struktur tunggal (single structure)
geologi di 2.000-2.500 meter di bawah permukaan laut. Diduga struktur ini terdiri
dari susunan lumpur vulkanik atau bisa berupa reservoar hidrokarbon. Ini terjadi
diduga akibat aktivitas Patahan Sumatera yang menerus ke Samudra Hindia. Dari
penelitian itu juga diketahui bahwa pada jarak sekitar 60 kilometer sebelah
tenggara struktur tunggal itu ditemukan kerang pemakan gas metan yang disebut
acharax. Ini memperkuat dugaan bahwa di daerah itu ada rembesan gas metan
melalui patahan, seperti terekam dalam bagan seismik. Penyerap selenium
Penelitian mikroorganisme juga dilakukan di daerah vulkanis di beberapa tempat
di Indonesia. Penelitian ini mengandung nilai komersial. Riset yang dilakukan
Novik Nurhidayat, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, selama dua tahun dari 2004 menemukan selenium yang
berkhasiat antikanker. Selenium berasal dari luapan magma.Pada material itu
ditemukan bakteri termofil. ”Bakteri termofil ini mengonsumsi selenium
sebagai mikronutrisi untuk pertumbuhannya,” kata Novik. Ia menemukan
bakteri penyerap selenium di sumber air panas di Gunung Kerinci-Seblat
Sumatera, Dataran Tinggi Toraja di Sulawesi, Gunung Rinjani di Pulau Lombok,
dan Cibodas-Bogor dan Bali pada suhu 60-113 derajat Celsius. Riset itu bertujuan
mencarisumber bahan aktif dan senyawa obat dari mikroba dan tumbuhan herba
untuk mencegah dan mengobati kanker.Novik yakin akan banyak ditemukan
mikroba serupa di Indonesia karena Indonesia memiliki gunung berapi terbanyak
di dunia. Novik, peneliti terbaik Competitive Award LIPI 2006, menemukan
isolat yang mengonsumsi selenium dan tahan suhu tinggi. Dari 302 bakteri
termofil yang diisolasi, hanya ada 26 isolat yang teruji mengakumulasi selenium
dan 3 isolat di antaranya tahan pada suhu tinggi. Bakteri ini adalah thermus dan
geobacillus yang tahan pada suhu 80 derajat Celsius. Bakteri thermomicrobium
mampu hidup pada suhu 60 derajat Celsius. Selenium yang diserap bakteri itu lalu
membentuk selenoasam amino dan seleno-protein, yang mampu menghambat
perkembangan sel kanker. Dari daya serap Se (selenium) dan daya oksidasinya,
thermomicrobium adalah yang paling tinggi. ”Kini tengah disusun paten
tentang proses ekstraksi protein, penemuan bahan aktif, dan penemuan dan
pengembangbiakan bakteri itu,” papar Novik. Ekstrak ini nantinya bisa
berbentuk kapsul atau tablet (Syamsul,2008).
BAB IV
ISU TERKINI
Kusky, Timothy. 2008. Bukti Awal Kehidupan dari Dasar Laut .Gondwana.
http;//202.146.5,33/ver1/iptek/0611/01/170706.htm. Diakses 11
November 2009.
Mukhtasor. 2006. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita .
Jakarta.