Anda di halaman 1dari 9

DOSIMETER CTA

I . Tujuan
1. Mengukur dosis serap dan laju dosis
2. Mengukur penetrasi berkas elektron
3. Mengukur keseragaman dosis serap sepanjang jendela pemayar

II. Dasar teori


Dosimetri
Dosimetri radiasi adalah suatu metode pengukuran kuantitas energi radiasi, baik yang
berupa gelombang elektromagnet maupun berupa arus partikel bermuatan yang
dipancarkan oleh sumber radiasi pada titik geometris tertentu atau diserap oleh materi
yang terradiasi.
Pada hakekatnya dosimetri industri merupakan unsur pokok dari langkah-langkah
menuju penggunaan radiasi secara baik dan cara memproduksi barang dengan baik.
Karena dosimetri merupakan upaya pengendalian dosis radiasi terserap pada bahan
sehingga menghasilkan produk yang berkualitas maka seluruh parameter yang terlibat
dalam proses radiasi harus diperhitungkan dan diperhatikan pengaruhnya. Diantara
parameter yang dimaksud adalah :
1. Sumber radiasi (jenis dan energi radiasi, kekuatannya, efisiensi)
2. Bagaimana cara produk diiradiasi (apakah menggunakan konveyor, berapa
kecepatannya, berapa kali melintas sumber)
3. Dimensi produk yang diiradiasi
4. Bagaimana profil distribusi dosis dalam produk, posisi dosis maksimum dan dosis
minimum
5. Bagaimana lingkungan/kondisi iradiasi (temperatur, inert, atau lingkungan oksigen)
6. Bagaimana pelaksanaan pengukuran dosis radiasi terserap sehingga dapat memenuhi
syarat statistik dan keselamatan kerja.

Dosimeter cellulose triacetate (CTA)


Pengukuran dosis radiasi terserap dilakukan dengan menggunakan dosimeter
cellulosetriacetate (CTA). CTA film dosimeter dibuat oleh fuji foto film company limited
Jepang dengan nama FTR 125. Panjang gelombang pengukuran dilakukan pada 280 nano
meter. Ukuran CTA film dosimeter adalah lebar 8 mm, tebal 0,125 mm di dalam gulungan
yang panjangnya 100 meter. Evaluasi dosis serap dilakukan berdasarkan perubahan rapat
optik (optical density). Rapat optik diukur pada waktu sebelum dan sesudah iradiasi. Alat
baca film dosimeter tersebut adalah dosis reader FDR-01 (buatan Nisin High Voltage
Company) dengan prinsip penggunaan UV-Vis Spectrofotometer. Menurut Tanaka dkk,
perhitungan dosis serap menggunakan dosimeter CTA dapat dihitung dengan persaman
berikut :
D = ∆OD x t₀ x f
Kxt
dengan :
D = dosis serap (kGy)
ΔOD = perbedaan rapat optik sebelum dan sesudah diiradiasi (OD1-OD). Caranya yaitu
dengan mencacah CTA sebelum dan sesudah iradiasi menggunakan CTA readers
t₀ = tebal dosimeter nominal (0,125 mm)
t = tebal dosimeter terukur (mm)
K = perubahan rapat optic per kGy = 0,0063
f = faktor penyimpanan; f=1 apabila pengukuran rapat optik dosimeter CTA dilakukan
30 menit setelah diiradiasi. (Saptaaji, 2004: 6-7)

Dosimetri dalam pengolahan bahan dengan MBE perlu diperhatikan agar diperoleh
pengolahan yang optimum dan tepat guna. Dosis radiasi ini merupakan jumlah energi yang
diserap per satuan massa bahan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
proses radiasi terhadap suatu bahan berkaitan dengan dosis yang diterima, yaitu:
1. Densitas materi (bahan)
Semakin besar densitas materi maka penetrasi berkas elektron ke dalam materi akan
semakin kecil.
2. Energi berkas elektron sebagai fungsi arus dan tegangan
Semakin besar energi berkas elektron maka penetrasinya juga semakin besar.
3. Lama waktu yang diperlukan elektron mengenai materi
Semakin lama waktu materi terkena radiasi, maka semakin banyak dosis yang diterima,
hal ini tergantung pada kecepatan konveyor.
4. Arus berkas
Semakin besar arus yang
dialirkan, maka dosis yang diterima
akan semakin
besar.

Mesin Berkas Elektron (MBE)


Berkas elektron untuk keperluan
proses radiasi didapatkan dari suatu
alat pemercepat (accelerator) elektron.
Alat pemercepat elektron sering
disebut Mesin Berkas Elektron (MBE)
karena elektron yang dihasilkan
berupa berkas elektron atau hujan
elektron berdensitas tinggi.
Komponen utama MBE terdiri
dari : sumber elektron, sumber
tegangan tinggi (generator), tabung
akselerator (pemercepat), sistem optik
(terdiri dari : pengarah, pemfokus dan
pemayar), sistem hampa, sistem
instrumentasi dan kendali serta sistem
conveyor. Sumber elektron merupakan komponen MBE yang sangat penting. Fungsi sumber
elektron dalam MBE adalah untuk menghasilkan berkas elektron yang akan diradiasikan pada
suatu bahan.
Dalam proses radiasi dengan berkas elektron, ada tiga parameter utama yang harus
diperhatikan agar suatu proses radiasi berjalan efisien dan mencapai sasaran (Djaloesis,
1996), yaitu :
1. Radiasi berkas elektron, parameter radiasi berkas elektron meliputi energi radiasi dan arus
berkas elektron. Energi radiasi menentukan daya penetrasi radiasi dan laju dosis terhadap
cuplikan yang diiradiasi, sedangkan arus berkas hanya menentukan laju dosis radiasi.
2. Cuplikan yang diiradiasi, parameter cuplikan yang diiradiasi meliputi fasa, densitas dan
geometri.
3. Teknik radiasi, teknik iradiasi terhadap bahan dapat dilakukan secara batch, semi batch
dan sinambung (continue).

III. Alat dan Bahan


1. Dosimeter CTA
2. CTA reader
3. Dosimeter go-nogo
4. MBE 350 kEV/10 mA
5. Selotip
6. Tissue
7. Gunting

IV. Langkah Kerja

Keterangan:
1. Sumber tegangan tinggi
6. Jendela pemayar
2. Sumber elektron (electron gun)
7. Pompa turbomolekular
3. Tabung akselerator 8.
Sumber tegangan terisoler
4. Magnet pemayar (scanning system)
9. Pompa rotari
5. Corong pemayar (scanning horn)
10. Konveyor
a. Penentuan Dosis Serap dan laju dosis
1) Dosimeter CTA dipotong sepanjang kira – kira 7 cm.
2) Dosimeter CTA diiradiasi menggunakan MBE dengan tegangan, arus, dan
kecepatan konveyor tertentu.
3) Rapat optik/absorban dosimeter CTA setelah diiradiasi diukur menggunakan UV-
Vis Spectrophotometer.
4) Dosis terserap ditentukan berdasarkan absorbansi yang terukur.

b. Penentuan penetrasi berkas elektron


1) Dosimeter CTA dipotong sepanjang kira-kira 7 cm sebanyak 3 sampai 5 potong
dan diberi nomor
2) Dosimeter CTA disusun bertumpuk pada wadah yang sudah disediakan
3) Dosimeter CTA yang telah disusun diiradiasi dengan tegangan, arus berkas dan
kecepatan konveyor tertentu
4) Absorban dosimeter CTA diukur setelah diiradiasi dengan menggunakan CTA
reader atau UV-VIS Spectrophotometer
5) Dosis serap ditentukan dengan kurva kalibrasi
6) Grafik hubungan antara besarnya dosis serap relatif (Dmin/Dmax) dengan
penetrasi berkas diukur

c. Penentuan keseragaman dosis serap


1) Dosimeter CTA dipotong sepanjang kira-kira 7 cm sebanyak 3 sampai 5 potong
dan diberi nomor
2) Dosimeter CTA dipasang pada bahan yang akan diiradiasi sepanjang jendela
pemayar
3) Bahan yang sudah ditempeli dosimeter CTA diiradiasi dengan tegangan, arus
berkas dan kecepatan konveyor tertentu
4) Absorban dosimeter CTA diukur setelah diiradiasi dengan menggunakan CTA
reader atau UV-VIS Spectrophotometer
5) Dosis serap ditentukan dengan kurva kalibrasi
6) Grafik hubungan antara besarnya dosis serap relatif (Dmin/Dmax) dengan
penetrasi berkas diukur

V. DATA PENGAMATAN
(Terlampir)

VI. ANALISIS DATA


Analisis Data Dosis 20,8 kGy
A. Penentuan dosis serap laju dosis.

Dosis serap berdasarkan pengukuran dengan menggunakan UV-VIS :


CTA Dosis (KGy)
1 0.5
2 1.0
3 11.3
4 20.5
Keterangan : CTA 1 berada urutan paling bawah

 Laju Dosis
Diket : v = 0,9 cm/dtk
s = 6 cm

tradiasi = s/v
6
= = 6,667 dtk
0,9

dosis
Laju dosis ¿
waktu

CTA Dosis (KGy) Laju Dosis


(KGy/dtk)
1 0.5 0.074996
2 1.0 0.149993
3 11.3 1.694915
4 20.5 3.074846

B. Penetrasi Berkas Elektron


 Penetrasi
ρ CTA = 1,298 gr/cm3
t = 0,0125 cm
Penetrasi = ρ x t = 1,298 gr/cm3 x 0,125 cm
= 0,0162 gr/cm2

No Dosis (kGy) ρ (gr/cm3) t (cm) Penetrasi


(gr/cm2)
1 20.5 1,298 0,0125 0,0162
2 11.3 1,298 0,025 0,0325
3 1.0 1,298 0,0375 0,0487
4 0.5 1,298 0,05 0,0649

 Dosis Relatif
Dosis relatif = Dosis/Dosis Maksimum x 100%

No Dosis (kGy) Dosis Relatif (%)


1 20.5 100
2 11.3 55.12
3 1.0 4.88
4 0.5 2.44
Kurva Hubungan Dosis Relatif dan Penetrasi berkas

120

100

DOSIS RELATIF (%) 80

60

40

20

0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07
PENETRASI BERKAS (gr/cm2)

Penetrasi berkas = 70% dosis relative


Jadi Penetrasi Efektif = 0.027gr/cm2
0.027 gr /cm2
Ketebalan bahan efektif = = 0.0208 cm
1,298 gr /cm 3

C. Keseragaman dosis
No. Posisi (cm) Dosis Serap (kGy) Dosis Relatif (%)
1. 0 14.7 33.56164
2. 10 27.4 62.55708
3. 20 32.4 73.9726
4. 30 38.9 88.81279
5. 40 41.3 94.29224
6. 50 42.1 96.11872
7. 60 43.8 100
8. 70 42.9 97.94521
9. 80 42.4 96.80365
10. 90 41.4 94.52055
11. 100 35.4 80.82192
12. 110 29.6 67.57991
13. 120 21.3 48.63014
Kurva hubungan antara dosis relatif dengan posisi
120

100

80
Dosis Relatif (%)

60

40

20

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Posisi (cm)

Jadi daerah yang mempunyai keseragaman dosis = 30 sampai 90 cm

VII. PEMBAHASAN

Dosimeter CTA merupakan dosimeter standar primer sehingga dosimeter ini


digunakan untuk mengukur dosis pada MBE. Seperti yang kita ketahui bahwa dosis MBE
tidak bisa diketahui secara langsung tetapi hanya dapat mengukur besar arusnya karena arus
sebanding dengan dosisnya.
Pada praktikum dosimeter CTA, pertama ditentukan dosis dan laju dosis. Untuk
mengetahui suatu materi telah terkena radiasi atau belum digunakan dosimeter go-nogo
sebagai indikator. Dosimeter go-nogo awalnya berwarna kuning muda dan setelah terkena
radiasi berubah warna menjadi merah tua. Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan
spektrometer uv-vis diperoleh dosis CTA seperti yang tercantum pada data hasil percobaan.
Dalam penentuannya digunakan kurva kalibrasi vs respon dosimeter CTA yang hasilnya
kemudian dibagi dengan faktor penyimpanan yang diperoleh dari kurva hubungan antara
perubahan relatif absorban vs waktu irradiasi. Untuk menghitung laju dosis terlebih dahulu
ditentukan waktu iradiasi. Waktu iradiasi sama dengen lebar jendela pemayar pada MBE
dibagi kecepatan konveyor 0,9 cm/ detik. Jadi waktu irradisai diperoleh 6,667 detik.
Laju dosis dipengaruhi oleh waktu iradiasi dan energi iradiasi. Waktu iradiasi dipengaruhi
oleh kecepatan konveyor dan lebar jendela pemayar. Dan energi radiasi sebanding dengan
dosis iradiasi. Jadi jika waktu konstan, besarnya laju dosis sebanding dengan dosis
radiasinya.
D=D
t
Penetrasi berkas elektron pada MBE adalah kemampuan elektron untuk menembus
bahan yang diiradiasi. Penetrasi yang efektif menunjukan bahwa dosis yang diterima relatif
merata atau sama pada keseluruhan tebal bahan. Dalam praktikum, toleransi dosis yang
diizinkan sebesar 70% dari dosis maksimumnya. Dari sampel salah satu kelompok dengan
dosis maksimum 20,8 kGy diperoleh penetrasi efektif sebesar 0,027gr/cm2. Penentuan
penetrasi bertujuan untuk memperkirakan tebal bahan optimum yang akan diiradiasi sehingga
dosis yang diterima bahan tersebut merata diseluruh ketebalannya. Berdasarkan hasil
perhitungan, ketebalan effektif yaitu 0,208 cm. Penetrasi elektron dipengaruhi oleh :
1. Energi berkas elektron. Energi elekton yang besar akan mampu menembus bahan
lebih dalam sehingga semakin besar energi elektron maka penetrasi akan semakin
baik dan sebaliknya.
2. Jenis bahan . Jenis bahan mempengaruhi densitasnya. Bahan yang memiliki densitas
besar molekulnya semakin rapat sehingga penetrasinya semakin kecil dan sebaliknya.
3. Dosis radiasi. Semakin besar dosis radiasi semakin besar pula penetrasi elektron dan
sebaliknya.
Namun berdasarkan hasil praktikum, hasil yang diperoleh tidak sesuai teori. Hal tersebut
disebabkan oleh kotornya CTA pada saat pembacaan absorbansi dengan UV-Vis, sehingga
hasil dosis yang diperoleh menjadi kurang tepat.
Pengertian keseragaman dosis hampir sama dengan penetrasi. Pada penetrasi dimensi
yang diukur adalah tebal bahan yang akan diiradiasi sementara pada keseragaman dosis
dimensi yang diukur lebih ditekankan pada lebar tempat radiasi. Tujuan ditentukan
keseragaman dosis adalah untuk menentukan letak/posisi bahan yang akan diiradiasi sehingga
dapat memperoleh dosis yang seragam selain itu dapat diketahui pula batas posisi bahan yang
akan diiradiasi. Dari sampel salah satu hasil praktikum dapat diketahui daerah yang
mempunyai keseragaman dosis pada posisi 30-90 cm. Lebar daerah ini ditentukan
berdasarkan kurva dosis relatif vs posisi. Keseragaman dosis dipengaruhi oleh jenis sumber
elektron pada MBE. Pada praktikum sumber elektron yang digunakan pada MBE berupa titik
sehingga jarak lintasan elektron dari sumber ke bahan berbeda di sepanjang lebar bahan dan
menyebabkan ketidakseragaman dosis yang diterima bahan. Hal ini disebabkan oleh jarak
lintasan elektron menuju bahan yang di tengah (tepat di bawah sumber elektron) lebih pendek
dibanding lintasan pada bahan yang di pinggir. Karena berbeda jarak maka energi elektron
yang menembus bahan juga berbeda sehingga dosisnya menjadi tidak seragam di seluruh
bahan. Untuk MBE dengan sumber elektron berupa garis (memiliki beberapa titik sumber
yang segaris) jarak lintasan elektron dari sumber ke bahan relatif sama di sepanjang lebar
bahan sehingga dosis yang diterima bahan juga akan relatif sama.
Pada penentuan penetrasi dan keseragaman dosis perlu diperhatikan batasan standar
yaitu Dmax/Dmin = 1-1,5 , artinya dosis minimum yang diserap bahan harus 70% dari
maksimumnya agar memenuhi syarat berada pada rentang 1-1,5 . bila nilai D max/Dmin
mendekati 1 berarti dosis yang diterima bahan semakin seragam baik dalam dimensi lebar
(ditinjau dari keseragaman dosis) maupun ketebalannya (ditinjau dari penetrasinya).

VIII. KESIMPULAN
1. Faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya dosis iradiasi adalah arus berkas, lebar
window pemayar dan kecepatan konveyor (menetukan lama iradiasi), serta posisi
target.
2. Jika lama iradiasi konstan maka laju dosis berbanding lurus dengan dosis radiasi.
3. Penetrasi elektron dipengaruhi oleh energy berkas electron, jenis bahan dan dosis
radiasi.
4. Tebal effektif bahan irradiasi untuk MBE di PTAPB dengan tegangan 300 Kv,yaitu
0,208 cm.
5. Letak posisi bahan irradiasi agar diperoleh keseragaman dosis adalah antara 30-90
cm.

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Christina, Maria dkk. 2008. Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan, Dan
Contoh Aplikasinya. Yogyakarta:STTN-BATAN
2. Saptaaji, Rani. 2009. Dosimetri Akselator Elektron. Yogyakarta : PTAPB

Yogyakarta, 18 Desember 2010

Assisten Praktikan

Rani Sapta Aji Nurul Ifaizah

Anda mungkin juga menyukai