Materi Bab I
Materi Bab I
Pada ringkasan materi ini akan dibahas lebih mendalam tentang alasan di
perlukannya oleh guru dan calon guru.
1. Alasan Psikologis-Pedagogis
1
kajian dan kepustakaan tentang PKR sangat terbatas. Baru tercatat satu penelitian
tentang PKR (Soemardi dkk: 1996) dan baru satu seri modul PKR Universitas Terbuka
(Arial Djalil dkk, : 1997)
Bila dilihat dari bidang kajian psikologi pendidikan terdapat konsep “perbedaan
individual” atau “Individual differences”. Konsep ini member informasi bahwa setiap
anak didik bersifat unik. Artinya di samping memiliki persamaan juga memiliki
perbedaan. Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan jenis kelamin, usia dan
lingkungan.
Secara psikologis seperti diteorilkan oleh Piaget dan Bell-Gredler (1986), setiap
anak memiliki tingkat perkembangan atau “cognitive development” sesuai rentang
usianya mulai dari tingkat terendah sensori motor (masa bayi) samapai tingkat tertinggi
operasi formal (usia 12 tahun ke atas). Secara psikologis-sosiologis setiap anak
memiliki tuntutan perilaku peran yang berbeda-beda sebagaimana diteorikan oleh
Havighurst (Alberty: 1958) dalam konsep tugas-tugas perkembangan atau development
task. Secara moral anak juga memiliki tingkat perkembangan moralita, sebagaimana
diteorikan oleh Kohlberg (1975) dalam konsep cognitive moral development.
Konsep dan model PKR yang di dalam berbagai kepustakaan dikenal dengan
multigrade teaching” (Miller: 1989) “the multiage classroom” (Fogarty: 1992) atau
“multiple claas teaching” (UNESCO:1988) merupakamn pendekatan pembelajaran yang
dirancang untuk member perhatian dan melayani perbedaan individual anak untuk satu
atau lebih dari satu kelas, kedalam satu atau lebih dari satu ruangan.
2
Secara teoritik sesungguhnya PKR itu dirancang terutama untuk memberi layanan
perbedaan individual dalam proses pembelajaran dan bukan semata-mata untuk
mengatasi kekurangan guru dalam satu kelas. Selain itu dapat ditambahkan alasan lain
yakni sebagai upaya pembentukan keterampilan sosial atau social skills dealam konteks
sosial atau kelompok seperti dalam penerapan konsep Open Classroom di USA. (Raka
Joni: 1998). Karena itu PKR dapat diterapkan baik disekolah kecil, misalnya SD dengan
jumlah guru dan jumlah muridnya kecil, maupun di sekolah biasa yang jumlah guru dan
jumlah muridnya memadadi. Dengan kata lain PKR, sesungguhnya berkembang sejalan
dengan konsep dan prinsip psikologis dan pedagogis yang berlaku.
2. Alasan Demografis-Sosiologis
Secara geografis, letak SDN Ma’lengu berada di daerah dataran tinggi sekitar 70 km
sebelah timur kota Sungguminasa sehingga jauh dari keramaian. Selain itu, SDN
Ma’lengu juga termasuk salah satu sekolah terpencil di Kab. Gowa yang terletak jauh di
3
pelosok pedalaman yang baru berumur sekitar 4 tahun disebabkan karena sekolah ini
sebelumnya adalah kelas jauh yang kemudian mati (tidak ada aktifitas belajar)
disebabkan karena tidak ada tenaga pengajar yang mau ke daerah tersebut. Kemudian
baru pada tahun 2005 dirintis kembali dengan kondisi tenaga pengajar yang hanya
terdiri dari 3 orang dan ruang belajar terdiri dari 2 kelas. Baru pada tahun 2008
mendapatkan tambahan ruang belajar sebanyak 2 buah sehingga sudah ada 3 ruang
belajar. Terus guru yang mengajar pada sekolah tersebut terdiri atas 4 orang guru yang
berstatus PNS termasuk kepala sekolah, 3 orang guru berstatus honorer. Dan di sekolah
tersebut juga terdapat 8 rombongan belajar dan sekolah ini termasuk sekolah satu atap.
Siswa yang bersekolah di SDN Ma’lengu adalah anak-anak dari Dusun yang tidak
memungkinkan untuk bersekolah di sekolah lainnya. Oleh sebab itu tepatlah jika
sekolah ini dikategorikan sebagai sekolah terpencil.
Untuk mengatasi keadaan murid sedikit-guru sedikit, dan murid cukup-guru sedikit,
diperlukakan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan terjadi perangkapan kelas
oleh seorang guru dalam stu ruangan atau lebih dari satu ruangan. Relevan dengan
tuntutan itu konsep dan pendekatan pembelajaran kelas rangkap merupakan jawaban
yang tepat.
Selain itu konsep dan model PKR juga merupakakan jawaban yang tepat terhadap
adanya keterbatasan logistic. Misalnya ruang kelas yang terbatas karena sejak awal
ruangan sangat terbatas atau sebagian ruangannya sudah rusak yang disebabkan karena
umur bangunan yang sudah tua atau rusak akibat bencana alam seperti tsunami, gempa
bumi, tanah longsor dll.
Satu hal yang juga tidak dapat diabaikan adalah alasan ketidak hadiran salah seorang
guru karena berbagai alasan. Kondisi ini menuntut guru yang ada di sekolah untuk
4
melaksanakan kelas rangkap dengan menggunakan PKR. Keadaan ini sangat
memungkinkan terjadi baik di SD daerah pedesaan maupun daerah perkotaan.
Dari pembahan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan PKR secara
konseptual sesuai dengan konsep psikologi dan pedagogi dan secara praktis dapat
mengatasi berbagai kendala demografis, sosiologis, dan kendala situasional lainya.