Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KINERJA SISTEM REAL TIME GROSS SETTLEMENT-BI

PADA PT. BRI (Persero)

SRI AFRITA, SE
N I M : 92102045

ABSTRAK

Tuntutan terhadap sistem pembayaran yang cepat dan praktis semakin tidak
dapat dihindarkan dewasa ini. Suatu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan data kegiatan usaha perbankan adalah dengan
pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi. Diantara pemanfaatan Teknologi Sistem
Informasi adalah sistem BI-RTGS (Real time Gross Settlement). Sistem BI-RTGS adalah
suatu sistem yang disediakan Bank Indonesia untuk mempercepat transfer dana yang
berjumlah besar antar bank. Sistem yang juga telah diterapkan di PT. BRI (Persero) ini
menuntut pengawasan dari manajemen yang mendalam, baik secara luas maupun
secara sempit dengan diadakannya analisis dan pemeriksaan berkala. Diantara prosedur
analisis yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis prosedur pengamanan
Sistem BI-RTGS, analisis ini menilai distribusi pekerjaan dan wewenang pengguna
Sistem BI-RTGS, analisis ini merupakan analisis dari kehandalan Sistem BI-RTGS selain
analisis tersebut, dilakukan pula analisis ketentuan dan alur Sistem BI-RTGS pada
Penyelenggara dan Peserta, analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah standar
yang ditetapkan telah dijalankan sebagaimana mestinya, analisis ini merupakan analisis
ats kepatuhan pda prosedur. Dengan dilakukan analisis terhadap sistem BI-RTGS pada
PT. BRI (Persero), diharapkan dapat diidentifikasi keuntungan, kelemahan, dan ancaman
dari sistem yang dimiliki sekarang, sehingga dapat membantu manajemen PT. BRI
(Persero), dalam meningkatkan kinerja Sistem BI-RTGS yang dimilikinya. Dan
menjadikan sistem tersebut dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Sehingga
secara umum dapat dikatakan bahwa Sistem BI-RTGS ini memberi dampak positif bagi
perkembangan sektor perbankan.

1
2

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan kondisi perekonomian saat ini dimana terjadi persaingan


yang cukup keras, memaksa pelakunya untuk efisien dalam segala hal, termasuk dalam
melakukan transaksi perdagangan dan pembayaran. Transaksi perdagangan dapat
dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan ataupun berjauhan, baik yang
memiliki rekening di bank yang sama ataupun di bank yang berbeda. Hal ini
menyebabkan sulitnya penyelesaian hutang piutang antar pelaku transaksi tersebut.
Tuntutan terhadap sistem pembayaran yang cepat dan praktis semakin tidak dapat
dihindarkan. Kemampuan setiap bank dalam menciptakan bentuk pelayanan baru,
mengembangkan produk bank dengan penggunaan teknologi atau mengadopsi sistem
dan pelayanan yang dirancang atau dikembangkan Bank Sentral yaitu Bank Indonesia,
yang mempermudah gerak pengguna jasanya tanpa dibatasi ruang dan waktu dapat
mengikat nasabahnya untuk tidak berpaling kepada bank lain.
Suatu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pengelolaan data kegiatan usaha perbankan adalah dengan pemanfaatan Teknologi
Sistem Informasi. Dengan majunya teknologi informasi, berbagai transaksi sekarang ini
tidak harus dilakukan secara berhadapan langsung, melainkan dilakukan secara digital
melalui suatu sistem yang terkoneksi disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Diantara
pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi yang dikembangkan dan diimplementasikan
sejak 17 November 2000 oleh Bank Indonesia, saat ini telah diadopsi oleh PT. BRI
(Persero) adalah sistem BI-RTGS (Real time Gross Settlement). Sistem BI-RTGS ini
dikembangkan dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Namun peranannya yang cukup tinggi atas kegiatan operasional perbankan
mengharuskan sistem BI-RTGS untuk dapat diatur, dikontrol, dan dikelolah secara ketat.
Guna mencegah terjadinya kerugian perusahaan yang besar maupun bagi masyarakat.
Seperti kerugian yang diakibatkan penyalahgunaan oleh pihak yang tidak berwenang,
kerugian atas kehilangan dan kerusakan data, kerugian atas kesalahan pemrosesan data
atau gangguan dari luar karena suatu sistem berbasis teknologi betapapun canggih dan
majunya, tetap memiliki resiko.
Sebagai suatu bank yang memiliki jaringan yang luas, PT. BRI (Persero) harus
dapat mengantisipasi dan mengatasi permasalahan penggunaan Sistem BI-RTGS ini.
Analisis sistem perlu dilakukan mengingat semakin seringnya pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab memanfaatkan celah dan kelemahan dari sistem ini. Sehingga terjadi
pembobolan dana yang sangat besar disejumlah bank besar di Indonesia. Dengan
3

demikian perlu dikaji kekuatan dan kelemahan pemanfaatan Sistem BI-RTGS ini pada
PT. BRI (Persero), bagaimana kemampuan PT. BRI (Persero) dalam menanggulangi
upaya-upaya penyalahgunaan pihak yang tidak berwenang, kesalahan dalam
pemrosesan data dan gangguan pihak luar. Atau dilakukannya pemeriksaan berkala
(audit) atas sistem tersebut sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia. Permasalahan
lainnya adalah penggunaan Sistem BI-RTGS ini belum digunakan secara maksimal.
Masyarakat luas masih banyak yang belum mengetahui berbagai manfaat dari sistem ini.
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji proses berjalannya dan tata cara sistem pembayaran dengan
menggunakan sistem ini, menganalisis seberapa efektif Sistem BI-RTGS yang berjalan
pada objek yang diteliti, mengkaji bagaimana komunikasi data antar kantor pusat,
wilayah dan cabang, mengevaluasi pemanfaatan Sistem BI-RTGS (Real Time Gross
Settlement) khususnya dalam fungsi sebagai alat pentransferan dana antar bank, dan
mengevaluasi dampak BI-RTGS terhadap sistem pembayaran.
Dengan dilakukan analisis terhadap sistem BI-RTGS pada PT. BRI (Persero),
diharapkan dapat diidentifikasi keuntungan, kelemahan, dan ancaman dari sistem yang
dimiliki sekarang, sehingga dapat membantu manajemen PT. BRI (Persero), dalam
meningkatkan kinerja Sistem BI-RTGS yang dimilikinya. Dan menjadikan sistem tersebut
dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
Bagi masyarakat umum tesis ini dapat dijadikan tambahan sumber informasi
berkenaan dengan bidang perbankan, bahan acuan terutama terhadap sistem BI-RTGS.
Diharapkan hasil penelitian juga akan memberikan indikasi atas hal-hal yang
memerlukan perhatian lebih jauh dan penanggulangan permasalahan untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja perusahaan. Lebih lanjut analisis ini
diharapkan akan memberikan gambaran kondisi yang dihadapi dan potensi yang dimiliki
perusahaan dengan lebih dalam dan lengkap.
4

TEORI DASAR

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling


berhubungan antara satu dengan yang lain, berkumpul bersama untuk melakukan suatu
kegiatan antar atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sedangkan pendekatan
sistem yang lebih menekankan pada element atau komponennya mendefinisikan sistem
sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Sistem pembayaran adalah serangkaian sub-sistem atau sub-komponen yang
secara bersama-sama membentuk suatu kesatuan yang diperlukan dalam perpindahan
nilai uang (tansfer of value) dari satu pihak ke pihak yang lainnya yang dapat merupakan
perorangan, perusahaan, bank dan sebagainya.
Undang-undang No. 23 tentang Bank Indonesia (pasal 1) mendefinisikan sistem
pembayaran sebagai berikut, yaitu: “Sistem yang mencakup seperangkat aturan,
lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi”.

Elemen-Elemen Sistem Pembayaran


1. Otorisasi pelaksanaan pembayaran, yaitu pembayaran memberikan
otorisasi kepada banknya untuk mentransfer dana;
2. Pertukaran perintah pembayaran antarbank yang terlibat dalam proses
transaksi pembayaran. Proses ini biasanya disebut kliring; dan
3. Settlement antarbank yang terlibat dalam proses transaksi pembayaran.
Bank pembayar harus membayar bank penerima, baik bilateral maupun
melalui rekening yang dimiliki bank-bank tersebut pada lembaga
penyelenggara, umumnya bank sentral.

Saat ini penyelengaraan sistem pembayaran antar bank dilakukan melalui dua
cara, yaitu:
 Sistem BI-RTGS untuk transaksi nilai besar
 Sistem Kliring untuk transaksi ritel/ nilai kecil.
5

Non Kliring Melalui Kliring

BANK A BANK A

BANK F
BANK F BANK B BANK B

LEMBAGA
KLIRING

BANK E BANK C
BANK E BANK C

BANK D BANK D

Gambar 2.1. Pola Transaksi Antar Bank (Modul SPN BI, 2004:26)

Sistem Pembayaran BI-RTGS

Menurut Peraturan Bank Indonesia, Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer
dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan
seketika.
Bila ditarik kesimpulan, maka Sistem BI-RTGS harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
 Merupakan sistem transfer dana antar bank (credit transfer)
 Transaksi dilakukan secara elektronik dan on-line (computer to computer)
dan bersifat paperless (tanpa disertai warkat antar bank)
 “Gross” karena transaksi transfer diselesaikan satu persatu (tidak perlu
dikumpulkan terlebih dahulu sebagaimana halnya proses kliriing)
 “Real-time” karena pembukuan dan pemindahan dana antar bank dilakukan
secara seketika dari rekening bank pengirim ke rekening bank penerima
yang ada di Bank Indonesia, sepanjang saldo giro bank pengirim
mencukupi.

Peserta dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dibedakan menjadi:


1. Peserta langsung (principal member) yaitu peserta yang dapat melakukan transaksi
Sistem BI-RTGS secara langsung dengan menggunakan RTGS Terminal milik
peserta. Persyaratan sebagai peserta adalah memiliki giro di BI dan menyediakan
6

RTGS terminal server utama, RT Server back up, RT Workstation dan sarana
pendukungnya.
2. Peserta Tidak langsung (subsidiary member) yaitu peserta yang dapat melakukan
transaksi sistem BI-RTGS secara tidak langsung yang pelaksanaannya dilakukan
oleh petugas Bank Indonesia dengan menggunakan RTGS terminal milik Bank
Indonesia.

Mekanisme Pengiriman
Secara umum dapat digambarkan bahwa mekanisme pengiriman dana pada Sistem
BI-RTGS adalah sebagai berikut:
 Peserta pengiriman menginput kredit transfer pada RT untuk selanjutnya
ditransmisi ke RCC.
 RCC memproses kredit transfer dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Mengecek kecukupan saldo, apakah saldo rekening giro peserta pengirim
lebih besar dari atau sama dengan nilai nominal credit transfer.
2. Jika saldo rekening giro peserta pengiriman mencukupi akan dilakukan
posting secara simultan pada rekening giro peserta pengirim dan rekening
giro peserta penerima.
3. Jika saldo rekening giro peserta pengirim tidak mencukupi, credit transfer
tersebut akan ditempatkan dalam antrian (queue) sistem BI-RTGS.
Informasi credit transfer yang telah diselesaikan (settled) akan ditransmisikan
secara otomatis oleh RCC ke RT peserta pengirim dan peserta penerima.
Mekanisme pengiriman dana untuk proses BI-RTGS dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

BANK A

Antrian

Kecukup
an dana
Tidak

Ya

Settlement
Accounts

BANK B

Gambar 2.2. Mekanisme Kredit Transfer


7

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) pada mulanya didirikan di Purwokerto,


Jawa Tengah oleh Raden Aria Wiraatmaja dan kawan-kawan pada tanggal 16 Desember
1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Pada awalnya bernama
DePoerwokertosche Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau Bank Bantuan dan
Simpanan Milik Kaum Priyayi yang Berkebangsaan Indonesia (pribumi) dengan akta
otentik di buat oleh E.Siedburgh Asisten Residen.

Sejak tanggal 1 Agustus 1992, berdasarkan Undang-undang No. 7 tahun 1992


tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah
menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100 persen di
tangan pemerintah. Dengan perubahan Status menjadi persero, maka dituntut untuk
menjadi bank yang seefisien dan seefektif mungkin guna menghasilkan keuntungan yang
setinggi-tingginya, tanpa melupakan perannya sebagai agent of development.

Visi Dan Misi PT. BRI (Persero)


Dari laporan tahunan, diketahui visi dan misi PT. BRI (persero) adalah sebagai
berikut:

 Visi: Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan


nasabah.

 Misi:

 Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan


pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang
peningkatan ekonomi masyarakat.
 Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang
tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional
dengan melaksanakan praktek good corporate governance.
 Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak - pihak
yang berkepentingan.
8

Produk dan Layanan PT. BRI (Persero)


PT. BRI (Persero) memiliki kegiatan dan prospek usaha sebagai berikut:
1. Investment Banking yaitu penyaluran dan perolehan pinjaman menengah
besar, menjamin atau melakukan transaksi jual beli surat berharga.
2. Consumer Banking yaitu meliputi kegiatan bank yang menangani kebutuhan
masyarakat, khususnya dalam pemebrian kredit program, kredit perorangan
dan kredit usaha.
3. General Banking yaitu menghimpun dana masyarakat, memasarkan produk
dan pinjaman.

Managemen Kas PT. BRI (Persero)

Yaitu suatu fasilitas yang disiapkan PT. BRI (persero) untuk memudahkan
nasabah dalam melakukan transaksi keuangannya melalui PT.BRI (Persero) dimana
transaksi tersebut dapat dilakukan dari kantor mereka tanpa harus datang langsung ke
PT. BRI (Persero).

Struktur Kantor Operasional PT. BRI (Persero)

PT. BRI (Persero) memiliki tingkatan unit organisasi operasional. Tingkatan


tersebut yaitu: Sebuah Kantor Pusat, 15 Kantor Wilayah atau Kantor Cabang Utama,
320 Kantor Cabang Pembantu dan 4.057 Kantor Kas atau Unit Mikro pada tingkat sub-
distrik seperti di pedesaan. Operasional Struktur pada masing-masing unit, sangat
sederhana dan kecil. Dapat dilihat pada gambar:
9

KP

KW KW KW

KCP/KK KCP/KK KCP/KK

Gambar 3.1 Struktur Kantor Operasional PT. BRI (Persero)


10

METODE PENELITIAN

Secara garis besar tesis akan melalui proses perencanaan, pengumpulan data,
analisis dan penyajian hasil. Jenis data yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh secara langsung dari penelitian melalui
pengamatan dan wawancara. Dalam hal ini misalnya jawaban atas wawancara dan
daftar pertanyaan yang diberikan Sekilas gambaran yang disampaikan melalui video
tentang Sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring. Ataupun data pada saat observasi
langsung ke bagian-bagian terkait.
2. Data Sekunder yaitu data-data yang sudah dibuat oleh kedua objek penelitian, baik
dalam bentuk laporan-laporan, ataupun data yang diperoleh melalui artikel koran,
internet, jurnal-jurnal penelitian para ahli, dan lain-lain sesuai dengan tujuan
penelitian.
Data yang diperoleh dari kedua tempat penelitian adalah:
 Laporan-laporan mengenai sistem BI-RTGS dan modul pelatihan atas Sistem
BI-RTGS, laporan tahunan.
 Diagram alur (Lampiran 6, 7 dan 8)
 Esai, Outlook Sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring, Peraturan Bank Indonesia.

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka dilakukan analisis untuk


ditemukan keuntungan dan kelemahan-kelamahan sistem. Sehingga tujuan dari
penelitian tercapai. Teknik analisis data meliputi:
a. Analisis Perbandingan (Comparative) Sistem BI-RTGS dengan Sistem
kliring, analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui keunggulan Sistem BI-
RTGS atas sistem sejenis yang digunakan terdahulu.
b. Analisis Studi Kasus Sistem BI-RTGS, analisis ini dimaksudkan untuk
mengetahui kelemahan dan ancaman bagi penggunaan Sistem BI-RTGS.
c. Analisis Prosedur Pengamanan Sistem BI-RTGS, analisis ini juga menilai
distribusi pekerjaan dan wewenang pengguna Sistem BI-RTGS. Selain itu
analisis ini merupakan analisis dari kehandalan Sistem BI-RTGS.
d. Analisis Ketentuan dan Alur Sistem BI-RTGS pada Penyelenggara dan
Peserta, analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah standar yang
ditetapkan telah dijalankan sebagaimana mestinya. Analisis ini merupakan
analisis kepatuhan.
11

PEMBAHASAN

Prosedur dan alur Sistem BI-RTGS baik yang terjadi pada Bank Pengirim, Bank
Indonesia dan Bank Penerima dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Bank “Y” Bank Indonesia Bank “X”

6.
2. 3.
7 10.

1 5 9

4. 8.

Gambar 5.1. Alur Sistem BI-RTGS


Keterangan:
1. Permohonan transfer/slip transfer nasabah pada Bank ”Y” sebagai Bank
Pengirim untuk pihak penerima di Bank “X”
2. Sistem Komputer antar Bank Pengirim di Kantor Cabang, meneruskan ”txn” ke
RT di Kantor Pusat Bank Pengirim.
3. Berdasarkan file antarmuka Kantor Pusat, Bank Pengirim melakukan ” txn”
keluaran ke RCC-Bank Indonesia
4. “Txn” diselesaikan dan tercetak Completion Advice.
5. Completion Advice bagi Bank Pengirim.
6. RCC di Bank Indonesia menerima perintah kirim dari Bank Pengirim. Bila dana
mencukupi, RCC menyelesaikan “txn”. Dengan cara mendebit rekening Bank
Pengirim dan mengkredit Bank Penerima.
7. RT Bank Penerima menerima transaksi masukan
8. Transaksi masukan melakukan perintah cetak Confirmation Advice (CA).
9. Confirmation Advice bagi Bank Penerima dicetak
12

Kasus Pada Bank “X”

Bank “X” adalah Cabang dari sebuah Bank yang cukup terkenal di Indonesia.
Bank “X” berlokasi di daerah Segitiga Pasar Senen, dipimpin oleh seorang pimpinan
cabang yang diserahi tanggungjawab pengaturan dan pengambilan keputusan.

Pada bulan September 2003, Bank “X” mendapat mandat dari pihak “A” di Bank
‘Y” yang berlokasi di Kalimantan Timur untuk melakukan transfer deposito. Bank “Y”
semula hendak melakukan transfer dana lewat RTGS (real time gross settlement)
Rp 100.000.000.000,00 ke Bank “X”, dengan perintah ditaruh dalam
deposito. Pertimbangannya bunga deposito lebih tinggi yaitu 9 persen, dibanding bunga
antarbank sebesar 7 persen.

Tapi oleh Bank “X”, dana tersebut dimasukkan gironya orang tertentu yaitu pihak
“B”, seakan-akan ada perintah dari Bank “Y” untuk memasukkan ke giro orang
tersebut. Padahal itu tidak diperkenankan. RTGS mengharuskan, kalau ada perubahan
amanat harus dilakukan melalui sistem tertentu. Dengan aturan main yang jelas.

Analisis Kasus dan Alur Transaksi

Perkembangan produk bank dengan penggunaan teknologi sebagai salah satu


sarana memenangkan persaingan merupakan suatu kebutuhan, yang pada akhirnya
membawa dampak timbulnya tindak pidana kejahatan bidang perbankan. Kenyataan
bahwa bank adalah tempat terkumpulnya dana dalam jumlah yang besar membuat
banyak orang berusaha mencari cara untuk berhasil membobol dana di bank.
Pembobolan dapat dilakukan diberbagai layanan yang disediakan bank bahkan dapat
terjadi melalui sistem secanggih sistem BI-RTGS. Karena pada dasarnya sistem itu
selalu ada lubang-lubang yang bisa ditembus.

Modus penyalahgunaan dari Sistem BI-RTGS ini biasanya dilakukan dengan


beberapa cara, diantaranya:

1. Mengubah ultimate beneficiary/ Mandat, yaitu melakukan perubahan beneficiary


yang tidak sesuai dengan ketentuan BI-RTGS, dengan kata lain internal control bank
lemah.

2. Penipuan via SMS atau telepon, yaitu dengan melakukan pembukaan rekening yang
ditujukan untuk menampung dana kejahatan. Dilakukan dengan menggunakan data
palsu.
13

Pada kasus Bank “X” sangat terlihat keterlibatan orang dalam bank sendiri. Dugaan akan
adanya keterlibatan dari pimpinan cabang dikarenakan kasus ini tidak mungkin terjadi
tanpa adanya campur tangan pimpinan cabang. Untuk transaksi yang terjadi antara Bank
“X” dengan Bank “Y” pasti melalui pengawasa pimpinan cabang. Sehingga apabila
transaksi itu berhasil lolos, dugaan sudah pasti jatuh kepada pimpinan cabang.
Peran pimpinan cabang sudah dapat dilihat pada saat perubahan mandat.
Mandat yang dilakukan Bank “Y” kepada Bank “X” dirubah pihak tertentu kemudian
dikirimkan kembali kepada Bank “X” melalui faksimile seolah-olah ada perubahan
mandat dari Bank “Y” untuk mentransfer dananya kepada seseorang.

Gambaran alur transaksi dapat dilihat melalui gambar 5.2 dibawah ini:

Kantor Pusat Kantor Cabang Sistem Internal KP


2
Apl. Ant Kantor
C
A

3
1

Gambar 5.2. Alur Sistem BI-RTGS pada Bank ”X”

Keterangan:
1. Petugas Operasional Kantor Pusat melakukan pengisian data masukan “txn”
atas dasar CA ke Aplikasi Antar Kantor untuk diteruskan ke Kantor Cabang.
Dengan mendebet RAK RTGS dan mengkredit RAK Kantor Cabang. Kemudian
mencetak bukti realease aplikasi antar kantor tujuan dan menyimpan bukti “txn”
dan dokumen.
14

2. Pengalihan pembukuan transaksi dari RAK ke rekening nasabah yang tidak


tercantum dalam pesan di BI-RTGS yaitu pada field Ultimatry Beneficiary.
Pengalihan tersebut hanya didasarkan pada pembicaraan per telpon atau
faksimil.
3. Transaksi tercatat dan disimpan dalam sistem internal Kantor Pusat.

Tabel 5.1. Pesan bermasalah pada laporan RCC

Completion Advice Confirmation Advice

From Member Bank Pengirim Bank Pengirim

To Member Bank Penerima Kantor Cabang

Nominal RP. 100.000.000.000,00 RP. 100.000.000.000,00

TRN IFT00000 -

By Order Of Bank Pengirim -

A/C - -

Beneficiary KC Bank Penerima -

Payment Detail Untuk penempatan RTGS masukan Bank “Y”


Deposito sesuai surat. No. IDR 100.000.000.000,00
xxx/xxx/xxx Untuk penempatan
Deposito.
Originating Party Nasabah B Nasabah B

Ultimate Beneficiary Nasabah B Nasabah B

Pembahasan Prosedur

BI-RTGS dapat melakukan transaksi pembayaran individual secara real time.


Sistem ini termasuk sistem yang canggih dengan pengamanan yang ketat. Kasus diatas
terjadi karena adanya bantuan dari pihak dalam bank sendiri. Dana dimasukkan ke
rekening giro seseorang yang berkomplot dengan pimpinan cabang dari Bank “X”.
Kejanggalan dapat terbaca melalui copletion dan confirmation advice di Bank Indonesia.
Kasus diatas terjadi karena kurangnya sistem pengawasan internal perusahaan.
Seharusnya untuk transaksi bank terutama pemindahan dana yang cukup besar, mandat
melalui selembar kertas faks tidak bisa dijadikan penguat terjadinya transaksi. Terlebih
15

bila tidak dilakukan konfirmasi dan verifikasi terhadap dokumen tersebut. Untuk
mengantisipasi kejadian serupa harus ditempatkan pengawas dari Bank Indonesia di
bank-bank terutama bank yang sudah mendapatkan oversight supervision II. Dan itu
setiap hari berada di bank tersebut.
16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan:

 Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem pembayaran yang canggih. Namun


secanggih apapun suatu sistem, tetap tidak aman selama mental orang yang
menjalankan sistem tersebut masih buruk.
 Sistem Pengawas Internal (SPI) Bank “X” harus terus melakukan pengawasan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Dan bila
menemukan suatu indikasi harus segera melaporkannya kepada BI, Bapepam
dan Kejaksaan Agung (Kejagung), karena berkaitan dengan dana pihak ketiga
atau masyarakat.
 Kecurangan atau kejahatan dalam implementasi Sistem BI-RTGS ini, biasanya
melibatkan orang dalam dari suatu bank. Proses pada Sistem BI-RTGS lebih
efektif jika didukung oleh orang-orang, atau pelaku penggunaan Sistem BI-RTGS
ini.
 Penerapan Sistem BI-RTGS lebih memberi dampak positif dan manfaat daripada
dampak negatif dan kerugian. Seperti meningkatkan kepercayaan masyarakat
yang pada akhirnya meningkatkan volume transaksi.
 Penerapan Sistem BI-RTGS pada PT. BRI (Persero) sudah cukup baik, sesuai
dengan standar yang diminta Bank Indonesia. Hanya saja tetap tergantung
kepada manusia yang mengoperasikannya. Pihak-pihak yang telibat langsung
dengan sistem BI-RTGS ini.

Saran:

 Dilakukan training yang terus menerus kepada orang-orang yang terlibat dalam
BI-RTGS.
 Untuk Bank “X”, tidak mensahkan informasi atau perintah transfer melalui
faksimil atau mesin duplikasi apapun, surat singkat atau telepon tanpa dokumen
jelas.
 Sebelum dilakukan transfer perlu dilakukan klarifikasi dan verifikasi sebagai
bagian kehati-hatian.
 Bagi Bank Indonesia, melakukan penindakan semestinya kepada pelaku-pelaku
pembobolan. Selain hanya melakukan pemanggilan, peneguran dan pembinaan.
17

DAFTAR PUSTAKA

M, Jogiyanto H., 2003; Sistem Teknologi Informasi, Andi Offset, Yogyakarta.

Rindjin, Ketut., 2003; Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rahardja, Prathama daN Mandala Manurung., 2004; Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter, Fakulatas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Fitsgerald, Jerry, et all., 1981; Fundamentals of System Analysis, Ed 3, John Wikey and
son, New York.

Krismiaji., 2002; Sistem Informasi Akuntasi, UFP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia., 2004; Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,


Jakarta.
West, Cruchman; 1968 The System Approach, Dell, New York.
Effriyanto., 1995; Teknologi Informasi Bank, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No.6/8/PBI/2004
Modul Sistem Pembayaran Nasional Bank Indonesia.
Bank Sentral Republik Indonesia, Sebuah Pengantar, 2004.
Outlook Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, 2005.
Surat Edaran BI No 2/24/DASP, Perihal BI-RTGS, 2002.
Hermana, Budi., Electronic Fund Transfer System, www.gunadarma.ac.id
Bank For International Settlements., 1997; Real-Time Gross Settlement Systems, Basle.
McLeod, Raymond Jr., 1995; Sistem Informasi Manajemen, Ed. Bhs. Indonesia,
prenhallindo, Jakarta.
http://www.kompas.com/utama/news/0312/03/165650.htm
http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2003/12/15/brk,20031215-04,id.html
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/12/4/n3.htm

Anda mungkin juga menyukai