PBL Skenario 2 THT
PBL Skenario 2 THT
NPM : 1102008215
KELOMPOK : B2
SKENARIO : Pegawai Kamar Mesin Kapal
1. ANATOMI TELINGA
a. Anatomi makroskopis
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik
yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga
dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan.
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar
(meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian
telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau
gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatus
akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane tympani.
Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan
dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis
dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit
dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang
telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin
tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat
berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen ( minyak telinga ).
Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia
diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya
diliputi oleh epitel selapis kubis. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan
ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut kolagen dan elastin serta fibroblast.
Pada kuadran depan atas membran atas tympani tidak mengandung serabut dan
lemas, membentuk membran shrapnell.
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang
temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang
martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling
berhubungan melalui persendian. Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam
membran tympani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus.
Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan
membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra
ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat
tingkap bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut
membran tympani sekunder. Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng
yang terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum
yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada
maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan
stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.
Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah
siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran).
Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di
depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah
melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari
dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapat
dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan
statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ
tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian
atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil
kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang
menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan impuls saraf
ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar
sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat
keseimbangan di otak.
Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala
tympani, mengandung endolimfe.
Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran
reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.
Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel
reseptor bunyi pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang.
Akson-akson dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari
saraf vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke
pusat pendengaran/ keseimbangan di otak.
Perdarahan
Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang
berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang
merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis.
Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu :
1. pendengaran
Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut:
Getaran suara memasuki liang telinga → Menekan membran tympani → melintas
melalui tulang-tulang pendengaran → Menekan tingkap jorong → Menimbulkan
gelombang pada jaringan perilimfe → Menekan membran vestibularis dan skala
basilaris → merangsang sel-sel rambut pada organ corti. Di sinilah mulai terjadi
pembentukan impuls saraf.
Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai
memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskan
ke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan satu sama lain. Selanjutnya
stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan
melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah,
perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen
rotundum) terdorong kearah luar.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na
menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian
neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat
yang ada di lobus temporalis.
2. keseimbangan
Kanalis semisirkularis merupakan alat keseimbangan dinamik dan terangsang oleh
gerakan yang melingkar, sehingga kemana saja arah kepala, asal gerakan itu
membentuk putaran, maka gerakan itu akan tertangkap oleh salah satu, dua atau
ketiga kanalis semisirkularis bersama-sama. Pada manusia, kanalis semisirkularis
horizontal yang mempunyai peran dominan oleh karena manusia banyak bergerak
secara horizontal.
Utrikulus dan sakulus merupakan alat keseimbangan statik, yang terangsang oleh
gerak percepatan atau perlambatan yang lurus arahnya, dan juga oleh gravitasi.
Utrikulus terangsang oleh gerakan percepatan lurus dalam bidang mendatar,
sedangkan sakulus terangsang oleh gerakan percepatan lurus dalam bidang vertikal.
Dalam keadaan diam, gravitasi berpengaruh terhadap utrikulus maupun sakulus.
Hubungan sistem vestibuler dengan otot-otot mata erat sekali, sehingga semua
gerakan endolimfe selalu diikuti oleh gerakan bola mata. Sistem vestibuler
berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainan sistem vestibuler bisa
menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang bersangkutan.
a. definisi
Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing loss )
adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat
permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus
menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin
tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang
dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan
pada para pekerja tersebut Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling
sering dijumpai setelah presbikusis
b. etiologi
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari
definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung
dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara
audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :
1. Intensitas kebisingan
2. Frekwensi kebisingan
3. Lamanya waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia
7. Kelainan di telinga tengah
c. manifestasi klinis
d. patogenesis
Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut.
Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia
pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap
stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih
banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena
adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan
oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam
dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel
rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus
pendengaran pada batang otak.
GAMBARAN KLINIS
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara ( speech
discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat
menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi
dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak
didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala
yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan
konsentrasi.
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced
hearing loss ) adalah :
1. Bersifat sensorineural
2. Hampir selalu bilateral
3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )
Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.
4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan
pendengaran yang signifikan.
5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan
6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000
Hz.
6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000
dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.
Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan
juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi
wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat
gangguan pendengaran yang terjadi
e. diagnosis
Didalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesis yang
teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik.18 Dari anamnesis didapati
riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu
yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan
otoskopik tidak ditemukan kelainan.Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil
Rinne positip, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan
Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya adalah tuli sensorineural yang
biasanya mengenai kedua telinga. Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka
waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 – 10 tahun pertama
paparan.Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada
frekwensi tinggi ( umumnya 3000 – 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz sering
terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Sedangkan
pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( Short Increment Sensitivity Index ),
ABLB ( Alternate Binaural Loudness Balance ) dan Speech Audiometry
menunjukkan adanya fenomena rekrutmen ( recruitment ) yang khas untuk tuli saraf
koklea. Untuk menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bising
dan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan
faktor-faktor berikut :
1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.
2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.
3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.
4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi bising
yang menyebabkan ketulian.
5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja.
Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan
melakukan pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram
menunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran
tersebut akibat kebisingan di tempat kerja.
6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non industrial
seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit
sebelumnya.
f. penatalaksanaan
PENCEGAHAN
Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah
terjadinya NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja.
Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu : 13
1. Pengukuran pendengaran
Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :
a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.
b. Pengukuran pendengaran secara periodik.
2. Pengendalian suara bising
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear muff ( tutup
telinga ), ear plugs ( sumbat telinga ) dan helmet (pelindung kepala ).
b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan cara :
- memasang peredam suara
- menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruangan yang terpisah dari
pekerja
3. Analisa bising
Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas bising, frekwensi bising,
lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat utama dalam
pengukuran kebisingan adalah sound level meter .
1. Tes berbisik
2. Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini
menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada sestiap
frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai
prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat
ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
a. Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur
(uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman
pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan
anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.
Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran
seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat
ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi
seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan
bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.
Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat
menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-
2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi
yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang
ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk
menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang
pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran
tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat
mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran
audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia
sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada
muri.
Kehilangan Klasifikasi
dalam Desibel
2) Audiometri tutur
b. Manfaat audiometri
c. Tujuan
3. Tes Penala
1. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang
dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya
secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan
garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada
pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih
keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid).
Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus
eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar
didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras
dibelakang.
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang
lebih lama)
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa
maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak
lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai
aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah
tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid
pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan
garputala kedepan meatus akustukus eksternus.
2. Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang
antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan
garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.
Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika
telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau
sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga
akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum
timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus
di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan
didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut
lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama
kerasnya.
4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada
sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang terdapat.
3. Test Swabach
Tujuan :
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal)
dengan probandus.
Dasar :
Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak,
khususnya osteo temporale
Cara Kerja :
Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada
puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu
makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala
lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan
segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui
normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua
kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar
suara.
1. Tuli konduktif
2. Tuli perseptif
Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada sirkuit
system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan atau kehilangan
kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada :
a. Organo corti
3. Tuli campuran
Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna sehingga
infeksi skunder (tuli persepsi juga).
Kekurangan Pendengaran
Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita hal penting
yang harus diperhatiakan adalah umur prnderita. Respon manusia terhadap
suara atau percakapan yang didengranya tergantung pada umur
pertumbuhannya. Usia 6 tahun diambil sebagai batas, kurang dari 6 tahun
respon anak terhadap suara atau percakapan berbeda-beda tergantung
umurnya, sedangkan lebih dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau
percakapan yang didengar sama dengan orang dewasa karena luasnya
aspek diagnostik KP. Pad kedua golongan umur tersbut, maka dalam
makalah ini yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak umur 6
tahun keatas dan dewasa.
2. Jenis KP
a. KP jenis hantaran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau telinga
tengah.
b. KP jenis sensorineural
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada koklea
dan N.VIII)
c. KP jenis campuran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan telinga
dalam.
d. KP jenis sentral
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius dibatang
otak sampai dengan korteks otak.
e. KP jenis fungsional
Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi organic
pada system pendengaran baik perifer maupun sentral, melainkan
berdadasarkan adanya masalah psikologis atau omosional.
3. Menentukan penyebab KP
a. Tes bisik
c. Tes garputala
d. Pemeriksaan audiometri
KEHILANGAN PENDENGARAN
Kekurangan pendengaran biasanya terjadi secara normal pada usia 20 tahun. Masalah
kehilangan pendengaran biasanya datang secara berangsur-angsur dan sangat jarang
terjadi dengan Tuli Total.
CHL biasanya dapat diobat – SNHL tidak dapat. Penderita yang mempunyai kedua
bentuk kerusakan telinga diatas dinamakan Kerusakan pendengaran tercampur –
mixed hearing loss
Pengujian untuk pendengaran sangat disarankan bagi bayi yang baru lahir. Pada anak,
masalah pendengaaran dapat menyebabkan perkembangan bicara anak menjadi
lambat.
Infeksi pada telinga sering terjadi pada anak dan menyebabkan kehilangan
pendengaran sementara. Cairan yang masih tertinggal didalam telinga akan disertai
infeksi. Walaupun cairan ini bisa keluar tanpa disadari, hal ini dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran secara signifikan. Jika terdapat cairan lebih dari 8 – 12
minggu harus diperhatikan.
Mencegah kehilangan pendengaran itu lebih efektif daripada mengobati setelah terjadi
kerusakan
Beberapa Kasus :
Secara Genetik
• Osteogenesis imperfecta
• Leopard syndrome (multiple lentigines)
• Otosclerosis
• Robinson type ectodermal dysplasia
• Cockayne syndrome
• Bjorn pili torti and deafness syndrome
• Multiple synostosis syndrome
• Hunter syndrome
• Taybi oto-palato-digital syndrome
• Hereditary nephritis
• Mohr syndrome
• Hurler syndrome
• Waardenburg syndrome
• Kartagener syndrome
• Fronto-metaphyseal dysplasia syndrome
• Morquio syndrome
• Trisomy 13 S
• Multiple lentigines syndrome
• Treacher Collins syndrome
• Stickler syndrome
Infeksi
• Meningitis
Meningitis adalah infeksi yang disebabkan radang pada membran yang menutup otak
dan spinal cord
Meningitis yang bukan disebabkan oleh bakteri disebut sebaga “aseptic meningitis’.
Sedangkan yang disebabkan oleh bakteri disebut “purulent meningitis”
• Penyakit gondok
• Campak
• Infeksi Telinga – Akut (otitis media)
Disebabkan oleh Flu dan Sinus, Alergi, Asap Tembakau Rokok atau iritasi, Alergi,
Infeksi Adenoid atau Adenoidnya kelebihan hormon, Kelebihan produksi Mucus dan
Saliva pada saat pertumbuhan gigi
• Scarlet fever
Penyakit yang disebabkan karena infeksi tenggorokan klasifikasi grup A beta-
hemolytic streptococcal bacteria
Gejalanya disertai Radang Tenggorokan, Demam, ruam pada dada dan leher, lidah
berwarna seperti strawberi, pusing, menggigil dan nyeri pada otot …
Traumatic:
• Trauma gendang telinga (berlubang)
• Patah Tengkorak (temporal bone)
• AKUSTIK trauma
Disebabkan oleh ledakan, petasan, tembakan, konser rock dan telepontelinga
(earphone)
Dapat disebabkan oleh suara tinggi (besar) dan secara tiba-tiba atau secara perlahan-
lahan, kebisingan dan tinnitus
Perawatan
Kehilangan Pendengaran kemungkinan tidak dapat diperbaiki. Tujuan daripada
perawatan ini adalah untuk mengobati luka dan melindungi telinga dari kerusakan
yang lebih lanjut….tidak bisa diobati ….
Alat bantu pendengaran mungkin dapat membantu penderita untuk berkomunikasi.
Keahlian dalam membaca gerak bibir orang mungkin dapat dipelajari.
Harapan (Prognosis)
Kehilangan pendengaran dapat menjadi permanen pada telinga yang terpengaruh.
Penyumbat telinga mungkin dapat mencegah kehilangan pendengaran agar tidak
memburuk.
Komplikasi
Kehilangan pendengaran progressif itu adalah komplikasi utama dari akustik trauma
Pencegahan
Gunakan pelindung telinga untuk melindungi dari kerusakan yang disebabkan dari
suara keras. Berhati-hatilah dengan aktifitas yang berhubungan dengannya seperti
menembak, menggunakan mesin gergaji, mengendarai motor atau mengendarai mobil
salju
• Barotrauma (Perbedaan Tekanan)
Racun
• Aminoglycoside antibiotics
• Ethacrynic acid – oral
• Aspirin
• Chloroquine
• Quinidine
Keterkaitan karena USIA (presbycusis), manula tidak dapat mendengar suara yang
memiliki frekuensi tinggi
Pekerjaan harian:
Pekerjaan yang berdekatan dengan suara keras yang berlangsung secara berulang-
ulang, hari demi hari dapat mengalami kehilangan pendengaran yakni kerusakan
saraf. Peningkatan konsentrasi pada kondisi ruang kerja dengan nyata dapat
mengurangi kehilangan pendengaran
Lainnya
• Penyakit Meniere
• Akustik Neuroma (Tumor)