Anda di halaman 1dari 2

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan

bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan budaya sebagai seluruh total dari fikiran karya, dan hasil
karya manusia yang tidak berakal kepada nalurinya dan yang hanya dicetuskan oleh manusia sesudah
proses belajar. Koentjaraningrat memecah budaya menjadi 7 unsur, yaitu sistem kepercayaan dan
upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian,
sistem pendapatan hidup, dan sistem teknologi dan peralatan. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi.
Budaya mempengaruhi pola pemikiran dan sikap seseorang. Pola pemikiran dan sikap seseorang
menjadi berbeda-beda dengan yang lainnya. Toleransi sangat berperan penting disini, menyadari bahwa
setiap budaya berbeda-beda dan tidak bisa dipaksakan sesuai dengan budaya yang kita percayai. Bila
toleransi tidak ada maka akan timbul konflik antar budaya.
Konflik budaya seperti yang sering terjadi diberbagai kota maupun dipedalaman, menunjukkan
betapa pentingnya pengetahuan tentang budaya etnis, kelompok usia, kelompok agama maupun
kelompok tradisi tertentu ditanah air. Naluri dasar manusia yang paling primitif selalu timbul bila terjadi
perbedaan kepentingan .
Bahasa sebagai bagian dari budaya juga berbeda-beda setiap daerah. Berbedanya logat bicara
contoh mudahnya, orang Sumatra cenderung berbicara dengan logat nada yang tinggi. Hal ini mungkin
disebabkan daerah geografis Sumatra yang berbukit-bukit dan membuat orang satu sama lain harus
berteriak agar terdengar. Namun di pulau Jawa, orang cenderung berbicara dengan logat nada yang
lembut atau rendah. Daerah geografis pulau Jawa yang cenderung dataran rendah dan pemukiman
penduduk yang lebih padat membuat orang-orang di pulau Jawa tidak perlu berteriak saat berbicara
karena dengan nada pelanpun dapat didengar.
Bila orang Jawa dan orang Sumatra bertemu maka akan rawan timbulnya konflik. Orang Sumatra
dengan nada tinggi berbicara dengan orang Jawa. Orang Jawa bisa menganggap orang Sumatra tersebut
tidak sopan atau marah-marah karena berbicara dengan nada tinggi. Namun orang Sumatra juga bisa
menggangap orang Jawa tidak semangat berbicara dengan mereka. Hal seperti ini dapat menimbulkan
rasa tersinggung dan terjadilah konflik.
Perbedaan tradisi, budaya dan berbagai perilaku subkultur tertentu dalam kelompok
masyarakat dapat dijadikan alat perekat membangun kebersamaan ( togetherness ) untuk tujuan dan
tercapainya kepentingan bersama atas dasar saling peduli, saling menghormati dan saling mempercayai
sesama anak bangsa.
Komunikasi antar ( silang / lintas ) budaya bagi bangsa Indonesia sangat penting untuk dipahami
oleh segenap komponen bangsa, mengingat negara dan bangsa Indonesia terdiri dari kepulauan yang
dihuni oleh berbagai etnis dengan anekaragam budaya, tradisi dan memeluk agama yang beraneka
ragam. Pemahaman ini sangat penting utamanya dalam menyikapi pelaksanaan otonomi daerah yang
sering dijangkiti pandangan etnosentrisme sempit.
Bila setiap manusia mempunyai sikap toleransi dengan perbedaan budaya yang ada, dan mau
mengerti budaya orang lain maka akan tercipta lingkungan yang humble, penuh kasih saying, saling
menghormati dan tidak ada peperangan karena berbeda budaya. Ini karena semua orang saling
menghargai perbedaan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai