I. PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN
Menurut sejarahnya asal mula hak asasi manusia itu ialah dari Eropa Barat,
yaitu Inggris. Tonggak pertama kemenangan hak asasi ialah pada tahun 1215
dengan lahirnya Magna Charta. Di dalam Magna Charta itu tercantum
kemenangan para bangsawan atas raja Inggris. Di dalamnya di jelaskan bahwa
raja tidak lagi bertindak sewenang-wenang. Dalam hal-hal tertentu, raja di
dalam tindakannya harus mendapat persetujuan para bangsawan. Walaupun
terbatas dalam hubungan antar raja dan bangsawan, hal itu kemudian terus
berkembang. Sebagaimana suatu prinsip, hal ini merupakan suatu
kemenangan sebab hak-hak tertentu telah diakui oleh pemerintah.
Perkembangan berikutnya ialah adanya revolusi Amerika 1776 dan revolusi
Prancis 1789. Dua revolusi dalam abad XVIII ini besar sekali pengaruhnya
pada perkembangan hak asasi manusia itu. Revolusi Amerika menuntut
adanya hak bagi setiap orang untuk hidup merdeka, dalam hal ini hidup bebas
dari kekuasaan Inggris. Revolusi besar Prancis pada tahun 1789 bertujuan
membebaskan manusia warga negara Perancis dari kekangan kekuasaan
mutlak dari seorang raja penguasa tunggal negara (Absolute Monarchie) di
Perancis pada waktu itu (Raja Louis XVI). Istilah yang dipakai pada waktu itu
adalah Droit de i home yang berarti hak manusia, yang dalam bahasa inggris
disebut Human Rights atau Mensen rechthn dalm bahasa belanda. Dalam
bahasa Indonesia biasa disalin dengan “ Hak-hak kemanusiaan ” atau “ Hak-
hak asasi manusia ”. Yang dimaksud mula-mula dari istilah ini ialah hak yang
melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang maha Esa,
seperti hak hidup dengan selamat, hak kebebasan dan kesamaan, yang sifatnya
tidak boleh dilanggar oleh siapapun. (Darmodiharjo,1991:77)
Dari kelima sila yang diamanatkan dalam Pancasila dapat diuraikan hubungan
antara HAM dengan Pancasila sebagai berikut :
1) Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila tersebut mengamanatkan bahwa setiap warga Negara bebas untuk
memeluk agamadan kepercayaan masing – masing. Hal ini selaras dengan
Deklarasi Universal tentang HAM dimana terdapat perlindungan HAM dari
adanya diskriminasi, atas dasarjenis kelamin, warna kulit, ras, agama, bahasa
politik atau pandangan lain, asal – usul kebangsaan, rasial, kekayaan dan
kelebihan ataupun statusnya.
2) Sila Kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila ini mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam
Deklarasi HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi.
3) Sila Ketiga, Persatuan Indonesia
Sila ini mengamanatkan adanya unsure pemersatu diantara waega Negara
dengan semangat rela berkorban dan menempatkankepentingan bangsa dan
Negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip
HAM dimana hendaknya sesame manusia bergaul satu sama lainnya dalam
semangat persaudaraan.
4) Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Inti dari sila ini adalah musiyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan sehingga setiap orang tidak dibenarkan
untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat
mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini sesuai dengan Deklarasi HAM.
III. SIMPULAN
Berdasar uraian diatas maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia adalah hak atau kewenangan yang melekat pada diri
individu sejak ia lahir secara kodrati yang tidak dapat dirampas atau dicabut
keberadaannya.
2. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, sumber kejiwaan
masyarakat dan dasar Negara republik Indonesia.
3. Indonesia sebagai Negara hukum menjunjung Hak asasi manusia, hal ini
termuat dalam pancasila yang syarat akan nilai-nilai Hak asasi manusia dan
UUD 1945 yang memuat materi tentang HAM mulai dari pembukaan,
penjelasan umum dan batang tubuhnya.
4. Macam-macam HAM menjadi tolok ukur dalam kehidupan masyarakat
Indonesia sebagai pandangan hidup.
Latar Belakang Hak Asasi, HAM & Kehidupan, HAM & Pancasila, HAM dalam
UUD 1945
3.1. Pengantar :
S ejak berabad-abad yang lalu manusia telah mencatat hidup dan kehidupan dengan
berbagai dimensi fenomena perilakunya, sehingga melahirkan berbagai persoalan dengan
sederetan pola-pola kepentingan yang sangat menajam. Sering kali berbagai kepentingan
menjadi buah pertengkaran yang tak kunjung selesai. Persoalan menjadi berat ketika
sekelompok manusia dihadapkan pada persoalan penindasan penguasa atas hak-hak yang
dimilikinya. Manusia cenderung melakukan perlawanan atas hak yang semestinya.
Perlawanan yang berlabelkan perjuangan tersebut kadangkala juga mengkorbankan Jiwa
dan raga, oleh karenanya diperlukan sebuah kata sepakat mengenai seperangkat hak
tersebut. Telah menjadi kenyataan yang harus dibeli bahwa memperjuangkan hak seakan
– akan mendapatkan legitimasi “suci” dan benar, apalagi hal-hal yang dianggap
menyinggung perasaan sekaligus merendahkan martabat manusia.
Hal inilah yang memungkinkan sebuah bentuk penyadaran melalui pemahaman tentang
hak asasi manusia.
H ak asasi manusia bersifat mendasar dan umum [universal] artinya : bahwa hak ini
dimiliki tanpa membedakan atas dasar bangsa, ras, suku, agama, warna kulit, gender
dan sebagainya.
D asar dari semua hak asasi manusia adalah bahwa setiap manusia harus memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita citanya.
Latar belakang perjuangan untuk memperoleh hak-hak tersebut dirintis oleh dunia barat.
Selanjutnya perjuangan demi perjuangan ini melahirkan sebuah naskah yang bernilai
penting bagi perkembangan hidup dan kehidupan manusia dalam berbangsa.
Naskah yang merupakan wujud dari upaya perjuangan itu secara berangsur-angsur dapat
dijadikan rujukan dalam menata kehidupan berbangsa dalam mensosialisasikan hak serta
kewajibanya. Naskah tersebut bersifat umum dan sangat mendasar, dan naskah yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Magna Charta [Piagam Agung 1215], suatu dokumen yang mencatat beberapa
hak yang diberikan oleh raja Jhon dari Inggris kepada beberapa bangsawan
bawahanya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi kekuasan Raja
Jhon tersebut.
2. Undang-undang hak tahun 1689 [bill of rights], suatu undang-undang yang
diterima oleh Parlemen Inggris. Undang-undang ini dicapai melalui revolusi tidak
berdarah, dengan melakukan perlawanan Raja James II
3. Pernyataan hak asasi manusia dan warga negara, 1789 [Declaration des
droits de I’homme et du citoyen], suatu naskah yang dicetuskan pada permulaan
Revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap kekuasaan dan kesewenangan
kelompok penguasaan saat itu
4. Undang-undang hak [bill of right], suatu naskah yang disusun oleh rakyat
Amerika yang selanjutnya dikenal sebagai empat hak sebagaimana yang
dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat Fraklin D. Rosevelt pada permulaan
perang dunia II.
Hak-hak ini dikenal dengan istilah “ The Four Freedoms “ (empat kebebasan) yaitu :
D ari berbagai macam hak asasi manusia, dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam Hukum dan
pemerintahan
2. Hak asasi politik, yakni hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih
(memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), mendirikan partai politik.
3. Hak asasi sosial dan kebudayaan, misalnya hak untuk memilih pendidikan,
mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
4. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan.
Mengandung pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta menjamin setiap agama
melakukan ibadah menurut keyakinan masing-masing
1. Hak asasi manusia menurut Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Mengandung berarti pengakuan manusia sebagai individu dan sebagai mahkluk sosial.
Kemanusiaan mengakui semua manusia sama-sama sebagai mahkluk social yang
berkonsekuensi pada kedudukan yang sama tingi dan sama rendah.
1. Hak asasi manusia menurut Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawarahan perwakilan.
Kedaulatan ditangan rakyat berwujud dalam bentuk hak asasi seperti mengeluarkan
pendapat dan hak berkumpul.
1. Hak asasi manusia menurut Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menyatakan bahwa setiap manusia warga bangsa berhak menikmati kehidupan yang
layak dan terhormat.
Pasal 27
2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dapam upaya pembelaan negara.
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya
Pasal 28 B
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Pasal 28 C
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
2) Setiap orang berhak untuk bekerjasama serta mendapat imbalan dan pengakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Pasal 28 E
1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut ajaran agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali.
Pasal 28 F
Pasal 28 G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun
Pasal 28 I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan
hokum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu
3) Identitass budaya dann hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hokum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan pertundang-undangan
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis
Pasal 29
Pasal 30
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara
Pasal 31
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya
q Disamping hak asasi adapula kewajiban asasi, dalam pelaksanaan secara logis
harus dijalankan kewajiban setelah itu baru menuntut hak.
q Hak asasi tidak dapat dituntut secara mutlak, karena kemutlakan berarti
melanggar hak asasi orang lain.
Konsep Hak Asasi Manusia
Konsep Hak Asasi Manusia dalam UU. Nomor 39 Tahun 1999: Telaah dalam Perspektif
Islam
Catatan Pembuka
Dewasa ini hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekadar sebagai perwujudan paham
individualisme dan liberalisme seperti dahulu. Hak asasi manusis lebih dipahami secara
humanistik sebagai hak-hak yang inheren dengan harkat martabat kemanusiaan, apa pun latar
belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin dan pekerjaannya. Konsep tentang hak
asasi manusia dalam konteks modern dilatarbelakangi oleh pembacaan yang lebih manusiawi
tersebut, sehingga konsep HAM diartikan sebagai berikut:
“Human rights could generally be defined as those rights which are inherent in our nature
and without which we cannot live as human beings”
Dengan pemahaman seperti itu, konsep hak asasi manusia disifatkan sebagai suatu
common standard of achivement for all people and all nations, yaitu sebagai tolok ukur
bersama tentang prestasi kemanusiaan yang perlu dicapai oleh seluruh masyarakat dan
negara di dunia.
Pada tataran internasional, wacana hak asasi manusia telah mengalami perkembangan
yang sangat signifikan. Sejak diproklamirkannya The Universal Declaration of Human
Right tahun 1948, telah tercatat dua tonggak historis lainnya dalam petualangan
penegakan hak asasi manusia internasional. Pertama, diterimanya dua kovenan
(covenant) PBB, yaitu yang mengenai Hak Sipil dan Hak Politik serta Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya. Dua kovenan itu sudah dipemaklumkan sejak tahun 1966, namun
baru berlaku sepuluh tahun kemudian setelah diratifikasi tiga puluh lima negara anggota
PBB. Kedua, diterimanya Deklarasi Wina beserta Program Aksinya oleh para wakil dari
171 negara pada tanggal 25 Juni 1993 dalam Konferensi Dunia Hak Asasi Manusia PBB
di Wina, Austria. Deklarasi yang kedua ini merupakan kompromi antar visi negara-
negara di Barat dengan pandangan negara-negara berkembang dalam penegakan hak
asasi manusia.
Di Indonesia, diskursus tetang penegakan hak asasi manusia juga tidak kalah gencarnya.
Keseriusan pemerintah di bidang HAM paling tidak bermula pada tahun 1997, yaitu
semenjak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) didirikan setelah
diselenggarakannya Lokakarya Nasional Hak Asasi Manusia pada tahun 1991. Sejak
itulah tema tentang penegakan HAM di Indonesia menjadi pemebicran yang serius dan
berkesinambungan. Kesinambungan itu berwujud pada usaha untuk mendudukkan
persoalan HAM dalam kerangka budaya dan sistem politik nasioanal sampai pada tingkat
implementasi untuk membentuk jaringan kerjsama guna menegakkan penghormatan dan
perlindungan HAM tersebut di Indonesia. Meski tidak bisa dipungkiri adanya pengaruh
internasional yang menjadikan hak asasi manusia sebagai salah satu isu global, namun
penegakan hak asasi manusia di Indonesia lebih merupakan hasil dinamika intrenal yang
Beberapa pertanyaan mendasar muncul pada waktu itu sampai saat ini. Bagaimana
konsep HAM menurut undang-undang tersebut? Sejauh mana memiliki titik relevansi
dengan dinamisasi masyarakat? Bagaimana penegakannya selama ini? Seberapa besar ia
mengakomodasi nilai-nilai universal?
Tulisan singkat ini tidak akan menjawab semua persoalan di atas, tetapi hanya akan
mencoba menelisik persoalan HAM di Indonesia dengan melakukan pengujian terhadap
instrumen UU no. 39 tahun 1999 tentang HAM secara sederhana dan melakukan studi
komparatif dengan konsep HAM dalam Islam mengingat keberadaan Indonesia yang
berpenduduk mayoritas muslim. Pembahasan akan diawali dengan membeberkan konsep
HAM dalam kerangka UU. No. 39 tahun 1999, dilanjutkan dengan HAM dalam
perspektif Islam dan diakhiri dengan analisis berupa kajian UU tentang HAM ditinjau
dalam perspektif Islam.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1
angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM).
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM).
Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan
berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak
anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi
Manusia. Materi Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI
Nomor XVII/MPR/1998.
Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia terdiri dari:
1. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
meningkatkan taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir
dan batin serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap orang berhak untuk membentuk
kelaurga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah atas kehendak yang
bebas.
3. Hak mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak
pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.
4. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh
keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara
pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas
dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara
obyektif oleh Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar.
5. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai
keyakinan politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama masing-
masing, tidak boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas
bergerak, berpindah dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia.
6. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
7. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat
dengan cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan,
berhak atas pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi
melindungi dan memperjuangkan kehidupannya.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak turut serta dalam
pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan
dapat diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.
9. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan,
profesi dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Di
samping itu berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau
profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.
10. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat
dan negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri
dan tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
Masalah hak asasi manusia menurut para sarjana yang melakukan penelitian pemikiran
Barat tentag negara dan hukum, berpendapat bahwa secara berurut tonggak-tonggak
pemikiran dan pengaturan hak assasi manusia mulai dari Magna Charta (Piagam Agung)
http://www.scribd.com/doc/34811311/Konsep-Hak-Asasi-Manusia