Penggunaan mu‘aththalah di
dalam ayat tersebut berkaitan dengan banyaknya umat terdahulu yang
dibinasakan Allah dengan menghancurkan kotanya, meruntuhkan istananya, dan
mengeringkan sumurnya, karena
mereka menzhalimi diri mereka sendiri dengan menentang para rasul yang
diutus Allah kepada mereka. Ayat ini merupakan penghibur dan
pembesar hati Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah, juga bagi umatnya, di mana
nabi-nabi terdahulu juga mengalami dan berhadapan dengan umatnya yang menentang
ajaran yang mereka bawa, tetapi pada akhirnya para penentang itulah yang
binasa.