Anda di halaman 1dari 10

Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya


di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga
melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan
produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002)

2. Klasifikasi Hipertensi

a. Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :


Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak
diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).
Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari
kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).

b. Berdasarkan bentuk hipertensi,yaitu hipertensi diastolic,campuran,dan sistolik.


Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa
diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda.Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan
darah pada sistol dan diastol. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya
ditemukan pada usia lanjut. (Gunawan, 2001)
3. Etiologi hipertensi

Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut


jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah
satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf
atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik
sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung
biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak
meninbulkan hipertensi (Astawan,2002)
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan
air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau
aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan
garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume
diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata
preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002).
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan
dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa
secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan
dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai
mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen
semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi
untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai
tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup.( Hayens, 2003 )
4. Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di


pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi (Corwin,2001)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan
hipertensi ( Dekker, 1996 )
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin,2001).
5. Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema
pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi
yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi
pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin].
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur
akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain (Wiryowidagdo,2002)

6. Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko hipertensi meliputi :


Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat
dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh
yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia
kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur
(Julianti, 2005).
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada
masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita
lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause
(Depkes@gmail.com)
Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita
hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan
11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4%
wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita.
Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita
(Gunawan, 2001).
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua
kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25%
terkena hipertensi ( Astawan,2002 )

Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh
asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma,
curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004). Garam mengandung 40% sodium dan 60%
klorida. Orang-orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan
retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000). Garam berhubungan erat
dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui
pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram
sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari,
akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004). Garam mempunyai sifat
menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan
sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian garam yang berkebih atau
makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali
dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000).
Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok
dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin
akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu dadarah
hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih
tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan iksigen dalam darah. Hal
ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).
Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan
aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot
jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot
jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Dunitz, 2001).

7. Komplikasi Hipertensi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-
arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000). Gejala terkena stroke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak (Santoso, 2006).
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin,
2000).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-
unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik (Corwin, 2000).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan
jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan
sesaknapas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema (Amir, 2002)
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron
disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000).

8. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan


memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain
berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet.
Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Amir, 2002 ).
Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan
oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan
tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan
diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal
ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh
melalui pembuluh darah yang sempit.
Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan , disamping itu jika
masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secar optimal dan dengan
berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat ( Santoso, 2001 ). Mengurangi berat badan
juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker .Secara umum,
semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah, jika menerapkan pola makan seimbang
maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah dengan cara yang
terkontrol .
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormone –hormon lain yang
membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air.
Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan gizi
yaitu penurunan kadar kalsium.Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10
mmhg dan diastolik 7 mmhg.
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan
utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat
mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis
besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan
tekana darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi
serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat baadan ( Astawan,2002 ).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.
Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah
edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan
hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau
natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet
rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik
kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium ( Gunawan, 2001)
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,MSG
( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat ( Biasanya terdapat
didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang
mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan
obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. ( Hayens, 2003 ).

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak
yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari
– hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena
terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan
mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan ( Amir, 2002 ).

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis
yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah –
buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras,
singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah
tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya
membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi
mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ).
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat
badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang
yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan
hal – hal berikut :

- Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk
penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.

- Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

- Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.


Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah yang nersifat sementara yang sangat tinggi. Jika
periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah, jantung
dan ginjal sama halnya seperti yang menetap ( Amir,2002).
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,
berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik mampu
menyusutkan hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab naiknya tekanan
darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan
tekanan darah ( Mayer,1980).
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti
minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi
kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan
jam sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang
melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan
stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh ( Amir,2002).

Anda mungkin juga menyukai

  • Diabetes-Mellitus Awam 2015
    Diabetes-Mellitus Awam 2015
    Dokumen44 halaman
    Diabetes-Mellitus Awam 2015
    candrarosyidi
    Belum ada peringkat
  • Kesehatan Haji
    Kesehatan Haji
    Dokumen171 halaman
    Kesehatan Haji
    Zaenal Arifin
    Belum ada peringkat
  • HGHGJG
    HGHGJG
    Dokumen2 halaman
    HGHGJG
    ArlynSekarPenzary
    Belum ada peringkat
  • Skabies
    Skabies
    Dokumen21 halaman
    Skabies
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Stroke Hemoragik
    Stroke Hemoragik
    Dokumen28 halaman
    Stroke Hemoragik
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Pedoman Indeks Kepuasan Masyarakat
    Pedoman Indeks Kepuasan Masyarakat
    Dokumen23 halaman
    Pedoman Indeks Kepuasan Masyarakat
    Lukas
    100% (5)
  • LEPTOSPIROSIS
    LEPTOSPIROSIS
    Dokumen35 halaman
    LEPTOSPIROSIS
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Pemberantasan Skabies
    Pemberantasan Skabies
    Dokumen5 halaman
    Pemberantasan Skabies
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • LEPTOSPIROSIS
    LEPTOSPIROSIS
    Dokumen35 halaman
    LEPTOSPIROSIS
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • LEPTOSPIROSIS
    LEPTOSPIROSIS
    Dokumen35 halaman
    LEPTOSPIROSIS
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Pemberantasan Skabies
    Pemberantasan Skabies
    Dokumen5 halaman
    Pemberantasan Skabies
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Tujuan
    Tujuan
    Dokumen2 halaman
    Tujuan
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Anastesi
    Anastesi
    Dokumen37 halaman
    Anastesi
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen28 halaman
    Bab I
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Terapi Kognitif
    Terapi Kognitif
    Dokumen32 halaman
    Terapi Kognitif
    Liza Aulia Putri
    Belum ada peringkat
  • Mametason
    Mametason
    Dokumen24 halaman
    Mametason
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diare
    Leaflet Diare
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Diare
    Nano Viand
    87% (15)
  • Stroke Hemoragik
    Stroke Hemoragik
    Dokumen28 halaman
    Stroke Hemoragik
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Klinik THT
    Tutorial Klinik THT
    Dokumen5 halaman
    Tutorial Klinik THT
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Anastesi
    Anastesi
    Dokumen37 halaman
    Anastesi
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • CERAMAH1
    CERAMAH1
    Dokumen2 halaman
    CERAMAH1
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Refleksi Kasus THT
    Refleksi Kasus THT
    Dokumen5 halaman
    Refleksi Kasus THT
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus THT
    Presentasi Kasus THT
    Dokumen30 halaman
    Presentasi Kasus THT
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Klinik THT
    Tutorial Klinik THT
    Dokumen5 halaman
    Tutorial Klinik THT
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • FARMAKOLOGI
    FARMAKOLOGI
    Dokumen3 halaman
    FARMAKOLOGI
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Tujuan
    Tujuan
    Dokumen2 halaman
    Tujuan
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen21 halaman
    Journal Reading
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Kera To Derma
    Kera To Derma
    Dokumen14 halaman
    Kera To Derma
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Tonsilitis Kronis
    Tonsilitis Kronis
    Dokumen5 halaman
    Tonsilitis Kronis
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat
  • Sirosis Hepatis
    Sirosis Hepatis
    Dokumen16 halaman
    Sirosis Hepatis
    Rizkiana Prihanti
    Belum ada peringkat