Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politik identik dengan demokrasi. Politik merupakan usaha yang ditempuh
warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Tapi semakin rendahnya
moral politik di negara kita membuat sebagian rakyat menganggap politik
sebagai sesuatu yang kotor dan hanya sebagai alat untuk berebut kekuasaan.
Politik yang terjadi sangat identik dengan perebutan suara untuk dapat
mendapatkan kursi kekuasaan dan tidak semata–mata untuk menyalurkan
aspirasi rakyat. Para politikus menggunakan politik hanya untuk menambah
pundi-pundi uang dan menumpuk harta, walaupun untuk mendapatkan “kursi”
kekuasaan mereka juga mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit
jumlahnya. Tetapi jika mereka memperoleh apa yang menjadi tujuannya maka
fasilitas atau apa yang mereka peroleh jauh lebih besar daripada apa yang
telah mereka korbankan.
Semakin menurunnya pandangan politik masyarkat membuat dampak
yang buruk terhadap perkembangan ekonomi. Apalagi ditambah dengan krisis
global yang terjadi di negara Amerika yang berdampak ke seluruh Negara di
dunia. Uang menjadi sesuatu yang sangat berharga. Hal itu semakin membuat
para calon legislatif dan calon pemimpin baik pada tingkat daerah maupun
tingkat pusat semkin berhasrat untuk memperolekh kedudukan yang nantinya
akan menghidupi mereka dengan sangat layak. Fakta ini semakin menguatkan
problematika kehidupan politik di Indonesia yang hanya digunakan untuk
mencari kesejahteraannya sendiri tanpa memikirkan tanggung jawab pokok
dari pekerjaan mereka tersebut.
Oleh karena itu haruslah dicari solusi agar politik di Indonesia
dilaksanakan secara adil agar permasalahan tidak tersalurnya aspirasi rakyat
yang selama ini menjadi permasalahan karena para wakil rakyat tidak
memikirkan rakyatnya sendiri bias dihilangkan sehingga terjadi suatu tatanan
politik yang ideal.

1
B. Permasalahan
1. Apakah keadilan itu ?
2. Apakah politik itu ?
3. Bagaimana realita perkembangan politik di Indonesia ?
4. Bagaimana solusi agar politik di Indonesia dapat berjalan dengan adil ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang politik yang adil
2. Mengetahui realita perkembangan politik di Indonesia
3. Melaksanakan politik yang adil di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori,
keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika
Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20,
menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi
sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran", keadilan
intinya adalah meletakan segala sesuatunya pada tempatnya.

B. Pengertian Politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam


masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal
dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional.

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain:

a) politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan


kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
b) politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan dan negara
c) politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat

3
d) politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan
pelaksanaan kebijakan publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain:
kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik,
proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk
tentang partai politik.

1. Teori Politik

Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan


politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya.
Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep
tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan,
legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik,
perbandingan politik, dsb.

Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara


negara di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi,
diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme
keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme,
liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki,
nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.

2. Lembaga Politik

Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga


merupakan suatu kebiasaan atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah
lembaga sosial, baik yang diakui oleh negara lewat KUA atau Catatan
Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja tanpa
pengakuan negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu
perilaku yang terpola dengan memberikan jabatan pada orang-orang
tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi pencapaian tujuan

4
bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik adalah
perilaku politik yang terpola dalam bidang politik.

Pemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki


jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu (sering sebagai
pemimpin dalam suatu bidang/masyarakat tertentu) adalah lembaga
demokrasi. Bukan lembaga pemilihan umumnya (atau sekarang KPU-nya)
melainkan seluruh perilaku yang terpola dalam kita mencari dan
menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin ataupun wakil kita untuk
duduk di parlemen.

Persoalan utama dalam negara yang tengah melalui proses transisi


menuju demokrasi seperti indonesia saat ini adalah pelembagaan
demokrasi. Yaitu bagaimana menjadikan perilaku pengambilan keputusan
untuk dan atas nama orang banyak bisa berjalan sesuai dengan norma-
norma demokrasi, umumnya yang harus diatasi adalah merobah lembaga
feodalistik (perilaku yang terpola secara feodal, bahwa ada kedudukan
pasti bagi orang-orang berdasarkan kelahiran atau profesi sebagai
bangsawan politik dan yang lain sebagai rakyat biasa) menjadi lembaga
yang terbuka dan mencerminkan keinginan orang banyak untuk
mendapatkan kesejahteraan.

Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-


undangan dan perangkat struktural yang akan terus mendorong terpolanya
perilaku demokratis sampai bisa menjadi pandangan hidup. Karena
diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya baru
bisa dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh
negara untuk bisa teraktualisasikan, saat tiap individu berhubungan dengan
individu lain sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku.

3. Perilaku Politik

Perilaku politik atau (Inggris:Politic Behaviour)adalah perilaku yang


dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan

5
kewajibannya sebagai insan politik.Seorang individu/kelompok
diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna
melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik
contohnya adalah:

a) Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin


b) Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu
partai politik atau parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat
atau lsm lembaga swadaya masyarakat
c) Ikut serta dalam pesta politik
d) Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
e) Berhak untuk menjadi pimpinan politik
f) Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan
politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik
oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku

C. Realita Perkembangan Politik Di Indonesia

Ada fenomena menarik pada pilkada-pilkada belakangan ini dan pemilu


2009. Selain masa kampanye (untuk pemilu 2009) yang jauh lebih panjang
dari masa kampanye pemilu-pemilu sebelumnya, peserta pemilu kali ini juga
diikuti oleh banyak parpol plus. Parpol plus di sini adalah adanya parpol lokal
di NAD. Selain itu juga terjadi penambahan jumlah parpol dari yang
diumumkan sebelumnya, yaitu parpol-parpol yang menang gugatannya di
pengadilan; konskuensinya memaksa KPU meloloskan parpol tersebut
menjadi peserta pemilu tahun 2009. Akhirnya bertambahlah jumlah parpolnya
dengan nomor urut parpol mengikuti selanjutnya.

Hal menarik lagi adalah adanya perubahan minat parpol tertentu yang
ingin menetapkan kemenangan caleg-nya adalah berdasarkan suara terbanyak
pemilihnya walaupun aturan formal memakai sistem nomor urut caleg. Maka
kemudian banyaklah modifikasi-modifikasi internal parpol, disamping adanya
pro dan kontra dengan sistem tersebut antar parpol. Tapi tidaklah menjadi

6
masalah utama, justru melahirkan dialketika-dialektika menarik yang suatu
saat pasti akan menuju pada suatu pilihan terbaik untuk dijadikan sistem.

Dari sisi pilkada, fenomena yang menarik adalah adanya kerusuhan antar
pendukung calon. Kejadian ini menciderai proses demokrasi yang sudah
disepakati untuk damai (setiap pilkada pasti semua kandidat mendeklarasikan
hal demikian). Kerusuhan terjadi karena ada salah satu pihak yang tidak puas
dengan hasil pilkada. Maka lahirlah kerusuhan.

Sekarang ini ada kecenderungan untuk menjadikan pilkada sebagai ajang


pertarungan lembaga-lembaga survei yang mengikuti jajak pendapat sekaligus
hitung cepat (quick count) hasil pilkada. Berbagai lembaga survei
berpartisipasi untuk memberikan informasi paling cepat dan akurat atas hasil
hitungan cepatnya kepada publik. Bisa jadi suatu pilkada diperloleh hasil yang
sama dari semua lembaga survei yang ”bertarung” namun bisa juga hasilnya
berbeda dalam arti bertentangan si pemenangnya (baca: pilkada sumsel). Jika
hasil hitungan para lembara survei bertentangan maka dampaknya bisa
menimbulkan kerusuhan, atau bila hasilnya berbeda tipis atar kandidat kepala
daerah.

Fenomena politik ini juga begitu kenyalnya sehingga sukar dihitung


dengan matematika. Dalam politik, yang dahulunya lawan bisa berbalik
menjadi kawan. Yang semula bersaudara bisa bersaing dalam pemilihan.
Contoh menariknya adalah seperti pada partai Gerindra yang di dalamnya ada
Prabowo Subianto, ternyata di dalamnya juga ada Pius Lustrilanang.
Keduanya padahal diamati sebagai ”musuh” dalam kasus penculikan aktivis
tahun 1997 dimana Pius sebagai salah seorang yang menjadi korban
penculikan. Pada pilkada sumsel, dua orang bersaudara, Tantowi Yahya dan
Helmi Yahya,memilih saling berseberangan dimana Tantowi mendukung
lawannya Helmi. Unik, memang.

Yang cukup menarik juga adalah adanya idolisasi politisi dan politisasi
para idola. Banyak artis yang terjun ke dunia politik dan banyak politisi
menggunakan cara pencitraan bagaikan seorang pesohor (artis). Politisi gencar

7
mengiklankan dirinya persis seperti seorang bintang iklan. Mungkin cara ini
dianggap ampuh untuk meningkatkan popularitas seseorang. Hal ini sudah
terbukti dimana banyak kaum pesohor yang lolos menjadi pimpinan suatu
daerah. Ini dianggap sebagai berkah kepesohorannya. Karena itu, sekarang
banyak politisi yang berperilaku laksana calon idol yang mengikuti kontes
idol. Mereka menyemai pesan untuk mengirim sms sebanyak-banyaknya,
mengumbar senyum seluas-luasnya dan menebar pesona sebesar-besarnya.
Mereka sedang mengalami pergerakan horizontal dari selebritas politik ke
selebritas artis.

D. Solusi Agar Politik Di Indonesia Dapat Berjalan Dengan Adil

Menurut Suripto (2004), politik yang adil dapat dilaksanakan jika di


Indonesia ini hanya ada 3 partai politik, yaitu partai petani, partai buruh, dan
partai pedagang. Partai petani mempunyai anggota petani, peternak, dan
nelayan. Partai buruh mempunyai anggota buruh dan karyawan. Partai
Pedagang mempunyai anggota pedagang dan Pengusaha. Dari ke-3 partai itu
tidak akan terjadi saling berebut suara, karena mempunyai sasaran yang pasti.
Masing-masing partai mewadahi aspirasi dari anggotanya. Dan antara partai
satu dengan partai lain mempunyai kepentingan yang berbeda dan tidak saling
bertabrakan dengan kepentingan partai lain sehingga tidak akan terjadi
persaingan partai mana yang lebih baik. Di samping itu aspirasi dari rakyat
juga akan lebih tersalurkan karena dari pengurus partai juga mempunyai
pekerjaan yang sama dengan rakyat yang mendukung partainya.
Menurut Mohammad Hatta, wakil presiden RI yang pertama, Demokrasi
bisa tertindas sementara karena kesalahannya sendiri. Tetapi setelah ia
mengalami cobaan yang pahit, ia akan muncul kembali dengan keinsyafan.
Dari kata-kata beliau dapat kita artikan bahwa politik tertindas atau dainggap
sesuatu yang “kotor” karena kesalahan dari para pelaku politik yang
menyalahgunakan politik untuk tujuan yang lain. Seharusnya politik
digunakan untuk kepentingan rakyat.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa politik yang adil dapat
terjadi jika terdapat rasa saling memikirkan di antara pelaku politik dan rakyat
yang menjadi sasaran politik. Pelaku politik juga harus konsekuen dengan apa
yang telah dijanjikannya selama kampanye. Yang paling pokok adalah aspirasi
rakyat dapat tertampung dan tidak dianggap sebagai angin lalu sehingga
pengertian politik yang diungkapkan oleh Aristoteles yaitu mewujudkan
kepentingan bersama dapat berjalan dan itulah yang merupakan hakikat politik
yang adil.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terjadi kekurangan-
kekurangan yang dapat diperbaiki. Jika menggunakan kajiann materi yang
lebih lengkap dan berasal dari sumber yang lebih independent maka
kekurangan dalam hal materi akan dapat dihilangkan. Kritik dan saran yang
membangun selalu saya harapkan agar dapat menambah kemampuan dalam
membuat makalah.

Surakarta, 07 Januari 2009

Penulis

Farid Arroyan

9
DAFTAR PUSTAKA

Aning, Floriberta S. dkk. 2005. 100 Orang Yang Mengubah Indonesia.


Yogyakarta; Penerbit NARASI

Budiardjo, Prof. Miriam. 1983. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta; PT


Gramedia

http://id.wikipedia.org/keadilan, keadilan

http://id.wikipedia.org/politik, politik

http://www.kompas.co-id, relita politik yang berkembang di Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai