Tiga negara yang pernah menjadikan zakat sebagai kewajiban dan Pada bagian lain, terdapat sebuah fakta mengenai minimnya alokasi
diatur oleh negara dijadikan sebagai studi kasus: Saudi Arabia, Pakistan pajak bagi fakir miskin. Hal ini terkaiit dengan terbuktinya peningkatan
dan Malaysia. Di Saudi Arabia, ternyata tingkat pengumpulan zakat penerimaan pajak dari tahun ke tahun tidak diikuti oleh penurunan
hanya sebesar 0.01-0.04 persen dari PDB negara tersebut. Mengingat angka kemiskinan. Alokasi pajak untuk mengatasi kemiskinan melalui
PDB per kapita Saudi Arabia yang relatif tinggi, ini menunjukkan departemen sosial hanya Rp16,2 triliun atau 4,1% dari APBN tahun
adanya celah yang besar dalam efektifitas pengumpulan zakat. Selain 2005. Alokasi pajak terbesar sebesar 51% penerimaan pajak
itu, sejumlah sektor yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi seperti dialokasikan untuk membayar utang negara. Pada 2004 besarnya cicilan
perumahan justru tidak menjadi obyek zakat. Sementara di Pakistan dan utang pemerintah adalah Rp137,9 triliun dari total utang keseluruhan
Malaysia, problem umum seputar pengumpulan zakat adalah masalah- pemerintah sebesar Rp1.160,83 triliun. Pembayaran cicilan utang
masalah seputar institusi: korupsi, kompensasi terhadap pemungut sebesar Rp137,9 triliun tadi setara dengan 51% penerimaan pajak 2004.
zakat, kebocoran, dan dalam sejumlah konteks, perasaan ketidakadilan.
Hal ini mengakibatkan pajak belum menjadi solusi mengatasi
kemiskinan, pajak hanya mampu menjadi sumber pendapatan negara
(budgeter) semata untuk mendanai berbagai kebutuhan pemerintah
dalam penyelenggaraan negara. Kelemahan mendasar dalam hal
perpajakan di Indonesia adalah tidak adanya definisi tentang pajak
dalam undang-undang perpajakan.
Tidak didefinisikannya pajak berakibat pajak didefinisikan oleh semua
orang. Jika pajak didefinisikan oleh pemungut pajak, cenderung akan
dibuatnya agar menguntungkan pemungutnya. Ini bisa berbuah
kezaliman. Bila pajak didefinisikan oleh pembayarnya, cenderung akan
dibuat untuk kepentingan pembayarnya. Jika hal ini terjadi, akan
tercipta hukum rimba. Wajib pajak kuat, kaya, berpengaruh akan
berusaha menyembunyikan kekayaannya sementara yang lemah tidak
mampu menghindar karena kelemahannya itu.
http://www.managementfile.com/journal.php?
id=100&sub=journal&awal=160&page=tax