Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ISSN : -
No. Publikasi : 91300.10.13
Katalog BPS : 1101001.9100
Ukuran Buku : 17.6 cm x 25 cm
Jumlah Halaman : vi + 78 halaman
Naskah :
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Gambar Kulit :
Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Diterbitkan Oleh :
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, saya
menyambut baik penerbitan publikasi Statistik Daerah yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) provinsi dan kabupaten/kota. Penyusunan publikasi Statistik
Daerah ini merupakan inovasi dan pengembangan kegiatan perstatistikan serta
penyebarluasan informasi sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan visi BPS
sebagai “ pelopor data statistik terpercaya untuk semua “.
Penerbitan publikasi Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2010 dimaksudkan untuk melengkapi ragam publikasi
statistik yang telah tersedia di daerah seperti Daerah Dalam Angka (DDA) yang telah terbit secara rutin dalam memotret
kondisi daerah. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih yang menggambarkan tentang kondisi daerah dalam
bentuk tampilan uraian deskriptif sederhana.
Saya berharap, publikasi Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2010 ini mampu memberikan informasi secara cepat
dan tepat kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan, monitor dan
evaluasi mengenai perkembangan pembangunan di berbagai sektor serta membantu para pengguna data lainnya
dalam memahami kondisi umum daerahnya.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi hingga terbitnya publikasi ini, dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa meridhoi usaha kita.
STATISTIK i
Kata Pengantar
Publikasi Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2010 diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik Provinsi Papua Barat berisi berbagai data dan informasi terpilih seputar
Provinsi Papua Barat yang dianalisis secara sederhana untuk membantu pengguna
data memahami perkembangan pembangunan serta potensi yang ada di Provinsi
Papua Barat. Publikasi yang terbit perdana ini diharapkan menjadi ikon baru Badan
Pusat Statistik dalam mengemas isu-isu terkini perkembangan pembangunan yang
ditampilkan dalam bentuk lebih informatif.
Publikasi Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2010 diterbitkan untuk melengkapi publikasi-publikasi statistik yang
sudah terbit secara rutin setiap tahun. Berbeda dengan publikasi-publikasi yang sudah ada, publikasi ini lebih
menekankan pada analisis.
Materi yang disajikan dalam Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2010 memuat berbagai informasi/indikator terpilih
yang terkait dengan pembangunan di berbagai sektor di Provinsi Papua Barat dan diharapkan dapat menjadi bahan
rujukan/kajian dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan.
Kritik dan saran konstruktif berbagai pihak kami harapkan untuk penyempurnaan penerbitan mendatang. Semoga
publikasi ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan data statistik, baik oleh instansi/dinas pemerintah, swasta, kalangan
akademisi maupun masyarakat luas.
Desa pesisir/tepi laut adalah desa/kelurahan Angka Kematian Balita adalah probabilita bayi
termasuk nagari atau lainnya yang memiliki wilayah meninggal sebelum mencapai usia lima tahun,
yang berbatasan langsung dengan garis pantai/laut dinyatakan dalam per seribu kelahiran.
(atau merupakan desa pulau).
Angka Harapan Hidup pada waktu lahir adalah
Desa bukan pesisir adalah desa/kelurahan termasuk perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan
nagari atau lainnya yang tidak berbatasan langsung asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut
dengan laut atau tidak mempunyai pesisir. umur.
Kepadatan Penduduk adalah jumlah penduduk di Angka Reproduksi Neto adalah rasio bayi wanita
suatu daerah dibagi dengan luas daratan daerah yang hidup sampai usia ibunya dikalikan dengan
tersebut, biasanya dinyatakan sebagai penduduk per angka reproduksi bruto.
Km2.
Angka Kelahiran Total adalah setiap wanita di
Laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata Indonesia secara hipotesis akan melahirkan anak
tahunan laju perubahan jumlah penduduk di suatu hingga masa berakhir reproduksinya (15 – 49)
daerah selama periode waktu tertentu. tahun.
Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke Angka Melek Huruf Dewasa adalah perbandingan
atas yang bekerja atau sementara tidak bekerja, dan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang
yang sedang mencari pekerjaan. dapat membaca dan menulis, dengan jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah
perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah
jumlah penduduk usia kerja. perbandingan antara jumlah penduduk kelompok
usia sekolah (7-12 th; 13-15 th; 16-18 th) yang
Tingkat Pengangguran Terbuka adalah bersekolah terhadap seluruh penduduk kelompok
perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan usia sekolah (7-12 th; 13-15 th; 16-18 th).
jumlah angkatan kerja. Bersekolah adalah mereka yang perlu mengikuti
pendidikan di jalur formal (SD/MI, SMP/MTs, SMA/
SMK/MA atau PT) maupun non formal (paket A,
paket B atau paket C).
Kata Sambutan i
Kata Pengantar ii
Statistik Kunci iii
Penjelasan Teknis v
Daftar Isi vi
Gambar 1.3 Persentase Desa/Kelurahan Berdasarkan Berdasarkan topografi wilayah, Provinsi Papua
Topografi Wilayah 2008
Barat terbagi menjadi 34,52 persen merupakan desa
pesisir dan 65,48 persen adalah desa bukan pesisir.
15.60 Dari 65,48 persen desa yang terletak di bukan pesisir,
sebesar 15,60 persen berada pada daerah lembah/
20.66
34.52 65.48
daerah aliran sungai; 20,66 persen terletak pada
29.21 lereng atau punggung gunung; dan 29,21 persen
lainnya berada pada daerah dataran.
Pesisir
Bukan Pesisir Lembah/Daerah Aliran Sungai
Bukan Pesisir Lereng/Punggung Bukit
Bukan Pesisir Dataran
Suhu udara rata-rata di Provinsi Papua Barat
Sumber: Sensus Potensi Desa (PODES), 2008 berada pada kisaran 22,00º–33,20º Celcius dengan
suhu udara minimum berada di Kabupaten Fakfak dan
suhu udara maksimum berada di Kota Sorong.
Tabel 1.1 Keadaan Iklim Kabupaten/Kota
di Provinsi Papua Barat 2009
Sementara rata-rata kelembaban udara bervariasi
antara 81,25 persen sampai dengan 85,33 persen.
Uraian Minimum Maksimum
persen dari keadaan 2008 yang hanya tercatat 5.412 Rumah Rusak Berat 1936 unit
Rumah Rusak Ringan 3730 unit
kali gempa bumi.
Tempat Ibadah rusak 152 unit
Gempa bumi signifikan dan merusak terjadi di
Kantor Pemerintahan rusak 51 unit
Manokwari, Papua Barat, tanggal 4 Januari 2009, yaitu
Sarana Pendidikan rusak 69 unit
terjadi pada pukul 04:43:51 WIT dengan magnitude Jembatan rusak 8 unit
sebesar 7,6 SR di kedalaman 48 km dpl. Gempa ini Sumber: Departemen Kesehatan, 2009
Tabel 2.1 Sejarah Pemekaran Kabupaten/Kota dan Dasar Provinsi Papua Barat adalah provinsi hasil
Hukum di Provinsi Papua Barat
pemekaran dari Provinsi Papua. Provinsi ini beribukota
Kabupaten
Kabupaten Induk
Pemekaran
Dasar Hukum di Kabupaten Manokwari. Meskipun dari sisi
Fakfak infrastruktur dan fasilitas masih tertinggal dari Kota
Fakfak UU No. 26 Tahun 2002
Kaimana Sorong, namun Kabupaten Manokwari tetap menjadi
Manokwari
pilihan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Papua
Manokwari Teluk Wondama UU No. 26 Tahun 2002
Barat.
Teluk Bintuni
Struktur hierarki dalam pembagian administrasi
Sorong
Sorong Sorong Selatan UU No. 26 Tahun 2002
pemerintahan digolongkan menjadi kabupaten, kota,
Raja Ampat kecamatan (distrik), kelurahan, dan desa (kampung).
Sorong Sejak terjadi pemekaran dan memiliki kedaulatan
Sorong UU No. 56 Tahun 2008
Tambrauw sendiri sebagai provinsi, wilayah kerja administrasi
Sorong Selatan
Sorong Selatan UU No. 13 Tahun 2009 terus mengalami perkembangan. Pemekaran wilayah
Maybrat
kabupaten/kota sejak terpisah dari Provinsi Papua
Pemekaran wilayah kelurahan juga terjadi cukup Papua Barat Manokwari 154 1293 68
PB 2008 134 1224 51
cepat, selama tahun 2007-2009 jumlah kelurahan
PB 2007 130 1203 49
meningkat sebanyak 19 kelurahan. Pemekaran Sumber: Pemda Kabupaten/Kota se-Provinsi Papua Barat, 2009
Gambar 2.3 Persentase PNS Pemda Provinsi Papua Barat Distribusi persentase PNS menurut kabupaten/
menurut Tingkat Pendidikan 2009
kota/provinsi tercatat Kabupaten Manokwari memiliki
7.66 PNS yang terbanyak yaitu sebesar 23,69 persen dari
total PNS Pemda di Papua Barat. Kabupaten
Manokwari sebagai ibukota provinsi dan pusat
29.42 61.79
pemerintahan membutuhkan sumber daya manusia
yang lebih banyak dibandingkan dengan kabupaten/
kota lainnya. Disamping itu, Kabupaten Manokwari
juga memiliki jumlah kecamatan dan kelurahan/desa
0.70 0.44 terbesar (29 kecamatan dan 421 kelurahan/desa).
SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Sedangkan Kabupaten Kaimana memiliki distribusi
persentase terkecil dalam ketersediaan PNS yaitu
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Papua Barat, 2009
sebesar 2,90 persen.
Kualitas PNS sangat dipengaruhi oleh tingkat
Gambar 2.4 Jumlah Anggota DPRD menurut Jenis Kelamin pendidikan yang ditamatkan. Pemda Provinsi Papua
Barat termasuk memiliki kualitas SDM yang baik.
3
Kedaulatan… 6 Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan,
1
Bintang KPK 5 sebesar 61,79 persen PNS berlatar belakang
0
PAN 6 pendidikan sarjana. Sedangkan untuk PNS yang
0
PDIP 8
berpendidikan rendah (SD dan SLTP) hanya memiliki
Demokrasi…
2
4
persentase sebesar 0,44 persen dan 0,70 persen.
Golkar
1
Peta perpolitikan di Provinsi Papua Barat
8
menunjukkan tidak ada dominasi partai tertentu yang
0 2 4 6 8
Perempuan Laki-laki duduk dalam kursi anggota DPRD. Tiga fraksi terbesar
Sumber: Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Papua Barat, 2009 yang menduduki kursi DPRD yaitu Fraksi Kedaulatan
Rakyat dan Fraksi Golkar masing-masing
mendapatkan jatah 9 kursi, sedangkan Fraksi PDIP
menduduki 8 kursi. Bila dilihat dari sisi gender, jumlah
Gambar 3.5 Sex Ratio Provinsi Papua Barat 2009 Berdasarkan rasio jenis kelamin (sex ratio),
jumlah penduduk Provinsi Papua Barat berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan. Hal ini
terbukti dengan besarnya sex ratio penduduk pada
tahun 2007-2009 yang selalu berada diatas 100
persen. Sex ratio penduduk tahun 2007 sebesar
109,03 persen; tahun 2008 sebesar 110,44 persen;
dan pada tahun 2009 sebesar 110,20 persen.
Penduduk laki-laki di Provinsi Papua Barat yang
lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan salah
satunya diduga disebabkan migrasi masuk di Papua
Gambar 3.6 Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat 2009 Barat. Umumnya migrasi jarak jauh terjadi pada
penduduk berjenis kelamin laki-laki, dan penduduk
70-74 perempuan lazimnya bermigrasi pada jarak dekat
60-64 (Teori Migrasi Ravenstein). Disamping itu, faktor angka
50-54 kematian ibu (Mathernal Mortality Rate) disaat
40-44
malahirkan masih relatif tinggi terjadi di Provinsi Papua
30-34
Barat selaras dengan relatif tingginya penolong
20-24
kelahiran menggunakan jasa dukun/family/lainnya
10-14
0-4
yaitu mencapai 39,57 persen (Susenas, 2009).
Gambar 3.8 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu
Produktif dan Non Produktif 2009
indikator demografi yang penting. Semakin tingginya
1.82 1.22 1.53 persentase dependency ratio menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk
67.72 67.02 67.39
yang produktif untuk menanggung hidup penduduk
yang belum produktif dan tidak lagi produktif.
30.46 31.76 31.08
Sedangkan persentase dependency ratio yang
Laki-laki Perempuan L+P semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya
beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk
0 - 14 15 - 64 65+
membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak
Sumber: Hasil Proyeksi Supas 2005
lagi produktif.
Gambar 3.8 memberikan informasi bahwa
persentase penduduk produktif dan non produktif baik
►► Formulasi Dependency Ratio: itu secara agregat maupun gender menunjukkan
kecenderungan yang sama. Baik itu penduduk laki-laki
maupun perempuan serta total penduduk
menunjukkan distribusi yang hampir sama.
Besarnya rasio ketergantungan Provinsi Papua
Barat mencapai 48,39 persen. Artinya dari 100 orang
yang masih produktif (15-64 tahun) harus menanggung
Gambar 3.9 Dependency Ratio menurut Jenis Kelamin beban hidup sekitar 48 orang yang belum produktif (0-
Provinsi Papua Barat 2009
14 tahun) dan tidak produktif (65 tahun keatas).
49.20
48.39
47.67
Tahukah Anda?
Jumlah Penduduk Jawa Barat
(provinsi terpadat di Indonesia) 56
kali lipat jumlah penduduk Papua
Laki-laki Perempuan L+P Barat (provinsi terjarang
penduduknya di Indonesia).
Sumber: Hasil Proyeksi Supas 2005
Tabel 4.1 Indikator Ketenagakerjaan 2007-2009 Penduduk yang bekerja dengan jam kerja
dibawah 35 jam seminggu biasanya disebut dengan
Uraian Satuan 2007 2008 2009
pengangguran terselubung atau setengah
Bekerja orang 268117 316193 325759
pengangguran. Di Provinsi Papua Barat sebanyak
Pengangguran orang 28029 26189 26626
29,18 persen penduduk yang bekerja termasuk
Angkatan kerja orang 296146 342382 352385
kedalam setengah pengangguran. Tingkat setengah
Penduduk Usia Kerja orang 445226 502400 514293
Sumber: Sakernas Agustus, 2009 2007-2009. TPAK tahun 2009 meningkat menjadi
68,52 persen dari kondisi tahun 2008 dan 2007 (68,15
persen dan 66,52 persen).
Manokwari 79.26
pengangguran adalah produk dari ketidakmampuan
40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang
tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif
Sumber: Sakernas Agustus, 2009
terbatas tidak sanggup menyerap ‟para pencari kerja‟
yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk.
Indikator ini adalah ukuran pasar tenaga kerja
yang paling banyak digunakan di seluruh dunia dalam
mengukur keberhasilan ketenagakerjaan. Sesuai
dengan kesepakatan internasional, pengangguran
didefinisikan sebagai semua penduduk usia kerja yang
pada suatu referensi waktu tidak punya pekerjaan
(without work), sudah mempunyai pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja (currently available for work), dan
sedang mencari pekerjaan (seeking for work).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi
Papua Barat terus mengalami penurunan sejak tahun
2007. TPT menurun dari 9,46 persen di tahun 2007
menjadi 7,65 persen di tahun 2008, kemudian kembali
Tahukah Anda?
mengalami penurunan di tahun 2009 menjadi 7,56 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Provinsi Papua Barat Agustus 2009
persen. Artinya dalam setiap 100 orang angkatan kerja (7,56 %) masih lebih rendah dari TPT
nasional (7,87%) pada periode yang
terdapat 7-8 orang berstatus pengangguran.
sama.
Gambar 4.4 TPT menurut Kabupaten/Kota 2009 TPT menurut gender di tahun 2009 tercatat TPT
laki-laki lebih baik dari pada TPT perempuan. TPT laki-
Manokwari 2.08 laki sebesar 6,95 persen, sedangkan TPT perempuan
3.45
Sorong Selatan
mencapai 8,69 persen. Lebih rendahnya TPT laki-laki
Sorong 4.97
Teluk Wondama 5.22 salah satunya diduga karena laki-laki terutama yang
Raja Ampat 5.38
berstatus sebagai kepala rumah tangga memiliki
Papua Barat 7.56
16.08
perempuan menunjukkan masih belum tercapai
Fakfak
kesetaraan gender. Penurunan angka TPT
0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00
menunjukkan peningkatan kinerja di bidang
Sumber: Sakernas Agustus, 2009
ketenagakerjaan. Semakin rendah angka TPT berarti
daya serap lapangan pekerjaan terhadap pencari kerja
Gambar 4.5 TKK menurut Kabupaten/Kota 2009
semkain baik.
Capaian TPT Kabupaten Manokwari adalah yang
Manokwari 97.92
terendah di Provinsi Papua Barat, yaitu hanya 2,08
Sorong Selatan 96.55
Papua Barat 92.44 Kota Sorong (15,45 persen). Dengan demikian maka
Teluk Bintuni 91.09
Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Kabupaten
Kaimana 90.09
Gambar 4.8 Pengangguran dan Angkatan Kerja kurang sinkronnya kebijakan pemerintah pusat dan
menurut Kelompok Umur 2009
pemerintah daerah dalam mengatasi masalah
ketenagakerjaan, terutama penurunan jumlah
pengangguran pada batas yang wajar.
Pengangguran usia muda menjadi fenomena
yang harus dipecahkan oleh pemerintah daerah.
Persentase pengangguran berdasarkan kelompok
umur tercatat dari 26.626 pengangguran sebesar
75,43 persen berada pada usia muda 15-29 tahun
(batas usia kerja di Indonesia 15 tahun keatas) dan
37,21 persen diantaranya berada pada kelompok umur
Sumber: Olahan Sakernas Agustus, 2009
20-24 tahun.
20 - 24
19.89 11.20 persen; TPT umur 20-24 tahun sebesar 19,13 persen;
25 - 29 dan TPT umur 25-29 tahun sebesar 11,20 persen.
30 - 34 Pada kelompok usia tersebut memang terdapat
35 - 39
kemungkinan sedang menjalani masa tunggu (job
40 - 44
search period) sembari mencari pekerjaan setelah
45 - 49
berada diatas 50 persen. Persentase pekerja di sektor Pertanian 55.69 58.79 56.60
2009 pekerja di sektor ini menurun menjadi 56,60 Listrik, Gas & Air Bersih 0.48 0.10 0.25
4.35 4.22 4.77
persen. Tingginya kontribusi tenaga kerja di sektor Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
11.94 9.70 10.39
pertanian ternyata tidak memberikan share yang tinggi Restoran
Pengangkutan dan
terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Dengan Komunikasi
6.97 5.74 4.82
kontribusi 56,60 persen dari total tenaga kerja ternyata Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan
0.53 0.84 0.53
sektor pertanian hanya mampu menyumbangkan 3,36 Jasa-jasa 13.41 13.94 15.89
persen pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Papua Barat 100.00 100.00 100.00
Barat. Bandingkan dengan sektor industri dan sektor Sumber: Sakernas Agustus, 2007-2009
bahwa sektor pertanian produktivitasnya masih sangat Berusaha sendiri 13.83 19.25 18.72
persen. Sementara pekerja bebas di sektor pertanian Sumber: Sakernas Agustus, 2007-2009
4 KETENAGAKERJAAAN
Pekerja di Sektor Informal Dua Kali Lipat di Sektor Formal
Pekerja di sektor informal meningkat dari 63,48 persen di tahun 2008 menjadi 67,18 persen di tahun
2009. Persentasenya lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan pekerja di sektor formal.
Tabel 4.4 Elastisitas Kesempatan Kerja menurut Lapangan Gambaran tentang tidak optimalnya kinerja sektor
Pekerjaan Utama
pertanian tampak pada pengukuran Elastistas
Pertumbuhan Elastisitas
Kesempatan Kerja (EKK). Pada sektor pertanian
Lapangan Pertumbuhan
Pekerjaan Utama Ekonomi (%)
Kesempatan Kesempatan (agriculture) justru mencatat nilai elastisitas yang
Kerja (%) Kerja (%)
negatif, yaitu sebesar -1,08 persen. Hal tersebut
Agriculture 3.36 -3.64 -1.08
menunjukkan bahwa sektor pertanian inelastis, karena
Manufacture 6.68 7.29 1.09
setiap satu persen pertumbuhan ekonomi disektor
Services 8.39 4.76 0.57
Papua Barat 6.26 0.10 0.02 pertanian justru akan mengurangi tingkat kesempatan
Sumber: Olahan Sakernas Agustus, 2009 kerja sebesar -1,08 persen. Hal tersebut juga dapat
diartikan bahwa sektor pertanian mulai kurang diminati.
Dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,26
Tabel 4.10 Persentase Pekerja Formal dan Informal 2009 persen dan laju pertumbuhan kesempatan kerja
sebesar 0,10 persen, elastisitas kesempatan kerja
Provinsi Papua Barat hanya mencapai 0,02 persen.
Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi
63.48 66.23 67.18
satu persen hanya akan menciptakan kesempatan
kerja sebesar 0,02 persen.
36.52 33.77 32.82
Elastisitas kesempatan kerja nasional tahun 2009
Barat terdapat fasilitas SD karena jumlah desa/ Sumber: Dinas Pendidikan Kab/Kota Provinsi Papua Barat, 2009
Gambar 5.1 Angka Melek Huruf 2007-2009 hanya memiliki beban mengajar 13-14 siswa.
Sebaliknya, pada rasio murid terhadap sekolah,
95.57
semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin
92.69 93.01
92.15 92.34 besar murid yang harus ditampung. Pada jenjang
90.32
pendidikan SD rasio jumlah murid terhadap jumlah
90.13
sekolah mencapai 143,61, artinya rata-rata setiap
87.86 88.35
sekolah SD di Papua Barat memiliki jumlah murid
sebanyak 143-144 siswa atau bila setiap sekolah
2007 2008 2009 memiliki 6 kelas maka setiap kelas rata-rata
Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
menampung sebanyak 23-24 siswa. Untuk jenjang
pendidikan SLTP/Sederajat, setiap sekolah memiliki
Sumber: Olahan Susenas, 2007-2009
rata-rata sebanyak 190-191 siswa. Pada jenjang
pendidikan SLTA/Sederajat rasionya mencapai 247,07
artinya rata-rata setiap sekolah SLTA/Sederajat di
09 93.35 88.59
09
mengisyaratkan pendidikan dasar 9 tahun. Jadi rata-
08 93.18 88.75
rata lama sekolah tersebut harus segera diperbaiki, 08
87.58
salah satu caranya adalah memberikan pendidikan 07 92.64 07
untuk mengukur derajat kesehatan suatu wilayah. AHH Uraian 2007 2008 2009
dihitung berdasarkan harapan hidup waktu lahir. AHH
Angka Harapan Hidup 67.60 67.90 68.20
Provinsi Papua Barat terus mengalami peningkatan
Jumlah Rumah Sakit 10 10 13
dari tahun ke tahun. AHH Provinsi Papua Barat tahun
2008 sebesar 67,90 tahun meningkat 0,3 tahun dari Jumlah Puskesmas 76 94 105
kondisi tahun sebelumnya sebesar 67,60 tahun. Di Jumlah Pustu 334 339 339
tahun 2009, AHH Papua Barat kembali meningkat 0,3 Jumlah Polindes 217 185 218
tahun menjadi 68,20 tahun.
Jumlah Puskesmas Keliling 69 93 141
Angka harapan hidup per tahun di Provinsi Papua Persentase Penolong
55.99 57.83 60.43
Barat tercatat tidak melebihi dari satu tahun dalam satu Kelahiran dengan Medis (%)
4 4
4
implikasinya adalah angka harapan hidup yang
4
4
dihitung berdasarkan harapan hidup waktu lahir 4
4
2
menjadi lambat untuk mengalami kemajuan. 3 2
2
Jumlah rumah sakit di Papua Barat selama 2007- 2006
2007
2008 hanya sebanyak 10 unit, sedangkan di tahun 2008
milik pemerintah, 4 rumah sakit milik swasta, dan 3 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, 2009
rumah sakit milik TNI. Belum semua kabupaten di
Papua Barat memiliki rumah sakit sendiri. Dari 13
rumah sakit tersebut, enam diantaranya berada di Kota
Sorong dan tiga unit berada di Manokwari. Kabupaten Tahukah Anda?
NCDR / Newly Case Detecting Rate
Raja Ampat, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten (sebagai indikator eliminasi) tertinggi
di Indonesia untuk penyakit Kusta
Teluk Wondama, Kabupaten Maybrat, dan Kabupaten
adalah di Provinsi Papua Barat.
Tambrauw justru belum memiliki rumah sakit. Dilihat
Gambar 6.2 Jumlah Rumah Sakit dan Rasio Penduduk terhadap dari rasio penduduk terhadap rumah sakit tercatat
Rumah Sakit per 10.000 penduduk Tahun 2009
Kabupaten Sorong memiliki rasio yang paling besar,
yaitu 1 : 90.970, artinya satu rumah sakit di Kabupaten
Sorong harus melayani sebanyak 90.970 penduduk.
Atau dengan kata lain karena jumlah rumah sakit di
kabupaten tersebut hanya satu, maka satu unit rumah
sakit tersebut harus melayani semua penduduk yang
berada di Kabupaten Sorong.
Fasilitas kesehatan lain seperti puskesmas,
puskesmas pembantu dan polindes sangat diperlukan
untuk menunjang kualitas kesehatan masyarakat
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat (jumlah rumah sakit), 2009
sampai pada level wilayah administrasi desa/
Tabel 6.2 Jumlah Dokter menurut Jenisnya dan Rasio kelurahan. Dari total 154 kecamatan di Papua Barat
Penduduk terhadap Dokter 2009
ternyata jumlah puskesmas hanya mencapai 105 unit.
Dokter Rasio
Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
Idealnya jumlah puskesmas dalam satu kecamatan
Spesialis Umum Gigi per Dokter minimal harus ada satu unit puskesmas, namun
Fakfak 3 27 3 33 2064
kondisi ini belum terpenuhi sehingga belum semua
Kaimana - 4 2 6 7135
kecamatan di Papua Barat memiliki fasilitas kesehatan
Teluk Wondama - 4 - 4 5892
Teluk Bintuni - 5 2 7 7972 ini. Begitupun dengan fasilitas puskesmas pembantu
Manokwari 7 32 7 46 3845 dan polindes, jumlahnya belum setara dengan jumlah
Sorong Selatan - 9 1 10 6258 kelurahan/desa di Papua Barat yang mencapai 1.361
Sorong 4 5 - 9 11079
desa/kelurahan (1293 desa dan 68 kelurahan),
Raja Ampat - 12 1 13 3220
padahal jumlah puskesmas pembantu hanya 339 unit
Kota Sorong 7 10 3 20 8628
dan polindes 218 unit.
Papua Barat 21 108 19 148 5026
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, 2009 Ketersediaan tenaga kesehatan juga merupakan
kebutuhan yang bersifat urgen selain fasilitas sarana
kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan, khususnya
tenaga dokter sangat minim jumlahnya. Untuk
Tahukah Anda?
Hampir sepertiga kecamatan di
melayani seluruh penduduk Papua Barat, jumlah
Provinsi Papua Barat tidak memiliki dokter yang tersedia hanya 148 orang, yang terdiri dari
fasilitas Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) 21 dokter ahli atau spesialis, 108 dokter umum, dan 19
180
167.47 prevalensi 10,24 orang per 100.000 penduduk.
150 Jumlah penderita Malaria di Provinsi Papua Barat
104.1
120
84.74
tahun 2006 sebesar 138.901 orang, selanjutnya pada
90
51.42
tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 242.722
60
orang. Namun pada tahun 2009 jumlah penderita
30
malaria kembali menurun menjadi 117.466 orang.
0
Papua Barat NTT Papua Maluku Bila dilihat dari sisi Angka Kejadian Malaria
Utara
(Annual Malaria Incident / AMI), Papua Barat selalu
Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2008 menempati peringkat pertama di Indonesia. AMI di
Papua Barat tahun 2006-2008 adalah sebesar 198,02;
346,04; dan 167,46 orang per 1.000 penduduk.
Pada tahun 2009, ada enam provinsi yang
Tahukah Anda?
Malaria adalah penyakit menular termasuk daerah endemi tinggi malaria, yaitu Maluku,
nomor enam terbanyak yang
Maluku Utara, Papua, Sumatera Utara (Kabupaten
menyebabkan kematian.
Provinsi Papua Barat memiliki AMI Nias dan Nias Selatan), Nusa Tenggara Timur
(Annual Malaria Incidence) tertinggi
di Indonesia (167,47 per 1000 termasuk Papua Barat. Daerah endemis tinggi terjadi
orang (Kemenkes, 2008) apabila nilai AMI mencapai 50 per 1000 penduduk.
dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2009, rumah Seng 87.03 85.29
Ijuk/Rumbia 6.82 6.4
tangga yang telah memiliki rumah dengan status milik
Lainnya 2.38 4.72
sendiri baru mencapai 67,71 persen, atau membaik Sumber: Susenas, 2008-2009
Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga menurut menjadi 8,40 persen dibandingkan dengan kondisi
Penggunaan Air Bersih 2009
tahun 2008 yaitu sebesar 8,92 persen. Jumlah rumah
tangga dengan dinding terluas dari tembok mengalami
46.65
50
peningkatan dari 51,34 persen di tahun 2008 menjadi
40 52,27 persen di tahun 2009. Meskipun dinding terluas
57.67
menggunakan listrik PLN. Belum seluruh desa di 3.06
Tabel 8.1 Indikator Pembangunan Manusia 2007-2009 Pengukuran kinerja pembangunan seringkali
Uraian 2007 2008 2009 identik dengan nominal PDRB dan pertumbuhan
tahun 2009 sebesar 76,84 persen dan peringkat Raja Ampat 1.40
Kaimana 1.72
secara nasional berada pada ranking ke 30 dari 497 Fakfak 1.89
Manokwari 2.15
Sementara IPM terendah berada di Kabupaten
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Tambrauw dengan capaian hanya sebesar 49,12
persen dan berada pada peringkat 489 secara Sumber: BPS RI, 2009
nasional.
Reduksi shortfall menunjukkan kecepatan
perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu tertentu.
Tahukah Anda?
Reduksi shortfall Papua Barat tahun 2008-2009 Peringkat IPM Provinsi Papua Barat
mencapai 1,95 persen atau melambat dibandingkan tahun 2009 berada pada posisi ke
30 dari 33 provinsi di Indonesia.
dengan tahun 2007-2008 yang mencapai 2,54 persen.
Gambar 8.3 Ilustrasi Kemiskinan Reduksi shortfall tertinggi tahun 2009 dicapai oleh
Kabupaten Manokwari dengan capaian 2,15 persen.
Sejak menjadi ibukota provinsi, Kabupaten Manokwari
menunjukkan performa yang baik dalam
pembangunan.
Metode penghitungan jumlah penduduk miskin
dilakukan dengan pendekatan benchmark garis
kemiskinan. Garis kemiskinan terdiri dari dua
komponen, yaitu garis kemiskinan makanan dan garis
kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan adalah
nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup minimumnya, baik itu
Tabel 8.2 Indikator Kemiskinan Papua Barat 2007-2010
kebutuhan dasar makanan maupun non makanan.
Uraian 2007 2008 2009 2010 Seseorang dikatakan miskin bila berada dibawah garis
Garis Kemiskinan (GK)
kemiskinan. Pendekatan garis kemiskinan makananan
GK Makanan 172145 193930 223538 237147
digunakan standar kebutuhan hidup minimum 2100
GK Non Makanan 33853 39641 53878 57580
kilo kalori didasarkan pada konsumsi makanan,
GK Total 205998 233570 277416 294727
Penduduk Miskin sedangkan garis kemiskinan non makanan untuk
Jumlah (ribu) 266.80 246.50 256.84 256.25 memenuhi kebutuhan dasar bukan makanan seperti
Persentase (%) 39.31 35.12 35.71 34.88 perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, serta
Indeks Kedalaman aneka barang dan jasa.
12.97 9.18 9.75 10.47
Kemiskinan (P1) (%)
Indeks Keparahan Berdasarkan metode tersebut diperoleh garis
5.66 3.50 3.57 4.30
Kemiskinan (P2) (%)
kemiskinan Provinsi Papua Barat 2010 sebesar Rp
Sumber: Olahan Susenas Maret, 2007-2010
294.727,-. Garis kemiskinan tersebut meningkat dari
Rp 277.416,- pada tahun 2009 atau bertambah Rp
17.311,-. Garis kemiskinan makanan tercatat Rp
237.147,- sedangkan garis kemiskinan nonmakanan
Tahukah Anda? sebesar Rp 57.580,-. Peningkatan garis kemiskinan ini
Garis Kemiskinan Provinsi Papua
Barat tahun 2009 adalah yang memberikan peluang untuk terjadinya penambahan
tertinggi kedua (Rp 304.730) di
Indonesia setelah DKI Jakarta (Rp penduduk miskin jika peningkatan tingkat pendapatan
316.936).
masyarakat tidak mampu mengimbanginya.
Tabel 8.3 Indikator Kemerataan Pendapatan Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak
Ukuran Kemerataan Bank Dunia: Proporsi jumlah persen pendapatan. Keadaan justru terbalik di 20%
pendapatan dari 40 persen terbawah: pendapatan teratas yang seharusnya dinikmati oleh
< 12 persen : ketimpangan tinggi 20% penduduk. Ternyata 20% penduduk menikmati
12-17 persen : ketimpangan sedang 41,69 persen pendapatan. Berarti bahwa sekelompok
> 17 persen : ketimpangan rendah
kecil orang memiliki pendapatan yang tinggi sementara
sebagian besar lain memiliki pendapatan yang rendah.
Kumulatif Pendapatan
hampir sama. Kemudian di tahun 2009 terjadi
0.6
perubahan yang cukup signifikan pada proporsi jumlah
pendapatan 40% terendah dan 20% teratas. Semula di 0.4
9 Luas Panen dan Produksi Padi, Jagung, Kedelai, dan Ubi Menurun
Di tahun 2009 luas panen dan poduksi padi, jagung, kedelai, Ubi Kayu dan Ubi Jalar mengalami
penurunan. Meskipun demikian produktivitasnya justru mengalami peningkatan, kecuali pada
komoditas kedelai dan ubi kayu.
Gambar 9.1 Share PDRB Sektor Pertanian dan Persentase Sektor pertanian merupakan sektor primer yang
Pekerja di Sektor Pertanian 2009
berbasis pada sumber daya alam dimana sebagian
share PDRB % Tenaga Kerja besar produknya digunakan untuk bahan baku sektor
55.69
58.79
56.60
lainnya dan konsumsi rumah tangga. sektor ini
memberikan share utama pada PDRB di Provinsi
Papua Barat, demikian pula dengan jumlah tenaga
26.65 24.92 24.52
kerjanya. Di tahun 2009 kontribusi sektor pertanian
mencapai 24,52 persen dari total PDRB dan
sumbangan tenaga kerjanya mencapai 56,60 persen
2007 2008 2009
dari total penduduk yang bekerja.
Dalam beberapa tahun kontribusi sektor ini
Tabel 9.1 Indikator Pertanian cenderung terus mengalami penurunan, sama halnya
dengan jumlah tenaga kerja. Sektor pertanian dinilai
Uraian 2007 2008 2009
Padi Sawah+Ladang memiliki produktivitas yang rendah, dengan 56,60
Luas Panen (Ha) 8357 11467 10486 tenaga kerja hanya mampu memberikan sumbangan
Produksi (Ton) 28204 39537 36985
sebesar 24,52 persen. Tingkat pendidikan tenaga kerja
Produktivitas (Kw/Ha) 33.75 34.48 35.27
sektor ini juga lebih banyak didominasi oleh pekerja
Jagung
Luas Panen (Ha) 1518 1070 965
dengan pendidikan rendah. Pertumbuhan ekonomi
Produksi (Ton) 2429 1711 1584 yang mampu diberikan oleh sektor pertanian juga
Produktivitas (Kw/Ha) 16.00 15.99 16.41 relatif rendah (3,36%) dibandingkan dengan sektor lain
Kedelai yang digerakkan oleh sumber daya manusia yang lebih
Luas Panen (Ha) 1282 1624 1150
Produksi (Ton) 1360 1740 1208
kecil. Sebagai contoh sektor industri pengolahan,
Produktivitas (Kw/Ha) 10.61 10.72 10.5 dengan persentase tenaga kerja hanya 3,74 persen
Ubi Jalar mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi 11,31
Luas Panen (Ha) 1874 1524 1044 persen dan sektor konstruksi dengan 4,77 persen
Produksi (Ton) 18702 15341 10597
tenaga kerja mampu menciptakan pertumbuhan
Produktivitas (Kw/Ha) 99.8 100.66 101.52
ekonomi sebesar 13,16 persen.
Ubi Kayu
Luas Panen (Ha) 1615 2052 1105 Produksi padi (sawah dan ladang) di Papua Barat
Produksi (Ton) 17833 23071 12228 tahun 2009 mengalami penurunan dari 39.537 ton
Produktivitas (Kw/Ha) 110.42 112.43 110.66 menjadi 36.985 ton. Penurunan ini diduga terjadi
Sumber: Diolah dari Survei Pertanian Tanaman Pangan karena terjadi penurunan luas panen dari 11.467 Ha di
BPS Prov Papua Barat, 2007-2009
Gambar 9.3 Populasi Ternak Besar dan Kecil dan Kakao. Perkebunan kepala sawit berada di
Provinsi Papua Barat 2009 (Ekor)
Kabupaten Manokwari, perkebunan kakao terutama di
wilayah Sorong dan Manokwari, sedangkan
perkebunan pala terutama di Kabupaten Fakfak dan
Kabupaten Kaimana.
Produksi pala tahun 2009 mencapai 1.938 ton
dengan luas areal perkebunan seluas 5.555 Ha.
Produksi kelapa sawit mencapai 8.480,65 ton dengan
2007 2008 2009 luar areal perkebunan seluas 25.467 Ha. Sedangkan
sapi 34429 35297 36081
Kambing 13223 12259 13786
perkebunan kakao memiliki areal seluas 5.953 Ha
Babi 33427 43678 53706 menghasilkan 3.325 ton kakao.
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Prov. Papua Brt, 2009 Dari sisi peternakan, peningkatan yang paling
signifikan adalah pada peternakan babi. Ternak babi
meningkat dari 33.427 ekor di tahun 2007 menjadi
43.678 ekor di tahun 2008. Jumlah tersebut kembali
meningkat di tahun 2009 menjadi 53.706 ekor.
Gambar 9.4 Produksi Perikanan Laut 2009 (Ton)
Tingginya peningkatan jumlah ternak babi diduga
terjadi karena tingginya permintaan konsumsi daging
12000 Fakfak Kaimana
Teluk Wondama Teluk Bintuni babi. Sedangkan pada ternak sapi dan kambing
10000 Manokwari Sorong Selatan
Sorong Raja Ampat meskipun mengalami peningkatan, namun
8000
peningkatannya tidak secepat pada ternak babi.
6000
Nilai produksi perikanan Provinsi Papua Barat
4000
tahun 2009 mencapai 99.952,10 ton. Tiga kabupaten/
2000 kota dengan produksi tertinggi adalah Kota Sorong,
0 Kabupaten Manokwari, dan Kabupaten Fakfak. Nilai
Perikanan Laut produksi ketiga kabupaten/kota tersebut masing-
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua Barat, 2009 masing 36.786,2 ton; 23.163,8 ton; dan 11.125,0 ton.
Besarnya potensi perikanan dan kelautan yang dimiliki
oleh Papua Barat memungkinkan produksi perikanan
laut tersebut akan semakin bertambah pada tahun-
tahun mendatang.
Tahukah Anda? dalam 3 blok eksploitasi gas alam cair, yaitu Blok
Kandungan gas alam cair yang Berau, Blok Weriagar, dan Blok Muturi.
dihasilkan oleh LNG Tangguh
diperkirakan mencapai 14,4 Trilyun Seperti diketahui, Proyek Tangguh memiliki
kaki kubik. Atau 326 kali lipat
volume material letusan Gunung kontrak jangka panjang untuk memasok 2,6 juta ton
Krakatau (18 miliar m3) tahun
LNG per tahun selama 25 tahun ke terminal
1883.
regasifikasi Fujian di China, 1,15 juta ton per tahun
selama 25 tahun kepada K-Power dan Posco di Korea
Selatan, dan kontrak fleksibel untuk memasok hingga
3,7 juta ton per tahun selama 20 tahun ke terminal
regasifikasi LNG Sempra di California, Amerika
Serikat.
Melalui saham kepemilikan dalam kontrak kerja
sama (KKS), BP menjadi pemilik saham terbesar yaitu
37,16% dari LNG Tangguh. Pemegang saham lainnya,
yaitu: MI Berau B.V. (dimiliki Mitsubishi Corporation
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua Barat, 2009 dan INPEX Corporation) sebesar 16,30%; CNOOC
Muturi Limited dan CNOOC Wiriagar Overseas Limited
dengan bagian 13,90%; Nippon Oil Exploration
LNG Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat
Sumber: Image Google (Berau), Ltd (dimiliki oleh Nippon Oil Exploration Ltd
banyak pelanggannya.
Gambar 11.1 Share terhadap PDRB dan Persentase Pekerja di Kontribusi sektor industri pengolahan dalam
Sektor Industri Pengolahan 2009
perekonomian Papua Barat memilki prospek yang
30 sangat baik di masa mendatang. Sektor ini terus
24.39
22.74
25
20.11 mengalami peningkatan share terhadap total PDRB. Di
19.47
20
tahun 2006 share sektor ini hanya 19,47 persen.
15
Namun di tahun 2009 kontribusinya semakin
10
3.69 3.59 3.74 meningkat menjadi 24,39 persen. Kontribusi sektor
5 1.35
industri pengolahan menempati posisi kedua dalam
0
2006 2007 2008 2009 PDRB Papua Barat dibawah sektor pertanian
(24,52%). Nilai agregat PBRD-nya mencapai 3.548,36
share PDRB % Pekerja
miliar rupiah hanya beda tipis dibandingkan dengan
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2006-2009 nilai agregat sektor pertanian.
Perbedaan yang tidak terlalu jauh antara sektor
industri pengolahan dan sektor pertanian
memungkinkan untuk terjadi pergeseran posisi. Hal ini
Gambar 12.1 Share terhadap PDRB, Pertumbuhan Ekonomi, Sektor konstruksi menjadi pemeran penting pada
dan Persentase Pekerja Sektor Kostruksi 2009
suatu daerah yang terus melakukan proses
pembangunan terutama pembangunan infrastruktur
15.02
13.16
seperti di Provinsi Papua Barat. Sebagai provinsi yang
13.06 12.97
relatif baru di Indonesia Papua Barat sedang giat
9.23 9.81
8.00
8.62 membuka akses transportasi untuk membuka
hubungan antar wilayah dan membuka keterisoliran
4.46 4.35 4.22
4.77
wilayah-wilayahnya. Disamping itu juga dilakukan
pembangunan sarana-sarana pendidikan, kesehatan,
2006 2007 2008 2009
Share PDRB % Pekerja Pertumbuhan dan gedung-gedung pemerintahan untuk menunjang
besar dalam perekonomian Provinsi Papua Barat. Uraian 2007 2008 2009
Agregat PDRB sektor ini tahun 2009 hanya sebesar Jumlah Hotel (unit)
32,161 miliar rupiah atau hanya sekitar 0,22 persen Bintang 7 8 8
dan 63 unit hotel melati). Hotel berbintang hanya Melati 2.34 5.9 2.32
Rata-rata Lama Tamu Menginap
tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Fakfak, (domestik) (Hari/orang)
Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong. Bahkan di Bintang 3.24 2.08 2.56
Kabupaten Sorong tidak berdiri satu unit hotel pun. Melati 3.85 2.78 2.14
Jumlah Tamu Asing
Jumlah kamar dan tempat tidur hotel berbintang di
Bintang 1291 978 1602
tahun 2008 dan 2009 tidak mengalami perubahan,
Melati 206 155 94
tetap dengan jumlah 451 unit dan 725 unit. Sementara Jumlah Tamu Domestik
untuk hotel melati justru mengalami pengurangan. Di Bintang 20129 20612 34124
tahun 2008 jumlah kamar dan tempat tidur sebesar Melati 41560 25045 18118
atas dasar harga berlakunya sebesar 1.059,22 miliar 7.22 7.44 6.95 7.28
Gambar 14.2 Persentase Panjang Jalan menurut Tingkat Akses transportasi yang memadai menjadi
Pemerintahan yang Berwenang 2009
kebutuhan yang sangat mendesak bagi wilayah Papua
Barat yang kondisi geografisnya relatif sulit.
Pembangunan akses transportasi terutama jalan darat
kabupaten,
63.74
akan memberikan multiplier effect dari banyak sisi.
negara, 19.78 Akses transportasi yang baik akan memudahkan
provinsi, pemerataan pendidikan, kesehatan, distribusi barang
16.48
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kesulitan dalam perhubungan mengakibatkan ekonomi
biaya tinggi yang akan berpengaruh pada tingkat
harga. Tingkat harga yang tinggi inilah menjadi
Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika Provinsi Papua Barat, 2009
penyebab daya beli masyarakat rendah sehingga roda
perekonimian berputar kurang optimal dan kemiskinan
cenderung tinggi.
Tahukah Anda?
Salah satu penyebab tidak
Selama ini tidak semua kabupaten dapat
langsung pemicu inflasi di Papua terhubung dengan jalan darat. Untuk melakukan
Barat adalah kelancaran arus
perpindahan barang dan jasa hubungan antar kabupaten harus dilakukan melalui
melalui kapal laut.
akses laut dan udara. Konsekuesi menggunakan jalur
laut adalah lama perjalanan yang ditempuh menjadi
Gambar 14.3 Persentase Panjang Jalan menurut
Jenis Permukaan 2009 lebih lama, sedangkan lewat jalur udara membutuhkan
biaya yang lebih mahal. Arus orang dan barang
menjadi terkendala karena keterbatasan akses
lainnnya,
5.93 perhubungan ini.
aspal, 24.52
tanah, 37.60 Panjang jalan di Papua Barat tahun 2009 hanya
Gambar 15.1 Jumlah Kantor Bank menurut Jenisnya Seiring perkembangan pembangunan, peran
di Provinsi Papua Barat 2007-2009
perbankan menjadi sesuatu yang sangat penting.
Perbankan selain memberikan kemudahan fasilitas
49 53 61 bertransaksi dan sebagai tempat penyedia dana bagi
44 yang membutuhkan dana kredit juga menjadi sarana
46 52
yang aman untuk berinvestasi.
5
7 Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus
9
2007
2008
meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2007 jumlah
2009 kantor bank hanya 49 unit yang terdiri dari 5 unit bank
Swasta Nasional Persero dan Pemda Jumlah swasta nasional serta 44 unit bank persero dan
pemerintah daerah. Di tahun 2009 jumlahnya
Sumber: Bank Indonesia, 2009
meningkat menjadi 61 unit kantor bank, yang terbagi
menjadi 9 unit bank swasta nasional serta 52 unit bank
Gambar 16.1 Laju Inflasi Gabungan Papua Barat tahun 2008-2010*, inflasi lebih banyak terjadi dari pada
Januari 2009-Oktober 2010 (%)
deflasi. Sepanjang 34 bulan tersebut, hanya 8 kali
7
5.75
terjadi penurunan IHK (deflasi), 26 bulan lainnnya
6
5 terjadi kenaikan IHK (inflasi). Di tahun 2008 bahkan
4
terjadi inflasi selama 7 bulan berturut-turut dari bulan
3 2.35
2
1.98
1.56
Maret-September. Di akhir tahun 2009 hingga awal
1.11 0.99
1 tahun 2010 terjadi pula inflasi beruntun selama 6 bulan
0
-0.03 -0.32 -0.34
(November 2009-April 2010). Bila mencermati kondisi
-1 -0.55 -0.47
-1.06
-2 yang demikian, tampaknya perkembangan (kenaikan)
01/08
03/08
05/08
07/08
09/08
11/08
01/09
03/09
05/09
07/09
09/09
11/09
01/10
03/10
05/10
07/10
09/10
kedepan terjadi inflasi lagi maka dapat dipastikan Bahan Makanan 137.79 144.82 155.87
akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009. Sandang 106.55 117.35 118.21
Untuk itu, pemerintah daerah harus melakukan Kesehatan 118.67 125.78 130.16
tahun 2010 mencapai 158,59 persen, artinya terjadi Kelompok Pengeluaran 2009 2010*
kenaikan harga sebesar 58,59 persen pada kelompok
Bahan Makanan 5.10 7.63
pengeluaran ini dibandingkan dengan kondisi tahun Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
5.35 7.55
dasar 2007. Dengan kata lain, harga-harga pada Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
8.29 3.72
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan Bahan Bakar
tembakau mengalami kenaikan lebih dari 1,5 kali lipat Sandang 10.13 0.73
Inflasi kelompok pengeluaran lainnya berada pada Sumber: Survei Harga Konsumen, 2008-2010
*) Data sampai dengan bulan Oktober 2010
kisaran lima persen. Sedangkan kelompok
pengeluaran transport, komuniksi, dan jasa keuangan
Gambar 16.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat 2008-2009 justru mengalami deflasi sebesar –0,85 persen.
(%)(2007=100)
Inflasi tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,21
140 persen dengan penyumbang terbesar inflasi pada
129.29
126.98 kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 7,63
124.17
120 125.85 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok
116.87 120.96
dan tembakau sebesar 7,55 persen.
104.98
106.24 102.73 Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu
100
indikator yang berguna untuk mengukur tingkat
2008 2009 2010*
kesejahteraan petani, karena mengukur kemampuan
It Ib NTP tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani
dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani
Sumber: Survei Harga Perdesaan, 2008-2010
*) Data sampai dengan bulan Oktober 2010 baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk
konsumsi rumah tangga petani.
►► CATATAN: NTP Papua Barat tahun 2009 sebesar 104,98
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah adalah perbandingan persen lebih rendah dibandingkan dengan NTP tahun
antara indeks harga yang diterima (It) dan dibayar (Ib) petani. 2008 sebesar 106,24 persen. NTP tahun 2010 kembali
Jika NTP lebih besar dari 100 maka dapat diartikan mengalami penurunan menjadi 102,73 persen. Nilai
kemampuan daya beli petani periode tersebut relatif lebih NTP 102,73 persen artinya petani mengalami surplus
baik dibandingkan dengan periode tahun dasar, sebaliknya usaha sebesar 2,73 persen.
jika NTP lebih kecil atau di bawah 100 berarti terjadi NTP Papua Barat 2008-2010 nilainya selalu diatas 100
penurunan daya beli petani.
persen, artinya kesejahteraan petani menjadi lebih baik
dibandingkan dengan tahun dasar 2007. Namun nilai
Tabel 16.5 NTP menurut Subsektor 2009-2010* (%) NTP cenderung mengalami penurunan, meskipun
(2007=100)
indeks yang diterima petani (It) terus mengalami
Tahun NTP_N NTP_H NTP_PR NTP_PT NTP_P
peningkatan. Peningkatan indeks yang diterima petani
2009 113.75 111.45 121.84 112.33 90.66 ternyata pertumbuhannya tidak dapat mengimbangi
2010* 110.72 106.07 117.62 112.79 88.34 pertumbuhan indeks yang dibayarkan petani (Ib) yang
02/08
06/08
08/08
12/08
02/09
06/09
08/09
12/09
02/10
06/10
08/10
10/10
04/08
10/08
04/09
10/09
04/10
hanya subsektor tanaman pangan yang nilai indeksnya
dibawah 100 persen, yaitu sebesar 88,34 persen.
Sumber: Survei Harga Perdesaan, 2009-2010
Artinya indeks yang harus dibayarkan petani lebih *) Data sampai dengan bulan Oktober 2010
selalu mengalami inflasi. Setelah deflasi bulan Oktober Umum/Total 120.21 125.65 131.92
2009 pun terjadi inflasi secara beruntun selama 11 Sumber: Survei Harga Perdesaan, 2008-2010
*) Data sampai dengan bulan Oktober 2010
bulan.
Bila dilihat dari indeks penyusun inflasi, nilai
indeks di tahun 2010 sebesar 131,92 persen. Artinya
Tabel 16.7 Laju Inflasi Pedesaan Tahun Kalender (2007=100) terjadi kenaikan harga secara umum sebesar 31,92
menurut Kelompok Pengeluaran(%)
persen terhadap tahun dasar 2007. Kenaikan harga
Kelompok Pengeluaran 2009 2010*
tertinggi berdasarkan kelompok pengeluaran berada
Bahan Makanan 7.82 7.66
pada bahan makanan, yaitu 49,73 persen terhadap
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
5.30 4.39
Tembakau tahun dasar 2007. Kelompok pengeluaran transport,
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
-4.19 1.01 komunikasi dan jasa keuangan adalah yang
Bahan Bakar
Sandang 6.81 1.05 mengalami kenaikan harga terendah diantara
Kesehatan 4.34 1.40 kelompok pengeluaran lainnya, yaitu hanya mengalami
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 2.10 2.40
kenaikan sebesar 3,54 persen terhadap tahun 2007.
Transpor, Komunikasi, dan Jasa
-5.23 1.35
Keuangan Laju inflasi pedesaan tahun kalender tahun 2009
Umum/Total 4.53 4.99 sebesar 4,53 persen, artinya dibandingkan dengan
Sumber: Survei Harga Perdesaan, 2009-2010
*) Data sampai dengan bulan Oktober 2010
kondisi Desember 2008 terjadi kenaikan harga barang
dan jasa sebesar 4,53 persen. Sedangkan pada tahun
2010 (sampai dengan bulan Oktober) laju inflasi
Gambar 16.4 Perkembangan Harga Sembako Terpilih
Papua Barat 2008-2009 (Rp/Kg) pedesaan tahun kalender telah mencapai 4,99 persen.
Tahun 2010 yang masih menyisakan dua bulan
2008 2009
15450
tersebut ada kemungkinan dapat melampaui angka
14453
inflasi ahun 2009 bila terjadi inflasi. Selama dua tahun
11242
10510 terakhir inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok
6267 6843 bahan makanan yaitu 7,82 persen dan 7,66 persen.
Perkembangan harga sembako perlu
mendapatkan perhatian pemerintah daerah karena
barang-barang tersebut menjadi konsumsi pokok
Beras Minyak goreng Gula
rumah tangga yang mempengaruhi stabilitas harga.
Sumber: SHPB 2008-2009 Harga beras tahun 2008 rata-rata sebesar Rp 6.267/
Kg dan mengalami kenaikan menjadi Rp 6.843/Kg di
tahun 2009. Demikian pula dengan harga gula pasir
yang mengalami kenaikan dari Rp 10.510/Kg menjadi
PDRB Papua Barat tahun 2009 mencapai 10.041,36 Uraian 2007 2008 2009
miliar rupiah. Kondisi ini meningkat dari tahun 2008 PDRB pengeluaran
dengan pertumbuhan sebesar 10,57 persen. Kenaikan Pertumbuhan(%) 6.15 10.57 6.18
Manokwari dan Kota Sorong serta adanya acara Makanan (Rp) 169304 205333 268046
keagamaan berskala nasional di Kabupaten Fakfak. Non Makanan (Rp) 123818 141595 176380
Peran konsumsi rumah tangga dalam
perekonomian yang tercermin dalam PDRB Sumber: PDRB menurut Penggunaan, BPS Provinsi Papua Barat 2009
Gambar 17.2 Persentase Pengeluaran Makanan dan Perbandingan antara pengeluaran makanan dan
Non Makanan Papua Barat 2007-2009
non makanan dapat digunakan sebagai indikator
tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi
57.76 59.19 60.31
persentase pengeluaran non makanan maka dapat
42.24 40.81 39.69 dikatakan bahwa tingkat kesejahteraannya semakin
membaik. Namun pola pengeluran makanan di Papua
Barat memiliki kecenderungan terus meningkat.
Persentase pengeluaran makanan tahun 2009
2007 2008 2009 mencapai 60,31 persen, lebih tinggi dari pengeluaran
Makanan Non Makanan makanan di tahun 2007 dan 2008 yang masing-masing
2009
1,822.13
2009 49.35 antara kuantitas setiap makanan yang dikonsumsi
1,873.31 dengan besarnya kandungan kalori dan protein setiap
2008 48.49
2008
1,898.15
jenis makanan.
2007
2007 47.95 Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan
1,750 1,800 1,850 1,900 Gizi VIII 2004 ditetapkan standar angka kecukupan
47 48 48 49 49 50
konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia.
Sumber: Konsusmsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi
(Susenas, 2007-2009) Angka kecukupan konsumsi kalori yaitu sebesar 2000
Kilokalori per kapita per hari dan 52 gram per kapita
per hari untuk konsumsi protein.
Konsumsi kalori per kapita per hari masyarakat
Papua Barat tahun 2007 sebesar 1.898,15 KKal.
Tahukah Anda?
Persentase pengeluaran per kapita Kemudian di tahun 2008, konsumsi kalori mengalami
per bulan untuk makanan di Papua
Barat tahun 2009 (60,31%) adalah penurunan menjadi 1.873,31 Kkal per kapita per hari.
tertinggi ketiga di Indonesia.
Pada tahun 2009 konsumsi kalori kembali mengalami
penurunan menjadi 1.822,13 Kkal per kapita per hari.
per kapita per hari dan 48,49 gram per kapita per hari. 2.Orang normal BB x 30 kalori
3.Orang gemuk BB x 20 kalori
Rendahnya konsumsi kalori dan protein yang
4.Orang obesitas BB x (10 s.d 15) kalori
terlihat dari nilainya yang berada di bawah batas angka
kecukupan konsumsi kalori dan protein sebenarnya
Kalori di atas harus ditambah dengan kalori untuk kegiatan
dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat di pregnansi dan laktasi.
pedesaan. Konsumsi kalori masyarakat perkotaan Kalori untuk orang hamil ditambah 100 kalori (trimester
hampir mencapai standar kecukupan kalori, yaitu I),ditambah 200 kalori (trimester II), ditambah 300 kalori
mencapai 1.995,91 Kkal per kapita per hari, (trimester III).
sedangkan di dearah pedesaan hanya sebesar Bagi yang menyusui/laktasi ditambah 400 kalori per hari,
1.777,24 Kkal per kapita per hari. Konsumsi protein kelemahanya bila menggunakan teori RBW adalah jenis
kelamin dan umur tidak diakomodasikan .
masyarakat perkotaan bahkan telah berada diatas
Energi BMR (Basal Metabolisme Rate)
standar yang disyaratkan yaitu 62,86 gram per kapita
Energi BMR adalah energi minimal untuk menjalankan
per hari, sedangkan konsumsi protein di daerah
proses kerja atau proses faal dalam tubuh dalam kondisi
pedesaan sangat rendah, yaitu hanya 45,35 gram per Resting Bed (berbaring istirahat di atas tempat tidur).
kapita per hari.
Gambar 18.1 PDRB menurut Subsektor Perdagangan Subsektor perdagangan dalam PDRB termasuk
Papua Barat 2006-2009
kedalam sektor enam (perdagangan, hotel, dan
1321.50
restoran). Agregat PDRB subsektor perdagangan
1187.60
tahun 2009 sebesar 1.321,50 miliar rupiah, kondisi ini
1008.27
853.50 meningkat dari 1.187,60 miliar rupiah tahun 2008.
Peran subsektor perdagangan dalam sektor
enam sangat dominan. Kontribusinya pada sekor
enam mencapai 90,97 persen dari agregat PDRB
sektor tersebut tahun 2009, sedangkan 9,03 persen
2006 2007 2008 2009 lainnya dibagi antara subsektor hotel dan subsektor
restoran. Sedangkan kontribusi terhadap PDRB total
Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Prov. Papua Barat, 2009
tahun 2009 adalah 9,08 persen. Kontribusi subsektor
perdagangan bergerak naik dibandingkan dengan
Gambar 18.2 Share terhadap PDRB dan Pertumbuhan
Subsektor Perdagangan Papua Barat 2006-2009 tahun 2006 sebesar 5,87 persen. Share subsektor ini
tahun 2009 juga lebih dari tahun 2007 dan 2008 yang
11
masing-masing sebesar 6,93 persen dan 8,16 persen.
10 10.41 9.39
9.08
9
8.90
Bertolak belakang dengan share terhadap PDRB,
8 pertumbuhan subsektor perdagangan justru terus
8.16
7 mengalami penurunan sejak tahun 2006. Pertumbuhan
6.93
6 subsektor ini di tahun 2006 sebesar 10,41 persen.
5.87 5.15
5
Pertumbuhannya mengalami perlambatan di tahun
4
2006 2007 2008 2009
2007 dan 2008, yaitu sebesar 9,39 persen dan 8,90
Share PDRB Pertumbuhan persen. Di tahun 2009, perlambatan pertumbuhan
semakin signifikan, yaitu menjadi sebesar 5,15 persen.
Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Prov. Papua Barat, 2009
Di satu sisi share terhadap PDRB semakin
meningkat, namun disisi yang lain pertumbuhannya
mengalami perlambatan. Hal ini terjadi karena share
Tahukah Anda?
Subsektor perdagangan sangat subsektor ini cukup besar dalam PDRB namun
dominan di sektor 6 (perdagangan,
kecepatan pertumbuhannya kalah cepat dari subsektor
hotel, dan restoran), kontribusinya
mencapai 90,97 persen di tahun lain yang nilainya lebih kecil.
2009.
2009 tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2008 Pertanian 3,107,119.13 3,567,520.90 1,817,444.10 1,878,562.44
yaitu Rp. 12,47 triliun atas dasar harga berlaku dan Pertambangan dan
1,844,019.44 1,926,816.67 1,098,592.02 1,093,722.58
Penggalian
Rp. 6,37 triliun atas dasar harga konstan 2000. Industri Pengolahan 2,835,994.38 3,548,361.11 872,426.05 971,081.99
atas dasar harga berlaku dan Rp. 4,96 triliun atas Jasa-jasa 1,005,409.58 1,143,797.37 684,491.02 731,168.14
Perbedaan nilai PDRB atas dasar harga berlaku PDRB tanpa Migas 8,733,336.79 10,210,882.61 4,962,288.45 5,327,747.48
dengan migas dan tanpa migas sebesar Rp. 4,37 Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Prov. Papua Barat, 2009
sebesar Rp. 3,57 triliun dan Rp. 1,88 triliun. Teluk Wondama 270,482.75 330,229.73 161,993.11 184,132.75
Sedangkan PDRB ADHB dan ADHK terendah menurut Teluk Bintuni 863,763.80 1,041,428.59 527,958.30 584,555.37
lapangan usaha yaitu sektor liastrik, gas, dan air bersih Manokwari 2,015,535.30 2,441,458.38 989,627.25 1,083,643.56
tercatat atas dasar harga berlaku tahun 2009 tertinggi Tambrauw 24,132.25 26,583.14 14,228.94 14,769.83
berada di Kabupaten Sorong sebesar Rp. 5,02 triliun. Maybrat 151,285.40 165,573.65 75,660.39 78,048.24
Gambar 19.1 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Bila unsur migas tidak diperhitungkan dalam
(PDRB) menurut Lapangan Usaha Papua Barat 2009 (%)
penghitungan PDRB, maka di tahun 2009, Kota
Pertambang
an &
Industri Sorong memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku
Pertanian, Galian,13.24
Pengolahan,
24.52
24.39 dan atas dasar harga konstan 2000 tertinggi diantara
kabupaten lainnya. Besarnya PDRB Kota Sorong
masing-masing Rp. 2,48 triliun dan Rp. 1,41 triliun.
PDRB tahun 2009 terendah atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan 2000 ditempati oleh
Jasa- Listrik, Gas Kabupaten Teluk Wondama dengan besaran PDRB
jasa, 7.86 & Air
Bersih, 0.51 Rp. 0,33 triliun dan Rp. 0,18 triliun.
Keu, Persew Transpor & Perdag, Hot
Konstruksi,
aan & Jasa Komunikasi, el &
9.81
Struktur perekonomian Papua Barat ditunjukkan
Perush, 2.40 7.28 Resto, 9.99
melalui distribusi persentase nilai tambah atas dasar
Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Prov. Papua Barat, 2009
harga berlaku per sektor. Struktur ini dapat
memperlihatkan sektor-sektor utama yang
Tabel 19.3 Share terhadap PDRB menurut Sektor Primer, berkontribusi besar dalam perekonomian.
Sekunder, dan Tersier Papua Barat 2007-2009 (%)
Terdapat tiga sektor unggulan penggerak
Sektor 2007 2008 2009 perekonomian Papua Barat sebagai kontributor utama
Primer 42.61 39.71 37.77 dalam PDRB. Ketiga sektor itu adalah sektor pertanian
Sekunder 29.28 32.50 34.70 memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Papua
Tersier 28.11 27.79 27.53 Barat sebesar 24,52 persen, sektor industri
Total 100.00 100.00 100.00 pengolahan memberikan kontribusi 24,39 persen,
Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Prov. Papua Barat (diolah), 2007-2009
sektor pertambangan dan penggalian
menyumbangkan 13,24 persen. Sementara sektor
Tabel 19.4 PDRB per Kapita menurut Kabupaten/Kota Sebuah nilai yang cukup relevan dalam
di Provinsi Papua Barat 2008-2009 (Juta Rupiah)
menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk
Kabupaten/ Dengan Migas Tanpa Migas
Kota 2008 2009 2008 2009 secara makro ekonomi adalah dengan menggunakan
Fak-Fak 15.56 17.31 15.57 17.31 pendekatan PDRB per kapita. Dengan PDRB per
Kaimana 14.27 16.34 14.31 16.34
kapita, besaran nilai PDRB telah dibagi dengan jumlah
Teluk Wondama 11.67 14.01 11.69 14.01
Teluk Bintuni 16.05 18.66 16.00 17.46 penduduk dari wilayah tersebut. Jadi besarnya PDRB
Manokwari 11.66 13.81 11.72 13.81 telah tertimbang dengan jumlah penduduk pada
Sorong Selatan 6.34 8.53 5.88 8.53
masing-masing wilayah, sehingga tingginya PDRB
Sorong 44.08 55.38 10.55 12.30
Raja Ampat 20.65 21.42 9.30 9.82 tidak lagi dipengaruhi jumlah penduduk yang besar.
Tambrauw - 0.09 - 0.09
PDRB per kapita dengan migas Papua Barat
Maybrat - 20.01 - 20.01
Kota Sorong 12.70 14.38 12.69 14.38
meningkat dari Rp. 17,08 juta di tahun 2008 menjadi
Papua Barat 17.08 19.56 11.97 13.73 Rp. 19,56 juta di tahun 2009. Sedangkan bila tanpa
Sumber: PDRB menurut Lapangan Usaha Prov. Papua Barat, 2009 migas PDRB per Kapita tahun 2009 sebesar Rp. 13,73
juta. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2008
Tabel 19.5 PDRB menurut Penggunaan dan Distribusinya sebesar Rp. 11,97 juta.
di Provinsi Papua Barat 2008-2009 (Miliar Rupiah)
Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja Ampat
PDRB Distribusi
Penggunaan
2008 2009 2008 2009 memiliki PDRB per kapita dengan migas tertinggi
Konsumsi
Rumah 8 614 250.23 10 041 359.40 69.09 69.02
pertama dan kedua sebesar Rp. 55,38 juta dan Rp.
Tangga
Lembaga
21,42 juta, namun ketika unsur migas tidak disertakan
Swasta 83 157.66 106 567.80 0.67 0.73
Nirlaba
dalam penghitungan, peringkatnya langsung anjlok di
Konsumsi
Pemerintah
2 506 043.16 2 852 993.92 20.10 19.61 posisi ke-7 dan ke-8. PDRB per kapita kabupaten
PMTB 4 080 076.40 4 498 236.48 32.72 30.92 tersebut menjadi Rp. 12,30 juta di Kabupaten Sorong
Perubahan
Stok
375 834.33 391 132.92 3.01 2.69 dan Rp. 9,82 juta di Kabupaten Raja Ampat.
Ekspor 6 787 164.93 5 170 937.93 54.43 35.54
PDRB menurut pengunaan pada dasarnya sama
Dikurangi
9 977 495.21 8 513 500.94 80.02 58.52
Impor (-) besarnya dengan PDRB menurut Lapangan Usaha
PDRB 12 469 031.50 14 547 727.50 100.00 100.00
(produksi). PDRB menurut penggunaan dihitung
Sumber: PDRB menurut Penggunaan Prov. Papua Barat, 2009
berdasarkan pengeluaran sedangkan menurut
lapangan usaha dilihat dari sisi produksi. Sebagian
yaitu 2.097.482 jiwa dengan laju pertumbuhan Papua 2015616 2056517 2097482 2.01
penduduk 2,01 persen per tahun. Sedangkan Sumber: Statsitik Indonesia, 2009 dan Perkembangan Beberapa Indikator Utama
sosial Ekonomi Indonesia, 2009
penduduk terkecil adalah Provinsi Papua Barat, yaitu
743.860 jiwa. Penduduk Papua Barat juga merupakan
penduduk terkecil di Indonesia.
Tabel 20.2 PDRB per Kapita Wilayah Maluku dan Papua
PDRB per kapita yang lazim digunakan untuk 2007-2009 (Juta rupiah)
sebesar 24,26 juta rupiah tahun 2009 di Indonesia. Maluku 4.08 4.43 4.87
pertambangan lainnya, sedangkan di Papua Barat ada Provinsi 2007 2008 2009
pertambangan minyak dan gas disamping pembagi Maluku 5.62 4.23 5.43
Di tahun 2009 rata-rata laju pertumbuhan Papua Barat 6.95 7.33 6.26
ekonomi di kawasan Maluku dan Papua diatas Papua 4.34 (0.78) 20.34
ekonomi nasional tahun 2009 sebesar 4,21 persen, Sumber: PDRB menurut Penggunaan Prov.insi Papua Barat, 2009 dan
Perkembangan Beberapa Indikator Utama sosial Ekonomi Indonesia, 2009
turun dari kondisi tahun 2008 sebesar 6,06 persen. Hal
ini dipengaruhi krisis ekonomi global yang berdampak
20 TPT wilayah Maluku dan Papua Lebih Rendah dari TPT Nasional
kecuali Provinsi Maluku
Provinsi Maluku menjadi satu-satunya provinsi di wilayah Maluku dan Papua yang TPT-nya lebih
tinggi dari TPT nasional. Provinsi Papua bahkan memperoleh capaian yang baik dengan menempati
peringkat ketiga nasional, dimana TPT-nya sebesar 4,08 persen.
Tabel 20.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada negara-negara di dunia. Laju pertumbuhan
Wilayah Maluku dan Papua 2007-2009
Peringkat
ekonomi Provinsi Papua mencapai 20,34 persen,
Provinsi 2007 2008 2009
2009 setelah sebelumnya di tahun 2008 sempat menembus
Maluku 12.2 10.67 10.57 29
minus 0,78 persen.
Maluku Utara 6.05 6.48 6.76 18
Situasi kinerja ketenagakerjaan umumnya
Papua Barat 9.46 7.65 7.56 20
direpresentasikan oleh angka pengangguran atau
Papua 5.01 4.39 4.08 3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tercatat untuk
Indonesia 9.11 8.39 7.87 wilayah Maluku dan Papua, TPT terendah dicapai oleh
Sumber: Statsitik Indonesia, 2009 dan Perkembangan Beberapa Indikator Utama
sosial Ekonomi Indonesia, 2009 Provinsi Papua yaitu sebesar 4,08 persen sehingga
menempatkannya pada peringkat ke-3 dari 33 provinsi
di Indonesia. Sementara TPT tertinggi di Provinsi
Maluku yaitu sebesar 10,57 persen atau berada di
peringkat ke-5 terbawah secara nasional. Empat
provinsi di wilayah tersebut TPT-nya lebih baik
Tahukah Anda?
Jumlah penduduk miskin di Provinsi dibandingkan dengan TPT nasional (7,87%) kecuali
Jawa Timur (5,37 juta jiwa) hampir
empat kali lipat jumlah penduduk Provinsi Maluku. Kecenderungan perkembangan TPT
miskin di Provinsi Maluku, Maluku
Utara, Papua Barat, dan Papua. nasional bergerak menurun sejalan dengan provinsi
Papua, Papua Barat, dan Maluku, namun untuk
Provinsi Maluku Utara memiliki pola yang berbeda,
provinsi tersebut TPT-nya justru cenderung meningkat
tahun terakhir. Sedangkan Provinsi Papua dan Tabel 20.6 Persentase Penduduk Miskin Wilayah Maluku
dan Papua 2007-2010 (%)
Provinsi Papua Barat memiliki pola tersendiri, yaitu
Peringkat
sama-sama mengalami peningkatan di tahun 2009 dan Provinsi 2007 2008 2009 2010
2010
kembali mengalami penurunan pada tahun 2010. Maluku 31.14 29.66 28.23 27.74 31
provinsi di wilayah Maluku dan Papua merupakan tiga Papua 37.53 37.08 37.53 36.80 33
provinsi dengan persentase penduduk miskin terbesar Indonesia 16.58 15.42 14.15 13.33
Sumber: Statsitik Indonesia, 2009 dan Perkembangan Beberapa Indikator Utama
di Indonesia, yaitu Provinsi Maluku sebesar 27,74 sosial Ekonomi Indonesia, 2009
Indonesia mencapai 71,76 persen. Dalam IPM sangat tinggi : 90,00-100 persen
pengkategorian IPM oleh UNDP capaian ini termasuk IPM tinggi : 80,00-89,99 persen
IPM menengah : 50,00-79,99 persen
kedalam kelompok menengah. Capaian IPM wilayah
IPM rendah : kurang dari 50,00 persen
Maluku dan Papua tahun 2009 termasuk rendah,
mengingat peringkat terbaiknya hanya mencapai
urutan ke-19 dari 33 provinsi. Capaian IPM tertinggi
diraih oleh Provinsi Maluku, yaitu sebesar 70,96 Tabel 20.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Wilayah Maluku dan Papua 2007-2009 (%)
persen dan capaian terendah berada di Provinsi Papua
Peringkat
Provinsi 2007 2008 2009
sebesar 64,53 persen sekaligus merupakan peringkat 2009
Maluku 69.96 70.38 70.96 19
terendah capaian IPM secara nasional.
Maluku Utara 67.82 68.18 68.63 29
Papua Barat 67.28 67.95 68.58 30
Papua 63.41 64.00 64.53 33
Indonesia 70.59 71.17 71.76
Tahukah Anda?
Sumber: Statsitik Indonesia, 2009 dan Perkembangan Beberapa Indikator Utama
Provinsi Maluku (27,74%), Provinsi sosial Ekonomi Indonesia, 2009
Papua Barat (34,88%) dan Provinsi
Papua (36,80%) adalah tiga
p r o v i n s i d en g a n p er s e n t a s e
penduduk miskin terbesar di
Indonesia.
Gambar 20.1 Hubungan TPT dan Persentase Penduduk Miskin Hubungan TPT dan Kemiskinan terlihat dari
Wilayah Maluku dan Papua 2009
Diagram kuadran pada gambar 20.1. Provinsi Papua
40
dan papua Barat memiliki karakteristik TPT rendah
Papua
35
Papua Barat namun persentase penduduk miskin tinggi (terhadap
30
25
benchmark). Kondisi yang lebih buruk terjadi pada
Maluku
30
Maluku bekerja dibawah jam kerja normal, pekerja informal
25
tinggi, bekerja disektor pertanian ekstrkatif (mengambil
20
Prtmbhn Ekonomi ↑
hasil dari alam untuk dikonsumsi sendiri) tinggi, tingkat
↑
15 % Penduduk Miskin ↑
10
Pert Eko ↓
Maluku Utara
miskin sebesar 36,80 persen. Meskipun laju Semoa dan Tesfa (2004), studi di Virginia Barat → Ada
hubungan timbal balik antara perubahan insiden
pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua mencapai 20,34
kemiskinan dan perubahan ketimpangan pendapatan.
persen tetapi karena tidak didukung oleh pemerataan Hubungan yang terjadi adalah searah, yaitu jika
pendapatan yang baik maka persentase penduduk kemiskinan meningkat maka perubahan ketimpanganpun
akan meningkat, demikian juga sebaliknya.
miskinnya tinggi. Hal yang berbeda terjadi di Provinsi
Munandar, Kurniawan dan Santoso (2007), berdasarkan
Maluku Utara, terjadi hubungan searah yang positif, analisis siklikal → Tingkat kemiskinan akan turun jika
dimana gini ratio rendah dan kemiskinan juga rendah. pengangguran turun.
Fakfak 11036.48
Kaimana 16241.84
Teluk Wondama 3959.53
Teluk Bintuni 20840.83
Manokwari 14250.94
Sorong Selatan 9408.63
Sorong 12594.94
Raja Ampat 8034.44
Kota Sorong 656.64
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Provinsi Papua Barat 2009
Jumlah Penduduk
Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 41397 43498 84895
5-9 37398 39698 77096
10-14 33597 35599 69196
15-19 38498 40498 78996
20-24 32197 38299 70496
25-29 29598 32299 61897
30-34 30801 31097 61898
35-39 30698 31699 62397
40-44 26598 29500 56098
45-49 21198 23199 44397
50-54 13799 17798 31597
55-59 8600 12499 21099
60-64 5201 7198 12399
65-69 2101 3999 6100
70-74 1099 2000 3099
75+ 1100 1100 2200
Total 353880 389980 743860
Sumber: Proyeksi Supas 2000-2015
Tabel 1.4 Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan,
dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Papua Barat 2007-2010
Garis Kemiskinan Penduduk Miskin Kedalaman Keparahan
Daerah/Tahun Kemiskinan Kemiskinan
Makanan Non Makanan Total Jumlah Persentase (P1) (P2)
Perkotaan
Maret 2007 154,698 54,820 209,518 11.00 7.14 0.73 0.12
Maret 2008 180,866 63,941 244,807 9.48 5.93 0.73 0.24
Maret 2009 223,357 81,373 304,730 8.55 5.22 0.43 0.04
Maret 2010 233,764 85,406 319,170 9.59 5.73 1.14 0.36
Perdesaan
Maret 2007 176,025 28,933 204,958 255.80 48.82 16.58 7.29
Maret 2008 197,785 32,469 230,254 237.02 43.74 11.67 4.46
Maret 2009 223,592 45,762 269,354 248.29 44.71 12.51 4.61
Maret 2010 238,145 49,367 287,512 246.66 43.48 13.22 5.47
Kota+Desa
Maret 2007 172,145 33,853 205,998 266.80 39.31 12.97 5.66
Maret 2008 193,930 39,641 233,570 246.50 35.12 9.18 3.50
Maret 2009 223,538 53,878 277,416 256.84 35.71 9.75 3.57
Maret 2010 237,147 57,580 294,727 256.25 34.88 10.47 4.30
Sumber: Olahan Susenas 2007-2010
2. Pertambangan dan Penggalian 1,552,891.49 1,655,107.42 1,844,019.44 1,926,816.67 1,081,658.46 1,087,167.36 1,098,592.02 1,093,722.58
3. Industri Pengolahan 1,741,954.15 2,084,467.80 2,835,994.38 3,548,361.11 751,875.24 813,660.34 872,426.05 971,081.99
4. Listrik, Gas & Air Bersih 48,038.78 57,745.90 66,030.34 73,874.44 24,616.86 26,903.48 29,098.48 31,691.89
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 925,804.53 1,096,203.97 1,290,421.32 1,452,692.47 561,814.69 616,261.41 670,818.70 712,637.01
7. Pengangkutan dan Komunikasi 646,121.42 771,098.42 866,875.56 1,059,222.47 397,041.92 440,299.46 473,536.46 549,199.59
PDRB Papua Barat 8,945,539.50 10,367,278.69 12,469,031.50 14,547,727.50 5,548,900.50 5,934,315.82 6,369,374.22 6,768,199.45
Tabel 1.6 Distribusi PDRB menurut Lapangan Usaha Provinsi Papua Barat 2006-2009
Tabel 1.8 Pertumbuhan Ekonomi menurut Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat 2006-2009