Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, kejadian pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja

banyak berasal dari eksploitasi seksual pada media yang ada di sekeliling kita.

Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-film ternyata

mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di

usia muda. Dengan melihat tampilan atau tayangan seks di media, para remaja itu

beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa saja,

dimana saja.

Oleh karena itu, kami memilih tema Pergaulan Bebas Remaja untuk dikaji

lebih lanjut sebagai informasi bagi kaum remaja yang sangat berkaitan erat

dengan tema di atas.

B. PERMASALAHAN

Adapun masalah yang ditinjau dan dianalisis adalah antar lain:

• Pengertian Pergaulan Bebas

• Akibat dari Pergaulan Bebas

• Penyakit HIV AIDS

• Abostus/ Abosi

1
C. TUJUAN

Karya ilmiah ini saya buat berdasarkan sumber-sumber yang jelas dan

akurat dengan tujuan supaya para remaja dapat mengatasi libidonya sehingga para

remaja dapat terhindar dari akibat-akibat negatif dari pergaulannya seperti

pergaulan bebas. Dan menghimbau kepada para remaja untuk tidak salah langkah

dalam mengambil keputusan oleh karena perubahan seks yang terjadi pada

dirinya.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas semakin meningkat

terutama di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena kurangnya bimbingan dan

perhatian dari orang tua.

Menurut Jane Brown, ilmuwan dari Universitas North Carolina yang

memimpin proyek penelitian ini, semakin banyak remaja disuguhi dengan

eksploitasi seks di media, maka mereka akan semakin berani mencoba seks di

usia muda.

Sebelumnya para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di

televisi dengan perilaku seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak

1,017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun dari Negara bagian North Carolina, AS

yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi, pertunjukan, musik, dan majalah

selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang sangat

mengejutkan.

Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual

dari media cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali lebih

tinggi ketimbang remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari

media.

3
Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika

Serikat sepuluh kali lipat lebih tinggi dibanding negara-negara industri maju

lainnya, hingga penyakit menular seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan

publik disana.

Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak

memberikan pendidikan seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-

anak mereka mendapat pemahaman seks yang salah dari media. Akhirnya jangan

heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di kalangan remaja adalah sebagai

sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan atau tertular

penyakit kelamin).

Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur

mendapat informasi seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa

teman-teman sebaya mereka juga sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka

akhirnya mengadopsi begitu saja norma-norma sosial "tak nyata" yang sengaja

dibuat oleh media.

Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of

Pediatrics, serta sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun

sayangnya, hasil penelitian tersebut belum melihat bagaimana dampak informasi

seks di internet pada perilaku seks remaja.

4
Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin kita tak

perlu menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan

penting dalam pembentukan norma seksual di kalangan remaja. (reuters/dni)

5
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. PENYEBAB DAN DAMPAK PERGAULAN BEBAS

Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune

Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja,

salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di

Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah

sudah pernah melakukan hubungan seksual.

Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang

baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan

seksual.

Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai

penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit

hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.

Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin

memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari

2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita

tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia

20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang

dan 50 tahun ke atas satu orang.

6
semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa,

cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja.

Oleh sebab itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan

reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.

“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model

pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan

peranserta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami

masalah kesehatan reproduksi”.

Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten

dan satu kota di Bali berlangsung selama empat hari.

Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar

aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini

terjadi karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian

meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan

pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi

di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat

bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama

mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong

terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.

Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan

pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi

7
bukan sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah

termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang

dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on Development

and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ;

penderitaan kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi

buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-

obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).

Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan

sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi

dua;

Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja.

penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas

yang berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan.

Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya

adalah bahwa seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya

baik dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan

kehadiran janin tersebut.

Risiko Aborsi

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan

maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa

8
seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung

boleh pulang “.

Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama

mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang

sudah terjadi. Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko

kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis.

Dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko

kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat

melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;

- Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

- Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat

pada anak berikutnya.

- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),

- Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

- Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

- Kanker hati (Liver Cancer).

- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat

pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).

9
- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi

kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki

dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini

dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom

Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ” Psychological

Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The Post-Abortion

Review.

Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya

perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan

pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut

penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan

seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya yakni hamil dan

penyakit kelamin.

Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk

memberikan pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan

berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan

hal sex tersebut.

10
B. NILAI PANCASILA

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate

atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja

berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan,

Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara

sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan

norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan

prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut

adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.

Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki

pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks

(65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan

orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih

dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu

mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari

teman yang lainnya.

Kurang perhatian orangtua, kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak

pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan

hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi

ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi.

11
Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal

seperti ini.

Pada zaman modren sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-

sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain

yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion),

model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam

gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap

suatu kewajaran.

Bebera faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja

yaitu;

Pertama, Faktor agama dan iman.

Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.

Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.

Keempat, Perubahan Zaman.

C. NILAI AGAMA

Firman Allah: ” Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut

melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.

Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” ( QS 17:31 ). Banyak

calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum

stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk

menggugurkan kandungannya.

12
Padahal ayat tersebut telah jelas menerangkan bahwa rezeki adalah urusan Allah

sedangkan manusia diperintahkan untuk berusaha. Membunuh satu nyawa sama

artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya

dengan menyelamatkan semua orang.

Islam memberikan ganjaran dosa yang sangat besar terhadap pelaku aborsi.

Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena

sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di

muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan

barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-

olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32 )

Oleh sebab itu aborsi adalah membunuh, membunuh berarti melakukan tindakan

kriminal dan melawan terhadap perintah Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun

hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan

RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati,

atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan

dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk

mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

D. NILAI YURIDIS/HUKUM

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia Bab XIV tentang

kejahatan terhadap kesusilaan pasal 229 ayat (1) dikatakan bahwa perbuatan

aborsi yang disengaja atas perbuatan sendiri atau meminta bantuan pada orang

13
lain dianggap sebagai tindakan pidana yang diancam dengan hukuman paling

lama 4 tahun penjara atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

Ayat (2) pasal 299 tersebut melanjutkan bahwa apabila yang bersalah dalam

aborsi tersebut adalah pihak luar ( bukan ibu yang hamil ) dan perbuatan itu

dilakukan untuk tujuan ekonomi, sebagai mata pencarian, maka hukumannya

dapat ditambah sepertiga hukuman pada ayat (1) dia atas.

Apabila selama ini perbuatan itu dilakukan sebagai mata pencarian, maka dapat

dicabut haknya untuk melakukan mata pencarian tersebut. Kemudian pada pasal

346 dikatakan bahwa wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya

atau meyuruh orang lain untuk melakukan hal itu diancam hukuman penjara

paling lama empat tahun.

Pada pasal 347 ayat (1) disebutkan orang yang menggugurkan atau mematikan

kehamilan seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu diancam hukuman paling

lama 12 tahun penjara, dan selanjutnya ayat (2) menyebutkan jika dalam

menggugurkan kandungan tersebut berakibat pada hilangnya nyawa wanita yang

mengandung itu, maka pihak pelaku dikenakan hukuman penjara paling lama 15

tahun.

Dalam pasal 348 ayat (1) disebutkan bahwa orang yang dengan sengaja

menggugurkan kandungan seorang wanita atas persetujuan wanita itu diancam

hukuman paling lama 15 tahun penjara, dan ayat (2) melanjutkan, jika dalam

perbuatan itu menyebabkan wanita itu meninggal, maka pelaku diancam hukuman

14
paling lama 17 tahun penjara. Dengan demikian, perbuatan aborsi di Indonesia

termasuk tindakan kejahatan yang diancam dengan hukuman yang jelas dan tegas.

15
BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Telah jelas bagi kita tidak ada dasar bagi Rancangan pembentukan Undang-

undang legalisasi aborsi karena hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila,

Agama dan Hukum yang berlaku. Legalisasi aborsi akan mendorong pergaulan

bebas lebih jauh dalam masyarakat.

Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan

pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Sedangkan

dilarang saja masih banyak terjadi aborsi, bagaimana jika hal ini dilegalkan?

Legalisasi akan berakibat orang tidak lagi takut untuk melakukan hubungan intim

pranikah, prostitusi karena jika hamil hanya tinggal datang ke dokter atau bidan

beranak untuk menggugurkan, dengan kondisi ini dokter ataupun bidan dengan

leluasa memberikan patokan harga yang tinggi dalam sekali melakukan

pengguguran.

Jika perharinya yang melakukan aborsi 7 s/d 8 orang dan harga sekali aborsi

sebesar Rp. 4.000.000,-, berarti dalam satu harinya dokter ataupun bidan bisa

meraup keuntungan sebesar Rp. 32.000.000,-. Jika di legalkan hal tersebut lebih

berdampak negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja, legalisasi tidak

memberikan manfaat bagi masyarakat dan bertentangan dengan nilai-nilai

16
Pancasila dan Agama, jika bertentangan tidak perlu diterima/dibentuk peraturan

tersebut.

Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya

sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma

yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam

memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan

pendidikan agama, memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu

permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar

menjadi sebuah proritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kematian

disebabkan aborsi tersebut. Sehingga Tingginya kasus penyakit Human

Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS),

khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan

bebas.

Selain hilangnya kekebalan daya tubuh, pergaulan bebas juga dapat menyebabkan

terjadinya kehamilan di luar nikah, kata Kepala BKKBN Propinsi Bali, I Gede

Putu Abadi, MPA di Denpasar, Senin (24/10).

Dalam sambutan tertulis dibacakan Kepala Balai Latihan dan Pengembangan, Ida

Bagus Wirama, SH ketika membuka pelatihan managemen pusat informasi dan

konsultasi kesehatan reproduksi remaja bagi relawan dan pengelola, ia

menyatakan, kondisi tersebut cukup memprihatinkan.

17
Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31%

remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.

Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang

baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan

seksual.

Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai

penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit

hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.

Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin

memprihatinkan, ujar Putu Abadi.

Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623

orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas

usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352

orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke

atas satu orang.

Putu Abadi menambahkan, semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS

memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi

yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat

informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor)

sebaya menjadi sangat penting.

18
"Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model

pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan

peranserta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami

masalah kesehatan reproduksi,"

19
DAFTAR PUSTAKA

1. http://ninahamzah.wordpress.com/akibat-terjadinya-pergaulan-

bebas/

2. http://www.kapanlagi.com/a/0000002988.html

3. http://www.kapanlagi.com/h/0000088252.html

4. http://tabloid_info.sumenep.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=744&Itemid=27

5. http://hati.unit.itb.ac.id/forum/viewtopic.php?f=28&p=182

20

Anda mungkin juga menyukai