Anda di halaman 1dari 2

Aku dan Sekolahku

Aku mengawali pendidikan dari TK, SD & MDA, SMP, dan sekarang di SMA. Pada umur 4 tahun,
aku ingin bersekolah di TK PERPETA dekat rumahku. Lalu ayah dan ibuku mengizinkanku untuk
bersekolah di sana. Namun 3 bulan kemudian, aku merasa bosan dan memutuskan untuk berhenti
sekolah. Ayah dan ibuku terus membujukku untuk sekolah. Akhirnya, pada tahun ajaran baru, aku
masuk sekolah lagi di tempat yang sama. Di sini aku membukukan rekor sebagai anak yang paling
bisa menyusuhkan orang tua. Selama 4 bulan pertama bersekolah, ayah atau ibuku harus
menungguiku di sana. Entah bagaimana jika aku yang menjadi mereka pada saat itu. Mungkin aku
tak akan sanggup jikalau harus melakukan hal membosankan itu selama 4 bulan. Tetapi ayah dan
ibuku berbeda. Mereka adalah ayah dan ibu terbaik di dunia. Demi kelanjutan pendidikanku,
mereka bersedia melakukan hal membosankan itu. Aku salut pada orang tuaku. Dan di TK
PERPETA ini, aku mulai bersosialisasi dengan teman sebayaku.

Setelah menamatkan pendidikan di TK PERPETA, aku melanjutkannya ke jenjang pendidikan


berikutnya. Aku melanjutkannya di SD Islam Al – Azhar yang beralamat di kampus TDR lama,
Panganak, Bukittinggi. Di sini, aku berhasil membayar keringat ayah ibuku dengan mencatatkan
diri sebagai murid yang selaluberhasil meraih peringkat pertama mulai dari kelas satu hingga kelas
tiga caturwulan kedua. Kemudian aku pindah ke SD 14 ATTS Bukittinggi pada pertengahan
caturwulan kedua karena suatu masalah. Yaitu, aku merasa letih jika harus dijemput pagi-pagi
sekali oleh bus sekolah dan diantar paling terakhir saat pulang. Maklumlah, rumahku paling jauh
bila dibandingkan dengan teman-temanku dalam rute yang sama. Sejak bersekolah di SD 14 ATTS
ini, aku bisa lebih mandiri. Karena aku pergi dan pulang sendiri tanpa dijemput atau diantar. Di SD
14 ATTS ini, aku tak menyangka akan meraih prestasi sebagai peringkat pertama lagi di kelas.
Aku tak lama menuntut pendidikan di sekolah ini. Karena pada kelas 4 semester pertama aku
mengikuti tes untuk masuk jalur akselerasi di SD 02 Percontohan, Bukittinggi, sebagai utusan
sekolah. Syukur Alhamdulillah, aku berhasil lulus tes dengan predikat peringkat kedua dari 20
siswa yang diterima. Dan akupun pindah ke sekolah ini.
Dengan bersekolah di jalur akselerasi ini, aku bisa merasakan persaingan yang benar-benar ketat.
Di sini, aku gagal meraih peringkat terbaik di kelas. Pada semester pertama aku meraih peringkat
keenam, lalu turun keperingkat ke-8. Saat itu aku merasa sangat terpukul dan aku berusaha
untuk belajar lebih keras. Akhirnya, usahaku berhasil dengan bimbingan keluargaku. Pada
semester pertama dan kedua kelas lima, aku berhasil meraih peringkat ke-5. Kemudian di kelas
enam, aku meraih peringkat ke-4 pada semester 1. Aku berhasil menamatkan pendidikan SD
selama 5 tahun dengan jumlah nem 43,85 dan meraih peringkat ke-3 terbaik di kelasku.

Selama menuntut ilmu di SD, aku juga mengikuti program MDA pada sore hari setelah pulang
sekolah. Aku menuntut ilmu belajar Al-Quran di MDA Batang Buo, Kec. IV Angkat, Agam. Aku
belajar mengaji di sini sejak aku pindah dari SD Al-Azhar. Alhamdulillah, tak cukup setahun, aku
berhasil melaksanakan Khatam Al-Quran dengan meraih peringkat ke-3.

Sebenarnya, selama SD, aku melaksanakan Khatam Al-Quran 2 kali. Pertama di MDA Batang Buo
dan di SD 02 Percontohan. Tetapi, di SD 02 Percontohan ini, aku gagal meraih peringkat 3 besar
ketika Khatam Al-Quran.

Setelah tamat SD, aku melanjutkan pendidikanku ke SMP N 1 Bukittinggi dalam jalur Akselerasi.
Sebelum belajar di kelas akselerasi, aku berhasil melalui tes IQ dan kemampuan dasar. Di sini,
aku merasakan persaingan yang semakin ketat dan sulit. Pada semester pertama aku gagal masuk
10 besar. Aku hanya berada di peringkat 13. Lalu aku berasil naik keperingkat 10 pada semester 2
dan turun ke peringkat 11 pada semester 3. Kegagalan bertahan di 10 besar membuatku terpacu
unutk belajar lebih giat. Akhirnya pada semester 4 aku berhasil meraih peringkat ke-6 dan
peringkat ke-5 pada semester 5. Dan pada semester terakhir, aku berhasil berada di peringkat ke-
4. Aku berhasil lulus dari SMP N 1 Bukittinggi dalam waktu 2 tahun dengan nilai 27,27 untuk 3
mata pelajaran.

Kemudian, aku melanjutkan pendidikan di SMA 1 Bukittinggi masih melalui jalur akselerasi. Dan
tentunya, sebelum duduk di bangku akselerasi SMA aku harus menjalani tes seperti yang telah
kulalui saat SD dan SMP. Aku berhasil lulus tes dengan berada di peringkat ke-6 dari 20 siswa
yang diterima, sebagai murid pertama yang berhasil melewati pendidikan melalui program
akselerasi dari SD, SMP, hingga SMA bersama teman seperjuanganku, Hafizah dan Lailaturrahmi.
Lagi-lagi, aku merasakan persaingan yang semakin ketat untuk meraih prstasi yang kuinginkan.
Pada semester pertama, aku merasa sangat kecewa dengan apa yang telah kulakukan. Aku hanya
berada di peringkat ke-15. Aku sangat kaget dan ingin rasanya menangisi hasil ini. Tapi, apalah
daya. Aku tidak boleh putus asa dan harus terus berjuang demi masa depanku. Tak ada gunanya
menyesali apa yang terjadi. Dan aku juga tak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Aku berjuang
dan terus berjuang di semester berikutnya. Hasil perjuanganku akhirnya tampak. Aku berhasil
meraih peringkat ke-3 di kelas. Sepertinya, keberhasilan ini telah membuatku lengah. Aku gagal
mempertahankan prestasiku. Aku jatuh ke peringkat ke-7 pada semester ketiga. Dan sekarang,
aku berharap untuk bisa meraih peringkat dan nilai yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai