MW Dprint
MW Dprint
KELOMPOK : I (SATU)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
termasuk tepi laut, muara sungai, laguna dan tepi sungai. Beberapa ahli
merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989)
formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub-tropis
didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang surut dan pantai berlumpur. Hutan mangrove banyak
ditemui di pantai, teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang
tertinggi di dunia dengan jumlah total kurang lebih 89 spesies yang terdiri dari 35
terutama tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Selanjutnya, komposisi jenis
tumbuhan penyusun ekosistem ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan,
terutama jenis tanah, genangan pasang surut dan salinitas (Bengen 2001).
Pada wilayah pesisir yang terbuka, jenis pohon yang dominan dan
Sonneratia spp (Pidada). Api-api lebih senang hidup pada tanah berpasir agak
keras, sedangkan Pidada pada tanah yang berlumpur lembut. Pada daerah yang
Rhizophora spp (Bakau). Lebih ke arah daratan (hulu), pada tanah lempung yang
butuh rehabilitasi dan tindak lanjut saat kerusakan ekosistem mangrove itu
terjadi.
tujuan dari praktikum ibi adalah untuk memulihkan fungsi hutan mangrove
sekitar pantai.
A. pengertian rehabilitasi
mangrove yang mengalami degradasi, kepada kondisi yang dianggap baik dan
bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga
badai. Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan
berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove
Ma’ruf, 2010).
disarikan dalam dua hal. Pertama, mangrove berperan penting dalam siklus
hidup berbagai jenis ikan, udang dan moluska (Davies & Claridge, 1993), karena
1974)..
mangrove ini meluas dan tudak dapat diatasi (tsunami, abrasi, intrusi,
yang ada, karakteristik substrat serta kondisi rill hutan mangrove (Kasim Ma’ruf,
2010).
dan gastropoda mati. Bahkan yang lebih ekstrin di Kawasan Pesisir teluk
lasongko Indonesia terdapat mangrove yang tumbuh diatas batuan cadas (Kasim
Ma’ruf, 2010).
dalam kawasan hutan mangrove, maka kondisi rill yang akan menjadi
pertimbangan utama adalah jenis mangrove yang sesui untuk ditanam sesuai
dengan karakteristik dan tipe subrat berlumpur, berpasir, lumpur berpasir, dan
juga adanya aliran-aliran kecil sungai yang menjurus keteluk. Tentunya jika ada
yang kondisinya seperti ini, upaya rehabilitasi sedapatnya tidak di lakukan pada
daerah aliran sungai–sungai kecil karena hanya akan mengalami kegagalan
keseragaman bibit, juga untuk menjamin kualitas bibit yang akan ditanam.
Kriteria umum yang digunakan dalam seleksi bibit ini adalah: (a) tidak terserang
hama dan penyakit (b) tidak layu, (c) jumlah daun minimal empat dan (d)
berbagai hasil penelitian, ciri bibit yang berkualitas baik dan siap tanam
Tabel. 1. Ciri Bibit Siap Tanam dari Beberapa Jenis Pohon Mangrove
E. pembibitan
dan kesabaran, kalau berhasil tumbuh, kita telah sangat berjasa memberikan hak
(Kesemat, 2008).
Secara umum, penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara
kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut
pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian
mangrove.
1. Rhizophora spp
mangrove yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir
lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah matang dari Rhizophora spp,
dicirikan dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin)
bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya.
Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu lembek. Media
(polibek) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang keci-
ditancapkan kurang lebih sepertiga dari total panjangnya (± 7 cm). Setiap 6-10
benih, diikat menjadi satu agar tidak mudah rebah. Ikatan dibuka setelah daun
pertama keluar. Daun pertama akan keluar setelah 1 bulan, daun ketiga akan
2. Bruguiera spp
Buah dipilih dari pohon yang berumur antara 5-10 tahun. Buah dipilih
yang sudah matang dicirikan oleh hampir lepasnya batang buah dari bonggolnya
Buah yang terkumpul tidak perlu dicuci dengan air tapi cukup dibersihkan
dengan lap dan dipilih buah yang seagar, sehat, bebas hama dan penyakit,
belum berakar dan panjang hipokotilnya 10-20 cm. Kelopak buah jangan dicabut
atau dilepaskan dengan paksa karena dapat merusak buah. Media yang
hipokotil benih. Penyemaian Bruguiera spp seperti pada Rhizophora spp, tetapi
3. Ceriops spp
kotiledon 1 cm atau lebih dan hipokotil berwarna hijau kecoklatan. Buah yang
terkumpul dicuci bersih dan buahnya dilepas. Kemudian, dipilih benih yang
panjang hipokotilnya 20 cm atau lebih. Penyiapan media untuk Ceriops spp sama
dengan penyiapan media semai Rhizophora spp. Penyemaian benih Ceriops spp
4. Excoecaria spp
Warna buah dari Excoecaria spp yang telah matang adalah kuning
kecoklatan. Buah berbentuk bulat kecil-kecil dan akan jatuh setelah matang. Biji
dipilih yang padat dan mempunyai diameter 3 mm atau lebih. Media yang
dari Excoecaria spp ditebar di parit yang berisi media dan terlindung dari cahaya
matahari secara langsung. Parit dibuat di darat untuk menghindari biji terbawa
arus. Setelah daun Excoecaria spp tumbuh 3-5 buah, bibit bisa dicabut dan
5. Avicennia spp
Ciri kematangan buah adalah warna kulit buah kekuningan, dan kadang
kulit buah sedikit terbuka. Buah yang sudah matang mudah terlepas dari
kelopaknya. Buah dilepas dari kelopaknya dan dipilih benih yang bebas hama
dan beratnya 1,5 gram atau lebih. Setelah kelopak dilepas, buah direndam dalam
air selama satu hari agar terkelupas kulitnya. Buah yang belum terkelupas
ember berisi air payau yang bersih. Penyiapan media semai Avicennia spp tidak
berbeda dengan Rhizophora spp. Polibek disiram hingga cukup basah, barulah
polibek, dengan cara ditancapkan kurang lebih sepertiga panjang benih ke dalam
tanah/media.
Jenis yang akan dijadikan bibit adalah yang dominan berada disekitar
dan ekologi kawasan rehabilitasi. Jenis Rhizophora mucronata adalah jenis bibit
dilakukan dengan memasukkan bibit kedalam polibag dan setelah diisi didalam
babi hutan yang sering mencari makan dan menggali makanan disekitar areal
persemaian dan pembibitan, tempat pembibitan dilindungi dengan waring yang
F. Penanaman
menghindari tumbangnya bibit karena tekanan arus pasang dan atau pengaruh
ombak/gelombang maka tiap mangrove diiikat pada ajir yang dipatok didekat
(Kesemat, 2008).
Mengingat tiap bibit yang akan ditanam belum terlalu kuat untuk
menopang dirinya dan untuk tetap berdiri karena belum mempunyai akar yang
dengan jarak satu meter antara bibit yang satu dengan bibit yang
lainnya.Penanaman bibit dilakukan serempak .Pada daerah yang sangat ekstrim
dengan pola pasang surut yang sangat lebar,sebaiknya jangan dilakukan pola
pada bagian bawah yang juga berfungsi sebagai pask untuk tiap bibit (Kesemat,
2008).
Pada beberapa daerah yang sangat ekstrim dengan pola pasang surut
pada polibag bambu dan atau pot yang didisain khusus. Bentuk polibag dapat
dilakukan dengan panajaman pada bagian bawah yang juga berfungsi sebagai
pasak untuk tiap bibit. Modifikasi juga dapat dipadu dengan pengikatan pada ajir
Yang perlu mendapat perhatian adalah bukan seberapa banyak bibit yang
kita dapat tanam tapi seberapa banyak bibit yang bisa bertahan hidup dengan
dipercayakan untuk menyulam tiap bibit mangrove yang kebetulan rusak atau
hidup tiap bibit dan anakan mangrove, sebaiknya dilakukan pengontrolan setiap
3-4 hari sekali sampai pada saat bibit mangrove yang ditanam berusia 3 – 5
menjaga agar mangrove tetap hidup dan bertahan dengan baik Komplesitasnya
kondisi fisik dan ekologis lingkungan serta kadang adanya hama dan gangguan
maka akan dapat meminimalisasi kegagalan yang ada (Kasim Ma’ruf, 2010).
Alat yang digunakan pada praktik ini adalah meteran yang berfungsi untuk
mengukur areal yang ingin ditanami mangrove, tali rafiah yang berfungsi untuk
tempat bibit akan ditanam, (2) tanda adanya tanaman baru, (3) menyeragamkan
jarak dan (4) membuat bibit mangrove tegak dan tidak mudah rebah bila sedang
spp.
C. Prosedur kerja
penanaman.
1. Persiapan Tapak
bibit mangrove menggunakan tali rafia).Khusus untuk penancapan ajir, hal ini
penanaman.
rumput liar. Sebelum mangrove ditanam dibuat terlebih dahulu jalur tanam. Jalur
tanam dapat dibuat dengan menggunakan tali rafia dengan dibuat simpul-simpul,
jarak simpul satu dengan yang lainnya adalah satu meter. Pada setiap simpul
tempat bibit akan ditanam, (2) tanda adanya tanaman baru, (3) menyeragamkan
jarak dan (4) membuat bibit mangrove tegak dan tidak mudah rebah bila sedang
terjadi air pasang. Untuk mempermudah pekerjaan, baik pada saat persiapan
lahan, penanaman maupun perawatan pada lahan dibuat jalan atau jembatan
sedemikian rupa sehingga bisa tersusun secara rapi, di lokasi yang terlindung
3. Penancapan Ajir
Kegiatan penancapan ajir dilakukan dengan dua tujuan yaitu: (1) sebagai
peserta dalam melakukan penanaman; (2) penggunaan ajir juga berfungsi agar
pemeliharaan dan monitoring; (3) ajir berguna menjaga bibit mangrove tidak
4. Penanaman
menjaga bibit mangrove tidak tumbang ketika terkena ombak. Jarak tanam
ketiga jenis mangrove tidak tercampur supaya tidak merubah sifat alami
5. Cara Penanaman
lubang di dekat ajir-ajir, dengan ukuran lebih besar dari ukuran polibek dan
dengan kedalaman dua kali lipat dari panjang polibek. Bibit ditanam secara tegak
ke dalam lubang yang telah disediakan dengan cara melepaskan bibit dari
polibek secara hati-hati, dan jangan sampai merusak akarnya. Sela-sela lubang
di sekeliling bibit, ditimbuni dengan tanah. Bibit yang telah ditanam, batangnya
diikat dengan ajir-ajir, supaya tidak mudah rebah bila terjadi air pasang.
Mangrove
Jika dilihat dari segi zonasinya, jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya
stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada
bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicennia alba) di zona terluar
atau zona pionir ini. Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang
tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada
(Sonneratia caseolaris) dan bintaro (Cerbera spp.). Pada bagian yang lebih
terluar, mengembangkan akar tunjang (stilt root) untuk bertahan dari ganasnya
menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula mendapatkan udara bagi
karena itu perlindungan tanaman mangrove dan hama yang merusak, mulai dari
mangrove akan mati sebelum berusia 1 tahun karena digerogoti serangga atau
ditemukan juga kambing yang memangsa bibit-bibit yang baru saja ditanam.
Rhizophora spp, Bruguiera spp atau Ceriops spp yang akan digunakan sebagai
ditunjukkan oleh keluarnya buah dari tangkai. Buah kemudian disimpan di tempat
yang teduh, ditutup dengan karung goni setengah basah selama 5-7 hari.
segar yang dimiliki buah yang sangat disenangi oleh serangga, gastropoda dan
kepiting. Setelah itu, mangrove siap untuk disemai pada polibek (Kasim Ma’ruf,
2010).
Serangga tidak suka menempel pada daun yang terdapat garam. Karena
itu, biasanya dilakukan penyemprotan air laut secara periodik (sekali seminggu
Hama lain yang juga sering menyerang tanaman mangrove pada usia
muda adalah kutu loncat. Serangga hama ini dicirikan oleh warna daun tanaman
menjadi kuning, kemudian rontok dan tanaman mati. Bila serangan hama ini
terjadi, sebaiknya tanaman yang terserang dimusnahkan saja, agar menghambat
diakibatkan oleh tanah lunak, angin kencang, ombak tinggi, arus air keras,
minyak, sampah dan lumut laut. Untuk menanggulangi tanah lunak, angin
kencang, ombak tinggi, arus air keras yang berakibat pada robohnya bibit
sehingga hanyut dilakukan dengan menancapkan kembali ajir yang roboh dan
A. Kesimpulan
Peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi, penahan intrusi air
baku kertas.
Habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptil, dan mamalia.
Tempat wisata.
B. Saran
sebagai bahan perbandingan dan memilih tempat yang tidak menempuh jarak
Daftar Pustaka
Bengen, DG. 2002. Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Serta
Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan –
Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.