Anda di halaman 1dari 27

BAB V

Motor DC

5.1 Tujuan Percobaan

1. Mengetahui Prinsip kerja motor DC

2. Mengetahui knstruksi motor DC

3. Mengetehui karakteristik motor DC dengan konfigurasi baik dengan


h hubungan DC shunt, seri, atau terpisah

5.2 Dasar Teori

5.2.1 Prinsip kerja motor DC

Motor listrik arus searah adalah peralatan listrik yang berfungsi mengubah
energy listrik menjadi energy mekanik. Sebagai masukan pada motor ini adalah
energy listrik arus searah. Motor DC merupakan kebalikan dari generator arus
searah.

Prinsip kerja motor DC sama dengan generator Dc. Bila kumparan jangkar
dialirkan arus searah dan pada kumparan medan diberi penguat maka akan timbul
gaya Lorentz pada sisi kumparan jangkar tersebut.

Besarnya gaya Lorentz yang timbul adalah perkalian antara fluksi dan arus yang
dirumuskan sebagai berikut:

F=BIL

Dimana:

F = gaya yang timbul

B = keraatan fluksi

I = arus yang mengalir pada kumparan jangkar


L = panjang sisi kumparan

Gambar konstruksi motor DC adalah sebagai berikut:

Gambar 5.1 Konstruksi sederhana motor DC

Bagian-bagian utama motor DC:

1. Medan stator : menghasilkan medan magnet stator. Dapat berupa


kumparan atau magnet permanen.
2. Kumparan jangkar : berfungsi menghasilkan gaya akibat adanya gaya
gerak magnet.
3. Komutator : mengalirkan arus dari sumber kumaan rotor. Biasa disebut
cincin belah.

5.2.2 Karakteristik motor DC

5.2.2.1 Penguat terpisah

Adalah apabila arus pada rotor dan arus pada stator didapat dari 2 sumber
berbeda. Rangkaiannya adalah sbb:

Gambar 5.2 Rangkaian motor DC penguat terpisah


Ganbar 5.3 Konstruksi motor DC penguat terpisah

Persamaan arus, tegangan, dan daya:

Em
Im =
Rm

Ia = I.L

E = V-Ia.Ra-2E

Pm = V.IL

Pout = Pm-rugu besi dan gesekan

5.2.2.2 Motor DC penguat Seri

Motor seri memiliki susunan kumparan medan yang terhubung seri dengan
armature. Sehingga arus yang mengalir pada rotor bernilai cukup besar.

Rangkaian motor seri penguat seri sebagai berikut:

Gambar 5.4 Rangkaian motor DC penguat seri


Gambar 5.5 Knstruksi motor DC penguat seri

5.2.2.3 Motor DC penguat shunt

Adalah motor DC yang memiliki susunan kumaran medan yang parallel


dengan kumparan jangkar.

Pada motor DC ini, fluks yang dihasilkan pada stator cenderung konstan karena
medan shunt langsung terhubung ke sumber masukan.

Rangkain motor DC penguat shunt dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.6 Rangkaian mtor DC penguat shunt

Gmbar 5.7 Knstruksi motor DC penguat shunt


Persamaan arus dan tegangan:

I L = Ia+Ish Dimana: I L= arus masukan

V
Ish = Ish= arus medan shunt
Rsh

E = V-Ia.Ra Ia = arus armature

Ra = hambatan rotor

Rsh = hambatan shunt

5.2.2.4 Motor DC penguat kompon pendek

Merupakan motor DC penguat sendiri yang medan statornya merupakan


gabungan antara kumparan seri dan kumparan parallel. Pada kompon pendek, arus
masukan akan terbagi 2 yaitu satu arus masuk ke medan start dan sebagian masuk
ke medan seri.

Gambar motor DC kompon pendek adalah sbb:

Gambar 5.8 Rangkaian motor DC kompon pendek

Persamaan arus dan tegangan:

I L = Ia+Ish Dimana: I L= arus masukan

Vab
Ish = Ish= arus medan shunt
Rsh
E = Vab+ I L . Rs Ia = arus armature

Rs = hambatan series

Vab = tegangan rotor

5.2.2.5 Motor DC penguat kompon panjang

Merupakan motor DC penguat sendiri dan medan stator merupakan


gabungan antara kumparan seri dan kumparan shunt. Pada motor DC kompon
panjang nilai arus yang masuk ke rotor sama dengan arus yang ada pada medan
seri.

Rangkaian motor DC kompon panjang sbb:

Gambar 5.9 Rangkaian mtr DC kompon Panjang

Persamaan arus dan tegangan :

I L = Ia+Ish Dimana: I L= arus masukan

V
Ish = Ish= arus medan shunt
Rsh

E = V+Ia(Ra+Rs) Ia = arus armature

Ra = hambatan rotor

Rsh = hambatan shunt

Rs = R series
5.2.3 Karakteristik kurva

5.2.3.1 Karakteristik putaran

Karakteristik putaran dieroleh berdasarkan persamaan yaitu:

V −IaRa
n=
cФIa

Sehingga variable pada setiap nilai bila Ia naik, maka fluksi akan turun
karena adanya reaksi jangkar. Pada motor penguat terpisah fluksi tetap tidak
dipengaruhi reaksi jangkar, maka putarannya juga hampir tetap. Demikian juga
ada enguat shunt, karena tahanan jangkar pada Ra sangat kecil, maka putarannya
juga hampir tetap. Sedangkan pada penguat seri, karena fluksi sebanding dengan
arus jangkar maka pada waktu tidak ada aliran arus jangkar berarti tidak ada
fluksi. Hal ini berakibat utaran tak berhingga. Oleh karena itu, sebelum dijalankan
motor penguat seri harus sudah ada beban. Perlu diingat bahwa dengan
meningkatnya arus jangkar Ia menyebabkan reaksi jangkar juga ikut besar dan
rugi-rugi tegangan pada jangkar semakin besar pula.

Reaksi jangkar bisa melemahkan medan tapi dibagian lain juga dapat
menguatkan. Oleh karena itu, perubahan tegangan terminal pada kumparan
jangkar dipengaruhi selain Io, Ra juga oleh besar dan sifat reaksi jangkar terhadap
medan utama.

Selain itu, adanya sifat kejenuhan permeabilitas bahan ferrmagnetis yang


dipakai pada mesin yaitu meskipun arus medan diperbesar berapapun, fluksi tidak
akan bertambah (sudah mencapai titik jenuh).

Karakteristk putaran dari berbagai macam jenis penguat yang berbeda


digambarkan pada grafik sbb:
Gambar 5.10 Karakteristik putaran motor DC

5.2.3.2 Torsi

Torsi didefinisikan sebagai aksi dari suatu gaya medan rotor yang dapat
mempengaruhi beban untuk ikut bergerak. Trsi yang dibangkitkan motor DC
merupakan aksi dari fluks medan, arus armature (Ia) yang menghasilkan medan
magnet di daerah sekitar knduktr. Oleh karena itu, trsi dirumuskan:

T = k . Ф . Ia

Dimana : Ф = fluks medan

Ia = arus armature

K = konstanta
Gambar 5.11 karakteristik momen motor DC
5.3 Alat dan bahan

1. Motor DC penguat shunt, seri, terpisah


2. Dida bridge
3. Multimeter
4. Tachometer
5. Sumber AC
6. Ampermeter DC/AC
7. Regulator
8. Jumper
5.4 Rangkaian percobaan

5.4.1 Percobaan motor DC penguat terpisah

Gambar 5.12 Rangkaian motor DC penguat terpisah

5.4.2 Percobaan motor DC penguat shunt

Gambar 5.13 Rangkaian motor DC penguat shunt


5.4.3 Percobaan motor DC penguat seri

Gambar 5.14 Rangkaian motor DC penguat seri


5.5 Langkah percobaan

5.5.1 Percobaan mtor DC penguat seri

1. Membuat rangkaian percobaan seperti gambar


2. Membuat agar pada rangkaian eksitasi telah tercatu oleh sumber DC
3. Menghidupkan saklar driver motor DC, kemudian menaikkan putaran
motor DC dengan memutar regulator
4. Menaikkan arus penguatan secara bertahap hingga motor mencapai
putaran nominalnya

5.5.2 Percobaan motor DC penguat shunt

1. Membuat rangkaian percobaan seperti gambar


2. Menghidupkan saklar driver motor DC, kemudian menaikkan putaran
motor DC dengan memutar regulator
3. Menaikkan arus penguatan secara bertahap hingga motor mencapai
putaran nominalnya
4. Mencatat harga arus jangkar, arus eksitasi dan putaran tiap kali terjadi
kenaikan arus jangkar
5. Mematikan sumber tegangan

5.5.3 Percobaan motor DC penguat terpisah


1. Membuat rangkaian percobaan seperti gambar
2. Membuat agar pada rangkaian eksitasi telah tercatu oleh sumber DC
3. Menghidupkan saklar driver motor DC, kemudian menaikkan putaran
motor DC dengan memutar regulator
4. Menaikkan arus penguatan secara bertahap hingga motor mencapai
putaran nominalnya
5. Mencatat kerja arus jangkar (tetep konstan) dan puteran setiap terjadi
kenaikan
6. Menurunkan tegangan sumber untuk mengakhiri percobaan
5.6 Data percobaan

5.6.1 Percobaan motor DC penguat seri

Table 5.1 Data percobaan penguat seri

No Vs (volt) I (A) If (A) n


1 8 0,32 0,45 235
2 9,3 0,32 0,5 304
3 13 0,33 0,6 566
4 14 0,76 0,66 612
5 15 0,88 0,67 680

5.6.2 Percobaan motor DC penguat shunt

Table 5.2 Data percobaan penguat shunt

No Vs (volt) Idc (A) Ic (A) If (A) n


1 7,3 1,56 0,66 1,09 327
2 8,8 1,82 0,72 1,44 337
3 10,8 1,91 0,88 1,59 368
4 12 2,25 0,85 1,8 403
5 15 2,82 0,9 2,26 433

5.6.3 Percobaan motor DC penguat terpisah

Table 5.3 Data percobaan penguat terpisah

No Vs (volt) Va (A) Ia (A) If (A) n


1 5 12 2,68 2,37 323
2 5 13 2,62 2,4 415,7
3 5 14 2,27 2,31 467,5
4 5 15 2,45 2,28 591,1
5 5 16 2,51 2,17 641,9

5.7 Analisa dan pembahasan

5.7.1 Motor DC penguat seri

Table 5.4 Data percobaan penguat seri

No Vs (volt) I (A) If (A) n


1 8 0,32 0,45 235
2 9,3 0,32 0,5 304
3 13 0,33 0,6 566
4 14 0,76 0,66 612
5 15 0,88 0,67 680

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semakin besar nilai nilai Vs maka
semakin besar pula putarannya. Berikut ini grafik perbandingan If – putaran

Gambar 5.15 grafik hubungan If – n

Dari grafik diatas terlihat bahwa arus sebanding dengan putaran


meskipun grafiknya tidak linear. Saat If = 0,4 putaranya adalah 304. Hal ini
menunjukkan bahwa percobaan sesuai teori
Gambar 5.16 grafik ideal If – n

Berdasarkan grafik perhitungan dan grafik ideal terlihat sedikit


perbedaan. Hal ini dikarenakan kesalahan dalam pembacaan alat ukur..

Pada penguat seri, makin cepat putaran rotor yang dihasilkan motor DC,
maka makin besar pula arusa medan (If) yang dihasilkan.

Sedangkan hubungan antara Ia dengan putaran adalah:

Gambar 5.17 grafik hubungan Ia – n

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa setiap kenaikn Ia maka nilai
putaran akan semakin naik, walaupun kenaikannya tidak linier.
Gambar 5.18 grafik ideal hub Ia - n

Gambar diatas menunjukkan grafik ideal hubungan Ia – n. grafik


mengalami saturasi pada kenaikan Ia.

- Hubungan Vf – n motor DC penguat seri

Gambar 5.19 grafik hubungan Vf – n

Dari grafik diatas data dilihat bahwa putaran pada motor DC sebanding
dengan Vf. Semakin besar nilai ideal hubungan Vf – n motor DC penguat seri
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.20 grafik ideal hubungan Vf – n

Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa hasilnya hampir sama dengan


grafik ideal. Hal ini membuktikan bahwa hasil percobaan telah sesuai dengan
teori. Bahwa semakin besar Vf maka n akan semakin besar.

5.7.2 Motor DC penguat shunt

Table 5.5 Data percobaan motor DC penguat shunt

No Vs (volt) Idc (A) Ic (A) If (A) n


1 7,3 1,56 0,66 1,09 327
2 8,8 1,82 0,72 1,44 337
3 10,8 1,91 0,88 1,59 368
4 12 2,25 0,85 1,8 403
5 15 2,82 0,9 2,26 433

Dari tabel diatas dapat dilihat semakin besar nilai Vs maka putaran (n)
juga akan semakin besar.

Berikut akan digambarkan grafik hub If –n


Gambar 5.21 grafik hubungan If – n

Dari grafik diatas dapat dilihat semakin besar nilai arus medan If, maka
semakin besar putaran yang dihasilkan. Berikut ini grafik idealnya :

Gambar 5.22 grafik ideal hubungan If – n

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa grafik akan mengalami saturasi
pada kondisi semakin besar If ditambah terus, kenaikan putaran motr hanya
sedikit.

Dari percobaan yang dilakukan terlihat bahwa grafik percobaan sudah


sama dengan grafik idealnya.
Hubungan Ia – n pada motor DC penguat shunt

Gambar 5.23 grafik hubungan Ia – n

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kenaikan nilai arus Ia akan
menambah nilai putaran pada motor DC.

Berikut adalah grafik idealnya :

Gambar 5.24 grafik ideal hubungan Ia – n

Dari kedua grafik diatas dapat disimpulkan bahwa antara percobaan dan
grafik ideal telah sesuai dengan teori yang ada.

- Hubungan Vf dan n pada motor DC enguat shunt.


Gambar 5.25 grafik hubungan Vf – n

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar nilai tegangan Vf
maka semakin besar pula putaran ada motor. Hal ini terjadi karena jika semakin
bear Vf maka medan yang dihasilkan motor (medan jangkar) akan tambah besar.

Grafik ideal (hubungan Vf – n data dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.26 grafik ideal hubungan Vf – n

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ercbaan hampir sama dengan
kndisi idealnya.

- Hubungan antara Idc / arus masukan dengan putaran (n)


Gambar 5.27 grafik hubungan Idc – n

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa grafik cenderung naik.
Semakin beesar nilai Idc maka besar utaran motor akan semakin bertambah.

Berikut adalah grafik ideal

Gambar 5.28 grafik ideal hubungan Idc– n

Dari kedua grafik diatas dapat dilihat bahwa grafik percobaan dan grafik
idealnya sudah sama. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan
benar.
5.7.3 Motor DC penguat terpisah

Table 5.6 Data percobaan penguat terpisah

No Vs (volt) Va (A) Ia (A) If (A) n


1 5 12 2,68 2,37 323
2 5 13 2,62 2,4 415,7
3 5 14 2,27 2,31 467,5
4 5 15 2,45 2,28 591,1
5 5 16 2,51 2,17 641,9
`

Dari tabel diatas dilihat bahwa kondisi tegangan ada stator dibuat tetap
sedang varinature bervariasi. Semakin kenaikan Va maka putaran akan semakin
naik.

Berikut ini grafik If – n

Gambar 5.29 grafik hubungan If – n

Dari grafik diatas dapat dilihat grafik cenderung turun. Semakin besar
arus medan If, kecepatan pada motor akan turun.hal ini dikarenakan semakin
besar If maka medan ada stator akan naik dan motor mengalami pengereman.
Berikut grafik idealnya:
Gambar 5.30 grafik ideal hubungan If– n

Grafik ideal diatas menunjukkan grafik yang berbanding terbalik.


Semakin besar If, n akansemakin menurun. Hubungan Ia –n motor DC penguat
terpisah :

Gambar 5.31 grafik hubungan Ia – n

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa grafik cenderung turun. Hal ini
dikarenakan semakin besar Ia, maka putaran motor akan turun. Berikut grafik
idealnya:
Gambar 5.32 grafik ideal hubungan Ia – n

Grafik ideal diatas menunjukkan grafik yang berbanding terbalik.


Semakin besar nilai Ia, maka putaran motor akan semakin berkurang.

Hubungan V – n pada motor DC penguat terpisah:

Gambar 5.33 grafik hubungan V – n

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa V sebanding dengan n. semakin


besar nilai V maka puteran motor akan bertambah cepat. Hal ini karena semakin
besar tegangan yang dicatu ke rotor maka medan yang dihasilkan juga semakin
besar. Bereikut grafik idealnya:
Gambar 5.34 grafik ideal hubungan V – n

Dari grafik diatas jika dibandingkan dengan grafik hasil percobaan,


maka akan namak bawa grafik percobaan sudah sesuai dengan grafik idealnya.
5.8 Kesimpulan

1. Motor DC adalah motor yang bekerja dengan menggunakn catu daya


searah
2. Pada motor penguat seri, arus pada rotor bearnya sama dengan arus yang
ada pada armature Ia = If
3. Pada motor penguat shunt, tegangan pada armature sama dengan tegangan
ada medan shunt
4. Pada motor penguat terisah, tegangan pada stator dibuat tetap untuk
menghasilkan medan tetap. Sedangkan medan pada rotor bervariasi untuk
menghasilkan karakteristik putaran motr DC
5. Pada motor DC penguat sendiri, nilai medan stator harus lebih kecil dari
medan rotor agar motor dapat berputar, Vr > Vs
6. Apabila medan pada stator lebih besar dari medan rotor maka motor DC
akan mengalami pengereman. Atau biasa disebut dynamic breaking
7. Secara keseluruhan, percobaan motor DC yang dilakukan sudah sesuai
dengan teori.

Anda mungkin juga menyukai