Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI

DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT


STUDI KASUS: PEMERINTAH PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA

Naskah Publikasi

Minat Studi Magister Teknologi Informasi


Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
Fakultas Teknik

diajukan oleh
Erva Kurniawan
09/295121/PTK/6506

PROGRAM STUDI S2 TEKNIK ELEKTRO


PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi dengan
Menggunakan Framework Cobit Studi Kasus:
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Erva Kurniawan, Achmad Djunaedi, Sudjatmiko
Jurusan Teknik Elektro FT UGM
Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281

Intisari - Penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat
pelayanan publik memerlukan Good Governance, di mana menjembatani permasalahan dengan mengusulkan suatu solusi
implementasinya akan menjamin transparansi, efisiensi, dan sehingga mengarah kepada pencapaian kondisi yang
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Penggunaan TI oleh diharapkan. Standar untuk mendukung tata kelola TI yang
Pemerintah Provinsi DIY menunjukkan intensitas yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Framework
meningkat, sehingga untuk memastikan penggunaan TI untuk
mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan diperlukan COBIT (Control Objective for Information and Related
Good Governance terkait TI atau disebut sebagai Tata Kelola TI. Technology).
Pada penelitian ini evaluasi Tata Kelola TI menggunakan Pada penelitian ini, peneliti mengukur untuk mengetahui
kerangka kerja COBIT dimana penggunaannya dapat kondisi Tata Kelola TI saat ini di Pemerintah Provinsi DIY
membantu manajemen mendefinisikan apa yang harus dan menentukan target yang diharapkan berdasarkan faktor-
dikerjakan secara lebih detail. faktor yang berpengaruh, dengan mendasar kepada model
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kematangan pada Framework COBIT, sehingga didapatkan
tingkat kematangan tata kelola TI di Pemerintah Provinsi DIY kesenjangan tingkat kematangan. Selain hal tersebut, pada
berada di tingkatan 3-Defined, yang berarti terdokumentasi dan
penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor
dikomunikasikan.
yang mempengaruhi pencapaian tingkat kematangan yang
Kata Kunci: COBIT, Tata Kelola TI, Proses TI, Model diharapkan serta memberi rekomendasi berupa langkah dan
Kematangan. tahapan Tata Kelola TI untuk mencapai target tingkat
kematangan, untuk memberikan saran kepada Pemerintah
I. PENDAHULUAN Provinsi DIY dalam melakukan pengelolaan TI.
Penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan
II. TINJAUAN PUSTAKA
publik memerlukan Good Governance. Implementasi Good
Governance akan menjamin transparansi, efisiensi, dan A. Tata Kelola TI
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Pada sisi lain, Kerangka kerja tata kelola TI seperti pada Gb.1
penggunaan Teknologi Informasi (TI) oleh institusi menggambarkan proses pengelolaan dimulai dengan
Pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menentukan tujuan dari TI pada organisasi dalam hal ini untuk
sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu, dengan intensitas memberikan arahan awal. Selanjutnya secara berkelanjutan
yang semakin meningkat. Untuk memastikan penggunaan TI dari pengukuran kinerja dilakukan perbandingan dengan
tersebut benar-benar mendukung tujuan penyelenggaraan tujuan dan akhirnya mengarahkan kembali aktifitas TI apa
pemerintahan, dengan memperhatikan efisiensi penggunaan yang seharusnya dilakukan dan melakukan perubahan dari
sumber daya dan pengelolaan risiko terkait dengannya, tujuan apabila diperlukan.
diperlukan Good Governance terkait dengan TI atau disebut
sebagai Tata Kelola TI (Depkominfo, 2007).
Pemerintah Provinsi DIY telah menjalankan program Jogja
Cyber Province (JCP) dan Digital Government Services (DGS)
yang intinya memanfaatkan TI bersama dengan informasi dan
pengetahuan untuk mempercepat pembangunan wilayah guna
mencapai kondisi yang dicita-citakan. Upaya ini mendapat
perhatian daerah-daerah lain dan juga mengantarkan Provinsi
DIY meraih e-government award tiap tahun sejak tahun 2004.
Namun demikian di dalam pengelolaan TI masih terdapat Gbr. 1 Kerangka Kerja Tata Kelola TI (ITGI, 2003)
permasalahan yang dihadapi antara lain masalah TI dan Tim
TI, masalah pengelolaan data dan informasi serta pengawalan B. Definisi Tata Kelola TI
perubahan. Definisi menurut Surendro (2009) menyimpulkan bahwa
Dengan adanya permasalahan dalam Tata Kelola TI pada yang dimaksud dengan tata kelola TI adalah upaya untuk
penelitian ini dilakukan pengkajian terhadap Tata Kelola TI. menjamin pengelolaan teknologi informasi agar mendukung

1
bahkan selaras dengan strategi bisnis pada suatu perusahaan mengenai proses TI dengan menunjukkan kelemahan
atau organisasi yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen yang ada dan menetapkan target yang sesuai. Alat
manajemen eksekutif dan juga oleh manajemen TI. Definisi bantu pengukuran ini menawarkan kemudahan untuk
mengenai tata kelola TI yang disampaikan, walaupun terdapat memahami bagaimana menentukan posisi saat ini (as-is) dan
perbedaan-perbedaan, namun ada beberapa yang menyatakan posisi masa depan (to-be) serta memungkinkan organisasi
kesamaan-kesamaan prinsip dalam definisi tersebut, antara untuk melakukan pembandingan pada dirinya sendiri
lain perlunya keselarasan antara strategi bisnis dengan strategi berdasarkan praktik-praktik terbaik dan panduan strandar
penerapan teknologi informasi. (Surendro, 2009). Diskripsi dari masing-masing level
kematangan dari level nol (non existent) sampai dengan level
C. Kerangka Kerja COBIT lima (optimised) dapat ditunjukkan pada Tabel 1.
COBIT (Control Objectives for Information and Related
Technology) yang disusun oleh ISACA (Information System Tabel 1. Model Kematangan COBIT (ITGI, 2003)
Audit and Control Association) dan ITGI (IT Governance Model Kematangan secara umum
Institute) merupakan model tata kelola TI yang terdiri dari Level 0 Tidak ada (Non-Existent), kurang lengkapnya
kumpulan proses-proses IT Best Practice, yang dapat setiap proses yang dikenal. Organisasi belum
diimplementasikan di semua level organisasi/ perusahaan mengenal adanya isu atau masalah yang diarahkan.
untuk memperbaiki tata kelola dan manajemen TI. Kerangka Level 1 Inisialisasi (Initial/ Ad hoc), ada bukti bahwa
kerja ini merupakan alat yang komprehensif untuk organisasi telah mengenal isu atau masalah yang
menciptakan adanya tata kelola TI di organisasi dengan ada dan perlu diarahkan. Tetapi tidak ada proses
mempertemukan kebutuhan beragam manajemen dengan standarisasi, tetapi sekurang-kurangnya ada
menjembatani celah antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol, pendekatan khusus (adhoc) yang cenderung
dan masalah-masalah teknis TI. COBIT menyediakan diterapkan pada individu atau dasar kasus demi
referensi best business practice yang mencakup keseluruhan kasus. Pendekatan terhadap keseluruhan
proses bisnis organisasi dan memaparkannya dalam struktur manajemen tidak terorganisir.
aktivitas-aktivitas logis yang dapat dikelola dan dikendalikan
Level 2 Dapat diulang (Repeatable), proses telah
secara efektif (ITGI, 2007).
berkembang pada tahap dimana prosedur yang
D. Domain COBIT sama diikuti oleh orang yang berbeda dalam
menjalankan tugas yang sama, tetapi tidak ada
Keterkaitan antara masing-masing 4 domain pada COBIT
pelatihan formal atau prosedur komunikasi
dapat digambarkan pada Gbr.2. Pada domain Plan and
standar. Tanggung jawab diserahkan kepada setiap
Organise (PO) memberikan panduan atau arahan untuk
individu. Kepercayaan terhadap pengetahuan
memberikan solusi (AI) dan layanan (DS), domain Acquire
individu sangat tinggi sehingga seringkali terjadi
and Implement (AI) menyediakan solusi dan merubahnya
kesalahan.
menjadi sebuah layanan, sedangkan domain Deliver and
Level 3 Ditetapkan (Defined), prosedur telah
Support (DS) menerima solusi dan menjadikan solusi tersebut
berguna bagi pengguna, serta domain Monitor and Evaluate distandarisasi dan didokumentasikan serta
dikomunikasikan melalui pelatihan. tetapi
(ME) memonitor seluruh proses dan memastikan arahan
pimpinan agar diikuti. imlementasinya masih bergantung pada individu
apakah mau mengikuti prosedur tersebut atau
tidak. Prosedur dikembangkan sebagai bentuk
Plan and Organise (PO) formalisasi dari praktek yang ada.
Level 4 Diatur (Managed and Measurable), sudah
memungkinkan untuk memantau dan mengukur
ketaatan pada prosedur sehingga dapat dengan
Acquire and Deliver and mudah diambil tindakan apabila proses yang ada
Implement Support (DS) tidak berjalan secara efektif. Perbaikan proses
(AI) dilakukan secara tetap dan memberikan praktek
terbaik. Otomasi dan peralatan yang digunakan
terbatas.
Monitor and Evaluate (ME) Level 5 Dioptimalisasi (Optimised), proses telah disaring
pada tingkat praktek terbaik berdasarkan pada
hasil perbaikan yang terus menerus dan
Gbr. 2 Domain COBIT dan keterkaitannya pengukuran model maturity dengan organisasi
lain. TI digunakan dalam cara yang terintegrasi
E. Model Kematangan COBIT untuk mengotomatisasi arus kerja, menyediakan
Model kematangan merupakan metode skoring yang alat untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas,
memungkinkan oganisasi untuk memberi ranking bagi dirinya membuat perusahaan/organisasi mudah
sendiri dengan memberikan penjelasan kepada manajer beradaptasi.

2
III. METODE PENELITIAN B. Pengolahan Data
A. Identifikasi Responden 1. Kuesioner Management Awareness
Pembobotan dilakukan terhadap masing-masing penilaian
Identifikasi responden dibagi menjadi 2 (dua) kelompok pada tingkat kepentingan Proses TI yang diberikan pada
berdasarkan kuesioner yang diberikan. Kelompok pertama kuesioner, yaitu:
adalah responden untuk kuesioner Management Awareness. • untuk penilaian Sangat Tidak Penting diberikan nilai 1;
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tingkat harapan dan • untuk penilaian Tidak Penting diberikan nilai 2;
kepentingan masing-masing proses TI yang ditujukan untuk • untuk penilaian Sedikit Penting diberikan nilai 3;
pengelola TI di Pemerintah Provinsi DIY dalam hal ini adalah • untuk penilaian Penting diberikan nilai 4; dan
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika. • untuk penilaian Sangat Penting diberikan nilai 5.
Identifikasi responden untuk kelompok kedua adalah Hasil dari pembobotan kemudian dilakukan perhitungan
responden yang ditujukan untuk menilai dan mengukur sedemikian rupa seperti pada Tabel 3 sehingga didapat nilai
tingkat kematangan (maturity level) tata kelola TI pada skor akhir dengan tingkatan sebagai berikut:
kondisi saat ini. Identifikasi ini secara konsisten mengacu • 0-20 : Sangat tidak penting
pada diagram Responsible, Accountable, Consulted and/or • 20-40 : Tidak penting
Informed (RACI) seperti didefinisikan pada COBIT 4.1 untuk • 40-60 : Sedikit penting
masing-masing Proses TI (ITGI, 2007). Peran-peran yang • 60-80 : Penting
didefinisikan pada diagram RACI, sebagai pemangku utama • 80-100 : Sangat penting
(key stakeholder) yang terkait secara langsung pada proses TI
terpilih, selanjutnya dipetakan pada fungsional struktur di Tabel 3 Rumus Perhitungan Kuesioner 1
organisasi obyek penelitian dengan melibatkan fungsi TI
Tingkat Kepentingan Tingkat Kepentingan
maupun non TI.
Sangat tdk penting

Sangat tdk penting


Tabel 2 Identifikasi Responden berdasarkan RACI Sedikit penting

Sangat penting

Sangat penting
Sedikit pentig
Tdk penting

Tdk penting
Fungsional COBIT Fungsional Organisasi
Penting

Penting
Jml Jml
Chief executive officer (CEO) Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Chief financial officer (CFO) Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan
Aset
a b c d e f g h i j k l
Business executives Biro Administrasi
n*1 n*2 n*3 n*4 n*5 Σ1 Σ2
Perekonomian dan Sumber % % % % %
Daya Alam (n = Jumlah data)
Chief information officer Dinas Perhubungan,
(CIO) Komunikasi dan Informatika
2. Kuesioner Maturity Level
Provinsi
Pengolahan Kuesioner Maturity Level ini mengacu kepada
Business process owner Badan Perencanaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Pederiva
Pembangunan Daerah (2003). Pengolahan kuesioner ini dilakukan untuk
Head operations Asisten Perekonomian dan mendapatkan nilai kematangan dari masing-masing proses.
Pembangunan
Chief architect Dinas Perhubungan, Tabel 4 Rumus Perhitungan Nilai Kematangan
Komunikasi dan Informatika
Jumlah Pernyataan

Nilai Kematangan
Normalisasi Nilai

Provinsi
Nilai Tingkat
Kematangan

Kematangan
Pernyataan
Total Nilai

Head development Badan Perencanaan


Tingkat

Akhir

Tingkat
Pembangunan Daerah Kematangan
Head IT administration Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika
Provinsi 0: Tidak ada N0 X0 =Σ0 Y0=X0 /N 0 Z0=Y0 /Y M0 =0*Z 0
The project management Badan Perencanaan 1: Inisialisasi N1 X1 =Σ1 Y1=X1 /N 1 Z1=Y1 /Y M1 =1*Z 1
officer (PMO) Pembangunan Daerah
2: Dapat diulang N2 X2 =Σ2 Y2=X2 /N 2 Z2=Y2 /Y M2 =2*Z 2
Compliance, audit, risk and Inspektorat
3: Ditetapkan N3 X3 =Σ3 Y3=X3 /N 3 Z3=Y3 /Y M3 =3*Z 3
security TI
4: Diatur N4 X4 =Σ4 Y4=X4 /N 4 Z4=Y4 /Y M4 =4*Z 4
5: Dioptimalisasi N5 X5 =Σ5 Y5=X5 /N 5 Z5=Y5 /Y M5 =5*Z 5
Total Y=ΣYn 1 M=ΣMn

3
Kematangan setiap proses TI selanjutnya diidentifikasi PO 6 36,4 63,6 - -
dengan membandingkan index kematangan dan level PO 7 50,0 33,3 16,7 -
kematangan untuk mengungkapkan kondisi kematangan PO 8 18,2 72,7 9,1 -
proses pada saat ini. PO 9 66,7 16,7 16,7 -
PO 10 25,0 75,0 - -
Tabel 5 Representasi Index Kematangan Acquire & Implement (AI)
Index Kematangan Level Kematangan AI 1 63,6 18,2 18,2 -
0,00 – 0,50 0 - Non-existent AI 2 91,7 8,3 - -
0,51 – 1,50 1 - Initial/Ad Hoc AI 3 100,0 - - -
1,51 – 2,50 2 - Repeatable but Intuitive AI 4 83,3 16,7 - -
2,51 – 3,50 3 - Defined AI 5 41,7 58,3 - -
3,51 – 4,50 4 - Managed and Measurable AI 6 30,8 46,2 23,1 -
4,51 – 5,00 5 - Optimised AI 7 46,2 30,8 23,1 -
(Hartanto dan Tjahyanto, 2009; Lenggana, 2007) Deliver & Support (DS)
DS 1 25,0 75,0 - -
IV. HASIL PENELITAN DS 2 45,5 9,1 45,5 -
A. Kuesioner Management Awareness DS 3 54,5 45,5 - -
Pada analisis Management Awareness ini menggunakan DS 4 90,9 9,1 - -
hasil dari pelaksanaan kuesioner yang pertama. Kuesioner DS 5 100,0 - - -
Management Awareness ini terbagi menjadi 2 (dua) DS 6 16,7 83,3 - -
kualifikasi daftar pertanyaan yaitu penilaian tingkat DS 7 66,7 16,7 16,7 -
kepentingan dan penilaian pihak yang bertanggung jawab DS 8 81,8 18,2 - -
dalam proses-proses TI. DS 9 41,7 58,3 - -
Hasil pengolahan data Kuesioner Management Awareness DS 10 41,7 41,7 16,7 -
berdasarkan tingkat kepentingan terhadap proses-proses TI DS 11 61,5 38,5 - -
pada Pemerintah Provinsi DIY menunjukkan nilai setiap DS 12 58,3 41,7 - -
proses TI pada COBIT diatas 60. Nilai ini kemudian DS 13 81,8 18,2 - -
dibandingkan dengan index skoring, dan menunjukkan tingkat Monitor & Evaluate (ME)
penting dan sangat penting. Dengan mengasumsikan bahwa ME 1 30,8 53,8
proses yang memiliki nilai diatas 60 merupakan proses yang ME 2 15,4 -
harus ada, maka dapat disimpulkan bahwa semua 34 proses TI
ME 3 23,1 76,9 - -
COBIT dinyatakan perlu untuk Tata Kelola TI di Pemerintah
ME 4 41,7 58,3 - -
Provinsi DIY.
Hasil pengolahan data Kuesioner Management Awareness
untuk kualifikasi pertanyaan yang kedua mengenai pihak yang B. Analisis Maturity Level
sebaiknya bertanggung jawab mengelola setiap proses dapat Perbedaan kesenjangan atau gap terjadi pada hampir semua
ditunjukkan pada Tabel 6. Pihak penanggung jawab proses TI proses TI antara kondisi saat ini dengan kondisi target tingkat
tersebut dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: kematangan proses TI yang diharapkan.
1. Bagian TI yaitu pihak yang bertanggung jawab dalam
menangani TI pada struktur organisasi. Tabel 7 Perbedaan Gap Proses TI
2. Bagian non TI yaitu pihak internal pada stuktur organisasi Proses Status Selisih/
selain unit penanggung jawab TI. TI Saat ini Keterangan Target Gap
3. Pihak luar yaitu apabila yang bertanggung jawab dalam Plan and Organize (PO)
menangani adalah pihak eksternal di luar struktur PO 1 3,635 4-Managed&Measurable 4 0
organisasi. PO 2 2,561 3-Defined 4 1
PO 3 2,380 2-Repeatable but Intuitive 4 2
Tabel 6 Penanggungjawab Proses TI PO 4 3,054 3-Defined 4 1
Ditangani oleh PO 5 2,772 3-Defined 4 1
Proses TI Bagian Bagian Pihak Tidak PO 6 2,178 2-Repeatable but Intuitive 4 2
TI non TI luar tahu PO 7 3,013 3-Defined 4 1
Plan & Organize (PO) PO 8 2,588 3-Defined 4 1
PO 1 90,9 - 9,1 - PO 9 2,144 2-Repeatable but Intuitive 4 2
PO 2 66,7 25,0 8,3 - PO 10 2,507 2-Repeatable but Intuitive 4 0
PO 3 90,9 9,1 - - Acquire and Implement (AI)
PO 4 27,3 54,5 18,2 - AI 1 2,968 3-Defined 4 1
PO 5 16,7 75,0 8,3 - AI 2 3,029 3-Defined 4 1

4
AI 3 2,595 3-Defined 4 1 secara umum terhadap kematangan proses-proses TI pada
AI 4 2,342 2-Repeatable but Intuitive 4 2 domain COBIT di Organisasi Pemerintah Provinsi DIY.
AI 5 1,765 2-Repeatable but Intuitive 4 2 1. Komitmen Pimpinan
AI 6 3,044 3-Defined 4 1 2. Kompetensi SDM
AI 7 2,358 2-Repeatable but Intuitive 4 2 3. Manajemen Perubahan
Deliver and Support (DS) 4. Standar Operasional Prosedur dan Akuntabilitas Kinerja
DS 1 3,311 3-Defined 4 1 5. Struktur Organisasi
DS 2 2,851 3-Defined 4 1 6. Penganggaran
DS 3 2,792 3-Defined 4 1 7. Stakeholder
DS 4 2,899 3-Defined 4 1 8. Integrasi Data dan Informasi
9. Manajemen Pelayanan Masyarakat
DS 5 3,190 3-Defined 4 1
DS 6 3,405 3-Defined 4 1 D. Rekomendasi Untuk Menutup Gap
DS 7 2,807 3-Defined 4 1 Rekomendasi untuk mengatasi perbedaan (gap) tingkat
DS 8 1,513 2-Repeatable but Intuitive 4 2 kematangan merupakan tindakan-tindakan yang perlu
DS 9 3,226 3-Defined 4 1 dilakukan pada setiap proses TI di Organisasi Pemerintah
DS 10 2,225 2-Repeatable but Intuitive 4 2 Provinsi DIY yang memiliki tingkat kematangan saat ini
DS 11 3,159 3-Defined 4 1 (current maturity level) di bawah tingkat kematangan yang
DS 12 2,652 3-Defined 4 1 diharapkan (expected maturity level). Tindakan-tindakan
DS 13 2,423 2-Repeatable but Intuitive 4 2 peningkatan tingkat kematangan yang direkomendasikan
Monitor and Evaluate (ME) disesuaikan dengan atribut kematangan saat ini dan tingkat
ME 1 2,384 2-Repeatable but Intuitive 4 2 kematangan yang akan dituju.
ME 2 2,172 2-Repeatable but Intuitive 4 2
ME 3 2,266 2-Repeatable but Intuitive 4 2
ME 4 2,534 3-Defined 4 1
Tingkat Kematangan

Hasil analisis perbedaan tingkat kematangan menunjukkan


adanya gap pada 33 dari 34 proses TI COBIT, yaitu sebanyak
9 proses TI pada domain PO, 7 proses TI pada domain AI, 13
proses TI pada domain DS dan 4 proses TI pada domain ME.
Hasil analisis tingkat kematangan juga menunjukkan terdapat
1 proses TI pada domain PO yang sudah sesuai target
kematangan yang diharapkan.

PO1
ME4 PO2
4
ME3 PO3
ME2 PO4
3,5
Proses TI
ME1 3 PO5
Gbr. 4 Strategi Pencapaian Target Kematangan dengan
DS13 2,5 PO6
Penetapan Sasaran Antara
2
DS12 PO7

1,5
DS11
1
PO8 V. KESIMPULAN
DS10
0,5
PO9
Dari hasil penghitungan tingkat kematangan secara
0
saat ini
target
keseluruhan terhadap Tata Kelola TI saat ini di Pemerintah
DS9 PO10
Provinsi DIY berada pada tingkatan 3-Defined, yang berarti
DS8 AI1
pengelolaan TI di organisasi berada pada tahap di mana pihak
manajemen telah berhasil menciptakan dan
DS7 AI2
mengkomunikasikan standar baku pengelolaan proses-proses
DS6 AI3 TI yang terkait walaupun belum terintegrasi sepenuhnya.
DS5 AI4 Kondisi tingkat kematangan target adalah pada tingkatan 4-
DS4 AI5 Managed and Measurable, yaitu tahap di mana kegiatan dan
DS3 AI6
DS2
DS1
AI7 standar yang ada telah diterapkan secara formal dan
terintegrasi, serta terdapat indikator sebagai pengukur
Gbr. 3 Gap Maturity Level Kondisi Saat Ini dan Target
kemajuan kinerja secara kuantitatif bagi pihak manajemen.
Keberhasilan Organisasi Pemprov DIY untuk mencapai
C. Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Capaian
target tingkat kematangan dapat ditentukan dari hasil
Identifikasi faktor ini dimaksudkan untuk menggali dan
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi capaian.
menemukan hal-hal yang berpengaruh terhadap peningkatan

5
Oleh karena itu Pihak Manajemen perlu menerapkan [3] ITGI. 2007. COBIT 4.1. United States of America: The
rekomendasi-rekomendasi guna menerapkan Tata Kelola TI IT Governance Institute.
yang terstandarisasi dan secara kontinyu serta [4] Hartanto, I. D., dan A. Tjahyanto. 2009. Analisis
berkesinambungan melakukan Evaluasi Tata Kelola TI guna Kesenjangan Tata Kelola Teknologi Informasi untuk
kontrol dan pengawasan Proses-Proses TI sehingga dapat Proses Pengelolaan Data Menggunakan COBIT (Studi
menjadi acuan Pihak Manajemen untuk mengambil keputusan. Kasus Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia),
Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi
UCAPAN TERIMA KASIH Sepuluh November, Surabaya.
Terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah [5] Lenggana, T. 2007. Perancangan Model Tata Kelola
mambantu dalam penyelesaian naskah ini. Teknologi Informasi Pada PT Kereta Api Indonesia
Berbasis Framework COBIT, Sekolah Teknik Elektro
REFERENSI dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
[1] Depkominfo. 2007. Panduan Umum: Tata Kelola [6] Pederiva, A. 2003. The Cobit Maturity Model in a
Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional: Vendor Evaluation Case. Information Systems Control
Departemen Komunikasi Dan Informatika. Journal Volume 3 (www.isaca.org).
[2] ITGI. 2003. Board Briefing on IT Governance, 2nd [7] Surendro, K. 2009. Implementasi Tata Kelola Teknologi
Edition. United States of America: The IT Governance Informasi. Bandung: Informatika.
Institute.

Anda mungkin juga menyukai