Anda di halaman 1dari 19

Analisis kebijakan

Analisis Kelembagaan
 Lembaga pemerintah yang berperan dalam
pembangunan perumahan ini diantaranya BPN,
DTK, DKRPP-KB, DPU, Bappeda, dan lain-lain.
Sedangkan lembaga yangdibentuk untuk
menangani masalah pembiayaan yaitu Yayasan
Lembaga Pembiayaan Pembangunan Perkotaan.
Seluruh lembaga yang terlibat dalam
pembangunan perumahan ini nampaknya
menjadi suatu keterpaduan yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak adanya
penyimpangan dan penumpukan wewenang
dan kebijakan antar lembaga-lembaga tersebut.
Skema Keterkaitan Antar Lembaga
Analisis Pembiayaan
 Terdapat bantuan pemberdayaan
komunitas untuk Pembiayaan Mikro
(Micro Finance) perumahan, kerja sama
dengan lembaga internasional (SUF UN
- HABITAT), dengan proyek
percontohan di Kel. Ketelan Kec.
Banjarsari sejumlah 44 unit rumah.
Konsep micro-finance bersifat:
 Berbasis pada tabungan komunitas
 Mengoptimalkan modal sosial
masyarakat
 Pengelolaan modal masyarakat melalui
sistem koperasi
Analisis Perencanaan Tata
Ruang
 Program Pembangunan / Perbaikan
Rumah Tidak Layak Huni
diimplementasikan dalam koridor
Sungai Kali Pepe. Terdapat 86 KK
rumah tak layak huni di Kelurahan
Ketelan yang menempati bantaran Kali
Pepe dan merupakan bangunan tak
berijin.
 Berdasarkan peraturan tata ruang, pada
dasarnya penempatan tersebut tidak
direkomendasikan, namun berdasarkan
penelitian telah disetujui bahwa lokasi
permukiman berada lima meter dari bibir
sungai sehingga dapat dikatakan ini akan
sesuai dengan tata ruang.
 Sedangkan secara umum bila ditinjau dari
syarat-syarat mengenai kawasan siap
bangun sebagai embrio dari permukiman
yang ada sekarang, seperti tertuang dalam
undang-undang tentang perumahan dan
permukiman, dapat dikatakan telah
memenuhi persyaratan seperti kepemilikan
tanah dan sarana prasarana lingkungan.
QUALITY OF LIFE MASYARAKAT KELURAHAN
KETELAN BERDASARKAN ASPEK SOSIAL BUDAYA

Sebelum Penanganan Rehabilitasi RTLH

 Kondisi Sosial-Ekonomi
 Pendapatan Masyarakat Rendah
 Tingkat Pendidikan Masyarakat Rendah
 Rawan Kriminalitas

 Kondisi Sosial-Lingkungan
 Perilaku Masyarakat sebagai Penghuni RTLH
 Tingkat Kesehatan Masyarakat
 Budaya Gotong Royong Masyarakat
Penanganan Rehabilitasi RTLH
Pemerintah Kota Surakarta mempunyai komitmen terhadap
perbaikan lingkungan dan permukiman, dimana salah satu
programnya adalah penanganan rehabilitasi RTLH (Rumah
Tidak Layak Huni) dengan rentang waktu penggarapan tahun
2006 – 2010.
Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Rehabilitasi
RTLH
Proses perencanaan dalam Penanganan Rehabilitasi RTLH
dengan menggunakan Participatory Planning (Perencanaan
Partisipatif). Perencanaan partisipatif adalah perencanaan
yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat dan
dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik secara langsung
maupun tidak langsung). Bentuk Partisipasi Masyarakat
Kelurahan Ketelan Peran Serta Masyarakat dalam
Penyuluhan
Dan Proses Swadaya Masyarakat
Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kapasitas SDM

Pelatihan Membuat Makanan Kecil


Pelatihan membuat makanan kecil ini lebih ditujukan
untuk para ibu-ibu rumah tangga yang kesehariannya
hanya tinggal di rumah saja. Pelatihan ini setidaknya
dapat sedikit membantu para ibu-ibu yang tidak memiliki
pekerjaan sampingan. Pemerintah juga menyediakan
peralatan yang dibutuhkan.
Pembentukan Jasa Catering
Jasa catering ini dibuat juga bertujuan untuk membuka
lapangan kerja bagi para ibu-ibu rumah tangga yang
tidak memiliki pekerjaan.
 Pelatihan Lukis Kaca
Pelatihan melukis ini bukan pelatihan melukis pada
umumnya yang dilakukan di atas kanvas atau kertas
melainkan dilakukan di atas kaca untuk usia remaja dan
dewasa.
 Pemberian Beasiswa
Beasiswa ini ditujukan kepada anak-anak yang masih SD
dan SMP. Beasiswa ini dikeluarkan oleh Pemerintah guna
mendukung kegiatan belajar 9 tahun. Mengingat bahwa
banyak masyarakat yang putus sekolah akibat terbentur
biaya pendidikan yang sangat tinggi.
 Pemberian Kartu Berobat
Bantuan dana kesehatan dengan memberikan kartu
berwarna gold dan silver.
QoL Masyarakat Setelah Penanganan
Rehabilitasi RTLH

Kondisi Sosial-Ekonomi
 Peningkatan Pendapatan Masyarakat

 Peningkatan Pendidikan Masyarakat

 Penurunan Kriminalitas

Kondisi Sosial-Lingkungan
 Adanya pembagian ruang ini membuat masyarakat dapat

menata rumahnya lebih baik dari sebelumnya.


 Adanya peningkatan kualitas rumah dan lingkungan

permukiman yang berubah wujud menjadi bersih, rapi,


dan sehat. Masyarakat pun turut menjaga kualitasnya
demi kesehatan jasmani dan rohani yang akan didapatkan.
Budaya Gotong Royong Masyarakat

1) Subsidi silang dana bantuan dari pemerintah


untuk rehabilitasi RTLH.
2) Membantu membongkar rumah yang
direhabilitasi.
3) Membantu membangun rumah yang direhabilitasi.
 Hal tersebut dilakukan secara sukarela tanpa
adanya kecemburuan .
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
 Program rehabilitasi rumah tidak layak huni
diawali dengan sosialisasi dan penyuluhan
kepada masyarakat untuk dapat membongkar
sendiri rumah tidak layak huni dan berada di
atas lahan negara secara sukarela. Program
rehabilitasi ini akhirnya menjadi proyek
percontohan Pelaksanaan Pemberian Bantuan
Pembangunan/Perbaikan Rumah Tak Layak
Huni Bagi Masyarakat Miskin Kota Surakarta.
Kondisi Sosial-Ekonomi
 Sebelum penanganan rehabilitasi RTLH, masyarakat
Kelurahan Ketelan memiliki penghasilan yang relatif
rendah, yaitu di bawah UMR bahkan ada beberapa yang
penghasilannya tidak tetap. Namun setelah penanganan
rehabilitasi RTLH, penghasilan masyarakat meningkat.
Hal ini mempengaruhi perilaku masyarakat yang
sebagian besar mulai memikirkan pentingnya pendidikan
dan kesehatan, serta mengurangi tindakan kriminalitas
yang awalnya sering terjadi di permukiman ini.
Kondisi Sosial-Lingkungan
• Sebelum penanganan rehabilitasi RTLH, masyarakat Kelurahan
Ketelan bertempat tinggal di rumah dan lingkungan yang tidak
layak huni. Kondisi tersebut terdapat di permukiman ini karena
masyarakat sendiri lah yang menciptakan kekumuhan tersebut.
Namun setelah penanganan rehabilitasi RTLH, masyarakat
mulai memperhatikan kualitas rumah dan lingkungan
permukiman. Sehingga masyarakat senantiasa menjaga kualitas
tersebut agar tetap bersih, rapi, dan sehat. Kegiatan ini juga
dilakukan dengan gotong royong, dimana budaya tersebut sudah
melekat sejak dahulu.
Rekomendasi
 Perlunya peningkatan koordinasi dan penguatan
kelembagaan yang berperan sehingga program
dapat terlaksana dengan lebih efektif dan efisien
 Perlu peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program
 Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai
kesesuaian kebijakan dengan kondisi masyarakat
yang terkena program
 Perlunya membuat proyeksi jangka panjang
mengenai kebijakan dan program yang
dilaksanakan sehingga program dapat benar-
benar tepat sasaran
Terkait dengan Kualitas
Hidup
 Gerakan bersih-bersih sungai
 Perbaikan rumah-rumah yang ada
 Peningkatan (kualitas maupun kuantitas)
sarana dan prasarana yang ada Lingkungan
permukiman
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai kebersihan lingkungan permukiman

Anda mungkin juga menyukai