Anda di halaman 1dari 334

Statistika (MMS 2401)

Dr. Danardono, MPH


danardono@ugm.ac.id

Program Studi Statistika


Jurusan Matematika FMIPA UGM
Materi dan Jadual
Tatap Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
Muka
1. Statistika 1. Tentang perkuliahan MMS-2401
Deskriptif 2. Peran Statistika
3. Terminologi
4. Representasi Grafik
2. Statistika 1. Distribusi Frekuensi
Deskriptif 2. Ukuran Tengah
3. Ukuran Dispersi
3. Peluang dan 1. Kejadian dan Peluang
Variabel Random 2. Variabel Random dan Distribusinya
3. Harga Harapan, Variansi dan Sifat-Sifatnya
4. Distribusi Variabel 1. Distribusi Variabel Random Diskret
Random Diskret 2. Distribusi Variable Random Kontinu
dan Kontinu

MMS2401:Pendahuluan – p.1/210
Materi dan Jadual
5. Distribusi 1. Distribusi Sampling Statistik untuk Rerata
Sampling Statistik 2. Pendekatan Normal untuk Binomial
6. Inferensi Statistik 1. Estimasi Parameter
2. Uji Hipotesis
7. Inferensi Statistik 1. Interval Konfidensi Untuk Mean
Satu Populasi 2. Uji Hipotesa Mean
Sembarang 3. Interval Konfidensi Untuk Proporsi
4. Uji Hipotesis Proporsi
8. Review dan
Ringkasan
9. Inferensi Statistik 1. Interval konfidensi Untuk Mean
Satu Populasi 2. Uji Hipotesis Mean
Normal 3. Hubungan Interval Konfidensi dan uji
Hipotesis

MMS2401:Pendahuluan – p.2/210
Materi dan Jadual
10. Inferensi Statistik 1. Interval konfidensi Untuk Selisih Mean Dua
Dua Populasi Populasi
Sembarang 2. Uji Hipotesis Selisih Mean Dua populasi
3. Interval konfidensi Untuk Selisih Proporsi
Dua Populasi
4. Uji Hipotesis Selisih Proporsi Dua populasi
11. Inferensi Statistik 1. Interval Konfidensi Perbandingan Variansi
Dua Populasi Dua Populasi
Normal 2. Uji Hipotesis Perbandingan Variansi Dua
Populasi
3. Interval konfidensi Selisih Mean Dua
Populasi
4. Uji Hipotesis Selisih Mean Dua Populasi
12. Analisis Variansi 1. Dasar-dasar ANAVA
Satu Arah 2. Tabel ANAVA dan Uji F
3. Pembandingan Ganda

MMS2401:Pendahuluan – p.3/210
Materi dan Jadual
13. Analisis Regresi 1. Dasar-dasar Model Regresi
Linear Sederhana 2. Estimasi Model regresi
3. Analisis Korelasi
4. Inferensi dalam Regresi
14. Review dan
Ringkasan

Buku teks:
Soejoeti, Z. (1984). Buku Materi Pokok Metode Statistik I,
Universitas Terbuka, Penerbit Karunika, Jakarta.
Gunardi, A. Rakhman (2004). Metode Statistika, FMIPA UGM,
Yogyakarta.

MMS2401:Pendahuluan – p.4/210
Penilaian
Nilai MMS 2401 tahun 2005 (59 mahasiswa)
25

80
A

70
20

60
15

50
C

40
10

30
D
5

20
10
0

A B C D

MMS2401:Pendahuluan – p.5/210
Penilaian
No Unsur Penilaian Prosentase
1. Ujian Akhir 35
2. Sisipan 35
3. Tugas/PR 20
4. Kuis 10

MMS2401:Pendahuluan – p.6/210
Data
Penghasilan mingguan 40 buruh bangunan di suatu kota
(dalam ribuan rupiah):
58 72 64 65 67 92 55 51 69 73
64 59 65 55 75 56 89 60 84 68
74 67 55 68 74 43 67 71 72 66
62 63 83 64 51 63 49 78 65 75

MMS2401:Data dan Skala Pengukuran – p.7/210


Data
Hasil pengukuran keasaman (PH) dari 35 kolam di suatu
daerah:
6,4 6,6 6,2 7,2 6,2 8,1 7,0
7,0 5,9 5,7 7,0 7,4 6,5 6,8
7,0 7,0 6,0 6,3 5,6 6,3 5,8
5,9 7,2 7,3 7,7 6,8 5,2 5,2
6,4 6,3 6,2 7,5 6,7 6,4 7,8

MMS2401:Data dan Skala Pengukuran – p.8/210


Data
Tinggi (cm) dan berat badan (kg) 10 orang mahasiswa:
Mahasiswa Tinggi Berat
1 170 70
2 162 65
3 169 59
4 165 62
5 171 67
6 170 65
7 168 60
8 163 61
9 166 63
10 172 64

MMS2401:Data dan Skala Pengukuran – p.9/210


Data
Banyaknya penjualan telepon seluler di suatu toko:
Merek Banyak penjualan
Sony-Ericsson 72
Motorola 60
Nokia 85
Samsung 54
LG 32
Siemens 64

MMS2401:Data dan Skala Pengukuran – p.10/210


Skala Pengukuran
Skala Yang dapat ditentukan untuk dua
pengamatan sembarang
Nominal persamaan (klasifikasi)
Ordinal persamaan dan urutan
Interval persamaan, urutan dan jarak (satuan
pengukuran)
Rasio persamaan, urutan, jarak dan rasio
(titik nol yang murni ada)

MMS2401:Data dan Skala Pengukuran – p.11/210


Skala Pengukuran
Contoh:
Nominal: jenis pekerjaan, warna
Ordinal: kepangkatan, tingkat pendidikan
Interval: tahun kalender (Masehi, Hijriyah), temperatur
(Celcius, Fahrenheit)
Rasio: berat, panjang, isi

MMS2401:Data dan Skala Pengukuran – p.12/210


Statistika Deskriptif
Metode atau cara-cara yang digunakan untuk meringkas dan
menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik atau ringkasan
numerik data.

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.13/210


Grafik Stem-and-leaf
Untuk menunjukkan bentuk distribusi data
Data berupa angka dengan minimal dua digit

Contoh (Data penghasilan buruh):


4 3 9
5 1 1 5 5 5 6 8 9
6 0 2 3 3 4 4 4 5 5 5 6 7 7 7 8 8 9
7 1 2 2 3 4 4 5 5 8
8 3 4 9
9 2
Stem= 10, Leaf = 1

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.14/210


Distribusi Frekuensi
Merupakan suatu tabel menunjukkan frekuensi kemunculan
data atau frekuensi relatifnya yang berguna untuk meringkas
data numerik maupun kategori.
Untuk data diskret atau data kategori, banyaknya nilai yang
dihitung kemunculannya biasanya sesuai dengan
banyaknya nilai data yang berbeda dari data diskret atau
kategori tersebut
Untuk data kontinu, biasanya dibuat kelas interval 5-20
banyaknya.

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.15/210


Distribusi Frekuensi
Contoh (Data penghasilan buruh):
Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif Frekuensi Relatif
Kumulatif
[40, 50) 2 0,050 0,050
[50, 60) 8 0,200 0,250
[60, 70) 17 0,425 0,625
[70, 80) 9 0,225 0,900
[80, 90) 3 0,075 0,975
[90, 100) 1 0,025 1,000

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.16/210


Histogram
Representasi grafik dari distribusi frekuensi data kontinu.

Contoh (Data penghasilan buruh):


15
10
Frekuensi

5
0

40 50 60 70 80 90 100

Penghasilan (ribu rupiah)


MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.17/210
Poligon Frekuensi
Representasi grafik dari distribusi frekuensi data kontinu dengan
mengambil nilai tengah tiap kelas.

Contoh (Data penghasilan buruh):


15
10
Frekuensi

5
0

40 50 60 70 80 90 100

Penghasilan (ribu rupiah)


MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.18/210
Ogive Frekuensi Kumulatif
Plot frekuensi kumulatif dengan batas atas interval dari distribusi
frekuensi.

Contoh (Data penghasilan buruh):


40
30
Frekuensi Kumulatif

20
10
0

40 50 60 70 80 90 100

Penghasilan (ribu rupiah)


MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.19/210
Diagram Batang
Representasi grafik dari distribusi frekuensi data diskret atau
kategori.

Contoh (Data telepon seluler):


80
60
40
20
0

Sony−Ericsson Motorola Nokia Samsung LG Siemens

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.20/210


Diagram Lingkaran
Representasi grafik dari distribusi frekuensi data diskret atau
kategori.

Contoh (Data telepon seluler):

Motorola

Sony−Ericsson

Nokia

Siemens

Samsung
LG
MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.21/210
Notasi Himpunan Data
Data statistik sering dilambangkan dengan huruf X , Y
dilengkapi dengan indeks.

▽MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.22/210


Notasi Himpunan Data
Data statistik sering dilambangkan dengan huruf X , Y
dilengkapi dengan indeks.

Contoh (Data penghasilan buruh):


X : penghasilan mingguan buruh (dalam ribuan rupiah)
X1 = 58; X2 = 72; X10 = 73; X40 = 75;

▽MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.22/210


Notasi Himpunan Data
Data statistik sering dilambangkan dengan huruf X , Y
dilengkapi dengan indeks.

Contoh (Data tinggi dan berat mahasiswa):


X : tinggi mahasiswa (cm)
Y : berat mahasiswa (kg)
X1 = 170; Y1 = 70;
X7 = 1683; Y7 = 60;

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.22/210


Notasi Sigma
n
X
Xi = X1 + X2 + . . . + Xn
i=1

n X
X m
Xij = X11 + X12 + . . . + Xnm
i=1 j=1

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.23/210


Notasi Sigma
Beberapa aturan:

Jika Xi = k , k suatu konstan, maka


n
X
Xi = nk
i=1

▽MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.24/210


Notasi Sigma
Beberapa aturan:

Jika Xi = k , k suatu konstan, maka


n
X
Xi = nk
i=1

Jika k suatu konstan, maka


n
X n
X
kXi = k Xi
i=1 i=1

▽MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.24/210


Notasi Sigma
Beberapa aturan:

Jika Xi = k , k suatu konstan, maka


n
X
Xi = nk
i=1

Jika k suatu konstan, maka


n
X n
X
kXi = k Xi
i=1 i=1

n
X n
X n
X
(Xi + Yi ) = Xi + Yi
i=1 i=1 i=1

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.24/210


Ringkasan Numerik
Ringkasan Numerik atau statistik:

Data tunggal (tidak dikelompokkan), dengan n observasi


dinotasikan sebagai

x1 , x2 , . . . , xn

Data berkelompok (distribusi frekuensi), dengan k nilai


tunggal dinotasikan sebagai

x1 , x2 , . . . , xk

yang masing-masing mempunyai frekuensi

f1 , f2 , . . . , fk
Pk
dengan n = i=1 fi adalah total observasi
MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.25/210
Mean Aritmetik
Data tunggal:
n
1X
x̄ = xi
n
i=1

Data berkelompok:
n
1 X
x̄ = fi xi
n
i=1

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.26/210


Mean Terbobot
Misalkan wi ≥ 0 adalah bobot (weight) untuk data tunggal xi
n
1 X
x̄w = Pn wi xi
i=1 wi i=1

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.27/210


Variansi
Data tunggal:
n
2 1 X
s = (xi − x̄)2
n−1
i=1

atau
n
2 1 X 2
s = (xi − nx̄2 )
n−1
i=1

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.28/210


Variansi
Data berkelompok:
n
2 1 X
s = fi (xi − x̄)2
n−1
i=1

atau
n
1 X
s2 = (fi x2i − nx̄2 )
n−1
i=1

MMS2401:Representasi Data dan Ringkasan Numerik – p.29/210


Konsep Peluang
Statistika Inferensial: Mengambil kesimpulan, inferensi atau
generalisasi tentang suatu populasi berdasarkan informasi
yang diperoleh dari sampel.
Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan
seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi.

▽MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.30/210


Konsep Peluang
Statistika Inferensial: Mengambil kesimpulan, inferensi atau
generalisasi tentang suatu populasi berdasarkan informasi
yang diperoleh dari sampel.
Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan
seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi.

sangat tidak mungkin sangat mungkin

tidak mungkin mungkin ya mungkin tidak pasti

▽MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.30/210


Konsep Peluang
Statistika Inferensial: Mengambil kesimpulan, inferensi atau
generalisasi tentang suatu populasi berdasarkan informasi
yang diperoleh dari sampel.
Peluang (probabilitas): Harga angka yang menunjukkan
seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi.

sangat tidak mungkin sangat mungkin

0 1
tidak mungkin mungkin ya mungkin tidak pasti

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.30/210


Terminologi
Eksperimen (percobaan, trial): Prosedur yang dijalankan pada
kondisi yang sama dan dapat diamati hasilnya (outcome).
Ruang sampel (semesta, universe: Himpunan semua hasil yang
mungkin dari suatu eksperimen.
Peristiwa (kejadian, event): Himpunan bagian dari suatu ruang
sampel.

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.31/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Pelemparan sebuah mata uang logam
dua kali
Hasil : Sisi mata uang yang tampak
Ruang sampel : S = {MM,MB,BM,BB}
dengan M: sisi muka dan B: sisi belakang
Peristiwa : A = paling sedikit muncul satu belakang
= {MB,BM,BB}
B = muncul sisi yang sama
= {MM,BB}

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.32/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Sebuah biji kedelai ditanam
Hasil : Tumbuh atau tidak tumbuh
Ruang sampel : S = {tidak tumbuh, tumbuh}
atau S = {0, 1}
Peristiwa : A = biji kedelai tumbuh
= {1}

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.33/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Pemilihan seorang mahasiswa secara
random dan dicatat IPnya
Hasil : Bilangan antara 0 sampai dengan 4
Ruang sampel : S = {0 ≤ X ≤ 4 | X ∈ R}
Himpunan bilangan real antara 0 sampai
dengan 4
Peristiwa : A = IP di atas 2
= {2 ≤ X ≤ 4 | X ∈ R}
B = IP di bawah 1
= {0 ≤ X ≤ 1 | X ∈ R}

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.34/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Sebuah dadu dilempar sekali
Hasil :
Ruang sampel :
Peristiwa :

▽MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.35/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Sebuah dadu dilempar sekali
Hasil : mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, 6
Ruang sampel :
Peristiwa :

▽MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.35/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Sebuah dadu dilempar sekali
Hasil : mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, 6
Ruang sampel : S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Peristiwa :

▽MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.35/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Sebuah dadu dilempar sekali
Hasil : mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, 6
Ruang sampel : S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Peristiwa : A = muncul mata dadu genap

▽MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.35/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Sebuah dadu dilempar sekali
Hasil : mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, 6
Ruang sampel : S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Peristiwa : A = muncul mata dadu genap
= {2, 4, 6}

▽MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.35/210


Contoh Eksperimen
Eksperimen : Sebuah dadu dilempar sekali
Hasil : mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, 6
Ruang sampel : S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Peristiwa : A = muncul mata dadu genap
= {2, 4, 6}
B = muncul mata dadu gasal
= {1, 3, 5}

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.35/210


Peluang Suatu Peristiwa
Definisi Klasik
Dianggap tiap-tiap elemen ruang sampel S mempunyai peluang
yang sama untuk terjadi.
Peluang terjadinya peristiwa A,

n(A)
P (A) =
n(S)

dengan n(A) = banyaknya anggota dalam peristiwa A, dan


n(S) = banyaknya anggota ruang sampel

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.36/210


Peluang Suatu Peristiwa
Contoh (Definisi Klasik):
Sebuah dadu dilempar sekali. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan n(S) = 6.
Misal didefinisikan A : muncul mata dadu 3 dan B : muncul
mata dadu bilangan prima A = {3} dan n(A) = 1 ; B = {2, 3, 5}
dan n(B) = 3 dan
n(A) 1
P (A) = =
n(S) 6
dan
n(B) 3 1
P (B) = = =
n(S) 6 2

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.37/210


Peluang Suatu Peristiwa
Definisi Frekuensi Relatif
Peluang suatu peristiwa ditentukan berdasarkan frekuensi
kemunculannya

Contoh:
Seorang ahli tanaman ingin tahu berapa peluang tanaman yang
dicangkoknya akan hidup setelah pencangkokan.
Peluang hidup atau mati tanaman diperoleh dari pengalaman
atau catatan pencangkokan tanaman yang sama sebelumnya
dengan melihat frekuensi tanaman yang hidup atau mati.

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.38/210


Peluang Suatu Peristiwa
Definisi Peluang Subyektif
Peluang suatu peristiwa ditentukan berdasarkan penilaian
subyektif

Biasanya digunakan bila tidak ada catatan tentang frekuensi


peristiwa yang ingin dihitung peluangnya dan tidak dapat pula
digunakan definisi klasik.

Contoh:
- Peluang JK akan menjadi presiden.
- Peluang Timnas sepakbola Indonesia akan menjadi juara
dunia

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.39/210


Beberapa Ketentuan
0 ≤ P (A) ≤ 1
P (S) = 1 (peluang dari ruang sampel)
P (∅) = 0 (peluang dari peristiwa yang tidak akan pernah
terjadi)
P (A) = 1 − P (Ac ) (aturan komplemen)
P (A ∪ B) = P (A) + P (B) − P (A ∩ B) (aturan penjumlahan)
Bila A dan B adalah kejadian yang saling asing,
A ∩ B = ∅, maka P (A ∪ B) = P (A) + P (B)
P (B) = P (A ∩ B) + P (Ac ∩ B)
A ∩ B dan Ac ∩ B saling asing

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.40/210


Peluang Bersyarat dan Independensi
Peluang Bersyarat
Diketahui A dan B dua peristiwa dari ruang sampel S , dan
P (B) > 0, maka peluang bersyarat terjadinya A jika diketahui B
telah terjadi, ditulis P (A | B), didefinisikan sebagai

P (A ∩ B)
P (A | B) =
P (B)

Independensi
Dua kejadian A dan B disebut kejadian independen jika

P (A ∩ B) = P (A).P (B)

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.41/210


Peluang Bersyarat dan Independensi
Contoh (Peluang Bersyarat):
Sepasang dadu dilempar bersama jika diketahui jumlah kedua
mata dadu yang keluar adalah 6, hitunglah peluang bahwa satu
diantara dua dadu tersebut adalah mata dadu 2.
B = {jumlahan mata dadu adalah 6}
= {(1, 5), (2, 4), (3, 3), (4, 2), (5, 1)} dan
A = {mata dadu 2 muncul dari salah satu dadu}
= {(2, 4), (4, 2)}

n(A ∩ B) 2
P (A | B) = =
n(B) 5

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.42/210


Peluang Bersyarat dan Independensi
Contoh (Peluang Bersyarat):
Peluang suatu penerbangan yang telah terjadwal teratur
berangkat tepat waktu adalah P (A) = 0,83; peluang sampai
tepat waktu adalah P (B) = 0,82; peluang berangkat dan sampai
tepat waktu adalah P (A ∩ B) = 0,78.
Peluang bahwa suatu pesawat sampai tepat waktu jika diketahui
berangkat tepat waktu adalah

P (A ∩ B) 0, 78
P (B | A) = = = 0,94
P (A) 0,83

Peluang bahwa suatu pesawat berangkat tepat waktu jika


diketahui sampai tempat waktu adalah

P (A ∩ B) 0,78
P (A | B) = = = 0,95
P (B) 0,82
MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.43/210
Peluang Bersyarat dan Independensi
Contoh (independensi):
Suatu kota kecil mempunyai satu unit mobil pemadam
kebakaran dan satu ambulans yang bekerja saling independen
untuk keadaan darurat. Peluang mobil kebakaran siap saat
diperlukan adalah 0,98. Peluang ambulans siap waktu
diperlukan adalah 0,92. Dalam suatu kejadian kebakaran
gedung, hitung peluang keduanya siap.
Misalkan A dan B menyatakan kejadian mobil pemadam
kebakaran dan ambulans siap. Karena A dan B independen,
peluang mobil pemadam kebakaran dan ambulans siap :

P (A ∩ B) = P (A).P (B) = 0,98 × 0,92 = 0,9016

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.44/210


Variabel Random
Variabel random adalah suatu cara memberi harga angka
kepada setiap elemen ruang sampel, atau suatu fungsi bernilai
real yang harganya ditentukan oleh setiap elemen dalam ruang
sampel

Contoh:
Eksperimen (proses random) melemparkan uang logam tiga
kali, S = {BBB, BBM, BMB, MBB, BMM, MBM, MMB, MMM}.
Didefinisikan variabel random X : banyak M (muka) muncul
dalam pelemparan uang logam tiga kali.

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.45/210


Variabel Random
Contoh (variabel random)

S R

BBB
0
BBM
BMB
1
MBB
BMM
2
MBM
MMB
3
MMM

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.46/210


Peluang dan Variabel Random
Contoh (variabel random)

S R
X:S→R
BBB
0
BBM
BMB
1
MBB
BMM
2
MBM
MMB
3
MMM

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.47/210


Variabel Random
Contoh (variabel random):

S R
X:S→R
BBB
0
BBM
BMB
1
MBB
BMM
2
MBM
MMB
3
MMM

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.48/210


Variabel Random
Contoh (variabel random):

S R
X:S→R
BBB
0
BBM
BMB
1
MBB
BMM
2
MBM
MMB
3
MMM

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.49/210


Variabel Random
Contoh (variabel random):

S R
X:S→R
BBB
0
BBM
BMB
1
MBB
BMM
2
MBM
MMB
3
MMM

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.50/210


Variabel Random
Contoh (variabel random):

S R
X:S→R
BBB
0
BBM
BMB
1
MBB
BMM
2
MBM
MMB
3
MMM

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.51/210


Jenis Variabel Random
Variabel random diskret: Suatu variabel random yang hanya
dapat menjalani harga-harga yang berbeda yang
berhingga banyaknya (sama banyaknya dengan bilangan
bulat)
Variabel random kontinu: Suatu variabel random yang dapat
menjalani setiap harga dalam suatu interval (tak berhingga
banyaknya)
Distribusi Peluang: Model matematik yang menghubungkan
semua nilai variabel random dengan peluang terjadinya
nilai tersebut dalam ruang sampel. Distribusi peluang
dapat direpresentasikan dalam bentuk fungsi, tabel, atau
grafik. Distribusi peluang dapat dianggap sebagai
frekuensi relatif jangka panjang.

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.52/210


Variabel Random Diskret
Distribusi Peluang Diskret
Fungsi f (x) disebut sebagai fungsi peluang dari variabel
random diskret X , jika untuk setiap harga x yang mungkin :
1. f (x) ≥ 0
P
2. x f (x) = 1

Peluang untuk nilai x tertentu:

P (X = x) = f (x)

Distribusi kumulatif F (x)


X
F (x) = P (X ≤ x) = f (t)
t≤x

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.53/210


Variabel Random Diskret
Distribusi Peluang Diskret
Distribusi peluang X dalam bentuk tabel:
Harga X P (X = x) = f (x)
x1 P1
x2 P2
... ...
xk Pk

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.54/210


Variabel Random Diskret
Contoh
Distribusi banyaknya sisi muka yang muncul dalam pelemparan
mata uang logam tiga kali.
Harga X P (X = x) = f (x)
0 1/8
1 3/8
2 3/8
3 1/8
P
P (x) = 1

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.55/210


Variabel Random Kontinu
Distribusi Peluang Kontinu (Fungsi Densitas)
Distribusi peluang untuk variabel random kontinu.
Fungsi f (x) disebut sebagai fungsi densitas peluang dari
variabel random kontinu X , jika untuk setiap harga x yang
mungkin :
1. f (x) ≥ 0
R∞
2. −∞ f (x)dx = 1
Nilai peluang untuk interval tertentu
Z b
P (a ≤ X ≤ b) = f (x)dx
a

Distribusi kumulatif F(x)


Z x
F (x) = P (X ≤ x) = f (u)du
−∞
MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.56/210
Variabel Random Kontinu
Contoh
Fungsi densitas suatu variabel random X
(
x
2 untuk 0 < x < 2
f (x) =
0 untuk x yang lain

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.57/210


Harga harapan dan Variansi
Harga Harapan (Ekspektasi, Expected Value)
P
 x xf (x)
 bila X diskret
E(X) =

R ∞
−∞ xf (x)dx bila X kontinu

E(X) sering ditulis sebagai µX atau µ

Variansi (Variance)

Var(X) = E(X − µ)2


= E(X 2 ) − µ2

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.58/210


Harga harapan dan Variansi
Sifat-sifat Harga Harapan

E(aX + b) = aE(X) + b, a, b konstan


E [g(X) + h(X)] = E [g(X)] + E [h(X)]

Sifat-sifat Variansi
Var(aX + b) = a2 Var(X), a, b konstan

Deviasi standar (akar dari variansi):


p
σX = Var(X)

MMS2401:Peluang dan Variabel Random – p.59/210


Distribusi Bernoulli
Eksperimen Bernoulli
Eksperimen dengan hanya dua hasil yang mungkin
Contoh
melempar mata uang logam satu kali
Mengamati telur ayam, apakah anak ayam itu jantan atau
betina
Mengamati kedelai yang ditanam, tumbuh atau tidak
Reaksi obat pada tikus, positif atau negatif

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.60/210


Distribusi Bernoulli
Sifat-sifat Eksperimen Bernoulli

tiap usaha (trial) menghasilkan satu dari dua hasil yang


mungkin, dinamakan sukses (S ) dan gagal (G);
peluang sukses, P (S) = p dan peluang gagal
P (G) = 1 − p, atau P (G) = q ;
usaha-usaha tersebut independen

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.61/210


Distribusi Bernoulli
Distribusi Peluang Bernoulli

P (X = x; p) = px (1 − p)1−x ,
dengan x = 0, 1 (gagal, sukses) dan p adalah peluang
mendapatkan hasil sukses.

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.62/210


Distribusi Binomial
Distribusi Binomial
Eksperimen Bernoulli dengan n usaha dan X : banyaknya
sukses dalam n usaha tersebut.

µ ¶
n x
P (X = x; n, p) = p (1 − p)n−x , x = 0, 1, 2, . . . , n
x

Mean dan variansi


E(X) = np; Var(X) = np(1 − p)

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.63/210


Distribusi Binomial
Binomial dengan n = 6, p = 0, 5

0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00

0 1 2 3 4 5 6

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.64/210


Distribusi Binomial
Binomial dengan n = 6, p = 0, 2

0.3
0.2
0.1
0.0

0 1 2 3 4 5 6

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.65/210


Distribusi Binomial
Binomial dengan n = 6, p = 0, 8

0.3
0.2
0.1
0.0

0 1 2 3 4 5 6

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.66/210


Distribusi Binomial
Contoh:
Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah
banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut.
Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka
muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan
p = 1/2 dengan distribusi peluang:
µ ¶ µ ¶x
1 4 1 1
P (X = x; 4, ) = (1 − )4−x , x = 0, 1, 2, 3, 4
2 x 2 2

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.67/210


Distribusi Binomial
Contoh:
Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah
banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut.
Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka
muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan
p = 1/2 dengan distribusi peluang:
µ ¶ µ ¶x
1 4 1 1
P (X = x; 4, ) = (1 − )4−x , x = 0, 1, 2, 3, 4
2 x 2 2
Peluang muka muncul dua kali, X = 2
µ ¶ µ ¶2
1 4 1 1
P (X = 2; 4, ) = (1 − )4−2
2 2 2 2
3
=
8

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.67/210


Distribusi Binomial
Contoh:
Suatu uang logam yang baik (seimbang) dilempar 4 kali. X adalah
banyaknya muka muncul dalam 4 kali pelemparan tersebut.
Pelemparan dipandang sebagai usaha, dan sukses adalah muka
muncul. X merupakan variabel random binomial dengan n = 4 dan
p = 1/2 dengan distribusi peluang:
µ ¶ µ ¶x
1 4 1 1
P (X = x; 4, ) = (1 − )4−x , x = 0, 1, 2, 3, 4
2 x 2 2

Peluang muka muncul paling tidak dua kali, X ≥ 2

1
P (X ≥ 2; 4, ) = P (X = 2) + P (X = 3) + P (X = 4)
2
11
=
16
MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.67/210
Distribusi Hipergeometrik
Eksperimen hipergeometrik:
Dalam populasi berukuran N sebanyak k dinamakan
sukses sedangkan sisanya N − k dinamakan gagal
sampel berukuran n diambil dari N benda
Cara pengambilan sampel tanpa pengembalian

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.68/210


Distribusi Hipergeometrik
Distribusi peluang:
¡k¢¡N −k¢
x
P (X = x; N, n, k) = ¡Nn−x
¢ , x = 0, 1, 2, . . . , min(n, k)
n

Mean dan Variansi:


E(X) = n Nk ; Var(X) = n nk NN−k N −n
N −1

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.69/210


Distribusi Hipergeometrik
Contoh:
Suatu kotak berisi 40 suku cadang dengan 3 rusak. Sampel berukuran
5 diambil sekaligus dari kotak. Pengambilan sampel ini adalah suatu
eksperimen hipergeometrik dengan X adalah banyaknya suku cadang
rusak, N = 40, n = 5 dan k = 3 dengan distribusi peluang:
¡3¢¡ ¢
37
x 5−x
P (X = x; 40, 5, 3) = ¡40¢ , x = 0, 1, 2, 3
5

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.70/210


Distribusi Hipergeometrik
Contoh:
Suatu kotak berisi 40 suku cadang dengan 3 rusak. Sampel berukuran
5 diambil sekaligus dari kotak. Pengambilan sampel ini adalah suatu
eksperimen hipergeometrik dengan X adalah banyaknya suku cadang
rusak, N = 40, n = 5 dan k = 3 dengan distribusi peluang:
¡3¢¡ 37
¢
x 5−x
P (X = x; 40, 5, 3) = ¡40¢ , x = 0, 1, 2, 3
5

Peluang ditemukan satu suku cadang rusak dalam pengambilan


sampel tersebut
¡3¢¡37¢
1
P (X = 1; 40, 5, 3) = ¡40¢4 = 0, 3011
5

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.70/210


Distribusi Hipergeometrik
Contoh:
Suatu kotak berisi 40 suku cadang dengan 3 rusak. Sampel berukuran
5 diambil sekaligus dari kotak. Pengambilan sampel ini adalah suatu
eksperimen hipergeometrik dengan X adalah banyaknya suku cadang
rusak, N = 40, n = 5 dan k = 3 dengan distribusi peluang:
¡3¢¡ ¢
37
x 5−x
P (X = x; 40, 5, 3) = ¡40¢ , x = 0, 1, 2, 3
5

Peluang ditemukan paling tidak satu suku cadang rusak dalam


pengambilan sampel tersebut

P (X ≥ 1; 40, 5, 3) = P (X = 1) + P (X = 2) + P (X = 3)
= 0, 301 + 0, 0354 + 0, 0010
= 0, 3376

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.70/210


Distribusi Poisson
Sifat-sifat eksperimen Poisson:

banyaknya sukses terjadi dalam suatu selang waktu atau


daerah tertentu tidak terpengaruh (bebas) dari apa yang
terjadi pada interval waktu atau daerah yang lain,
peluang terjadinya sukses dalam interval waktu yang
singkat atau daerah yang sempit sebanding dengan
panjang interval waktu, atau luas daerah dan tidak
tergantung pada banyaknya sukses yang terjadi di luar
interval waktu atau daerah tersebut,
peluang terjadinya lebih dari satu sukses dalam interval
waktu yang singkat atau daerah yang sempit tersebut
dapat diabaikan.

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.71/210


Distribusi Poisson
Distribusi Peluang Poisson

X adalah banyaknya sukses dalam eksperimen Poisson, yang


mempunyai distribusi probabilitas

e−λ λx
P (X = x; λ) = , x = 0, 1, 2, . . .
x!

Mean dan Variansi:


E(X) = λ ; Var(X) = λ

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.72/210


Distribusi Poisson
Poisson dengan λ = 2

0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.73/210


Distribusi Poisson
Poisson dengan λ = 5

0.15
0.10
0.05
0.00

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 13 15

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.74/210


Distribusi Poisson
Poisson dengan λ = 8

0.12
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.00

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.75/210


Distribusi Poisson
Contoh:
Rata-rata banyaknya partikel radioaktif yang melewati suatu
counter selama 1 milidetik dalam suatu percobaan di
laboratorium adalah 4. Peluang 6 partikel melewati counter
dalam suatu milidetik tertentu adalah

e−4 4x
P (X = 6; λ = 4) = = 0, 1042
6!

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.76/210


Distribusi Normal
Distribusi Normal dengan mean E(X) = µ dan variansi
Var(X) = σ 2 mempunyai fungsi peluang,

2 1 − (x−µ)
2

f (x; µ, σ ) = √ e 2σ 2 , −∞ < x < ∞


2πσ 2
dan −∞ < µ < ∞, σ 2 > 0

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.77/210


Distribusi Normal
Distribusi Normal dengan mean E(X) = µ dan variansi
Var(X) = σ 2 (ditulis N (µ, σ 2 )) mempunyai fungsi peluang,

2 1 − (x−µ)
2

f (x; µ, σ ) = √ e 2σ 2 , −∞ < x < ∞


2πσ 2
dengan −∞ < µ < ∞, σ 2 > 0, π = 3, 141593 . . . dan
e = 2, 718282 . . .

Distribusi Normal standar: distribusi Normal dengan mean 0 dan


variansi 1, ditulis N (0, 1)

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.78/210


Distribusi Normal
Kurva Normal

-∞ ∞
Sumbu x : −∞ < x < ∞

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.79/210


Distribusi Normal
Kurva Normal

-∞ ∞
Sumbu x : −∞ < x < ∞
Fungsi peluang (sumbu y ):

2 1 − (x−µ)
2

f (x; µ, σ ) = √ e 2σ 2 , −∞ < x < ∞


2πσ 2

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.79/210


Distribusi Normal
Kurva Normal

-∞ ∞
Sifat-sifat:

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.79/210


Distribusi Normal
Kurva Normal

-∞ µ ∞
Sifat-sifat:
simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.79/210


Distribusi Normal
Kurva Normal

-∞ ∞
Sifat-sifat:
simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.79/210


Distribusi Normal
Kurva Normal

-∞ µ ∞
Sifat-sifat:
simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,
harga modus (maksimum) terletak pada x = µ,

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.79/210


Distribusi Normal
Kurva Normal

-∞ µ−σ µ µ+σ ∞
Sifat-sifat:
simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,
harga modus (maksimum) terletak pada x = µ,
mempunyai titik belok pada x = µ ± σ ,

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.79/210


Distribusi Normal
Kurva Normal

-∞ µ ∞
Sifat-sifat:
simetris terhadap sumbu vertikal melalui µ,
memotong sumbu mendatar (sumbu x) secara asimtotis,
harga modus (maksimum) terletak pada x = µ,
mempunyai titik belok pada x = µ ± σ ,
luas kurva Normal sama dengan 1.

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.79/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

Luasan kurva di bawah kurva normal sampai batas b:


Z b
1 − (x−µ)
2

L= √ e 2σ 2 dx
−∞ 2πσ 2

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.80/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

Dapat dihitung menggunakan tabel Normal Standar dengan


terlebih dahulu mentransformasikan skala X ∼ N (µ, σ 2 ) ke
Z ∼ N (0, 1),
X −µ
Z=
σ

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.80/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

X−b
σ
z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09
-3,4
-3,3
...
0,0
...
3,3
3,4
MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.80/210
Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

x = 76

Contoh 1:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 )
Hitunglah luas kurva Normal mulai ekor paling kiri (−∞) sampai 76

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.81/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

Z = 1, 33

Contoh 1:
transformasi dari X ke Z,

X −µ
Z =
σ
76 − 60
=
12
= 1, 33

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.81/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

Z = 1, 33

Contoh 1:
z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09
...
0,0
...
1,3

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.81/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

L = 0, 9082

Z = 1, 33

Contoh 1:
z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09
...
0,0
...
1,3 0,9082

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.81/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

60 76

Contoh 2:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 )
Hitunglah luas kurva Normal antara 60 sampai 76

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.82/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

0 1, 33

Contoh 2:
transformasi dari X = 60 ke Z, transformasi dari X = 76 ke Z,

X −µ X −µ
Z = Z =
σ σ
60 − 60 76 − 60
= =
12 12
= 0 = 1, 33

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.82/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

L2 = 0, 9082

0 1, 33

Contoh 2:

L = L2 − L1
= 0, 9082 − L1

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.82/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

L1 = 0, 5

0 1, 33

Contoh 2:

L = L2 − L1
= 0, 9082 − 0, 5

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.82/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

0 1, 33

Contoh 2:

L = L2 − L1
= 0, 9082 − 0, 5
= 0, 4082

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.82/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

68 84

Contoh 3:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 ). Hitunglah luas kurva Normal antara 68 sampai 84.

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.83/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

68 84

Contoh 3:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 ). Hitunglah luas kurva Normal antara 68 sampai 84.
L = P (68 ≤ X ≤ 84)

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.83/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

0, 67 2, 00

Contoh 3:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 ). Hitunglah luas kurva Normal antara 68 sampai 84.
L = P (68 ≤ X ≤ 84)
= P (0, 67 ≤ Z ≤ 2, 00)

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.83/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

L1

0, 67 2, 00

Contoh 3:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 ). Hitunglah luas kurva Normal antara 68 sampai 84.
L = P (68 ≤ X ≤ 84)
= P (0, 67 ≤ Z ≤ 2, 00)
= P (−∞ < Z ≤ 2, 00) − P (−∞ < Z ≤ 0, 67)

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.83/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

L1

0, 67 2, 00

Contoh 3:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 ). Hitunglah luas kurva Normal antara 68 sampai 84.
L = P (68 ≤ X ≤ 84)
= P (0, 67 ≤ Z ≤ 2, 00)
= 0, 9772 − P (−∞ < Z ≤ 0, 67)

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.83/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

L2

0, 67 2, 00

Contoh 3:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 ). Hitunglah luas kurva Normal antara 68 sampai 84.
L = P (68 ≤ X ≤ 84)
= P (0, 67 ≤ Z ≤ 2, 00)
= 0, 9772 − P (−∞ < Z ≤ 0, 67)

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.83/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

L2

0, 67 2, 00

Contoh 3:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 ). Hitunglah luas kurva Normal antara 68 sampai 84.
L = P (68 ≤ X ≤ 84)
= P (0, 67 ≤ Z ≤ 2, 00)
= 0, 9772 − 0, 7486

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.83/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

0, 67 2, 00

Contoh 3:
Distribusi Normal dengan mean µ = 60 dan deviasi standar σ = 12,
N (60, 122 ). Hitunglah luas kurva Normal antara 68 sampai 84.
L = P (68 ≤ X ≤ 84)
= P (0, 67 ≤ Z ≤ 2, 00)
= 0, 2286

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.83/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

1, 5

Contoh 4:
Diketahui N (0, 1), hitunglah P (Z ≥ 1, 5).

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.84/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

1, 5

Contoh 4:
Diketahui N (0, 1), hitunglah P (Z ≥ 1, 5).
P (Z ≥ 1, 5) = 1 − P (−∞ ≤ Z ≤ 1, 5)

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.84/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

1, 5

Contoh 4:
Diketahui N (0, 1), hitunglah P (Z ≥ 1, 5).
P (Z ≥ 1, 5) = 1 − P (−∞ ≤ Z ≤ 1, 5)

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.84/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

1, 5

Contoh 4:
Diketahui N (0, 1), hitunglah P (Z ≥ 1, 5).
P (Z ≥ 1, 5) = 1 − P (−∞ ≤ Z ≤ 1, 5)
= 1 − 0, 9332
= 0, 0668

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.84/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

X ∼ N (µ, σ 2 )

Z ∼ N (0, 1)
−3 −2 −1 0 1 2 3

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.85/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

X ∼ N (µ, σ 2 )
µ

Z ∼ N (0, 1)
−3 −2 −1 0 1 2 3

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.85/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

X ∼ N (µ, σ 2 )
µ−σ µ µ+σ

Z ∼ N (0, 1)
−3 −2 −1 0 1 2 3

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.85/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

X ∼ N (µ, σ 2 )
µ − 2σ µ − σ µ µ + σ µ + 2σ

Z ∼ N (0, 1)
−3 −2 −1 0 1 2 3

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.85/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

X ∼ N (µ, σ 2 )
µ − 3σ µ − 2σ µ − σ µ µ + σ µ + 2σ µ + 3σ

Z ∼ N (0, 1)
−3 −2 −1 0 1 2 3

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.85/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

68%
X ∼ N (µ, σ 2 )
µ − 3σ µ − 2σ µ − σ µ µ + σ µ + 2σ µ + 3σ

Z ∼ N (0, 1)
−3 −2 −1 0 1 2 3

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.85/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

95%
X ∼ N (µ, σ 2 )
µ − 3σ µ − 2σ µ − σ µ µ + σ µ + 2σ µ + 3σ

Z ∼ N (0, 1)
−3 −2 −1 0 1 2 3

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.85/210


Distribusi Normal
Luasan di bawah Kurva Normal

99%
X ∼ N (µ, σ 2 )
µ − 3σ µ − 2σ µ − σ µ µ + σ µ + 2σ µ + 3σ

Z ∼ N (0, 1)
−3 −2 −1 0 1 2 3

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.85/210


Distribusi Normal
Contoh 5:
Nilai-nilai ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru secara
nasional dianggap berdistribusi Normal dengan mean 45 dan
deviasi standar 13. Jika hanya 32,5% calon mahasiswa yang
akan diterima, berapakah nilai terendah calon mahasiswa yang
diterima?

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.86/210


Distribusi Normal
Contoh 5:
Nilai-nilai ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru secara
nasional dianggap berdistribusi Normal dengan mean 45 dan
deviasi standar 13. Jika hanya 32,5% calon mahasiswa yang
akan diterima, berapakah nilai terendah calon mahasiswa yang
diterima?

0,325

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.86/210


Distribusi Normal
Contoh 5:
Nilai-nilai ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru secara
nasional dianggap berdistribusi Normal dengan mean 45 dan
deviasi standar 13. Jika hanya 32,5% calon mahasiswa yang
akan diterima, berapakah nilai terendah calon mahasiswa yang
diterima?

0,325

X ∼ N (45, 132 )
X =?

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.86/210


Distribusi Normal
Contoh 5:
Nilai-nilai ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru secara
nasional dianggap berdistribusi Normal dengan mean 45 dan
deviasi standar 13. Jika hanya 32,5% calon mahasiswa yang
akan diterima, berapakah nilai terendah calon mahasiswa yang
diterima?

0,325

X ∼ N (45, 132 )
X =?
Z ∼ N (0, 1)

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.86/210


Distribusi Normal
Contoh 5:
Nilai-nilai ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru secara
nasional dianggap berdistribusi Normal dengan mean 45 dan
deviasi standar 13. Jika hanya 32,5% calon mahasiswa yang
akan diterima, berapakah nilai terendah calon mahasiswa yang
diterima?

0,325

X ∼ N (45, 132 )
X =?
Z ∼ N (0, 1)
Z = 0, 45

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.86/210


Distribusi Normal
Contoh 5:
Nilai-nilai ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru secara
nasional dianggap berdistribusi Normal dengan mean 45 dan
deviasi standar 13. Jika hanya 32,5% calon mahasiswa yang
akan diterima, berapakah nilai terendah calon mahasiswa yang
diterima?

0,325

X ∼ N (45, 132 )
X = 13 × 0, 45 + 45

Z ∼ N (0, 1)
Z = 0, 45

▽MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.86/210


Distribusi Normal
Contoh 5:
Nilai-nilai ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru secara
nasional dianggap berdistribusi Normal dengan mean 45 dan
deviasi standar 13. Jika hanya 32,5% calon mahasiswa yang
akan diterima, berapakah nilai terendah calon mahasiswa yang
diterima?

0,325

X ∼ N (45, 132 )
50, 85

Z ∼ N (0, 1)
Z = 0, 45

MMS2401:Variabel Random Diskret dan Kontinu – p.86/210


Distribusi Sampling Statistik

Populasi: himpunan keseluruhan obyek yang diamati.


Sampel: himpunan bagian dari populasi.
Sampel Random: sampel yang diperoleh dengan cara
pengambilan sampel sedemikian sehingga setiap elemen
populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk
terambil.
Parameter: suatu harga (numerik) yang dihitung dari populasi,
memberi deskripsi/karakteristik pada populasi.
Statistik: suatu harga (numerik) yang dihitung dari sampel.
Distribusi sampling statistik: distribusi peluang suatu statistik.

MMS2401:Distribusi Sampling – p.87/210


Distribusi Sampling Statistik

Populasi
X1 , X2 , . . . , XN
µ σ2

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.88/210


Distribusi Sampling Statistik

Populasi
X1 , X2 , . . . , XN
µ σ2

Sampel 1
X1 , X2 , . . . , Xn
X̄1 S12

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.88/210


Distribusi Sampling Statistik

Populasi
X1 , X2 , . . . , XN
µ σ2

Sampel 1 Sampel 2
X1 , X2 , . . . , Xn X1 , X2 , . . . , Xn
X̄1 S12 X̄2 S22

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.88/210


Distribusi Sampling Statistik

Populasi
X1 , X2 , . . . , XN
µ σ2

Sampel 1 Sampel 2
X1 , X2 , . . . , Xn X1 , X2 , . . . , Xn .......
X̄1 S12 X̄2 S22

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.88/210


Distribusi Sampling Statistik

Populasi
X1 , X2 , . . . , XN
µ σ2

Sampel 1 Sampel 2 Sampel M


X1 , X2 , . . . , Xn X1 , X2 , . . . , Xn ....... X1 , X2 , . . . , Xn
X̄1 S12 X̄2 S22 X̄M 2
SM

MMS2401:Distribusi Sampling – p.88/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
Distribusi peluang
{2, 4, 3}, N = 3
x P (X = x)
2 1/3
3 1/3
4 1/3

E(X) = (2 + 3 + 4) 13 = 3

Var(X) = (22 + 32 + 42 ) 13 − 32 =2/3

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1
{2, 2}, n = 2
X̄1 = 2

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2
{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5 X̄3 = 3

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4


{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 2}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5 X̄3 = 3 X̄4 = 2, 5

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5


{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 2}, n = 2 {3, 3}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5 X̄3 = 3 X̄4 = 2, 5 X̄5 = 3

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5


{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 2}, n = 2 {3, 3}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5 X̄3 = 3 X̄4 = 2, 5 X̄5 = 3

Sampel 6
{3, 4}, n = 2
X̄6 = 3, 5

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5


{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 2}, n = 2 {3, 3}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5 X̄3 = 3 X̄4 = 2, 5 X̄5 = 3

Sampel 6 Sampel 7
{3, 4}, n = 2 {4, 2}, n = 2
X̄6 = 3, 5 X̄7 = 3

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5


{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 2}, n = 2 {3, 3}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5 X̄3 = 3 X̄4 = 2, 5 X̄5 = 3

Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8


{3, 4}, n = 2 {4, 2}, n = 2 {4, 3}, n = 2
X̄6 = 3, 5 X̄7 = 3 X̄8 = 3, 5

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5


{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 2}, n = 2 {3, 3}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5 X̄3 = 3 X̄4 = 2, 5 X̄5 = 3

Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9


{3, 4}, n = 2 {4, 2}, n = 2 {4, 3}, n = 2 {4, 4}, n = 2
X̄6 = 3, 5 X̄7 = 3 X̄8 = 3, 5 X̄9 = 4

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5


{2, 2}, n = 2 {2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 2}, n = 2 {3, 3}, n = 2
X̄1 = 2 X̄2 = 2, 5 X̄3 = 3 X̄4 = 2, 5 X̄5 = 3

Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9


{3, 4}, n = 2 {4, 2}, n = 2 {4, 3}, n = 2 {4, 4}, n = 2
X̄6 = 3, 5 X̄7 = 3 X̄8 = 3, 5 X̄9 = 4

Sampling dengan pengembalian ⇒ M = N n = 32 = 9


MMS2401:Distribusi Sampling – p.89/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

x̄ P (X̄ = x̄)
2,0 1/9
2,5 2/9
3,0 3/9
3,5 2/9
4,0 1/9

Sampling dengan pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.90/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

x̄ P (X̄ = x̄)
2,0 1/9
2,5 2/9
3,0 3/9
3,5 2/9
4,0 1/9

µX̄ = E(X̄) = 2( 91 ) + 2, 5( 92 ) + 3( 39 ) + 3, 5( 29 ) + 4( 91 ) = 3

2 = Var(X̄) = 22 ( 1 ) + 2, 52 ( 2 ) + 32 ( 3 ) + 3, 52 ( 2 ) + 42 ( 1 ) − 32 = 1/3
σX̄ 9 9 9 9 9

Sampling dengan pengembalian


MMS2401:Distribusi Sampling – p.90/210
Distribusi Sampling Statistik
Sampling dengan pengembalian
Untuk sampel berukuran n dari populasi berukuran N dengan
mean µ dan variansi σ 2 , mean dan variansi dari statistik X̄ :

µX̄ = E(X̄) = µ
2 σ2
σX̄ = Var(X̄) =
n

MMS2401:Distribusi Sampling – p.91/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampling tanpa pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.92/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1
{2, 3}, n = 2
X̄2 = 2, 5

Sampling tanpa pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.92/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2
{2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2
X̄2 = 2, 5 X̄2 = 3

Sampling tanpa pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.92/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


{2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 4}, n = 2
X̄2 = 2, 5 X̄2 = 3 X̄3 = 3, 5

Sampling tanpa pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.92/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3


{2, 3}, n = 2 {2, 4}, n = 2 {3, 4}, n = 2
X̄2 = 2, 5 X̄2 = 3 X̄3 = 3, 5

¡N ¢ ¡3¢
Sampling tanpa pengembalian ⇒ M = n = 2 =3
MMS2401:Distribusi Sampling – p.92/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

x̄ P (X̄ = x̄)
2,5 1/3
3,0 1/3
3,5 1/3

Sampling tanpa pengembalian


▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.93/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh:
Populasi
{2, 4, 3}, N = 3
µ = 3, σ 2 = 2/3

x̄ P (X̄ = x̄)
2,5 1/3
3,0 1/3
3,5 1/3

µX̄ = E(X̄) =) + 2, 5( 13 ) + 3( 31 ) + 3, 5( 31 ) = 3

µX̄ = Var(X̄) =) + 2, 52 ( 13 ) + 32 ( 13 ) + 3, 52 ( 13 ) − 32 = 1/6

Sampling tanpa pengembalian


MMS2401:Distribusi Sampling – p.93/210
Distribusi Sampling Statistik
Sampling tanpa pengembalian
Untuk sampel berukuran n dari populasi berukuran N dengan
mean µ dan variansi σ 2 , mean dan variansi dari statistik X̄ :

µX̄ = E(X̄) = µ
2 σ2 N − n
σX̄ = Var(X̄) =
n N −1

MMS2401:Distribusi Sampling – p.94/210


Distribusi Sampling Statistik
Sifat-sifat Distribusi Sampling untuk Mean
Sifat 1: Apabila sampel-sampel random dengan n elemen
masing-masing diambil dari suatu populasi yang
mempunyai mean µ dan variansi σ 2 , maka distribusi
sampling mean akan mempunyai mean µX̄ = µ dan
2 = σ 2 /n.
variansi σX̄
Sifat 2: Apabila populasi (dalam sifat 1) berdistribusi Normal,
maka distribusi sampling untuk mean juga berdistribusi
Normal.

MMS2401:Distribusi Sampling – p.95/210


Distribusi Sampling Statistik
Sifat-sifat Distribusi Sampling untuk Mean
Sifat 3 (Teorema Limit Pusat): Apabila sampel-sampel random
diambil dari suatu populasi yang berdistribusi sembarang,
yang mempunyai mean µ dan variansi σ 2 , maka untuk n
besar, distribusi sampling untuk mean dapat dianggap
mendekati Normal dengan µX̄ = µ dan variansi
2 = σ 2 /n, sehingga
σX̄

X̄ − µ
Z= √
σ/ n

mendekati Normal Standar.

MMS2401:Distribusi Sampling – p.96/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 1:
Seorang peneliti di bidang pertanian akan meneliti hasil dari suatu
varietas padi di Indonesia. Akan diteliti 5 tanah pertanian tersebar di
seluruh Indonesia yang dapat ditanami padi tersebut.

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.97/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 1:
Seorang peneliti di bidang pertanian akan meneliti hasil dari suatu
varietas padi di Indonesia. Akan diteliti 5 tanah pertanian tersebar di
seluruh Indonesia yang dapat ditanami padi tersebut.

Populasi untuk masalah ini adalah hasil padi jenis tersebut yang
diperoleh dari seluruh tanah pertanian di Indonesia.

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.97/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 1:
Seorang peneliti di bidang pertanian akan meneliti hasil dari suatu
varietas padi di Indonesia. Akan diteliti 5 tanah pertanian tersebar di
seluruh Indonesia yang dapat ditanami padi tersebut.

Sampel untuk masalah ini adalah hasil padi yang diperoleh dari 5
tanah pertanian yang terpilih. Sampel ini akan merupakan sampel
random jika, setiap tanah pertanian di Indonesia mempunyai peluang
yang sama untuk terpilih ; dan pemilihan satu tanah pertanian tidak
mempengaruhi atau dipengaruhi pemilihan tanah yang lain.

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.97/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 1:
Seorang peneliti di bidang pertanian akan meneliti hasil dari suatu
varietas padi di Indonesia. Akan diteliti 5 tanah pertanian tersebar di
seluruh Indonesia yang dapat ditanami padi tersebut.

Sampel untuk masalah ini adalah hasil padi yang diperoleh dari 5
tanah pertanian yang terpilih. Sampel ini akan merupakan sampel
random jika, setiap tanah pertanian di Indonesia mempunyai peluang
yang sama untuk terpilih ; dan pemilihan satu tanah pertanian tidak
mempengaruhi atau dipengaruhi pemilihan tanah yang lain.

Hal ini dapat dilakukan dengan mendaftar terlebih dahulu semua tanah
pertanian di Indonesia dan diberi nomor identitas, kemudian dipilih 5
tanah pertanian secara random berdasarkan nomor identitas
(misalnya dengan tabel bilangan random).

MMS2401:Distribusi Sampling – p.97/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 2:
Suatu sampel random berukuran 40 diambil dari suatu populasi
dengan mean 41,4 dan variansi 84,64. Hitung peluang bahwa mean
sampel itu terletak antara 40 dan 45. Anggap ukuran populasinya
sangat besar relatif terhadap ukuran sampel.

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.98/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 2:
Suatu sampel random berukuran 40 diambil dari suatu populasi
dengan mean 41,4 dan variansi 84,64. Hitung peluang bahwa mean
sampel itu terletak antara 40 dan 45. Anggap ukuran populasinya
sangat besar relatif terhadap ukuran sampel.

Berdasarkan Sifat 1, distribusi sampling untuk mean (X̄) mempunyai


mean (E(X̄), harga harapan): µX̄ = µ = 41, 4 dan variansi (Var(X̄)):
σX̄ = σ 2 /n = 84, 64/40 = 2, 116.

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.98/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 2:
Suatu sampel random berukuran 40 diambil dari suatu populasi
dengan mean 41,4 dan variansi 84,64. Hitung peluang bahwa mean
sampel itu terletak antara 40 dan 45. Anggap ukuran populasinya
sangat besar relatif terhadap ukuran sampel.

Berdasarkan Sifat 1, distribusi sampling untuk mean (X̄) mempunyai


mean (E(X̄), harga harapan): µX̄ = µ = 41, 4 dan variansi (Var(X̄)):
σX̄ = σ 2 /n = 84, 64/40 = 2, 116.

Ukuran sampel n = 40 cukup besar untuk berlakunya Sifat 3,

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.98/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 2:
Suatu sampel random berukuran 40 diambil dari suatu populasi
dengan mean 41,4 dan variansi 84,64. Hitung peluang bahwa mean
sampel itu terletak antara 40 dan 45. Anggap ukuran populasinya
sangat besar relatif terhadap ukuran sampel.

Berdasarkan Sifat 1, distribusi sampling untuk mean (X̄) mempunyai


mean (E(X̄), harga harapan): µX̄ = µ = 41, 4 dan variansi (Var(X̄)):
σX̄ = σ 2 /n = 84, 64/40 = 2, 116.

Ukuran sampel n = 40 cukup besar untuk berlakunya Sifat 3,

X̄ ∼ N (µ; σ 2 /n)
40 45
Z ∼ N (0, 1)

▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.98/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 2:
Suatu sampel random berukuran 40 diambil dari suatu populasi
dengan mean 41,4 dan variansi 84,64. Hitung peluang bahwa mean
sampel itu terletak antara 40 dan 45. Anggap ukuran populasinya
sangat besar relatif terhadap ukuran sampel.

Berdasarkan Sifat 1, distribusi sampling untuk mean (X̄) mempunyai


mean (E(X̄), harga harapan): µX̄ = µ = 41, 4 dan variansi (Var(X̄)):
σX̄ = σ 2 /n = 84, 64/40 = 2, 116.

Ukuran sampel n = 40 cukup besar untuk berlakunya Sifat 3,

X̄ ∼ N (41, 4; 2, 116)
40 45
Z ∼ N (0, 1)
−0, 97 2, 48
▽MMS2401:Distribusi Sampling – p.98/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh 2:
Suatu sampel random berukuran 40 diambil dari suatu populasi
dengan mean 41,4 dan variansi 84,64. Hitung peluang bahwa mean
sampel itu terletak antara 40 dan 45. Anggap ukuran populasinya
sangat besar relatif terhadap ukuran sampel.

Berdasarkan Sifat 1, distribusi sampling untuk mean (X̄) mempunyai


mean (E(X̄), harga harapan): µX̄ = µ = 41, 4 dan variansi (Var(X̄)):
σX̄ = σ 2 /n = 84, 64/40 = 2, 116.

Ukuran sampel n = 40 cukup besar untuk berlakunya Sifat 3,

0, 8274
X̄ ∼ N (41, 4; 2, 116)
40 45
Z ∼ N (0, 1)
−0, 97 2, 48
MMS2401:Distribusi Sampling – p.98/210
Distribusi Sampling Statistik
Contoh 3:
Diketahui suatu populasi dengan mean 82 dan deviasi standar 12.

a. Jika suatu sampel random berukuran 64 diambil, berapa peluang


bahwa mean sampel akan terletak antara 80,8 dan 83,2 ?

MMS2401:Distribusi Sampling – p.99/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 3:
Diketahui suatu populasi dengan mean 82 dan deviasi standar 12.

a. Jika suatu sampel random berukuran 64 diambil, berapa peluang


bahwa mean sampel akan terletak antara 80,8 dan 83,2 ?
Karena n = 64 cukup besar, dapat digunakan Teorema limit
pusat (sifat 3). Distribusi X̄ akan mendekati normal dengan

mean µX̄ = 82 dan deviasi standar σX̄ = 12/ 64 = 1, 5
P (80, 8 ≤ X̄ ≤ 83, 2) dapat dihitung melalui Z = X̄−82
1,5

80, 8 − 82 83, 2 − 82
P (80, 8 ≤ X̄ ≤ 83, 2) = P ( ≤Z≤ )
1, 5 1, 5
= P (−0, 8 ≤ Z ≤ 0, 8)
= 0, 5762

MMS2401:Distribusi Sampling – p.100/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 3:
Diketahui suatu populasi dengan mean 82 dan deviasi standar 12.

b. Berapa probabilitasnya jika ukuran sampel random 100 ?

MMS2401:Distribusi Sampling – p.101/210


Distribusi Sampling Statistik
Contoh 3:
Diketahui suatu populasi dengan mean 82 dan deviasi standar 12.

b. Berapa probabilitasnya jika ukuran sampel random 100 ? Untuk



n = 100, σX̄ = 12/ 100 = 1, 2

80, 8 − 82 83, 2 − 82
P (80, 8 ≤ X̄ ≤ 83, 2) = P ( ≤Z≤ )
1, 2 1, 2
= P (−1, 0 ≤ Z ≤ 1, 0)
= 0, 6826

MMS2401:Distribusi Sampling – p.102/210


Pendekatan Normal untuk Binomial
Teorema
Bila X adalah variabel random binomial dengan mean µ = np
dan variansi σ 2 = npq , maka untuk n besar

X − np
Z= √
npq
merupakan variabel random normal standar.

MMS2401:Distribusi Sampling – p.103/210


Pendekatan Normal untuk Binomial
Binomial(n = 10, p = 0, 5) → Normal

0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00

0 2 4 6 8 10

MMS2401:Distribusi Sampling – p.104/210


Pendekatan Normal untuk Binomial
Binomial(n = 10, p = 0, 5) → Normal

0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00

0 2 4 6 8 10

MMS2401:Distribusi Sampling – p.105/210


Pendekatan Normal untuk Binomial
Binomial(n = 100, p = 0, 5) → Normal

0.08
0.06
0.04
0.02
0.00

30 40 50 60 70

MMS2401:Distribusi Sampling – p.106/210


Pendekatan Normal untuk Binomial
Binomial(n = 100, p = 0, 5) → Normal

0.08
0.06
0.04
0.02
0.00

30 40 50 60 70

MMS2401:Distribusi Sampling – p.107/210


Peluang vs. Inferensi
Permasalahan dalam peluang

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.108/210


Peluang vs. Inferensi
Permasalahan dalam peluang

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.108/210


Peluang vs. Inferensi
Permasalahan dalam peluang

Berapa peluang mendapatkan satu


bola hitam dalam satu pengambilan

MMS2401:Inferensi Statistik – p.108/210


Peluang vs. Inferensi
Permasalahan dalam inferensi

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.109/210


Peluang vs. Inferensi
Permasalahan dalam inferensi

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.109/210


Peluang vs. Inferensi
Permasalahan dalam inferensi

Bagaimana karakteristik populasi


berdasarkan sampel

MMS2401:Inferensi Statistik – p.109/210


Terminologi dalam Inferensi
Inferensi statistik: pengambilan kesimpulan tentang parameter
populasi berdasarkan analisis pada sampel
Konsep-konsep inferensi statistik: estimasi titik, estimasi interval
dan uji hipotesis
Estimasi parameter: Menduga nilai parameter populasi
berdasarkan data/statistik.
Estimasi titik: Menduga nilai tunggal parameter populasi.
Misalnya parameter µ diduga dengan statistik X̄
Estimasi interval: Menduga nilai parameter populasi dalam
bentuk interval. Misalnya diduga dengan suatu interval
A≤µ≤B

MMS2401:Inferensi Statistik – p.110/210


Estimator
Contoh: estimator titik untuk mean µ
rata-rata
n
1X
X̄ = Xi
n
i=1

Median
rata-rata dua harga ekstrim

Xmin + Xmaks
2

MMS2401:Inferensi Statistik – p.111/210


Estimasi Interval
Contoh:
Diketahui variabel random Normal X dengan mean E(X) = µ
dan Var(X) = 1. Maka (X − µ) akan berdistribusi Normal
standar.

Z ∼ N (0, 1)

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.112/210


Estimasi Interval
Contoh:
Diketahui variabel random Normal X dengan mean E(X) = µ
dan Var(X) = 1. Maka (X − µ) akan berdistribusi Normal
standar.

68%
Z ∼ N (0, 1)
X − 0, 99 X + 0, 99

Interval Konfidensi (estimasi interval) 68%

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.112/210


Estimasi Interval
Contoh:
Diketahui variabel random Normal X dengan mean E(X) = µ
dan Var(X) = 1. Maka (X − µ) akan berdistribusi Normal
standar.

95%
Z ∼ N (0, 1)
X − 1, 96 X + 1, 96

Interval Konfidensi (estimasi interval) 95%

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.112/210


Estimasi Interval
Contoh:
Diketahui variabel random Normal X dengan mean E(X) = µ
dan Var(X) = 1. Maka (X − µ) akan berdistribusi Normal
standar.

99%
Z ∼ N (0, 1)
X − 2, 58 X + 2, 58

Interval Konfidensi (estimasi interval) 99%

MMS2401:Inferensi Statistik – p.112/210


Uji Hipotesis
Uji hipotesis: suatu proses untuk menentukan apakah dugaan
tentang nilai parameter/karakteristik populasi didukung
kuat oleh data sampel atau tidak
Hipotesis penelitian: hipotesis tentang pernyataan dari hasil
penelitian yang akan dilakukan
Hipotesis Statistik: suatu pernyataan tentang parameter
populasi

MMS2401:Inferensi Statistik – p.113/210


Uji Hipotesis
Hipotesis nol (H0 ). Hipotesis yang akan diuji oleh suatu
prosedur statistik, biasanya berupa suatu pernyataan tidak
adanya perbedaan atau tidak adanya hubungan.
Pernyataan nol dapat diartikan bahwa pernyataan tetang
parameter tidak didukung secara kuat oleh data.
Hipotesis alternatif (H1 ). Hipotesis yang merupakan lawan dari
H0 , biasanya berupa pernyataan tentang adanya
perbedaan atau adanya hubungan. H1 digunakan untuk
menunjukkan bahwa pernyataan mendapat dukungan kuat
dari data.
Logika Uji Hipotesis. Tidak dapat dibuktikan bahwa suatu
hipotesis itu benar, tapi dapat dibuktikan bahwa suatu
hipotesis itu salah.

MMS2401:Inferensi Statistik – p.114/210


Uji Hipotesis
Tipe Kesalahan dalam Uji Hipotesis

Keputusan Uji Kenyataan


H0 benar H0 salah
H0 tidak ditolak benar salah (Tipe II)
H0 ditolak salah (Tipe I) benar

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.115/210


Uji Hipotesis
Tipe Kesalahan dalam Uji Hipotesis

Keputusan Uji Kenyataan


H0 benar H0 salah
H0 tidak ditolak benar salah (Tipe II)
H0 ditolak salah (Tipe I) benar

Peluang melakukan kesalahan tipe I


P (menolak H0 yang benar) = α

▽MMS2401:Inferensi Statistik – p.115/210


Uji Hipotesis
Tipe Kesalahan dalam Uji Hipotesis

Keputusan Uji Kenyataan


H0 benar H0 salah
H0 tidak ditolak benar salah (Tipe II)
H0 ditolak salah (Tipe I) benar

Peluang melakukan kesalahan tipe I


P (menolak H0 yang benar) = α

Peluang melakukan kesalahan tipe II


P (tidak menolak H0 yang salah) = β

MMS2401:Inferensi Statistik – p.115/210


Uji Hipotesis
Daerah penolakan (Daerah kritik): himpunan (daerah)
harga-harga dimana H0 ditolak
Statistik Penguji: statistik atau variabel random yang digunakan
untuk menentukan apakah H0 ditolak atau tidak ditolak.
Bila statistik penguji masuk dalam daerah penolakan maka
H0 ditolak, sebaliknya jika tidak maka H0 tidak ditolak.

MMS2401:Inferensi Statistik – p.116/210


Uji Hipotesis
Tahap-tahap Uji Hipotesis Secara umum
1. Tentukan model probabilitas yang cocok dari data
2. Tentukan Hipotesis H0 dan H1
3. Tentukan Statistik Penguji, yang harus merupakan fungsi
dari data dan tidak memuat parameter yang tidak diketahui
4. Tentukan tingkat signifikansi
5. Tentukan daerah kritik berdasarkan tingkat signifikansi
6. Hitung Statistik Penguji, apakah masuk daerah kritik atau
tidak
7. Alternatif: Hitung p-value berdasarkan statistik penguji
8. Ambil kesimpulan berdasarkan 6 atau 7

MMS2401:Inferensi Statistik – p.117/210


Inferensi Statistik
µ
Populasi sembarang
p
Satu Populasi
µ
Populasi Normal
σ2
µ1 , µ2
Populasi sembarang
p1 , p2
Dua Populasi
µ1 , µ2
Populasi Normal
σ12 , σ22

k > 2 Populasi Analisis Variansi (ANAVA)

MMS2401:Inferensi Statistik – p.118/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval mean (µ) suatu populasi

Teorema Limit Pusat


Apabila sampel-sampel random diambil dari suatu populasi yang
berdistribusi sembarang, yang mempunyai mean µ dan variansi σ 2 ,
maka untuk n besar, distribusi sampling untuk mean dapat dianggap
2
mendekati Normal dengan µX̄ = µ dan variansi σX̄ = σ 2 /n, sehingga

X̄ − µ
Z= √
σ/ n

mendekati Normal Standar.

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.119/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval mean (µ) suatu populasi


X̄ ∼ N (µ, σ 2 / n)
µ

▽MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.120/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval mean (µ) suatu populasi

1−α

X̄ ∼ N (µ, σ 2 / n)
µ

▽MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.120/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval mean (µ) suatu populasi

1−α

X̄ ∼ N (µ, σ 2 / n)
µ

Z ∼ N (0, 1)

▽MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.120/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval mean (µ) suatu populasi

α/2 α/2
1−α

X̄ ∼ N (µ, σ 2 / n)
µ

Z ∼ N (0, 1)
−Zα/2 Zα/2

P (−Zα/2 ≤ Z ≤ Zα/2 ) ≈ 1 − α

▽MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.120/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval mean (µ) suatu populasi

α/2 α/2
1−α

X̄ ∼ N (µ, σ 2 / n)
µ

Z ∼ N (0, 1)
−Zα/2 Zα/2

P (−Zα/2 ≤ Z ≤ Zα/2 ) ≈ 1 − α
X̄ − µ
P (−Zα/2 ≤ √ ≤ Zα/2 ) ≈ 1 − α
σ/ n

▽MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.120/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval mean (µ) suatu populasi

α/2 α/2
1−α

X̄ ∼ N (µ, σ 2 / n)
µ

Z ∼ N (0, 1)
−Zα/2 Zα/2

P (−Zα/2 ≤ Z ≤ Zα/2 ) ≈ 1 − α
X̄ − µ
P (−Zα/2 ≤ √ ≤ Zα/2 ) ≈ 1 − α
σ/ n
σ σ
P (X̄ − Zα/2 √ ≤ µ ≤ X̄ + Zα/2 √ ) ≈ 1−α
n n

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.120/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval mean (µ) suatu populasi

α/2 α/2
1−α

X̄ ∼ N (µ, σ 2 / n)
µ

Z ∼ N (0, 1)
−Zα/2 Zα/2

Interval Konfidensi (1 − α)100% untuk mean µ


B≤µ≤A

B = X̄ − Zα/2 √σn
A = X̄ + Zα/2 √σn

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.121/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Contoh:
Suatu sampel random dengan 150 keluarga di suatu kota
menunjukkan penghasilan bulanan rata-rata Rp 325 000,00
dengan deviasi standar Rp 25 000,00. Hitung interval konfidensi
95% untuk rata-rata penghasilan bulanan seluruh keluarga di
kota tersebut.

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.122/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Contoh:
Suatu sampel random dengan 150 keluarga di suatu kota
menunjukkan penghasilan bulanan rata-rata Rp 325 000,00
dengan deviasi standar Rp 25 000,00. Hitung interval konfidensi
95% untuk rata-rata penghasilan bulanan seluruh keluarga di
kota tersebut.
Jawab:
X : penghasilan bulanan di kota tersebut
X̄ = 325.000; s = 25.000; n = 150.
Interval konfidensi 95% untuk rata-rata penghasilan bulanan (µ):
B = X̄ − Zα/2 √σn = 325.000 − 1,96 √25
150
= 324.996
A = X̄ + Zα/2 √σn = 325.000 + 1,96 √25
150
= 325.004
Interval konfidensi 95%: 324.996 ≤ µ ≤ 325.004

σ dapat diganti s
MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.123/210
Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Uji Hipotesis Mean (µ) Populasi
1. Hipotesis
A. H0 : µ = µ0 vs. H1 : µ 6= µ0
B. H0 : µ ≤ µ0 vs. H1 : µ > µ0
C. H0 : µ ≥ µ0 vs. H1 : µ < µ0
2. Tingkat signifikansi α
3. Statistik Penguji
X̄ − µ0
Z= √
σ/ n
atau
X̄ − µ0
Z= √
s/ n
jika σ tidak diketahui diganti s. Distribusi dari Z adalah
Normal Standar.
MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.124/210
Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Uji Hipotesis Mean (µ) Populasi
4. Daerah penolakan (berdasarkan α dan Hipotesis)

A. H0 ditolak apabila Z > Zα/2 atau


Z < −Zα/2

B. H0 ditolak apabila Z > Zα

C. H0 ditolak apabila Z < −Zα

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.125/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Contoh:
Ujian standar intelegensia telah diadakan beberapa tahun
dengan nilai rata-rata 70 dengan deviasi standar 8. Sekelompok
mahasiswa terdiri dari 100 orang mahasiswa, diberi pelajaran
dengan mengutamakan bidang Matematika. Apabila dari 100
mahasiswa ini diperoleh hasil ujian dengan nilai rata-rata 75,
apakah cukup alasan untuk mempecayai bahwa pengutamaan
bidang Matematika menaikkan hasil ujian standar?

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.126/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval proporsi (p) suatu populasi
x
Jika X ∼ Binomial(n, p), maka variabel random n mempunyai
p(1−p)
mean p dan variansi n

Untuk n besar
x
−p
Z= qn
x x
n
(1− n )
n

mendekati Normal Standar (Teorema Limit Pusat)

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.127/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Estimasi interval proporsi (p) suatu populasi

Interval Konfidensi (1 − α)100% untuk p


B≤p≤A
q
B = p̂ − Zα/2 p̂(1−p̂)
q n
A = p̂ + Zα/2 p̂(1−p̂)
n
x
dengan p̂ = n

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.128/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Contoh:
Jika 610 dari 900 sampel random petani di suatu daerah adalah
buruh tani, hitunglah interval konfidensi 90% untuk proporsi
buruh tani di daerah itu.

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.129/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Uji Hipotesis proporsi (p) Populasi
1. Hipotesis
A. H0 : p = p0 vs. H1 : p 6= p0
B. H0 : p ≤ p0 vs. H1 : p > p0
C. H0 : p ≥ p0 vs. H1 : p < p0
2. Tingkat signifikansi α
3. Statistik Penguji
p̂ − p0
Z=q
p0 (1−p0 )
n

Distribusi dari Z adalah Normal Standar.

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.130/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Uji Hipotesis proporsi (p) Populasi
4. Daerah penolakan (berdasarkan α dan Hipotesis)

A. H0 ditolak apabila Z > Zα/2 atau


Z < −Zα/2

B. H0 ditolak apabila Z > Zα

C. H0 ditolak apabila Z < −Zα

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.131/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Hubungan antara Interval Konfidensi dan Uji Hipotesis
Interval Konfidensi (1 − α)100% untuk mean µ
σ σ
X̄ − Zα/2 √ ≤ µ ≤ X̄ + Zα/2 √
n n
Daerah penolakan dengan tingkat signifikansi α untuk
uji hipotesis H0 : µ = µ0 vs. H1 : µ 6= µ0

Z > Zα/2 atau Z < −Zα/2


Daerah penerimaan
−Zα/2 ≤ Z ≤ Zα/2

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.132/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Hubungan antara Interval Konfidensi dan Uji Hipotesis
Interval Konfidensi (1 − α)100% untuk mean µ
σ σ
X̄ − Zα/2 √ ≤ µ ≤ X̄ + Zα/2 √
n n
Daerah penolakan dengan tingkat signifikansi α untuk
uji hipotesis H0 : µ = µ0 vs. H1 : µ 6= µ0

Z > Zα/2 atau Z < −Zα/2


Daerah penerimaan
−Zα/2 ≤ X̄−µ
√ 0 ≤ Zα/2
σ/ n

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.133/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Hubungan antara Interval Konfidensi dan Uji Hipotesis
Interval Konfidensi (1 − α)100% untuk mean µ
σ σ
X̄ − Zα/2 √ ≤ µ ≤ X̄ + Zα/2 √
n n

Daerah penolakan dengan tingkat signifikansi α untuk


uji hipotesis H0 : µ = µ0 vs. H1 : µ 6= µ0

Z > Zα/2 atau Z < −Zα/2


Daerah penerimaan
X̄ − Zα/2 √σn ≤ µ0 ≤ X̄ + Zα/2 √σn

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.134/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang
Ringkasan

Parameter Statistik Interval Konfidensi Hipotesis Daerah Kritik


(1-α)100% alternatif
µ X̄ − µ0 B≤µ≤A H1 : µ 6= µ0 Z > Zα/2 atau
mean Z= √ B = X̄ − Zα/2 √σn Z < −Zα/2
σ/ n
A = X̄ + Zα/2 √σn H1 : µ > µ0 Z > Zα
Z ∼ N (0, 1) H1 : µ < µ0 Z < −Zα
p B≤p≤A q H1 : p 6= p0 Z > Zα/2 atau
p̂ − p0 p̂(1−p̂)
proporsi Z= q B = p̂ − Zα/2 Z < −Zα/2
p0 (1−p0 ) q n H1 : p > p0 Z > Zα
n p̂(1−p̂)
A = p̂ + Zα/2 n H1 : p < p0 Z < −Zα
Z ∼ N (0, 1)

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Sembarang – p.135/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Normal
Data dianggap berdistribusi Normal
Ukuran sampel tidak harus besar
Jenis parameter:
mean µ
variansi σ 2
Distribusi Sampling
Normal
t
Chi-kuadrat (Chi-square)

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Normal – p.136/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Normal
Normal Standar
Jika X1 , . . . , Xn adalah sampel random berasal dari populasi
Normal dengan mean µ dan variansi σ 2 maka variabel random

X̄ − µ
Z= √
σ/ n

berdistribusi Normal Standar N (0, 1)

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Normal – p.137/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Normal
Distribusi t
Jika X1 , . . . , Xn adalah sampel random berasal dari populasi
Normal dengan mean µ dan variansi σ 2 maka variabel random

X̄ − µ
t= √
s/ n

berdistribusi t dengan derajad bebas n − 1.


Untuk n yang semakin besar, distribusi t akan mendekati
distribusi Normal.

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Normal – p.138/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Normal
Distribusi Chi-kuadrat 2k
Diketahui X1 , . . . , Xk adalah variabel random yang berdistribusi
Normal yang independen satu dengan yang lain. Distribusi
variabel random
χ2 = X12 + . . . + Xk2
berdistribusi Chi-kuadrat berderajad bebas k dengan mean
E(χ2 ) = k dan variansi Var(χ2 ) = 2k

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Normal – p.139/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Normal
Distribusi Chi-kuadrat n − 1
Diketahui X1 , . . . , Xn adalah variabel random yang berdistribusi
Normal dengan mean µ dan variansi σ 2 maka variabel random

(n − 1)s2
χ2 =
σ2
berdistribusi Chi-kuadrat dengan derajad bebas n − 1

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Normal – p.140/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Normal
Distribusi Normal Standar
Apabila sampel random berukuran n diambil dari suatu populasi
yang berdistribusi Normal dengan mean µ dan variansi σ 2 ,
maka variabel random

s2 − σ 2
Z= q
2
σ 2 n−1

berdistribusi N (0, 1) untuk n besar.

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Normal – p.141/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Normal
Parameter Statistik Interval Konfidensi Hipotesis Daerah Kritik
(1-α)100% alternatif
µ Bila σ 2 diketahui B≤µ≤A H1 : µ 6= µ0 Z > Zα/2 atau
mean B = X̄ − Zα/2 √σn Z < −Zα/2
X̄ − µ0
Z= √ A = X̄ + Zα/2 √σn H1 : µ > µ0 Z > Zα
σ/ n H1 : µ < µ0 Z < −Zα

Z ∼ N (0, 1)
Bila σ 2 tidak diketahui B≤µ≤A H1 : µ 6= µ0 t > t(n−1,α/2) atau
B = X̄ − t(n−1,α/2) √sn t < −t(n−1,α/2)
X̄ − µ0
t= √ A = X̄ + t(n−1,α/2) √sn H1 : µ > µ0 t > t(n−1,α)
s/ n H1 : µ < µ0 t < −t(n−1,α)

t ∼ distribusi t dgn.
derajad bebas n − 1

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Normal – p.142/210


Inferensi Statistik Satu Populasi Normal
Parameter Statistik Interval Konfidensi Hipotesis Daerah Kritik
(1-α)100% alternatif
σ2 B ≤ σ2 ≤ A H1 : σ 2 6= σ02 χ2 > χ2(k,α/2) atau
(n − 1)s2 (n−1)s 2
variansi χ2 = B= χ2 χ2 < χ2(k,1−α/2)
σ2 (n−1,α/2)
(n−1)s2 H1 : σ 2 > σ02 χ2 > χ2(k,α)
A= χ2
χ2 ∼ chi-square dgn. (n−1,1−α/2) H1 : σ 2 < σ02 χ2 < χ2(k,1−α)
derajad bebas
k =n−1
Untuk n besar, B ≤ σ2 ≤ A H1 : σ 2 6= σ02 Z > Zα/2 atau
s2q
B= 2 Z < −Zα/2
1+Zα/2
s2 − σ2 n−1
H1 : σ 2 > σ02 Z > Zα
Z= s2q
q A=
σ2 2
1−Zα/2 2
n−1
H1 : σ 2 < σ02 Z < −Zα
n−1

Z ∼ N (0, 1)

MMS2401:Inferensi Statistik Satu Populasi Normal – p.143/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang
Distribusi sampling selisih dua mean
Misalkan X11 , X12 , . . . , X1n1 dan X21 , X22 , . . . , X2n2 adalah dua
sampel random independen satu sama lain yang diambil dari
populasi yang mempunyai mean µ1 dan µ2 serta variansi σ12 dan
σ22 , maka untuk n1 dan n2 besar, variabel random

(X̄1 − X̄2 ) − (µ1 − µ2 )


Z= q 2
σ1 σ22
n1 + n2

berdistribusi Normal Standar, dengan

n1 n2
X X1i X X2i
X̄1 = X̄2 =
n1 n2
i=1 i=1

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang – p.144/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang
Distribusi sampling selisih dua mean
Jika σ12 dan σ22 tidak diketahui, dan diasumsikan σ12 6= σ22

(X̄1 − X̄2 ) − (µ1 − µ2 )


Z= q 2
s1 s22
n1 + n2

berdistribusi Normal Standar dengan s21 dan s22 adalah variansi


sampel

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang – p.145/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang
Distribusi sampling selisih dua mean
Jika σ12 dan σ22 tidak diketahui, dan diasumsikan σ12 = σ22

(X̄1 − X̄2 ) − (µ1 − µ2 )


Z= q
s2p ( n11 + n12 )

berdistribusi Normal Standar dengan

(n1 − 1)S12 + (n2 − 1)S22


s2p =
n1 + n2 − 2

yang disebut sebagai pooled variance

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang – p.146/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang
Distribusi sampling selisih dua proporsi
Misalkan X11 , X12 , . . . , X1n1 dan X21 , X22 , . . . , X2n2 adalah dua
sampel random independen satu sama lain yang diambil dari
populasi yang berdistribusi binomial. Untuk n1 dan n2 besar,
variabel random

(X
n1 −
1 X2
n2 ) − (p1 − p2 )
Z=r
X1 X X2 X
n1
(1− n 1 ) n2
(1− n 2 )
n1
1
+ n2
2

berdistribusi Normal Standar.

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang – p.147/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang

Parameter Statistik Interval Konfidensi Hipotesis Daerah Kritik


(1-α)100% alternatif
µ1 − µ 2 σ12 dan σ22 diketahui B ≤ µ1 − µ2 ≤ A H1 :µ1 −µ2 6=µ0 Z>Zα/2 atau
selisih dua (X̄1 −X̄2 )−(µ1 −µ2 )
B=(X̄1 −X̄2 )−
r
Z <−Zα/2
Z= s 2
σ1 2
σ2
mean 2
σ1 σ2 Zα +n H1 :µ1 −µ2 >µ0 Z>Zα
+ 2 2 n1 2
n1 n2
A=(X̄1 −X̄2 )+ H1 :µ1 −µ2 <µ0 Z<−Zα
Z∼N (0,1) r
2
σ1 2
σ2
Zα n1
+ n2
2

σ12 dan σ22 tdk diketahui, B ≤ µ1 − µ2 ≤ A H1 :µ1 −µ2 6=µ0 Z>Zα/2 atau
σ12 6= σ22 B=(X̄1 −X̄2 )−
r
Z <−Zα/2
s2 2
1 + s2 H1 :µ1 −µ2 >µ0 Z>Zα
(X̄1 −X̄2 )−(µ1 −µ2 ) Zα n1 n2
Z= s 2
s2 2 H1 :µ1 −µ2 <µ0 Z<−Zα
1 + s2 A=(X̄1 −X̄2 )+
r
n1 n2
s2 2
1 + s2
Z∼N (0,1) Zα n1 n2
2

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang – p.148/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang
Parameter Statistik Interval Konfidensi Hipotesis Daerah
(1-α)100% alternatif Kritik
σ12 dan σ22 tdk diketahui, B ≤ µ1 − µ2 ≤ A H1 :µ1 −µ2 6=µ0 Z>Z α atau
2
σ12 = σ22 B=(X̄1 −X̄2 )− Z<−Z α
q 2
Zα 2( 1 + 1 )
Sp H1 :µ1 −µ2 >µ0 Z>Zα
(X̄1 −X̄2 )−(µ1 −µ2 ) 2 n1 n2
Z= r
s2 1 1 A=(X̄1 −X̄2 )+ H1 :µ1 −µ2 <µ0 Z<−Zα
p ( n1 + n2 ) q
Z α Sp 2( 1 + 1 )
Z∼N (0,1) n 1 n 2
2

(n1 −1)S12 +(n −1)S 2


2
s2
p= n1 +n2 −2
2

p1 − p2 B ≤ p1 − p2 ≤ A H1 :p1 −p2 6=p0 Z>Z α atau


2
Selisih dua Z=
B=(p̂1 −p̂2 )− Z<−Z α
r 2
proporsi pˆ1 (1−pˆ1 ) pˆ (1−pˆ )
r
(p̂1 −p̂2 )−(p1 −p2 ) Zα n
+ 2 n 2 H1 :p1 −p2 >p0 Z>Zα
pˆ1 (1−pˆ1 ) pˆ (1−pˆ2 ) 2 1 2
+ 2 A=(p̂1 −p̂2 )+ H1 :p1 −p2 <p0 Z<−Zα
n1 n2
r
Z∼N (0,1) pˆ1 (1−pˆ1 ) pˆ (1−pˆ )
Zα n
+ 2 n 2
2 1 2
X X
p̂1 = n 1 ; p̂2 = n 2
1 2

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Sembarang – p.149/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Normal
Distribusi sampling selisih dua mean
Misalkan X11 , X12 , . . . , X1n1 dan X21 , X22 , . . . , X2n2 adalah dua
sampel random independen satu sama lain yang berdistribusi
Normal dengan mean µ1 dan µ2 serta variansi σ12 dan σ22 , maka
variabel random

(X̄1 − X̄2 ) − (µ1 − µ2 )


Z= q 2
σ1 σ22
n1 + n2

berdistribusi Normal Standar, dengan

n1 n2
X X1i X X2i
X̄1 = X̄2 =
n1 n2
i=1 i=1

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Normal – p.150/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Normal
Distribusi sampling selisih dua mean
Jika σ12 dan σ22 tidak diketahui, dan diasumsikan σ12 6= σ22

(X̄1 − X̄2 ) − (µ1 − µ2 )


t= q 2
s1 s22
n1 + n2

berdistribusi t dengan derajad bebas

(s21 /n1 + s22 /n2 )2 (s21 /n1 + s22 /n2 )2


k= (s21 /n1 )2 (s22 /n2 )2
− 2, atau k = (s21 /n1 )2 (s22 /n2 )2
n1 +1 + n2 +1 n1 −1 + n2 −1

dengan s21 dan s22 adalah variansi sampel

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Normal – p.151/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Normal
Distribusi sampling selisih dua mean
Jika σ12 dan σ22 tidak diketahui, dan diasumsikan σ12 = σ22

(X̄1 − X̄2 ) − (µ1 − µ2 )


t= q
s2p ( n11 + n12 )

berdistribusi t dengan derajad bebas n1 + n2 − 2 dan

(n − 1)S 2 + (n − 1)S 2
1 2
s2p = 1 2
n1 + n2 − 2

yang disebut sebagai pooled variance

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Normal – p.152/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Normal
Distribusi sampling Perbandingan dua variansi
Misalkan X11 , X12 , . . . , X1n1 dan X21 , X22 , . . . , X2n2 adalah dua
sampel random independen satu sama lain yang berdistribusi
Normal dengan mean µ1 dan µ2 serta variansi σ12 dan σ22 , maka
variabel random
s21 /σ12
F = 2 2
s2 /σ2
berdistribusi F dengan derajad bebas pembilang n1 − 1, derajad
bebas penyebut n2 − 1

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Normal – p.153/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Normal

Parameter Statistik Interval Konfidensi Hipotesis Daerah


(1-α)100% alternatif Kritik
µ1 − µ 2 σ12 dan σ22 diketahui B ≤ µ1 − µ2 ≤ Ar H1 :µ1 −µ2 6=µ0 Z>Z α atau
2 2 2
Selisih dua Z= (X̄1 −sX̄22)−(µ21 −µ2 ) B=(X̄1 −X̄2 )−Z α
σ1
+
σ2 Z<−Z α
σ1 σ 2 r n1 n2 2
mean + 2 H1 :µ1 −µ2 >µ0 Z>Zα
n1 n2 2
σ1 2
σ2
A=(X̄1 −X̄2 )+Z α n1
+ n2
2 H1 :µ1 −µ2 <µ0 Z<−Zα
Z∼N (0,1)

σ12 dan σ22 tdk diketahui B ≤ µ1 − µ2 ≤ A r H1 :µ1 −µ2 6=µ0 t>t α ,k atau
2
dan σ12 6= σ22 s2 s2 t<−t α ,k
B=(X̄1 −X̄2 )−t α ,k n1 + n2 2
t=
(X̄1 −X̄2 )−(µ1 −µ2 ) 2 r 1 2
H1 :µ1 −µ2 >µ0 t>tα,k
s
s2 s2
s2 2
1 + s2 A=(X̄1 −X̄2 )+t α ,k n1 + n2
n1 n2 2 1 2 H1 :µ1 −µ2 <µ0 t<−tα,k

t∼tk dgn

(s2 2
1 /n1 +s2 /n2 )
2
k= 2 −2
(s2 2 2
1 /n1 ) + (s2 /n2 )
n1 +1 n2 +1
atau
(s2 2
1 /n1 +s2 /n2 )
2
k=
(s2 2 2
1 /n1 ) + (s2 /n2 )
2
n1 −1 n2 −1

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Normal – p.154/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Normal

Parameter Statistik Interval Konfidensi Hipotesis Daerah


(1-α)100% alternatif Kritik
σ12 dan σ22 tdk diketahui B ≤ µ1 − µ2 ≤ A H1 :µ1 −µ2 6=µ0 t>t α ,k atau
2
dan σ12 = σ22 B=(X̄1 −X̄2 )− t<−t α ,k
q 2
(X̄1 −X̄2 )−(µ1 −µ2 ) 2( 1 + 1 )
t= r t α ,k Sp n n
H1 :µ1 −µ2 >µ0 t>tα,k
2( 1 + 1 )
Sp 2 1 2
n1 n2 A=(X̄1 −X̄2 )+ H1 :µ1 −µ2 <µ0 t<−tα,k
q
t∼tk dgn. k=n1 +n2 −2 2( 1 + 1 )
t α ,k Sp
2 n 1n 2
(n1 −1)S12 +(n −1)S 2
2 2 2
Sp = n1 +n2 −2

σ12 / σ22 B ≤ σ12 /σ22 ≤ A H1 :σ1 6=σ2 F >F α ,k ,k atau


1 2
2
Perban- F = s21 /s22 s2 2
1 /s2 F <1/F α ,k ,k
B= F(k ,k , α ) 2 2 1
dingan dua dengan 2
1 2 2 F >Fα,k1 ,k2
s1
variansi F ∼F α ,k ,k
A= s2
F(k1 ,k2 , α ) H1 :σ1 >σ2 F <1/Fα,k2 ,k1
2 2
2 1 2
catatan: H1 :σ1 <σ2
k1 = n1 − 1, k2 = n2 − 1
F (1− α
2
,k1 ,k2 )=
1/F ( α
2
,k2 ,k1 )

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Normal – p.155/210


Inferensi Statistik Dua Populasi Normal

Parameter Statistik Interval Kon- Hipotesis Daerah


fidensi alternatif Kritik
(1-α)100%
µd H1 :µD 6=µ0 t>t(n−1,α/2) atau
mean t = sD̄−µ
/
√D
n B≤µ≤A t<−t(n−1,α/2)
D
selisih dengan t ∼ distribusi t B = X̄ − H1 :µD >µ0 t>t(n−1,α)
data ber- dgn derajad bebas t(n−1,α/2) √sn H1 :µD <µ0 t<−t(n−1,α)
pasangan k =n−1 A = X̄ +
t(n−1,α/2) √sn

MMS2401:Inferensi Statistik Dua Populasi Normal – p.156/210


Analisis Variansi Satu Arah
Perluasan dari uji mean dua populasi Normal
(data berasal dari populasi Normal)
Ada k mean populasi yang dibandingkan
Berdasarkan pada pemecahan variansi

MMS2401:Analisis Variansi – p.157/210


Analisis Variansi Satu Arah
Inferensi mean populasi Normal

Uji mean satu populasi


H0 : µ = µ0

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.158/210


Analisis Variansi Satu Arah
Inferensi mean populasi Normal

Uji mean satu populasi


H0 : µ = µ0

Uji mean dua populasi


H0 : µ1 = µ2

µ1 µ2

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.158/210


Analisis Variansi Satu Arah
Inferensi mean populasi Normal

Uji mean satu populasi


H0 : µ = µ0

Uji mean dua populasi


H0 : µ1 = µ2

Uji mean k populasi


H0 : µ1 = µ2 = µ3
µ1 µ2 µ3

MMS2401:Analisis Variansi – p.158/210


Analisis Variansi Satu Arah
Uji Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 = . . . = µk
H1 : minimal ada dua mean yang tidak sama

Statistik Penguji
MST
F =
MSE
dimana F ∼ F(k−1,n−k)
MST: mean square treatment (kuadrat rata-rata perlakuan)
MSE: mean square error (kuadrat rata-rata sesatan)
yang diperoleh dari Tabel Anava (Analisis Variansi)

Daerah Kritis
H0 ditolak jika F > F(k−1,n−k)

MMS2401:Analisis Variansi – p.159/210


Analisis Variansi Satu Arah
Tabel Anava

Sumber Variansi derajad Jumlah Kuadrat (SS) Rata-rata rasio F


bebas Jumlah Kuadrat
(MS)
Pk SST MST
Perlakuan k−1 SST = i=1 ni (X̄i − X̄)2 MST = k−1
F = MSE
Pk SSE
Sesatan N −k SSE = i=1 (ni − 1)Si2 MSE = N −k

1 Pni
X̄i = ni j=1 xij

1 Pni
Si2 = ni −1 j=1 (Xij − X̄i )2

1 Pk Pni P
X̄ = N i=1 j=1 xij , N= ni

MMS2401:Analisis Variansi – p.160/210


Analisis Variansi Satu Arah
Contoh:
Dipunyai empat varitas padi yang akan kita uji produktivitasnya. Dua
puluh empat petak tanah yang kira-kira mempunyai kesuburan yang
sama dipilih. Kemudian 24 petak itu dibagi secara random menjadi
empat kelompok, masing-masing 6 petak yang selanjutnya tiap
kelompok ditanami satu varitas padi. Apakah rata-rata produktivitas 4
varitas padi tersebut sama?

varitas
A B C D
24 13 21 27
13 21 13 30
18 11 26 24
24 23 23 29
16 28 16 26
23 18 12 34

MMS2401:Analisis Variansi – p.161/210


Analisis Variansi Satu Arah
varitas
A B C D
24 13 21 27
13 21 13 30
18 11 26 24
24 23 23 29
16 28 16 26
23 18 12 34

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.162/210


Analisis Variansi Satu Arah
varitas
A B C D
24 13 21 27
13 21 13 30
18 11 26 24
24 23 23 29
16 28 16 26
23 18 12 34
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33
Si2 21,87 40,40 32,30 12,27

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.162/210


Analisis Variansi Satu Arah
varitas
A B C D
24 13 21 27
13 21 13 30
18 11 26 24
24 23 23 29
16 28 16 26
23 18 12 34
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33
Si2 21,87 40,40 32,30 12,27

1
Pk Pni 513
X̄ = N i=1 j=1 xij = 24 = 21, 38

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.162/210


Analisis Variansi Satu Arah
varitas
A B C D
24 13 21 27
13 21 13 30
18 11 26 24
24 23 23 29
16 28 16 26
23 18 12 34
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33
Si2 21,87 40,40 32,30 12,27

1
Pk Pni 513
X̄ = N i=1 j=1 xij = 24 = 21, 38
Pk
SST = − X̄)2
i=1 ni (X̄i
= 6(19,67−21,38)2 +6(19,00−21,38)2 +6(18,50−21,38)2 +6(28,33−21,38)2

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.162/210


Analisis Variansi Satu Arah
varitas
A B C D
24 13 21 27
13 21 13 30
18 11 26 24
24 23 23 29
16 28 16 26
23 18 12 34
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33
Si2 21,87 40,40 32,30 12,27

1
Pk Pni 513
X̄ = N i=1 j=1 xij = 24 = 21, 38
Pk
SST = i=1 ni (X̄i − X̄)2
= 391, 46

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.162/210


Analisis Variansi Satu Arah
varitas
A B C D
24 13 21 27
13 21 13 30
18 11 26 24
24 23 23 29
16 28 16 26
23 18 12 34
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33
Si2 21,87 40,40 32,30 12,27

1
Pk Pni 513
X̄ = N i=1 j=1 xij = 24 = 21, 38
Pk
SST = − X̄)2
i=1 ni (X̄i
= 391, 46
Pk
SSE = i=1 (ni − 1)Si2
=(6−1)21,87+(6−1)40,40+(6−1)32,30+(6−1)12,27

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.162/210


Analisis Variansi Satu Arah
varitas
A B C D
24 13 21 27
13 21 13 30
18 11 26 24
24 23 23 29
16 28 16 26
23 18 12 34
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33
Si2 21,87 40,40 32,30 12,27

1
Pk Pni 513
X̄ = N i=1 j=1 xij = 24 = 21, 38
Pk
SST = − X̄)2
i=1 ni (X̄i
= 391, 46
Pk
SSE = i=1 (ni − 1)Si2
= 534, 17

MMS2401:Analisis Variansi – p.162/210


Analisis Variansi Satu Arah
Tabel Anava Hasil 4 Varitas Padi

Sumber Variansi derajad Jumlah Kuadrat (SS) Rata-rata rasio F


bebas Jumlah Kuadrat
(MS)
Pk SST MST
Perlakuan k−1 SST = i=1 ni (X̄i − X̄)2 MST = k−1
F = MSE
Pk SSE
Sesatan N −k SSE = i=1 (ni − 1)Si2 MSE = N −k

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.163/210


Analisis Variansi Satu Arah
Tabel Anava Hasil 4 Varitas Padi

Sumber Variansi derajad Jumlah Kuadrat (SS) Rata-rata rasio F


bebas Jumlah Kuadrat
(MS)
SST MST
Varitas 3 SST = 391, 46 MST = k−1
F = MSE
SSE
Sesatan 20 SSE = 534, 17 MSE = N −k

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.163/210


Analisis Variansi Satu Arah
Tabel Anava Hasil 4 Varitas Padi

Sumber Variansi derajad Jumlah Kuadrat (SS) Rata-rata rasio F


bebas Jumlah Kuadrat
(MS)
391,46 MST
Varitas 3 SST = 391, 46 MST = 3
F = MSE
434,17
Sesatan 20 SSE = 534, 17 MSE = 20

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.163/210


Analisis Variansi Satu Arah
Tabel Anava Hasil 4 Varitas Padi

Sumber Variansi derajad Jumlah Kuadrat (SS) Rata-rata rasio F


bebas Jumlah Kuadrat
(MS)
130,49
Varitas 3 SST = 391, 46 MST = 130, 49 26,71

Sesatan 20 SSE = 534, 17 MSE = 26, 71

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.163/210


Analisis Variansi Satu Arah
Tabel Anava Hasil 4 Varitas Padi

Sumber Variansi derajad Jumlah Kuadrat (SS) Rata-rata rasio F


bebas Jumlah Kuadrat
(MS)
Varitas 3 SST = 391, 46 MST = 130, 49 4, 8856
Sesatan 20 SSE = 534, 17 MSE = 26, 71

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.163/210


Analisis Variansi Satu Arah
Tabel Anava Hasil 4 Varitas Padi

Sumber Variansi derajad Jumlah Kuadrat (SS) Rata-rata rasio F


bebas Jumlah Kuadrat
(MS)
Varitas 3 SST = 391, 46 MST = 130, 49 4, 8856
Sesatan 20 SSE = 534, 17 MSE = 26, 71

Statistik Penguji
F = 4, 8856

Daerah Kritik (α = 0, 05)


H0 ditolak jika F > F(3,20) = 3, 10

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.163/210


Analisis Variansi Satu Arah
Tabel Anava Hasil 4 Varitas Padi

Sumber Variansi derajad Jumlah Kuadrat (SS) Rata-rata rasio F


bebas Jumlah Kuadrat
(MS)
Varitas 3 SST = 391, 46 MST = 130, 49 4, 8856
Sesatan 20 SSE = 534, 17 MSE = 26, 71

Statistik Penguji
F = 4, 8856 Kesimpulan
F = 4, 8856 > 3, 10 ⇒ H0 ditolak,
paling tidak ada dua mean yang
Daerah Kritik (α = 0, 05) tidak sama
H0 ditolak jika F > F(3,20) = 3, 10

MMS2401:Analisis Variansi – p.163/210


Analisis Variansi Satu Arah
Pembandingan Ganda (Multiple Comparisons)
Merupakan analisis lanjutan bila H0 ditolak dalam Anava.
Metode:
Tukey
Scheffé
Bonferroni
Newman - Keuls

MMS2401:Analisis Variansi – p.164/210


Analisis Variansi Satu Arah
Metode Scheffé
Mempunyai asumsi sama seperti Anava
Menggunakan tabel F

Hipotesis
H0 : µi = µj
H1 : µi 6= µj
untuk i 6= j dan i, j = 1, 2, . . . , k

Daerah Kritik (Keputusan)


r ³ ´
1 1
H0 ditolak, jika | X̄i − X̄j |> (k − 1)S 2 Fα,k−1,N −k ni + nj

(S 2 = MSE dalam Anava satu arah)

MMS2401:Analisis Variansi – p.165/210


Analisis Variansi Satu Arah
Contoh
Pembandingan ganda untuk varitas padi contoh di muka.
Diketahui (dari hitungan di muka):
varitas
A B C D
MSE = 26, 71
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.166/210


Analisis Variansi Satu Arah
Contoh
Pembandingan ganda untuk varitas padi contoh di muka.
Diketahui (dari hitungan di muka):
varitas
A B C D
MSE = 26, 71
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33

Pembandingan ganda Scheffé:


r ³ ´
1 1
Pembandingan | X̄i − X̄j | (k − 1)MSEFα,k−1,N −k ni
+ nj
Kesimpulan
µA vs. µB
µA vs. µC
µA vs. µD
µB vs. µC
µB vs. µD
µC vs. µD

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.166/210


Analisis Variansi Satu Arah
Contoh
Pembandingan ganda untuk varitas padi contoh di muka.
Diketahui (dari hitungan di muka):
varitas
A B C D
MSE = 26, 71
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33

Pembandingan ganda Scheffé:


r ³ ´
1 1
Pembandingan | X̄i − X̄j | 3(26, 71)(3, 10) ni
+ nj
Kesimpulan
µA vs. µB
µA vs. µC
µA vs. µD
µB vs. µC
µB vs. µD
µC vs. µD

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.166/210


Analisis Variansi Satu Arah
Contoh
Pembandingan ganda untuk varitas padi contoh di muka.
Diketahui (dari hitungan di muka):
varitas
A B C D
MSE = 26, 71
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33

Pembandingan ganda Scheffé:


r ³ ´
1 1
Pembandingan | X̄i − X̄j | 248, 403 ni
+ nj
Kesimpulan
µA vs. µB 0,67
µA vs. µC 1,17
µA vs. µD 8,66
µB vs. µC 0,50
µB vs. µD 9,33
µC vs. µD 9,83

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.166/210


Analisis Variansi Satu Arah
Contoh
Pembandingan ganda untuk varitas padi contoh di muka.
Diketahui (dari hitungan di muka):
varitas
A B C D
MSE = 26, 71
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33

Pembandingan ganda Scheffé:


r ³ ´
1 1
Pembandingan | X̄i − X̄j | 248, 403 +
ni nj
Kesimpulan
q ¡ ¢
µA vs. µB 0,67 248, 403 61 + 16
µA vs. µC 1,17
µA vs. µD 8,66
µB vs. µC 0,50
µB vs. µD 9,33
µC vs. µD 9,83

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.166/210


Analisis Variansi Satu Arah
Contoh
Pembandingan ganda untuk varitas padi contoh di muka.
Diketahui (dari hitungan di muka):
varitas
A B C D
MSE = 26, 71
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33

Pembandingan ganda Scheffé:


r ³ ´
1 1
Pembandingan | X̄i − X̄j | 248, 403 ni
+ nj
Kesimpulan
µA vs. µB 0,67 9,1
µA vs. µC 1,17 9,1
µA vs. µD 8,66 9,1
µB vs. µC 0,50 9,1
µB vs. µD 9,33 9,1
µC vs. µD 9,83 9,1

▽MMS2401:Analisis Variansi – p.166/210


Analisis Variansi Satu Arah
Contoh
Pembandingan ganda untuk varitas padi contoh di muka.
Diketahui (dari hitungan di muka):
varitas
A B C D
MSE = 26, 71
ni 6 6 6 6
X̄i 19,67 19,00 18,50 28,33

Pembandingan ganda Scheffé:


r ³ ´
1 1
Pembandingan | X̄i − X̄j | 248, 403 ni
+ nj
Kesimpulan
µA vs. µB 0,67 9,1 H0 diterima
µA vs. µC 1,17 9,1 H0 diterima
µA vs. µD 8,66 9,1 H0 diterima
µB vs. µC 0,50 9,1 H0 diterima
µB vs. µD 9,33 9,1 H0 ditolak
µC vs. µD 9,83 9,1 H0 ditolak

MMS2401:Analisis Variansi – p.166/210


Regresi Linear Sederhana
Analisis Regresi digunakan untuk menyelidiki hubungan antara
variabel dependen (respon) Y dengan variabel independen
(variabel penjelas, prediktor) X .

Hubungan antara Y dan X :

fungsional
statistik

MMS2401:Analisis Regresi – p.167/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh Hubungan Fungsional

1
Y =1+ X
2

0
0 1 2 3 4 5 6 7

MMS2401:Analisis Regresi – p.168/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh Hubungan Fungsional

Y = (X − 3)2

0
0 1 2 3 4 5 6 7

MMS2401:Analisis Regresi – p.169/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh Hubungan Statistik

b
3 b

2 b
b
b
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7

▽MMS2401:Analisis Regresi – p.170/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh Hubungan Statistik

1
Y =1+ X
2
b

b
3 b

2 b
b
b
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7

MMS2401:Analisis Regresi – p.170/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Dipunyai data umur dan tinggi dari sampel 8 buah pohon jenis tertentu
sbb.:
umur (tahun): 1 2 3 4 5 6 7 8
tinggi (meter): 1,10 1,13 2,38 2,32 3,14 4,27 4,45 5,52

▽MMS2401:Analisis Regresi – p.171/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Dipunyai data umur dan tinggi dari sampel 8 buah pohon jenis tertentu
sbb.:
umur (tahun): 1 2 3 4 5 6 7 8
tinggi (meter): 1,10 1,13 2,38 2,32 3,14 4,27 4,45 5,52

6
b
5
b b
tinggi (meter)

4
b
3
b b
2
b b
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur (tahun)
▽MMS2401:Analisis Regresi – p.171/210
Regresi Linear Sederhana
Contoh
Akan dicari garis linear ŷ = a + bx yang paling "mewakili"
hubungan antara x (umur) dan y (tinggi)

6
b
5
b b
tinggi (meter)

4
b
3
b b
2
b b
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur (tahun)
MMS2401:Analisis Regresi – p.171/210
Regresi Linear Sederhana
Estimasi (Penduga) garis regresi

ŷ = a + bx

Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (MKT)


Prinsip MKT: Dicari nilai a dan b yang meminimalkan jumlah
Pn
kuadrat residu (JKR), JKR = i=1 (yi − ŷi )2

MMS2401:Analisis Regresi – p.172/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Data umur dan tinggi pohon

6
b
5
b b
tinggi (meter)

4
b
3
b b
2
b b
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur (tahun)

▽MMS2401:Analisis Regresi – p.173/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Data umur dan tinggi pohon

6
b
5
b b
tinggi (meter)

4
b
3
b b
2
b b
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur (tahun)

▽MMS2401:Analisis Regresi – p.173/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Data umur dan tinggi pohon

6
b
5
b b
tinggi (meter)

4
b
3
b b
2
b b
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur (tahun)

MMS2401:Analisis Regresi – p.173/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Data umur dan tinggi pohon

b b

1
2 3 4

▽MMS2401:Analisis Regresi – p.174/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Data umur dan tinggi pohon

3

|{z}
b y − ŷ
b
y
2

1
2 3 4

MMS2401:Analisis Regresi – p.174/210


Regresi Linear Sederhana
Persamaan normal
Penyelesaian yang diperoleh dari MKT:

n
X n
X
yi = na + b xi
i=1 i=1
n
X n
X n
X
xi yi = a xi + b x2i
i=1 i=1 i=1

MMS2401:Analisis Regresi – p.175/210


Regresi Linear Sederhana
Persamaan normal
Penyelesaian yang diperoleh dari MKT:

P P 2 P P
yi xi − xi xi yi
a = P 2 P 2
n xi − ( xi )
P P P
n xi yi − xi yi
b = P 2 P 2
n xi − ( xi )

Jika b dihitung terlebih dahulu, a bisa dihitung dengan


P P
yi − b xi
a= = ȳ − bx̄
n

MMS2401:Analisis Regresi – p.176/210


Regresi Linear Sederhana
Persamaan normal
Penyelesaian yang diperoleh dari MKT:

(24, 31)(204) − (36)(136, 41)


a = = 0, 1443
8(204) − (36)2

8(136, 41) − (36)(24, 31)


b = 2
= 0, 6432
8(204) − (36)

Jika b = 0, 6432 dihitung terlebih dahulu, a bisa dihitung dengan

24, 31 − (0, 6432)(36)


a= = 0, 1443
8

MMS2401:Analisis Regresi – p.177/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Data umur dan tinggi pohon: ŷ = 0, 1443 + 0, 6432x

6
b
5
b b
tinggi (meter)

4
b
3
b b
2
b b
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
umur (tahun)

MMS2401:Analisis Regresi – p.178/210


Regresi Linear Sederhana
Korelasi
Koefisien korelasi antara Y dan X adalah

Kov(X, Y )
ρ= p , −1 ≤ ρ ≤ 1
Var(X)Var(Y )

dimana Y dan X dianggap variabel random berdistribusi


bersama tertentu (lihat kembali bagian Probabilitas di muka)

MMS2401:Analisis Regresi – p.179/210


Regresi Linear Sederhana
Korelasi
ρ menunjukkan tingkat hubungan linear antara kedua variabel.
Estimasi titik untuk ρ adalah
P
(xi − x̄)(yi − ȳ)
r = pP
(xi − x̄)2 (yi − ȳ)2
P P P
n xy − x y
= p P P 2p P 2 P 2
2
n x − ( x) n y − ( y)

MMS2401:Analisis Regresi – p.180/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh Korelasi
Data umur dan tinggi pohon:

PP P
n xy − x y
r = p P P 2p P 2 P 2
2
n x − ( x) n y − ( y)
8(136, 41) − (36)(24, 31)
= p p
8(204) − (36) 8(91, 8991) − (24, 31)2
2

= 0.982

MMS2401:Analisis Regresi – p.181/210


Regresi Linear Sederhana
Koefisien Determinasi r2
Digunakan untuk mengukur keeratan hubungan linear antara x
dan y dalam regresi linear
µ ¶
2 SSR
r = 100 %
SST

dengan
P
SST = (yi − ȳ)2 (jumlah kuadrat total),
P
SSE = (y − ŷ)2 (jumlah kuadrat sesatan/residu/error ),
SSR = SST − SSE (jumlah kuadrat regresi)

Menunjukkan berapa persen variasi dari y yang dapat


diterangkan oleh x

MMS2401:Analisis Regresi – p.182/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh Koefisien Determinasi
Data umur dan tinggi pohon:
P
SST = (yi − ȳ)2 = 18, 02709
P
SSE = (y − ŷ)2 = 0, 6506536
SSR = SST − SSE = 18, 02709 − 0, 6506536 = 17, 37644
µ ¶
2 SSR
r = 100 %
SST
µ ¶
17, 37644
= 100 %
18, 02709
= 96, 39%

Untuk regresi sederhana, kuadrat dari koefisien determinasi


sama dengan korelasi

MMS2401:Analisis Regresi – p.183/210


Regresi Linear Sederhana
Korelasi
Korelasi hanya untuk hubungan linear
r=0,82
11

3 4 5 6 7 8 9
4 5 6 7 8 9

4 6 8 10 12 14 4 6 8 10 12 14

12
12

10
10

8
8

6
6

4 6 8 10 12 14 8 10 12 14 16 18

MMS2401:Analisis Regresi – p.184/210


Regresi Linear Sederhana
Inferensi dalam Regresi

Diperoleh observasi berupa pasangan data (Y, X),


(x1 , y1 ), (x2 , y2 ), . . . , (xn , yn )

Model
Yi = β0 + β1 Xi + ǫi
Asumsi: suku eror ǫi independen dan berdistribusi normal
N (0, σ 2 )
Parameter β0 dan β1 dinamakan koefisien regresi.

MMS2401:Analisis Regresi – p.185/210


Regresi Linear Sederhana
Inferensi dalam Regresi
y

x1 y = β0 + β1 x

x2
x3
x

MMS2401:Analisis Regresi – p.186/210


Regresi Linear Sederhana
Inferensi dalam Regresi

Penduga untuk β0 dan β1 adalah b0 dan b1 :


P P P
n xi yi − xi yi
b1 = P 2 P 2
n xi − ( xi )
P P
yi − b1 xi
b0 =
n
Penduga untuk σ 2
n
X (yi − ŷ)2
s2 =
n−2
i=1
P 2 P P
yi − b0 yi − b1 xi yi
=
n−2
MMS2401:Analisis Regresi – p.187/210
Regresi Linear Sederhana
Inferensi Kemiringan Garis Regresi (β1 )

Statistik Penguji

b1 − β1
t= q
n P
s n P x2 −( x)2

yang berdistribusi t dengan derajad bebas n − 2

MMS2401:Analisis Regresi – p.188/210


Regresi Linear Sederhana
Inferensi Perpotongan Garis Regresi (β0 )

Statistik Penguji

b0 − β0
t= q P 2
xP
s n P x2 −( x)2

yang berdistribusi t dengan derajad bebas n − 2

MMS2401:Analisis Regresi – p.189/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Hitunglah interval konfidensi 95% untuk kemiringan garis regresi
(β1 ) dari data umur dan tinggi pohon di muka.
Telah dihitung β0 = 0, 1443 dan β1 = 0, 6432 (atau a dan b dalam
notasi di muka)
P 2 P P
2 yi − b0 yi − b1 xi yi
s =
n−2
91, 8991 − (0, 1443)(24, 31) − (0, 6432)(136, 41)
=
6
= 0, 1087092
q
n P
Interval konfidensi 95% untuk β1 : β1 ± t(α/2,n−2) s n P x2 −( x)2
0, 6432 ± 0, 0508 atau (0, 592; 0, 694)

MMS2401:Analisis Regresi – p.190/210


Regresi Linear Sederhana
Contoh
Hitunglah interval konfidensi 95% untuk perpotongan garis
regresi (β0 ) dari data umur dan tinggi pohon di muka.
Telah dihitung β0 = 0, 1443 dan β1 = 0, 6432 (atau a dan b dalam
notasi di muka) serta s2 = 0, 1087092 q P
x2P
Interval konfidensi 95% untuk β0 : β0 ± t(α/2,n−2) s n
P
x2 −( x)2
0, 1443 ± 0, 2569 atau (−0, 1126; 0, 4012)

MMS2401:Analisis Regresi – p.191/210


Analisis Data Kategorik
Data kategorik
biologi
kesehatan
ilmu-ilmu sosial

Data kategorik
Tabel data cacah hasil klasifikasi silang (contingency table)

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.192/210


Tabel Kategorik 2 × 2
Uji Hipotesis dalam Tabel kategorik 2 × 2
Uji homogenitas (dua sampel)
Uji independensi (satu sampel)
kolom
baris k1 k2 total
b1 a b a+b
b2 c d c+d
Total a+c b+d n

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.193/210


Uji homogenitas
Dua sampel random masing-masing terdiri dari 100 pria dan
100 wanita. Diajukan pertanyaan, "Apakah anda setuju wanita
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan pria?"
kolom
baris setuju tidak total
pria 30 70 100
wanita 45 55 100
Total 75 125 200

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.194/210


Uji homogenitas
kolom
baris sukses gagal total
populasi 1 a b n1 = a + b
populasi 2 c d n2 = c + d
Total m1 = a + c m2 = b + d n
H0 : dua populasi tersebut mempunyai probabilitas untuk
mendapatkan sukses yang sama
H 0 : p1 = p2

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.195/210


Uji homogenitas
H 0 : p1 = p2
H1 : p1 6= p2

Statistik penguji:

n(ad − bc)2
W =
m1 m2 n1 n2

H0 ditolak jika W > χ2(1;α)

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.196/210


Uji homogenitas
H0 : Homogenitas populasi pria dan wanita atau H0 : p1 = p2
kolom
baris setuju tidak total
pria 30 70 100
wanita 45 55 100
Total 75 125 200
Statistik penguji:

200(30 × 55 − 70 × 45)2 600


W = = = 4, 8
75 × 125 × 100 × 100 125

Karena W > χ2(1;0,05) = 3,841 maka H0 ditolak: ada perbedaan


sikap antara dua populasi.

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.197/210


Uji Independensi (satu sampel)

kolom
baris k1 k2 total
b1 P11 P12 P1. = P11 + P12
b2 P21 P22 P2. = P21 + P22
Total P.1 = P12 + P22 P.2 = P12 + P22 1
H0 : Independensi antara variabel baris dan
kolom
H0 : Pij = Pi Pj , i = 1, 2 dan j = 1, 2
Prosedur uji sama seperti uji homogenitas

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.198/210


Uji Independensi (satu sampel)
Dari suatu sampel random yang terdiri dari 200 laki-laki berumur
50 sampai 65 tahun Diperoleh data sebagai berikut:
penyakit jantung
penyakit gula ada tidak ada total
ada 16 20 36
tidak ada 32 132 164
Total 48 152 200
H0 : Penyakit jantung dan gula independen
Statistik penguji:

200(16 × 132 − 32 × 20)2


W = = 10,06
48 × 152 × 36 × 164

Karena W > χ2(1;0,05) = 3,841 maka H0 ditolak: kedua penyakit


tersebut tidak independen MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.199/210
Tabel Kategorik b × k
kolom
baris K1 ... Kk total
B1 y11 ... y1k n1
... ... ... ... ...
Bb yb1 ... ybk nb
Total m1 ... mk n

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.200/210


Tabel Kategorik b × k
Statistik penguji:

X (Oij − Eij )2
W =
Eij
ij

dengan Oij = yij dan Eij = (ni mj )/n

H0 ditolak jika W > χ2((b−1)(k−1);α)

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.201/210


Tabel Kategorik b × k
Uji Homogenitas untuk b populasi multinomial
kolom
baris K1 ... Kk total
B1 P11 ... P1k 1
... ... ... ... ...
Bb Pb1 ... Pbk 1
H0 : Pi1 = P1 ; . . . ; Pik = Pk , untuk i = 1, . . . , b dimana P1 , . . . Pk
Pk
tidak diketahui tetapi j=1 Pj = 1

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.202/210


Tabel Kategorik b × k : Homogenitas
Dua sampel random masing-masing terdiri dari 100 pria dan
100 wanita. Diajukan pertanyaan, "Apakah anda setuju wanita
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan pria?"
kolom
baris setuju tidak total
pria 30 70 100
(37,5) (62,5)
wanita 45 55 100
(37,5) (62,5)
Total 75 125 200
Statistik penguji:
X (Oij − Eij )2
W =
ij
Eij
(30 − 37, 5)2 (70 − 62, 5)2 (45 − 37, 5)2 (55 − 62, 5)2
= + + +
37, 5 62, 5 37, 5 62, 5
= 4,8 MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.203/210
Tabel Kategorik b × k
Uji Independensi
kolom
baris K1 ... Kk total
B1 P11 ... P1k P1.
... ... ... ... ...
Bb Pb1 ... Pbk Pb.
Total P.1 ... P.k 1
H0 : Independensi antara dua kategorisasi (variabel)
H0 : Pij = Pi Pj , i = 1, . . . , b dan j = 1, . . . , k

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.204/210


Uji Goodness of fit
GOF distribusi multinomial

n!
p(n1 , n2 , . . . , nc−1 ) = π1 n1 π2 n2 . . . πc nc
n1 !n2 ! . . . nc !

H0 : frekuensi observasi {y1 , y2 , . . . , yk } berdistribusi multinomial


π1 π2 . . . πc

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.205/210


Uji Goodness of fit
Dalam suatu eksperimen persilangan dua macam
tanaman, Mendel memperoleh hasil seperti tabel di
bawah. Menurut teorinya, perbandingannya adalah
9:3:3:1. Apakah hasil ini cenderung bertentangan dengan
Teori Mendel?
Macam tanaman yi npi pi
bulat dan kuning 315 312,75 9/16
bulat dan hijau 108 104,25 3/16
berkeriput dan kuning 101 104,25 3/16
berkeriput dan hijau 32 34,75 1/16
jumlah 556 556 1

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.206/210


Uji Goodness of fit
H0 : frekuensi observasi {y1 , y2 , . . . , yk } berdistribusi multinomial
9 3 3 1
16 , 16 , 16 , 16

P (Oi −Ei )2
Statistik penguji W = Ei = 0, 47

Kriteria penolakan χ2 (3, 0, 05) = 7, 815


H0 tidak ditolak, data frekuensi pada tabel sesuai dengan teori
Mendel

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.207/210


Uji Goodness of fit
Uji Multinomial dengan parameter diestimasi
Bila probabilitas π1 π2 . . . πc tidak sepenuhnya diketahui tetapi
bergantung pada parameter-parameter θ1 , θ2 , . . . , θq yang tidak
diketahui (q < c − 1)

H0 : πi = fi (θ1 , θ2 , . . . , θq ), i = 1, 2, . . . , c

Statistik penguji W ∼ χ2c−1−q

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.208/210


Uji Goodness of fit
Menurut teori genetika, keturunan suatu perkawinan tertentu
akan termasuk dalam salah satu dari tiga kelompok di bawah ini
dengan probabilitas sbb.:
Kelompok G1 G2 G3
Prob. θ2 2θ(1 − θ) (1 − θ)2
dengan 0 < θ < 1 dan θ tidak diketahui

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.209/210


Uji Goodness of fit
H 0 : p1 = θ 2 , p2 = θ(1 − θ), p3 = (1 − θ)2
diketahui
2y1 + y2 y1 y2
θ̂ = = +
2n n 2n

Kelompok G1 G2 G3
Prob. θ2 2θ(1 − θ) (1 − θ)2
yi 12 56 32

MMS2401:Analisis Data Kategorik – p.210/210

Anda mungkin juga menyukai