Manusia Indonesia1
Manusia Indonesia1
ARSITEKTUR
Penataan perkampungan
Konsep kosmologis Toraja
Batak Karo
Sedangkan berdasarkan konsep vertikal, bagian atap adalah bagian
yang paling keramat yang biasa diasosiasikan dengan tempat dewa. Bagian
tengah merupakan tempat tinggal manusia, kemudian bagian bawah atau
kolong diasosiasikan dengan dunia kematian.
Manusia Indonesia memiliki sifat malas. Sifat malas ini terlihat dari
betapa seringnya muncul bangunan-bangunan yang terkesan di-copy-paste dari
luar negeri ke Indonesia. Mungkinkah para arsitek terlalu malas untuk
memikirkan bangunan yang cocok dengan Indonesia, sehingga asal menyontek
bangunan yang sudah ada kemudian memindahkannya ke Indonesia?
Contoh klasik adalah bangunan pencakar langit. Kebanyakan gedung
pencakar langit (atau mungkin hampir semuanya) memiliki bentuk yang sama –
kotak. Kemudian ditambah lagi dengan permukaan bangunan yang dibalut
dengan kaca, yang menimbulkan masalah panas dan pantulan cahaya.
Kalau sudah begini, siapa yang salah? Entah pembeli yang memiliki
pandangan kalau bangunan dengan gaya tersebut adalah bangunan yang
bagus, developer yang mencekoki pikiran masyarakat bahwa bangunan gaya
tersebut adalah yang baik untuk masyarakat, atau justru arsiteknya yang
memiliki idealisme untuk menghadirkan bangunan dari seluruh dunia ke
Indonesia. Media pun turut memiliki peran dalam mempengaruhi cara pandang
masyarakat awam.
Fenomena tersebut juga menggambarkan bahwa manusia Indonesia
pesimis akan bangsanya sendiri. Hal-hal yang berbau Indonesia dianggap
ketinggalan zaman, tidak keren. Ada rasa ‘lebih’ ketika memiliki bangunan yang
menyerupai bangunan di negara maju. Hanya sebagian kecil saja yang mau
mengadaptasi arsitektur Indonesia.
Tulisan ini saya susun berdasarkan hal-hal yang saya dapatkan selama
kuliah maupun membaca, jadi seluruhnya mungkin sudah pernah dijelaskan
oleh orang lain. Saya hanya mencoba menjelaskannya kembali dengan kata-
kata saya sendiri dan menanggapinya dari sudut pandang saya.
Sebagian besar sifat manusia Indonesia yang saya gambarkan dalam
tulisan ini mungkin terkesan negatif, namun saya juga mencoba melihat sisi
positif dari sifat-sifat manusia Indonesia yang terlihat dari bentukan
arsitekturnya. Mungkin karena saya juga manusia Indonesia, yang masih lebih
mudah melihat kekurangan daripada kelebihan. Setidaknya dengan mengetahui
kekurangan, kita dapat mencari solusi agar kekurangan itu dapat kita ubah
menjadi kelebihan, daripada tidak mengetahui sama sekali kekurangan kita dan
akhirnya tidak dapat mengubahnya menjadi kelebihan. Jika kita dapat
memperbaiki sifat kita, semoga saja wujud arsitektur kita menjadi lebih baik.
Sebagai tambahan, menurut saya bukan berarti semua manusia
Indonesia memiliki karakter yang digambarkan pada arsitekturnya seperti yang
telah saya tulis. Ada juga pihak hanya terima jadi, pasrah terhadap arsitek dan
pemilik bangunan. Memang mau tidak mau akan terjadi suatu generalisasi,
sebab sulit untuk merangkum sifat seluruh manusia Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku bangsa.