Menunjuk Ke Arah Langit
Menunjuk Ke Arah Langit
Malam berganti pagi, ketika suara adzan belum berkumandang saat dimana orang-orang lebih
suka untuk terlelap terbukalah mata seorang pemuda yang hendak ingin melakukan rutinitas
dipagi hari. Ialah Lana seorang pemuda yang berasal dari desa yang tidak cukup dikenal oleh
kebanyakan orang. Namun dia cukup senang tinggal didesa tersebut, dengan segala
keramahan yang ada dan keasrian tempat yang masih terjaga. Pagi itu ia langsung pergi ke
sebuah tempat dimana setiap pagi ia mengambil air untuk mengisi bak mandi yang biasa
digunakan buat ia mandi. Saat itu cuacanya begitu dingin, ia mengenakan sebuah jaket dan
sarung dan membawa 2 buah ember yang dipikulnya dengan sebatang bambu. Jarak yang
sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah tempat ia singgah, sehingga setiap pagi ia tidak
terlalu capek untuk bolak-balik mengambil air hingga bak mandi terisi penuh. Tapi anehnya
pagi itu pada saat ia baru sepertiga bak terisi saat ditengah jalan mendadak kakinya lemas. Ia
pun memutuskan untuk bersandar sebentar di sebuah pohon besar dekat gubuk tua yang tidak
jauh dari rumah Lana. Iapun mulai meletakkan ember dari pikulan yang sudah terisi air
penuh kemudian ia mulai memijati kaki-kaki yang terasa lemas seorang diri.
Keluarlah seorang yang sudah mulai berumur tertatih-tatih berjalan menggunakan sebuah
tongkat dari gubuk tua tersebut. Orang tua itu memang setiap pagi selalu bangun dan pergi ke
sebuah langgar yang terletak agak jauh dari gubukknya. Saat itu terjadilah obrolan diantara
mereka :