TATALAKSANA
HIPOGLIKEMIA PADA
DM TIPE 2
ANATOMI PANKREAS
• Pankreasterdapat di epigastrium dan kuadran
kiri atas, pada dinding posterior abdomen di
belakang peritoneum. Pancreas dapat dibagi
dalam caput, collum, corpus, dan cauda.
• Bagian eksokrinenzim-enzim yang dapat
menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat.
• Bagian endokrinhormon insulin dan
glukagon yang mempunyai peranan penting
pada metabolisme karbohidrat.
Histologi pankreas
Bagian endokrin pulau langerhans dengan
menggunakan metode imunositokimia
• Sel alphaglukagon, yang menyebabkan proses
glikogenolisis dan lipolisis.
• Sel Betainsulin yang bekerja terhadap membran sel
(terutama sel hati dan otot) memudahkan transport
glukosa kedalam sel sehingga kadar gula darah turun.
• Sel Deltasomatostatin yang berfungsi menghambat
insulin dan glukagon
• Sel Fpolipeptida pancreas yang berfungsi
merangsang sekresi enzim oleh lambung.
FISIOLOGI
Insulin
• Insulin memiliki efek penting pada metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein.
Efek hormon insulin
Insulin memiliki empat efek dalam metabolisme
karbohidrat :
• Mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian
besar sel.
• Merangsang glikogenesis, baik di otot maupun di
hati.
• Menghambat glikogenolisis
• Menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan
Efek insulin terhadap metabolisme lemak :
• Insulin mengaktifkan enzim-enzim yang
mengkatalisasi pembentukan asam lemak dari
turunan glukosa.
• Meningkatkan masuknya asam-asam lemak dari
darah ke dalam sel jaringan adipose.
• Menghambat lipolisis
Efek insulin terhadap metabolisme protein :
• Mendorong transportasi aktif asam-asam amino dari
darah ke dalam otot dan jaringan lain.
• meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino
ke dalam protein dengan merangsang perangkat
pembuat protein di dalam sel.
•
Pengaturan Sekresi Insulin
Glukagon
• sel-sel alfa pankreas meningkatkan sekresi glukagon
sebagai respons terhadap penurunan glukosa darah.
Efek Hormon Glukagon
Efek pada karbohidrat :
• Meningkatkan pembentukan dan pengeluaran
glukosa oleh hati.
• Menurunkan sintesis glikogen
• Meningkatkan glikogenolisis
• Merangsang glukoneogenesis
Efek pada lemak :
• Mendorong penguraian lemak
• Menghambat sintesis trigliserida
• Meningkatkan pembentukan keton di hati
• Alimentary (postgastrectomy)
• Noninsulinoma pancreatogenous hypoglycemia
syndrome
• In the absence of prior surgery
• Following Roux-en-Y-gastric bypass
• Other causes of endogenous hyperinsulinism
• Hereditary fructose intolerance, galactosemia
• Idiopathic
HIPOGLIKEMIA TIDAK
DISADARI PADA DM TIPE 2
• Dalam suatu studi melibatkan 358 orang pada DM
tipe 2 yang mengisi kuesioner, Mitrakou dan kawan-
kawan menyimpulkan bahwa hanya sebagian pasien
yang tetap memberikan respon pada hipoglikemia.
Mereka juga melaporkan bahwa 20% pasien yang
menyadari simptom neuroglikopenik sebagai tanda
pertama yang muncul saat hipoglikemi. Hipoglikemik
yang tidak disadari ini berhubungan dengan lamanya
penyakit dan dan terapi insulin, bukan pada kontrol
metabolic atau neuropati autonomik.
DIAGNOSIS
Gejala dan Tanda klinis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Triad Whipple
DIAGNOSIS
Gejala dan Tanda klinis :
Stadium parasimpatik : lapar, mual , tekanan
darah turun.
Stadium gangguan otak ringan: lemah, lesuh, sulit
bicara, kesulitan menghitung sementara
Stadium simpatik : keringat dingin pada muka,
bibir atau tangan gemetar.
Stadium gangguan otak berat: tidak sadar,dengan
atau tanpa kejang.
Anamnesis
Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik
oral : dosis terakhir, waktu pemakaian terakhir,
perubahan dosis
Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi
Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya
Lama menderita DM, komplikasi DM
Penyakit penyerta : ginjal, hati, dan lain-lain
Penggunaan obat sistemik lainnya : penghambat
adrenergik β, dll
Pemeriksaan Fisik
Pucat, diaphoresis, tekanan darah, frekuensi denyut
jantung, penurunan kesadaran, defisit neurologis fokal
transient
"triad Whipple."
Kadar gula darah < 60 mg/dl
Adanya gejala-gejala hipoglikemia : fase peningkatan
hormon epinefrin ( berkeringat banyak, palpitasi, tremor,
ketakutan, rasa lapar, mual). Fase selanjutnya (<20 mg/dl)
bisa didapatkan gejala neurologik yaitu pusing, pandangan
kabur, ketajaman mental turun, hilangnya keterampilan
motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang klonus
sampai koma.
Gejala menghilang bila kada gula dinormalkan dengan
cara pemberian glukosa oral
PENATALAKSANAAN
Hipoglikemia
Tidak sadar :
• Diberikan larutan dextrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus intrave
• Diberikan cairan dextrose 10% per infus 6 jam per kolf
Sadar : • Periksa GD sewaktu (GDS), kalau memungkinkan dengan glukometer,
•Beri gula murni 30 gram(2 sendok makan) Bila GDS <50 mg/dl+ bolus dextrosa 40% 50 ml IV
/sirop/permen/gula murni/ Bila GDS <100 mg/dl+ bolus dextrosa 40% 25 ml IV
• Hipoglikemia
makanan yang mengandung karbohidrat.
•Stop obat hipoglikemik
• Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian dextrosa 40%,
Bila GDS <50 mg/dl+ bolus dextrosa 40% 50 ml IV
Bila GDS <100 mg/dl+ bolus dextrosa 40% 25 ml IV
•Periksa gula darah sewaktu/1-2 jam Bila GDS 100-200 mg/dltanpa bolus dextrosa 40%
•Pertahankan GD sekitar 200mg/dl Bila GDS >200 mg/dlàpertimbangkan menurunkan kecepatan
(bila sebelumnya tidak sadar) drip dextrosa 10%
•Cari etiologi • Bila GDS >100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
pemantauan GDS setiap 2 jam, dengan protokol sesuai di atas.
Bila GDS >200 mg/dl pertimbangkan mengganti infus
dengan dextrosa 5% atau NaCl 0,9 %.
• Bila GDS >100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
pemantauan GDS setiap 4 jam, dengan protokol sesuai di atas.
Bila GDS >200 mg/dl pertimbangkan mengganti infus
GD (mg/dl) RI (unit, dengan dextrosa 5% atau NaCl 0,9 %.
• Bila GDS >100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
subkutan) sliding scale setiap 6 jam :
• Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian
< 200 0 antagonis insulin,seperti: adrenalin, kortison dosis tinggi,
atau glukagon 0,5-1 mg IV/IM
200-250 5 (bila penyebabnya insulin).
250-300 • Bila pasien belum sadar, GDS sekitar 200 mg/dl.
10 Hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau
300-350
15 deksametason 10 mg IV bolus
dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol 1,5-2 g/kgBB IV
>350 20 setiap 6-8 jam.
• Dicari penyebab lain kesadaran menurun.
KESIMPULAN
Hipoglikemi merupakan hal yang serius yang perlu
diberi perhatian pada penatalaksanaan pada DM tipe 2.
Berbagai kesulitan pada penatalaksanaan hipoglikemi dapat
diatasi jika tujuan target glikemik di atur dengan baik, jika
agen-agen farmakologik digunakan dengan indikasi yang
tepat dan sesuai dengan kondisi pasien, dan jika pasien
benar-benar teredukasi risiko hipoglikemi dan cara untuk
mencegah dan merawatnya.
Sebagai tambahan, monitor glukosa darah yang teratur,
modifikasi gaya hidup, dan farmakoterapi yang benar yang
mengawal kontrol glikemik sangat perlu untuk
mengurangkan insiden hipoglikemi dan mengubah persepsi
bahwa hipoglikemik sebagai konsekuen pada pengaturan
gula darah yang terlalu ketat.
STATUS PASIEN
Nama : Ny. M
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : Ibu RT
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jakarta Selatan
No Rekam Medik : 1001015
Masuk RSF : 23 juli 2010
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
pasien merasa lemas sejak 5 jam SMRS.
B. Keluhan Tambahan
- keringat dingin, gemetaran, muntah sejak 5 jam SMRS
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
23 juli 2010
5 jam SMRS Os lemas
Thorax
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi: Batas atas : ICS III linea parasternal kiri
Batas kanan : ICS III, IV, V linea parasternal kanan
Batas kiri : ICS V linea midklavikularis kiri.
Auskultasi : S1, S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pulmo : Inspeksi : simetris baik saat statis maupun dinamis
Palpasi : Vocal fremitus simetris pada hemithorax kanan dan kiri
Perkusi : Sonor
Batas paru-hepar : ICS V linea midklavikularis kanan
Batas paru–lambung: ICS VII linea axillaries anterior kiri
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, dilatasi vena (-), spider nevi (-), smilling umbilicus (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defense musculer (-)
Hepar tidak teraba membesar
Lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Pucat, diaphoresis, tekanan darah, frekuensi
denyut jantung, penurunan kesadaran, defisit
neurologis fokal transient
PEMERIKSAAN PENUNJANG
23 Juli 2010
Hematologi Hasil Normal
Hematokrit 40 37-43 %
Ureum 68 10 – 40 mg/dl
43 mg/dl
GDS 08.00 43 mg/dl IGD
• - Bolus D40% 2 flakon
• - D10%20 tpm 12.00 204 mg/dl
18.00 341
20.00 196
24.00 113
25 Juli 2010 Glukosa Jam Hasil Normal
08.00 161
12.00 118
16.00 166
20.00 190
26 juli 2010
Glukosa Jam Hasil Normal
06.00 192
Hipoglikemia
Tidak sadar :
• Diberikan larutan dextrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus intrave
• Diberikan cairan dextrose 10% per infus 6 jam per kolf
Sadar : • Periksa GD sewaktu (GDS), kalau memungkinkan dengan glukometer,
•Beri gula murni 30 gram(2 sendok makan) Bila GDS <50 mg/dl+ bolus dextrosa 40% 50 ml IV
/sirop/permen/gula murni/ Bila GDS <100 mg/dl+ bolus dextrosa 40% 25 ml IV
• Hipoglikemia
makanan yang mengandung karbohidrat.
•Stop obat hipoglikemik
• Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian dextrosa 40%,
Bila GDS <50 mg/dl+ bolus dextrosa 40% 50 ml IV
Bila GDS <100 mg/dl+ bolus dextrosa 40% 25 ml IV
•Periksa gula darah sewaktu/1-2 jam Bila GDS 100-200 mg/dltanpa bolus dextrosa 40%
•Pertahankan GD sekitar 200mg/dl Bila GDS >200 mg/dlàpertimbangkan menurunkan kecepatan
(bila sebelumnya tidak sadar) drip dextrosa 10%
•Cari etiologi • Bila GDS >100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
pemantauan GDS setiap 2 jam, dengan protokol sesuai di atas.
Bila GDS >200 mg/dl pertimbangkan mengganti infus
dengan dextrosa 5% atau NaCl 0,9 %.
• Bila GDS >100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
pemantauan GDS setiap 4 jam, dengan protokol sesuai di atas.
Bila GDS >200 mg/dl pertimbangkan mengganti infus
GD (mg/dl) RI (unit, dengan dextrosa 5% atau NaCl 0,9 %.
• Bila GDS >100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
subkutan) sliding scale setiap 6 jam :
• Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian
< 200 0 antagonis insulin,seperti: adrenalin, kortison dosis tinggi,
atau glukagon 0,5-1 mg IV/IM
200-250 5 (bila penyebabnya insulin).
250-300 • Bila pasien belum sadar, GDS sekitar 200 mg/dl.
10 Hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau
300-350
15 deksametason 10 mg IV bolus
dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol 1,5-2 g/kgBB IV
>350 20 setiap 6-8 jam.
• Dicari penyebab lain kesadaran menurun.
DAFTAR PUSTAKA
• Snell, Richard S, Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.
• Junqueira, Luis Carlos, Jose Carneiro. In : Basic Histology. 11th edition. Brazil: The McGraw-
Hill Companies, Inc. ;2005
• Sherwood,Lauralee. Fisiologi Manusia, Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;1996
• PB PABDI. Dalam : Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Jakarta : Departeman Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2008
• Sudoyo,Aru,dkk. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 4. Jilid 3. Jakarta :Departemen
IPD FKUI; 2006.
• Davey, Patrick. At a glance medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2005
• Briscoe ,Vanessa , PhD and Stephan, MD. Hypoglycemia in Type 1 and Type 2 Diabetes:
Physiology, Pathophysiology, and Management. avalaible at :
http://clinical.diabetesjournals.org/content/24/3/115.full . Accessed : june 21, 2010.
• Patrick, Boyle, J. MD; Zrebiec, John MSW, CDE. Management of Diabetes-related
Hypoglycemia.avalaible at : http://Management of Diabetes-related Hypoglycemia Southern
Medical Journal.htm. Accessed : june 21, 2010
• Burge ,Mark R. Aruna Chelliah ,David S. Schade. Hypoglycemia in Type 2 Diabetes Mellitus. In
: Diabetes Mellitus: A Fundamental and Clinical Text. 3rd Edition. USA. © 2004 Lippincott
Williams & Wilkins
• http://journals.lww.com/smajournalonline/Fulltext/2007/02000/Management_of_Diabetes_relate
d_Hypoglycemia.18.aspx
TERIMA KASIH