Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“SIKAP EMPATI DAN TOLERANSI MENGHADAPI KEANEKARAGAMAN


KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTI KULTURAL”

Disusun Oleh :
- Gina Nurhayati
- Resa Mulyati
- Sandi Munawar
- Yadi Setiadi
- Yuni Alawiyah

SMA NEGERI 1 GUNUNGHALU


2011

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia ini di ciptakan oleh Allah sebagai suatu sarana pemenuhan

kebutuhan bagi manusia. Dan Allah menciptakan makhluknya selalu

berpasang-pasangan, sedangkan dalam Al-Quran Allah berfirman bahwa

telah kami ciptakan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Maka dari itu

jelaslah, dalam pandangan islam suatu kemajemukan masyarakat itu memang

sudah ada dari awal penciptaan manusia.

Begitu pula dilihat dari sudut pandang ilmu sosial, dalam Al-Quran

manusia disebut sebagai “An-Nas”, yang artinya manusia sebagai makhluk

sosial. Yang mana manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa adanya

dukungan dari manusia yang lain. Di beberapa ayat lain manusia disebut

sebagai “AI-Insan”, ini menunjukkan bahwa manusia adalah seorang individu

yang unggul. Mengapa demikian? karena seorang manusia diciptakan dengan

karakter yang berbeda dengan manusia yang lainnya. Jadi, sampailah pada

kesimpulan bahwa manusia adalah seorang individu sekaligus makhluk sosial

yang dengan kekarakteristikannya terbentuklah suatu masyatakan majemuk

yang menghiasi dunia ini.

Sikap empati dan toleransi dalam kaitannya dengan keanekaragaman

dalam masyarakat multicultural dapat dikembangkan melalaui bidang

pendidikan yang menekankan pluralitas danmultiulturalitas merupakan

modal sosial budaya kita yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Dengan

2
poendidikan semacam itu, pada akhirnya diharapkan masyarat mampu

menghargai perbedaan secara lulus, komunikatif, terbuka, dan tidak saling

curiga. Jika tidak ada keterbukaan, apapaun yang berbeda akan selalu

dicurigai dan dianggap musuh.

Fokus utama pendidikan multicultural terletak pada pemahaman dan

upaya untuk hidup dalam konteks perbedaaan, baik secara perorangan

maupun kelompok tanpa harus terperangkap oleh nilai promordialis budaya

yang sempit. Dengan demikian, diperlukan pemahaman danpenghayatan

terhadap nilai-nilai bersama untuk mengatasi persoalan. Pendeknya

pendidikan multicultural tidak sekedar untuk mengantar masyarakat

memahami keragaman budaya, tetapi sekaligus mengantarkan mereka untuk

menghayati nilai-nilai bersama yang dapat dijadikan dasar dan pandangan

hidup bersama. Melalui pendidikan multicultural, beragam keyakinan, tradisi,

adat istiadat, dan budaya akan memperoleh tempat dan posisi yang wajar.

Sikap empati dan toleransi terhadap budaya yang berbeda-beda akan

tertanam. Hal ini dapat terjadi karena pendidikan multicultural memang

menolak dominasi hegomoni budaya yang berujung pada terbangunnya kultur

monolitik dan uniformitas global. Pendidikan multicultural juga dapat

membangun symbol-simbol Indonesia masa depan dalam konteks budaya

local dan memperkokoh jati diri bangsa. System ini tentu saja harus mengacu

pada perkembangan kebudayaan sejagad dan mengali potensi budaya local

yang masih memiliki kemungkinan untuk dikembangkan, nilai-nilai sikap

moral, hubungan sosial, struktur, dan agam sejak dini, semestinya disajikan

3
tidak kalah menarik dari budaya global yang tampil di televisi atau media

lain.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah

pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka

Empati adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antar

manusia. Mampu merasakan kondisi emosional orang lain, maka kita bisa

membina relationship yang akrab dengan orang lain. Bisa diumpamakan

sebagai berikut,  hari ini … anda sedang bekerja dan kemudian karena ada

sesuatu hal yang menganggu aktifitas kerja hingga akhirnya mengalami

penurunan aktifitas hingga akhirnya terjadi konflik dengan rekan kerja hingga

dengan pimpinan disuatu perusahaan. Kemudian setelah pulang kerja,

bertemu dengan teman anda dan anda diajak bareng untuk “hang out”

bersama teman anda, namun teman anda merasakan anda sedang dalam

kondisi gelisah, oleh karena itu teman anda mengontrol keinginannya untuk

“hang out” bersama anda dan mengajak sharing tentang masalah anda.  Hal

itu bisa dikatakan curhat atau sharing. Namun bila teman anda tidak ada rasa

empati, maka raut muka anda menjadi tambah gelisah dan tidak tenang. Maka

anda merasa tidak cocok dengan teman anda, sehingga membuat perasaan

jengkel dan tidak senang. Dari contoh ini bisa ditebak, hal apa yang akan

terjadi tidak ada rasa saling memahami seseorang atau orang lain.Maka dari

itu cara paling baik memahami orang lain adalah dengan mengembangkan

empati dalam diri anda. Empati berbeda dengan simpati. Simpati itu berusaha

memahami keadaan orang lain dengan persepsi anda, bagaimana perasaan

anda ketika anda berada dalam situasi yang sedang saya hadapi. Empati lebih

dalam daripada simpati, empati menuntut anda berusaha memahami keadaan

5
orang dari sudut pandang orang tersebut. Seseorang yang memiliki sikap

empati lebih mudah memotivasi orang lain.

Sedangkan pengertian toleransi adalah Toleransi merupakan salah

satu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yangformil. Kadang-kadang

toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan,hal mana

disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau kelompok, kelompok

manusia, untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan

(Soekanto,1982:71). Dari sejarah dikenal bangsa Indonesia adalah bangsa

yang toleran yang sedapat mungkin menghindarkan diri dari

perselisihanperselisihan. Disamping itu toleransi juga termasuk salah satu

faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi. Toleransi terhadap

kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda dengan

kebudayaan sendiri, hanya mungkin dicapai dalam akomodasi. Apabila

toleransi tersebut mendorong terjadinya komunikasi, maka faktor tersebut

dapat mempercepat asimilasi.

Asimilasi merupakan suatu proses dalam taraf kelanjutan, yang

ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang

terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga

meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-

proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-

tujuan bersama. Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan

pengembangan sikap-sikap yang sama , walaupun kadang-kadang bersifat

emosional, bertujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit untuk

mencapai suatu integrasi dalam organisasi, fikiran dan tindakan. Proses

6
asimilasi timbul bila ada : (1) kelompok-kelompok manusia yang berbeda

kebudayaannya; (2) orang perorangan sebagai warga kelompok-kelompok

tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama;

sehingga (3) kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia

tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri (Soekanto,

1982:74).

Halim (2008) dalam arikel yang berjudul “Menggali Oase

Toleransi”, menyatakan “Toleransi berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerantia,

berarti kelonggaran, kelembutan hati, keringanan, dan kesabaran”. Secara

umum, istilah ini mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, sukarela, dan

kelembutan. United Nations Educational,Scientific and Cultural

Organization (UNESCO) mengartikan toleransi sebagai sikap “saling

menghormati, saling menerima, dan saling menghargai di tengah keragaman

budaya, kebebasan berekspresi, dan karekter manusia”. Untuk itu, toleransi

harus didukung oleh cakrawala pengetahuan yang luas, bersikap terbuka,

dialog, kebebasan berfikir dan beragama. Singkatnya toleransi setara dengan

bersikap positif dan menghargai orang lain dalam rangka menggunakan

kebebasan asasi sebagai manusia. Ada dua model toleransi, yaitu : Pertama,

toleransi pasif, yakni sikap menerima perbedaan sebagai sesuatu yang bersifat

faktual. Kedua, toleransi aktif, melibatkan diri dengan yang lain ditengah

perbedaan dan keragaman. Toleransi aktif merupakan ajaran semua agama.

Hakikat toleransi adalah hidup berdampingan secara damai dan saling

menghargai di antara keragaman.

7
Di Indonesia, praktik toleransi mengalami pasang surut. Pasang surut

ini dipicu oleh pemahaman distingtif yang bertumpu pada relasi “mereka” dan

“kita”. Tak pelak, dalam berbagai diskursus kontemporer, sering

dikemukakan bahwa, radikalisme, ekstremisme, dan fundamentalisme

merupakan baju kekerasan yang ditimbulkan oleh pola pemahaman yang

eksklusif dan antidialog atas teks-teks keagamaan. Seluruh agama harus

bertanggung jawab untuk mewujudkan keadilan dan kedamaian. Hal ini tidak

akan tercapai hanya dengan mengandalkan teologi eksklusif yang hanya

berhenti pada klaim kebenaran, tetapi membutuhkan teologi pluralisme yang

berorientasi pada pembebasan. Toleransi yang dimaksudkan dalam tulisan ini

adalah: sikap saling menghormati, saling menghargai, dan saling menerima

ditengah keragaman budaya, suku, agama dan kebebasan berekspresi. Dengan

adanya sikap toleransi, warga suatu komunitas dapat hidup berdampingan

secara damai, rukun, dan bekerja sama dalam mengatasi berbagai

permasalahan yang terjadi di lingkungannya.

Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang menekankan

pengakuan dan penghargaan pada kesederajatan perbedaan kebudayaan.

Tercakup dalam pengertian kebudayaan adalah para pendukung kebudayaan,

baik secara individual maupun secara kelompok, dan terutma ditujukan

terhadap golongan sosial askriptif yaitu sukubangsa (dan ras), gender, dan

umur. Ideologi multikulturalisme ini secara bergandengan tangan saling

mendukung dengan proses-proses demokratisasi, yang pada dasarnya adalah

kesederajatan pelaku secara individual (HAM) dalam berhadapan dengan

kekuasaan dan komuniti atau masyarakat setempat.

8
Sehingga upaya penyebarluasan dan pemantapan serta penerapan

ideologi multikulturalisme dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, mau

tidak mau harus bergandengan tangan dengan upaya penyebaran dan

pemantapan ideologi demokrasi dan kebangsaan atau kewarganegaraan dalam

porsi yang seimbang. Sehingga setiap orang Indoensia nantinya, akan

mempunyai kesadaran tanggung jawab sebagai orang warga negara

Indonesia, sebagai warga sukubangsa dankebudayaannya, tergolong sebagai

gender tertentu, dan tergolong sebagai umur tertentu yang tidak akan berlaku

sewenang-wenang terhadap orang atau kelompok yang tergolong lain dari

dirinya sendiri dan akan mampu untuk secara logika menolak diskriminasi

dan perlakuakn sewenang-wenang oleh kelompok atau masyarakat yang

dominan. Program penyebarluasan dan pemantapan ideologi

multikulturalisme ini pernah saya usulkan untuk dilakukan melalui

pendidikakn dari SD s.d. Sekolah Menengah Atas, dan juga S1 Universitas.

Melalui kesempatan ini saya juga ingin mengusulkan bahwa ideologi

multikulturalisme seharusnya juga disebarluaskan dan dimantapkan melalui

program-program yang diselenggarakan oleh LSM yang yang sejenis.

Mengapa perjuangan anti-diskriminasi terhadap kelompok-kelompok

minoritas dilakukan melalui perjuangan menuju masyarakat multikultural?

Karena perjuangan anti-diskriminasi dan perjuangan hak-hak hidup dalam

kesederajatan dari minoritas adalah perjuangan politik, dan perjuangan politik

adalah perjuangan kekuatan. Perjuangan kekuatan yang akan memberikan

kekuatan kepada kelompok-kelompok minoritas sehingga hak-hak hidup

untuk berbeda dapat dipertahankan dan tidak tidak didiskriminasi karena

9
digolongkan sebagai sederajad dari mereka yang semula menganggap mereka

sebagai dominan. Perjuangan politik seperti ini menuntut adanya landasan

logika yang masuk akal di samping kekuatan nyata yang harus digunakan

dalam penerapannya. Logika yang masuk akal tersebut ada dalam

multikulturalisme dan dalam demokrasi.

Upaya yang telah dan sedang dilakukan terhadap lima kelompok

minoritas di Indonesia oleh LSM, untuk meningkatkan derajad mereka,

mungkin dapat dilakukan melalui program-program pendidikan yang

mencakup ideologi multikulturalisme dan demokrasi serta kebangsaan, dan

berbagai upaya untuk menstimuli peningkatan kerja produktif dan profesi.

Sehingga mereka itu tidak lagi berada dalam keterbelakangan dan

ketergantungan pada kelompok-kelompok dominan dalam masyarakat

setempat dimana kelompok minoritas itu hidup.

Pengertian masyarakat multikultular meliputi beberapa hasil

diantaranya :

1. Furnivall

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua

atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu

sama lain di dalam suatu satu kesatuan politik.

2. Clifford Gertz

Masyarakat multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi

dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-

masing sub sistem terkait oleh ikatan-ikatan primordial.

10
3. Nasikun

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk

sejauh masyarakat tersebut secara setruktur memiliki sub-subkebudayaan

yang bersifat deverseyang ditandai oleh kurang berkembangnya sistem

nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem

nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik

sosial.

4. Kesimpulan

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang teriri dari

berbagai elemen, baik itu suku, ras, dll yang hidup dalam suatu kelompok

masyrakat yang memiliki satu pemerintaha tetapi dalam masyarakat itu

masig terdapat segmen- segmen yang tidak bisa disatukan.

2.2 Hasil Pembahasan

Secara sederhana pendidikan di kalangan multicultural didefinisikan

sebagai pendidikan untuk keragaman budaya dalam merespon perubahan

demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia

secara keseluruhan. Menurut tilaar : Pendidikan multicultural muncil seusai

perang dunia kedua. Saat itu muncul gagasan tentang “Interkulturalisme” dan

menyangkut perkembangan politik internasional, speerti HAM, kemerdekaan

dari penjajahan, dan diskriminasi rasial. Ditambah lagi meninngkatnya

pluralitas di Negara-negara barat sebagai akibat lonjakan migrasi dari Negara-

negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa.

Untuk memelihara kesetiakawanan sosial maka suatu kelompok suku

bangsa biasanya mengembangkan simbol-simbol yang mudah dikenal, seperti

11
bahasa, adat istiadat, dan agama. Setiap suku bangsa tersebut merasa bahwa

mereka memiliki simbol-simbol tertentu. Simbol ini diyakini perbedaannya

dengan simbol-simbol suku bangsa lainnya dan berfungsi sebagai media

untuk memperkuat kesetiakawanan sosial mereka. Di Indonesia terdapat suku

bangsa dan golongan sosial yang terlibat dalam interaksi lintas budaya secara

serasi sehingga melahirkan sukusuku bangsa baru. Ini merupakan hasil

amalgamasi atau asimilasi budaya. Salah satu bentuk amalgamasi budaya

yang melahirkan suku bangsa  baru adalah yang terjadi di Batavia. Penduduk

Batavia yang berdatangan dari berbagai tempat dengan memiliki

keanekaragaman latar belakang kebudayaan tersebut berhasil dipersatukan

dalam kebudayaan Betawi yang dipimpin oleh Muhammad Husni Thamrin

pada tahun 1923. Selanjutnya, setiap kelompok suku bangsa maupun

golongan yang ada menanggalkan simbol-simbol kesukuan mereka dan

mengembangkan simbol-simbol kesukuan baru serta memilih agama Islam

sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial.

1. Proses Integrasi Budaya

Pada masa pendudukan Jepang juga terjadi proses integrasi budaya di

Indonesia. Jepang yang berusaha meraih simpati dari rakyat Indonesia,

dengan mensahkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi

maupun dalam pergaulan sosial sehari-hari. Pengaruh kebijakan tersebut

sangat besar dalam pengembangan budaya kesetaraan pada masyarakat

Indonesia. Keputusan Jepang untuk memberlakukan bahasa Indonesia sebagai

bahasa resmi tersebut bukan hanya mengukuhkan media sosial yang

12
diperlukan melainkan juga mematahkan salah satu lambang arogansi sosial,

yaitu pemakaian bahasa Belanda pada masa penjajahan Belanda.

Jasa lain penjajah Jepang yang tidak boleh diabaikan adalah

pembentukan organisasi rukun tetangga (RT) sebagai organisasi sosial di

tingkat lokal. Tujuannya untuk mempersatukan segenap warga masyarakat

tanpa memandang asal usul kesukuan, golongan, dan latar belakang

kebudayaan. Konsep ketetanggaan tersebut akan memainkan peranan penting

dalam menciptakan wadah sosial yang dapat menjamin kebutuhan akan rasa

aman warga, bebas dari kecurigaan, dan prasangka etnik, ras, dan golongan.

2. Sikap Toleransi dan Empati terhadap Keberagaman Budaya

Agar menghindarkan kecenderungan dominasi suatu suku bangsa

terhadap suku bangsa lainnya maka harus ditingkatkan rasa toleransi dan

empati terhadap keberagaman Indonesia. Misalnya,proyek pencetakan sejuta

hektar sawah lahan gambut yang telah dibatalkan. Apabila proyek ini

dilaksanakan dapat menjurus ke arah dominasi kebudayaan petani sawah dari

Jawa yang dipaksakan kepada suku Dayak dan kebudayaannya yang dianggap

kurang sesuai dengan arus pembangunan.

3. Penerapan Pendekatan Multikultural

Pengembangan model pendidikan yang menggunakan pendekatan

multikultural sangat diperlukan untuk menanamkan nilainilai pluralitas

bangsa. Sikap simpati, toleransi, dan empati akan tertanam kuat melalui

pendidikan multikultural. Masyarakat menyadari akan adanya perbedaan

13
budaya dan memupuk penghayatan nilainilai kebersamaan sebagai dasar dan

pandangan hidup bersama.

Melalui pendidikan multikultural, sejak dini anak didik ditanamkan

untuk menghargai berbagai perbedaan budaya, seperti etnik, ras, dan suku

dalam masyarakat. Keserasian sosial dan kerukunan pada dasarnya adalah

sebuah mozaik yang tersusun dari keberagaman budaya dalam masyarakat.

Melalui pendidikan multikultural, seorang anak dididik untuk bersikap

toleransi dan empati terhadap berbagai perbedaan di dalam masyarakat.

Kesadaran akan kemajemukan budaya dan kesediaan untuk bertoleransi dan

berempati terhadap perbedaan budaya merupakan kunci untuk membangun

kehidupan berbangsa dan bernegara. Penerapan sikap toleransi dan empati

sosial yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat akan mencegah

terjadinya berbagai konflik sosial yang merugikan berbagai pihak.

14
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Penanaman sikap empati dan toleransi dalam menghadapi keaneka

ragaman kelompok sosial dalam masyarakat multicultural dapat

dikembangkan melalui bidang pendidikan yaitu melalui pendidikan generasi

muda harus mengenal berbagai kebudayaan yang masih hidup di kawasan

tanah air.

3.2 Saran

Jadi dalam menghadapi keanekaragaman kelompok sosial dalam

masyarakat multicultural harus memiliki sifat empati dan sifat toleransi yang

besar diantara anggota masyarakat karena perbedaan yang terdapat dalam

masyarakat multicultural dapat memicu timbulnya suatu komplik. Oleh sebab

itu sikap empati dan toleransi berfungsi supaya masyarakat mampu

menghargai perbedaan secara tulus, komunikati, terbuka dan tidak saling

curiga.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.interseksi.org/publications/essays/articles/masyarakat_majemu

k.html

http://juww.blogspot.com/2009/04/masyarakat-multikultural-bab-4.html

http://gurumuda.com/bse/pengembangan-sikap-toleransi-dan-empati-

sosial-terhadap-keberagaman-budaya-di-indonesia-2#more-36574

http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi

http://sulthonamin.blogspot.com/2010/03/17-sikap-toleransi-dan-empati-

sosial.html?zx=524e75dcddae2a5c

http://www.scribd.com/doc/4018314/KTSP-TKJ

http://omdimas.com/apakah-itu-empati/

16

Anda mungkin juga menyukai