Rosdianah Dewi
BPOM menertibkan 70 produk kosmetik yang mengandung bahan-bahan berbahaya
/
Artikel Terkait:
BPOM Tarik 70 Produk Kosmetik Berbahaya
A. 18 merek kosmetik rias wajah dan rias mata mengandung bahan berbahaya dan bahan terlarang:
B. Tujuh merek kosmetik pewarna rambut mengandung bahan berbahaya dan bahan terlarang:
"Untuk melindungi konsumen, kami telah menarik dan memusnahkan ribuan produk yang
menggunakan bahan yang dilarang di Bengkulu, Denpasar, Kendari, Lampung, Padang,
Pekanbaru, Pontianak, Samarinda, dan Jayapura," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM) Husniah Rubiana Thamrin Akib, Rabu (4/10).
"Kami telah memberi teguran keras dan mengajukan pelakunya untuk diadili," ujar Husniah.
Sayangnya, penegakan hukum terhadap para pelaku, produsen maupun penjual, kosmetik
yang tidak memenuhi syarat itu lemah. Dalam tiga tahun terakhir ini sedikitnya 154 kasus
diajukan ke pengadilan dan umumnya hanya diberi sanksi pidana denda Rp 250.000 serta
hukuman percobaan tiga bulan.
Hasil sampling dan pengujian kosmetik tahun 2005 terhadap 10.896 sampel kosmetik
menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24 persen) tidak memenuhi syarat, di antaranya produk
ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan dilarang, terutama merkuri dan
rhodamin. Selain itu, ada kosmetik palsu yang diedarkan di pasaran.
Menurut hasil pengawasan Badan POM pada tahun 2005 dan 2006 di beberapa provinsi,
ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung merkuri (hg), hidroquinon lebih dari dua
persen, serta zat warna rhodamin B dan merah K3. Kosmetik itu, di antaranya, Yen Lye YL II
day cream, Arche pearl cream, Leeya Whitening Daily dan Night Use, krim
Qubanyifushuang, dan lipstik merek Hengfang.
"Sebagian besar kosmetik itu berasal dari China dan dijual di pasar-pasar tradisional maupun
di sejumlah mal. Sasaran utama produk kosmetik yang tidak memenuhi syarat itu adalah kota-
kota besar di luar Pulau Jawa karena pengawasannya kurang ketat," kata Deputi Bidang
Pengawasan Kosmetik, Obat Tradisional, dan Produk Komplemen Badan POM Ruslan
Aspan.
Penggunaan bahan itu dalam sediaan kosmetik bisa membahayakan kesehatan dan dilarang
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 445 Tahun 1998, dan dipertegas oleh
keputusan Kepala Badan POM.
Merkuri atau air raksa termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecil pun
bersifat racun. Penggunaan merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal,
mulai dari perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada
kulit, iritasi kulit, hingga alergi.
"Pemakaian dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal, dan
gangguan perkembangan janin," kata Husniah menambahkan. Bahkan, paparan dalam jangka
pendek dalam kadar tinggi bisa menimbulkan muntah-muntah, diare, kerusakan paru-paru,
dan merupakan zat karsinogenik yang menyebabkan kanker.
Sementara itu, hidroquinon termasuk obat keras yang hanya dapat dipakai berdasarkan resep
dokter.
Pemakaian obat keras tanpa resep dokter ini dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit jadi merah
dan rasa terbakar, serta dapat menyebabkan kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah,
dan kanker sel hati (hepatocelluler adenoma). (EVY)
BANDUNG, (PRLM).- Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Bandung mengamankan berbagai
merek dan jenis kosmetik di beberapa pusat perdagangan. Penarikan dilakukan karena kosmetik tersebut
mengandung bahan berbahaya atau bahan yang dilarang untuk dipakai dalam pembuatan kosmetik.
"Jumlah pastinya belum diketahui karena kami masih terus melakukan pendataan. Hasil temuan tersebut ada
yang langsung dimusnahkan di tempat, ada juga yang dibawa ke BBPOM. Kita terus melakukan pengawasan
dan kalau menemukan di pasaran, kami amankan," ujar Kepala BBPOM Bandung Drs. Joko Triyono, Apt., M.M.
Petugas BBPOM Bandung, kata Joko, terakhir kali menemukan kosmetik bermasalah tersebut tanggal 9 Juni
2009 di daerah Depok, Bekasi, dan Bandung. Sebelumnya, kosmetik ditemukan pula di Sumedang. "Di Bandung,
kosmetik yang mengandung bahan berbahaya atau bahan dilarang masih ditemukan misalnya di Pasar Baru, di
supermarket yang ada di kawasan Jln. Soekarno-Hatta dan Jln. Kiaracondong," kata Joko.
Kosmetik tersebut dikemas dalam bentuk bedak padat, sabun pembersih wajah, sabun pemutih, pelindung
matahari, perona pipi, perona mata, pewarna bibir (lipstik), pelembap bibir (lipbalm), pensil alis, pewarna kuku
(kutek). Kosmetik tersebut di antaranya mengandung merkuri, hidrokinon, asam retinoat, zat warna merah K.3 (Cl
15585), merah K.10 (rhodamin B), dan jingga K.1 (Cl 12075).
Bahan warna merah K.3 (Cl 15585), merah K.10 (rhodamin B), dan jingga K.1 (Cl 12075), kata Joko, merupakan
zat warna sintetis yang biasanya digunakan sebagai zat warna kertas, kain, atau tinta. Zat warna tersebut bersifat
karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker jika digunakan dalam waktu lama. "Pemakaian lama zat tersebut
dapat menyebabkan kanker, salah satunya kanker kulit," ucapnya. (A-62/A-147)***
JAKARTA (Pos Kota)-Pabrik komestik palsu yang diduga berbahaya bila dipakai konsumen digerebek Satuan
Narkoba Polres Metro Jakarta Barat, Senin pagi di Jl. Pengukiran IV/ nomor 8 RT 04/2 Pekojan Tambora.
Polisi berhasil meringkus tersangka Dede alias Suwandi, 27. Kepada polisi, tersangka mengaku pernah bekerja
di pabrik kosmetik. Setelah keluar dari pabrik tersebut bedasarkan pengetahuannya yang minim, Dede lalu
membikin pabrik kosmetik tersebut.
Adapun bahan kosmetik itu terdiri dari zat kimia berbahaya ditambah zat pewarna makanan yang dapat
menyebabkan kanker kulit.
Menurut Kasat Narkoba Polres Jakarta Barat , Kompol Adex Uudiswan, tersangka dijerat dengan UU Kesehatan
No. 23 Tahun 92 dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara.
Masih menurut tersangka, ia sudah satu tahun menjalankan usaha ilegalnya itu. Kosmetik yang diproduksi
khusus untuk pembersih muka dan pemutih wajah dengan merek UPE & 99.
Biaasanya produksinya dijual ke luar Jawa, khususnya Kalimantan dengan omset Rp 100 juta perbulan.
Seminggu pabrik kosmetik ilegal tersebut mampu memproduksi 500 boks. (anis/warto/B)