sebanyak 3.254.365 siswa sekolah menengah pertama (SMP) atau 90,27 persen peserta
lulus Ujian Nasional Utama. Mendiknas menyebutkan, dari total 3.605.163 peserta UN
terdapat 350.798 (9,73 persen) siswa yang mengulang UN. Angka kelulusan itu, jika
dibandingkan tahun 2009 dengan jumlah peserta UN 3.441.815 siswa, berarti mengalami
penurunan.
"Tingkat kelulusannya tahun 2009 lalu sebesar 95,09 persen. Tetapi untuk tahun 2010,
mudah-mudahan bisa bertambah, mengingat masih ada kesempatan untuk ujian ulang,"
ungkap M Nuh dalam konferensi pers mengenai pengumuman hasil UN SMP dan
sederajat di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Kamis
(6/5) sore.
Disebutkan, dari 9,73 persen siswa yang mengulang UN, ada beberapa provinsi yang
paling tinggi persentase mengulangnya, yakni Nusa Tenggara Timur (39,87 persen ),
Gorontalo (38,80 persen), dan Bangka Belitung (34,69 persen). "Paling kecil persentase
mengulangnya adalah provinsi Bali yakni 1,4 persen. Artinya, tingkat kelulusan di
provinsi Bali tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya," kata Mendiknas.
Adapun persentase siswa yang mengulang menurut jumlah mata pelajaran (MP), yakni
ada 21,19 persen atau 74.317 siswa mengulang satu mata pelajaran. Sebanyak 37,14
persen atau 130.277 siswa mengulang dua mata pelajaran. Sebanyak 29,41 persen atau
103.185 siswa mengulang tiga mata pelajaran dan 12,26 persen atau 43.019 siswa
mengulang empat mata pelajaran.
Sementara itu, Mendiknas juga menyebutkan, terdapat 561 (1,31 persen) sekolah yang
kelulusannya nol persen dengan jumlah siswa 9,283 (0,26 persen). Di sisi lain, lanjut
Mendiknas, ada 17.852 sekolah (41,64 persen) sekolah yang kelulusannya 100 persen
dengan jumlah siswa 1.116.761 siswa (31,32 persen).
Selanjutnya, Mendiknas menyampaikan daftar 102 sekolah yang masuk dalam 102 besar
yang memiliki nilai rata-rata UN tertinggi. Untuk peringkat pertama adalah SMP Negeri
1 Tulungagung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur dengan jumlah peserta 394 siswa.
"Lulus 100 persen dan nilai rata-rata UN 9,38," ujarnya. (cha/jpnn)
Jumlah dan Persentase Kelulusan Tingkat SMP/MTs
(2005-2009)
Dari data Tabel diatas terlihat adanya fluktuasi produktivitas pendidikan tingkat
SMP/MTs di NTT. Kenaikan relatif persentase kelulusan pada 2006/2007 mengalami
trend menurun pada 2007/2008 dengan selisih penurunan sebesar 18,60%, suatu
kemerosotan prestasi yang cukup menukik. Namun demikian, dari posisi 46,36% tingkat
kelulusan pada 2007/2008, terjadi suatu lompatan menaik yang cukup signifikan dalam
persentase kelulusan pada 2008/2009 yakni 70,25% (selisih kenaikan 23,89%).
Tabel diatas memberi gambaran tentang prestasi SMP/MTs se-NTT (kelompok '10
Besar') dalam Ujian Nasional Tahun 2008/2009. Prestasi tertinggi di raih Kabupaten
Manggarai Timur dengan persentase kelulusan 89,62%, yang secara beurutan disusuli
Sumba Barat (86,00%), Nagekeo (84,77%), Manggarai Barat (84,46%), Sumba Tengah
(79,67%), Alor (79,44%), Ende (79,10%), Rote Ndao (77,60%), Belu (76,60%), dan TTS
(75,84%). Ada tiga kabupaten yang meraih prestasi 'tiga terburuk' yang persentase
kelulusannya berada di bawah 50%. Tempat yang paling bawah diduduki oleh Kabupaten
Lembata dengan 38,32% tingkat kelulusan. Tempat di atasnya diduduki Kabupaten
Sumba Barat Daya dengan 40,35% kelulusan. Kabupaten Sumba Timur berada pada
urutan ketiga dari bawah dengan persentase kelulusan 49,05%. Tujuh kabupaten/kota
lainnya meraih tingkat kelulusan yang berkisar antara 51,48% (Ngada) sampai 72,29%
(Kota Kupang).
Secara kuantitatif, persentase kelulusan Ujian Nasional untuk SMK rata-rata 80% ke atas,
jika dibandingkan dengan SMA/MA maka posisi SMK relatif lebih baik. Perbaikan
peringkat kelulusan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Pada tahun 2006 jumlah peserta ujian sebanyak 7.683 orang dan yang dinyatakan lulus
sebanyak 5.557 siswa atau 73,21%. Persentase ini meningkat pada tahun 2007 menjadi
79,62% dengan jumlah peserta Ujian Nasional sebanyak 9.099. Selanjutnya pada tahun
2008, tingkat kelulusan dan persentase kelulusan meningkat menjadi 83,60%, lebih tinggi
dibandingkan hasil tahun 2007, sementara jumlah peserta mengalami penurunan menjadi
8.705. Keadaan ini sama dengan tahun 2009 ketika jumlah pesertanya juga mengalami
penurunan namun kelulusan dan persentase kelulusan lebih tinggi yakni 88,16%.
Pada tahun 2010 prestasi dua sekolah itu anjlok. Persentase kelulusan ujian nasional
(UN) utama SMPK Frateran Ndao 32,65 persen dan SMAK Syuradikara 80 persen. Di
Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, di kawasan nelayan
tradisional pemburu paus, ada SD Katolik Lamalera.
Sekolah ini berdiri tahun 1913. SD Katolik Lamalera hanya memiliki lima guru pegawai
negeri sipil (PNS). Padahal, setidaknya perlu 10 pengajar. Kondisi itu berlangsung sejak
tahun 2000-an. Meski sekolah sudah mengusulkan tambahan guru PNS ke Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO), hingga kini belum ada tambahan tenaga.
Sebelum 2005 persentase kelulusan siswa sulit mencapai 90 persen. Lalu pengelola
sekolah memberlakukan kebijakan, sejak tahun ajaran baru, siswa kelas VI diberi
tambahan jam belajar sore hari untuk menghadapi ujian akhir, yaitu hari Senin-Jumat
pukul 16.30-17.00 dan 18.30-19.30. Guru tidak diberi tambahan honor karena
keterbatasan anggaran.
Tahun 2006 dan 2007 persentase kelulusan 100 persen, tahun 2008 jadi 94,44 persen,
tahun lalu 83,33 persen, dan tahun 2010 sekitar 90 persen. Januari 2010 pengelola SD
Katolik Lamalera merekrut dua guru bantu dengan honor Rp 150.000 per orang. Honor
diambil dari dana bantuan operasional sekolah.
Kepala Dinas PPO Kabupaten Lembata Alex Making menjelaskan, sekolah swasta di
Lembata hampir tidak mempunyai guru. Guru yang mengajar umumnya guru PNS yang
diperbantukan. Kebutuhan guru SD di Lembata, untuk 178 SD negeri dan swasta, sekitar
250 orang. Namun, tahun ini formasi tenaga guru hanya 48 orang. ”Untuk SDK
Lamalera, kami merencanakan akan menempatkan tiga guru PNS lagi,” katanya.
Terpuruk
Hasil UN 2010 menempatkan Provinsi NTT di urutan terakhir dari 33 provinsi, di bawah
Gorontalo dan Maluku. Data Dinas PPO NTT, dari total peserta UN SMA 35.185 siswa,
yang lulus hanya 48,02 persen. Dari 11.616 siswa SMK, yang lulus 65,71 persen.
Untuk tingkat SMP, dari 72.450 siswa yang lulus 60,13 persen. Ironisnya, Kabupaten
Ende yang dikenal sebagai Kota Pendidikan, persentase kelulusan untuk UN SMP dan
SMA menempati urutan terakhir dari 21 kabupaten/kota di NTT.
Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengakui kegagalan itu. Menurut dia, banyak guru
belum memenuhi kualifikasi akademik. Dari sekitar 71.000 guru di NTT, sebanyak
31.953 orang (44 persen) lulusan setingkat SMA. Guru berpendidikan D-1 1.878 orang
(2,61 persen), D-2 ada 14.295 orang (19,9 persen), D-3 4.591 orang (6,39 persen), S-1
ada 18.958 orang (26,39 persen), S-2 ada 149 orang (0,20 persen), dan S-3 hanya
seorang.
Pengajar dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Pastor Dr Paul Budi Kleden
SVD, mengaitkan rendahnya mutu pendidikan dengan persoalan mendasar, yaitu
rendahnya motivasi dan komitmen para penyelenggara pendidikan.
Sebagai ilustrasi, hasil penelitian Stimulant Institute (Lembaga Studi Perubahan Sosial
dan Pengembangan Masyarakat), sebagaimana diungkapkan Direktur Stimulant Stepanus
Makabombu, menunjukkan, anggaran kesehatan dan pendidikan Kabupaten Sumba
Timur relatif tinggi dibandingkan dengan kabupaten lain, tetapi indeks pembangunan
manusia (IPM) tahun 2005-2007 kalah dibandingkan dengan IPM Kabupaten Flores
Timur dan Alor yang anggarannya lebih rendah.
Menurut analisis Stimulant, hal itu akibat pengawasan di tingkat operasional kurang. Ada
kecenderungan mark-up dalam pengadaan barang sehingga mutu/kualifikasi barang tidak
sesuai.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas PPO NTT Yos Mamulak, didampingi
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Herman Umbu L Sagabara dan Kepala Bidang
Pendidikan Dasar George A Toelle, mengakui rendahnya motivasi guru dan motivasi
belajar siswa. Salah satu penyebabnya adalah sertifikasi guru.
Guru mengalami demotivasi akibat belum disertifikasi, padahal sudah memenuhi syarat,
tetapi terhambat kuota. Yang sudah disertifikasi menjadi malas karena tidak ada kendali
untuk menjaga kinerjanya. Adanya UN ulang membuat siswa kurang serius karena bisa
mengulang jika tidak lulus.
Upaya konkret NTT untuk menebus kegagalan, menurut Umbu Sagabara, adalah
mencanangkan siaga UN. Penuntasan materi pembelajaran dilakukan pada akhir Oktober.
Mulai 1 November semua sekolah tingkat SMA dikondisikan seperti UN, termasuk
pengaturan ruang kelasnya. Setiap hari dilakukan penguatan, pendalaman, dan perluasan
materi pembelajaran hingga UN tahun depan.
Untuk meningkatkan kualifikasi guru, menurut Wakil Gubernur NTT Esthon L Foenay
dan Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora, pihaknya telah menyediakan beasiswa bagi
guru. (SEM/KOR/ATK)
http://nttprov.go.id/provntt/index.php?
option=com_content&task=view&id=111&Itemid=113
Dinas PPO Optimistis Persentase Kelulusan 80 Persen
Penulis: Leonard Ritan | Editor: Frans Obon
Senin, 7 Maret 2011 | 21:20 Wita
Kupang, florespos.com
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Provinsi NTT optimistis persentasi
kelulusan ujian nasional (UN) bagi para siswa SLTP dan SLTA bisa mencapai 80
persen. Walau cukup berat, tapi dengan mekanisme pengawasan yang agak baik,
target tersebut bisa diraih.
Kepala Dinas PPO NTT, Thomas Uly kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat
(4/3/2011) mengatakan, target kelulusan yang ditetapkan untuk semua tingkatan
berkisar antara 80-90 persen.
"Kita yakin target itu bisa dicapai karena nilai sekolah juga dipakai sebagai rumus
untuk menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa," ungkap Uly.
Dengan dipakainya nilai sekolah, lanjut Uly, maka dewan guru juga memiliki andil
dalam menentukan lulusnya para peserta didik. Ini bukan berarti para guru
menaikkan nilai para siswa tapi setidaknya nilai yang diperoleh pasti turut
menentukan siswa yang bersangkutan bisa lulus. Dengan demikian, penentuan
kelulusan tidak semata-mata berdasarkan hasil UN untuk beberapa mata pelajaran.
Strategi lain yang dipakai untuk mencapai target kelulusan dimaksud, lanjut mantan
Pejabat Bupati Sabu Raijua ini, melakukan pendampingan ke sekolah-sekolah. Dinas
PPO NTT telah membentuk tim relawan yang bertugas melakukan pendampingan ke
sekolah-sekolah yakni para siswa dan para guru di semua kabupaten dan kota se-
NTT.
Selain itu, lanjut Uly, pemerintah kabupaten juga telah mengambil inisiatif untuk
bekerja sama dengan daerah atau lembaga lain. Dinas PPO NTT mendukung langkah
yang diambil sejumlah pemerintah kabupaten tersebut. Karena kebijakan yang
diambil itu untuk mendukung target pencapaian persentase kelulusan UN untuk
semua tingkatan pada tahun ini.
"Kita harapkan, pihak sekolah melaksanakan tugas secara benar dan bertanggung
jawab dalam meningkatkan persentase kelulusan UN tahun ini," ujar Uly.
Lebu Raya katakan, strategi yang dipakai pemerintah provinsi untuk memperbaiki
mutu dan persentase kelulusan UAN di NTT adalah mencanangkan siaga UN 2011.
Untuk hal ini pemerintah provinsi bekerja sama dengan perguruan tinggi di NTT, baik
swasta maupun negeri. Pencanangan ini sebagai bentuk motivasi yang diberikan
kepada para siswa dan guru dalam menghadapi UN.
Nisbah Sekolah-Guru PAUD/RA Tahun 2009 di Provinsi NTT
Data jumlah guru PAUD pada Tabel diatas menggambarkan bahwa pembangunan PAUD
di NTT masih sangat timpang dibandingkan dengan jenjang-jenjang pendidikan lainnya.
NTT yang memiliki sekolah PAUD sebanyak 1.087 dengan siswa sejumlah 70.095
memiliki guru hanya sebanyak 1.887 orang. Artinya satu sekolah dibina oleh 2 guru; dan
satu orang guru melayani 37 siswa. Lembaga PAUD terbanyak terdapat di Kabupaten
Manggarai Timur yakni 397 sekolah yang dibina oleh hanya 16 orang guru. Kabupaten
Alor menempati posisi kedua dengan jumlah lembaga PAUD 219 sekolah yang diasuh
oleh 41 orang guru. Jumlah guru lembaga PAUD yang paling besar terdapat di Flores
Timur yakni 270 orang yang melayani 164 sekolah. Kabupaten Sikka menduduki posisi
kedua dalam jumlah guru PAUD 237 orang yang melayani 67 sekolah.