Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Fuel Cell


1.2 Perkembangan Terkini
BAB II
ISI

2.2.1 Gamabar Sel Baterai

Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan


interkonvensi energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi
redoks (oksidasi-reduksi) dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi
spontan diubah menjadi lstrik atau di mana energi listrik digunakan agar reaksi
nonspontan terjadi. Salah satu jenis reaksi redoks yang khusus adalah reaksi
autoredoks atau reaksi disproporsionasi. Reaksi autoredoks adalah reaksi ketika
suatu zat mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi secara serentak.

Jenis sel elektrokimia ada dua, yaitu sel volta (galvanik) dan sel elektrolisis.

Sel Volta atau sel galvani adalah sel elektrokimia yang melibatkan raksi redoks
dan menghasilkan arus listrik. Sel volta terdiri atas elektroda tempat
berlangsungnya reaksi oksidasi disebut anoda(electrode negative), dan tempat
berlangsungnya reaksi reduksi disebut katoda(electrode positif). Sel volta
menyimpan energi yang di lepas selama reaksi redoks spontan (DG < 0) untuk
membangkitkan listris. Reaksi pada sel volta cenderung spontan dan memproduksi
aliran elektron dari anoda ke katoda lewat konduktor eksternal.

Salah satu aplikasi sel volta adalah batreai yang secara umun bisa digambarkan
dalam bagan sel volta

Baterai sendiri ada berbagai macam jenis tergantung dari elektroda dan elaktrolit
yang digunakan. Jika disesuaikan dengan pemicu baterai sederhana yang terdiri
atas seng (zinc) dan timbal (Pb) bisa digambarkan

Pb
zinc

ZnSO4 PbSO4
Zn2+ Pb2+

2.2.2 Penentuan Reaksi Katoda dan Anoda serta Reaksi Sistem Sel Volta

Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasi-reduksi) dimana dalam reaksi


ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi lstrik atau di mana
energi listrik digunakan agar reaksi nonspontan terjadi. Salah satu jenis reaksi
redoks yang khusus adalah reaksi autoredoks atau reaksi disproporsionasi. Reaksi
autoredoks adalah reaksi ketika suatu zat mengalami reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi secara serentak.

Reaksi Reduksi dan Oksidasi – Pada mulanya, pembahasan reaksi redoks hanya
meliputi zat – zat yang mengandung oksigen saja. Reaksi oksidasi dianggap
sebagai reaksi penambahan oksigen dan reaksi reduksi adalah reaksi pengurangan
oksigen. Tetapi, saat ini pengertian redoks diperluas menjadi reaksi perpindahan
elektron. Reaksi oksidasi adalah peristiwa pelepasan elektron, dimana suatu zat
memberikan elektron kepada lainnya. Sedangkan reaksi reduksi adalah peristiwa
penangkapan elektron, dimana suatu zat menerima elektron dari zat lain.

Senyawa yang mengalami oksidasi disebut sebagai reduktor, dan senyawa yang
mengalami reduksi disebut sebagai oksidator. Walaupun reaksi redoks dapat
ditulis setengah reaksi saja, tapi pada kenyataannya reaksi reduksi selalu berjalan
bersamaan dengan reaksi oksidasi. Contoh reaksi reduksi-oksidasi yang digabung:
Ce4+ + Fe2+  Ce3+ + Fe3+
Ada dua jenis tipe elektroda pada sel elektrokimia yaitu anoda dan katoda. Katoda
adalah elektroda tempat terjadinya reduksi karena itu elektron selalu mengalir ke
arah katoda pada sel elektrokimia. Sedangkan anoda adalah eletroda tempat
terjadinya reaksi oksidasi. Penentuan anoda katoda tergantung pada E o selnya
pada deret volta dengan urutan
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe, Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au.
Keterangan:
- Semakin ke kanan, semakin mudah direduksi dan sukar di oksidasi.
- Semakin ke kiri semakin mudah dioksidasi dan sukar direduksi.

Sehingga diketahui bahwa anodanya adalah Zn dan katodanya adalah Pb.

Reaksi pada katoda bergantung pada jenis kation:


- jenis kation logam aktif (golongan IA, IIA, Al dan Mn):
yang tereduksi adalah air, dengan reaksi:
2H2O(l) + 2e-  H2(g) + 2 OH- (aq)
- kation lainnya:
yang tereduksi adalah kationnya, dengan reaksi umum:,
2H+(aq) + 2e-  H2(g)
Lx+(aq) + xe-  L(s)

Reaksi pada anoda bergantung pada jenis anoda dan anion:


- jenis anoda inert / susah bereaksi (Pt, Au, C), maka reaksi bergantung pada
jenis anion
 anoda jenis sisa asam oksi : air akan teroksidasi dengan reaksi,
2 H2O(l)  4H+(aq) + O2(g) + 4e-
 anoda jenis sisa asam lain atau OH- : anion akan teroksidasi dengan
reaksi,
2Br-(aq)  Br2(aq) + 2e-
4OH-(aq)  2H2O(l) + O2(g) + 4e-
- Jenis anoda tak inert
yang teroksidasi adalah anoda, dengan reaksi umum,
L(s)  Lx+(aq) + xe-

Berdasarkan yang dijelaskan diatas berarti reaksi yang terjadi di baterai dalam
pemicu bisa dituliskan :
Pada Katoda terjadi reduksi
Pb2+ (aq) + 2e- → Pb (s)
Pada Anoda terjadi oksidasi
Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e-
Jadi reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks, keseluruhan yang terjadi adalah
Pb2+ (aq) + 2e- → Pb(s)
Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e- +
Zn(s) + Pb2+(aq) → Zn2+ (aq) + Pb (s)

2.3 Besar Tegangan Potensial Sel

Potensial reduksi standard atau Eo adalah voltase yang berkaitan dengan


reaksi reduksi pada satu elektroda ketika semua zat terlarut 1 M dan semua gas
pada 1 atm. Jadi, potensial reduksi standard dari elektroda hidrogen ditetapkan
sebagai nol. Elektroda hydrogen ini dinamakan elektroda hidrogen standard.

Untuk reaksi yang melibatkan ion H+, keadaan standar adalah pH = 0


(sekitar konsentrasi asam 1 molar). Potensial elektroda hidrogen standar (E 0)
dinyatakan nol pada semua suhu. Untuk keadaan standar dengan konsentrasi
larutan 1 molar Eosel dinyatakan dengan

Eosel = Ekatoda – E anoda

Untuk menjawab besar tegangan potensial dalam sel pada kasus ini dapat di
hitung dengan cara menghitung selisih potensial elektrode yang digunakan,
sehingga besar tegangan potensial sistem bisa diperkirakan dari Eo setengah
reaksinya yaitu:
Eosel = Ekatoda – E anoda
= Ereduksi – Eoksidasi
= E [Pb2+ (s) + 2e-  Pb (g)] – E [Zn → Zn2+ + 2e-]
= -0,129 – (-0,763)
= 0, 634 V

2.3 Perbedaan Besar Tegangan Experimen dan Teoritis

Potensial sel merupakan beda potensial yang terjadi pada kedua elektroda.
Potensial dapat ditentukan dengan cara eksperimen dan teoritis. Secara
eksperimen, potensial sel diukur dari lisrtik yang timbul dari penggabungan dua
setengah sel menggunakan voltmeter. Besar tegangan suatu sel bisa dipengaruhi
oleh banyak faktor. Diantaranya adalah konsentrasi dan suhu. Hal ini lah yang
menyebabkan perbedaan besar tegangan pada experimen dan teoritis. Selain itu
perbedaan juga bisa disebabkan oleh pengkalibrasian alat pengukuran yang
digunakan.

2.5 Perumusan Teoritis Lain

Sejauh ini potensial sel standar diukur dari potensial setengah sel juga pada
keadaan standar sementara kebanyakan sel volta tidak beroperasi pada keadaan
standarnya. Perumusan teoritis dari keadaan non standarnya bisa dinyatakan
dalam persamaan Nerst.

Persamaan tersebut menunjukan perhitungan beda potensial dipengaruhi oleh


suhu, jumlah mol,dan aktivitas yang bisa dinyatakan dalam konsentrasi.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai