Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Sintesis kompleks dilakukan mengacu pada Alzuet, et al (1998: 334-338), Otter, et al
(1998: 178-184) dan Tripathi, et al (2003: 109-115).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Anorganik Fakultas MIPA
Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk sintesis senyawa kompleks, laboratorium
pusat Kimia Universitas Sebelas maret Surakarta untuk karakterisasi pengukuran
kadar Ni, DHL, momen magnet, spektra UV Vis, dan analisis DTA dan laboratorium
Fisika Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk penentuan sistem kristal serta
Laboratorium Kimia Organik Fakultas Kimia Universitas Gajah Mada Yogyakarta
untuk pengukuran spektra IR. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2004-
Januari 2005.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah :
a. Magnetik Susceptibility Balance(MSB) AUTO Sherwood Scientific
b. Spektrofotometer UV-Vis Double Beam Shimadzu 1601
c. Konduktivitimeter Jenway 4071 CE
d. Spektrofotometer Serapan Atom(AAS) Shimadzu AA-6650
e. Spektrofotometer FTIR Shimadzu 1821 PC.
f. Magnetic Stirrer Heidholp Germany M 1000.
g. Neraca Analitik Shimadzu AEI-200
h. Pemanas Listrik.
i. Differential Thermal Analyzer Shimadzu DTA-50.
j. Desikator.

31
32

k. X Ray Difractometer Shimadzu-6000.


l. Peralatan gelas (seperangkat alat refluks, gelas beker, pipet volum dan gelas
ukur)

2. Bahan-bahan
Bahan yang digunakan adalah :
a. Nikel(II) sulfat heksahidrat, NiSO4.6H2O(Merck)
b. Sulfanilamid (Sigma)
c. Sulfisoksazol (Sigma)
d. Metanol CH3OH p.a
e. Etanol CH3CH2OH p.a
f. Akuades
g. Asam Klorida (HCl) pekat 37% (Merck)
h. KBr kering (merck)
i. Tembaga(II) kloridahidrat, CuCl2.2H2O (Merck)
j. Aluminium(III) kloridaheksahidrat, AlCl3.6H2O (Merck)
k. Besi(III) kloridaheksahidrat, FeCl3.6H2O (Merck)
l. Asetonitril, CH3CN (Merck)
m. Kertas saring
n. Aseton teknis
o. H2SO4 pekat (Merck)
33

D. Prosedur Penelitian
1. Diagram Percobaan
Penelitian dilakukan dengan tahap-tahap speerti yang ditunjukkan oleh
Gambar 25.
NiSO4.6H2O NiSO4.6H2O
(0,263 g) Sulfanilamid (1,033 g) (0,263 g) Sulfisoksazol (1,604 g)
Dalam dalam etanol 40 ml Dalam metanol dalam etanol 40 ml
metanol (pemanasan 50-60oC) 10 ml (pemanasan 50-60oC)

Stirer 24 jam Refluks 24 jam

Larutan kompleks Larutan kompleks

1. dipekatkan (± 20 ml)
2. didiamkan 24 jam pada suhu kamar
3. penyaringan

Endapan Larutan Kompleks

1. dicuci dengan etanol


2. dikeringkaan

Karakterisasi

Pengukuran momen magnet


Pengukuran spektra UV-Vis
Pengukuran spektra IR
Penentuan sistem kristal
Pengukuran Kadar Ni
Pengukuran DHL
Analisis DTA

FORMULA SENYAWA SIFAT SENYAWA


KOMPLEKS KOMPLEKS

Gambar 25. Tahap-tahap Sintesis Senyawa Kompleks


34

2. Sintesis Kompleks
a. Sintesis Senyawa Kompleks Nikel(II) dengan Ligan Sulfanilamid (L1)
NiSO4. 6H2O (0,263 gram; 1 mmol) dalam metanol (10 mL) ditambahkan
dalam Sulfanilamid (1,033 gram; 6 mmol) dalam etanol panas (40 mL) secara
bertetes-tetes kemudian diaduk dengan pengaduk magnet dengan waktu yang
bervariasi yaitu ± 1 jam, 3 jam, dan 24 jam. Prosedur sintesis juga dapat dilakukan
dengan cara refluks pada variasi waktu yang sama yaitu 1 jam, 3 jam, dan 24 jam.
Kemudian larutan diendapkan selama 24 jam dan endapan yang terbentuk disaring,
dicuci dengan etanol dan dikeringkan dalam desikator.
b. Sintesis Senyawa Kompleks Nikel(II) dengan Ligan Sulfisoksazol (L2)
NiSO4. 6H2O (0,263 gram; 1 mmol) dalam metanol (10 mL) ditambahkan
dalam Sulfisoksazol (1,604 gram; 6 mmol) dengan pelarut etanol panas (40 mL) yang
terefluks secara bertetes-tetes kemudian direfluks dan diaduk dengan pengaduk
magnet pada variasi waktu ± 1 jam, 3 jam, dan 24 jam. Sintesis kompleks juga dapat
dilakukan tanpa refluks dengan variasi pengadukan 1 jam, 3 jam, dan 24 jam.
Kemudian larutan diendapkaan selama 24 jam dan endapan yang terbentuk disaring,
dicuci dengan etanol dan dikeringkan dalam desikator.

3. Penentuan Kadar Nikel


Pengukuran kadar nikel dalam kompleks ditentukan dengan AAS pada
panjang gelombang 232,1 nm (Khopkar, 1990: 279). Larutan induk dibuat dengan
melarutkan NiSO4. 6H2O 0,224 gram dalam HCl 0,1 N pada volume 50 mL sehingga
diperoleh larutan Ni 1000 ppm kemudian diambil 5 mL larutan induk diencerkan
sampai volume 50 mL sehingga diperoleh larutan Ni 100 ppm. Dari larutan induk ini
dibuat larutan standar dengan konsentrasi 0,2 – 8 ppm, dan sampel senyawa
kompleks dibuat dengan konsentrasi tidak kurang dari 0,2 ppm dan tidak lebih dari 8
ppm yaitu dengan menimbang kompleks sebesar 4 mg, 6 mg dan 9 mg dilarutkan
dalam 50 mL. Dari hasil penentuan larutan standar kompleks diketahui konsentrasi Ni
dalam larutan kompleks Data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
35

4. Analisis DTA
Identifikasi adanya molekul H2O dalam kompleks dapat ditentukan dengan
DTA (Detector Thermal Analyzer) pada temperatur 25 - 300 oC dengan menempatkan
sejumlah sampel (10-30 mgr) pada perangkat alat DTA dengan logam pembanding
yaitu Platina.
5. Pengukuran Daya Hantar Listrik
Sejumlah sampel dengan berat 19 mgram untuk kompleks Ni(II)-sulfanilamid,
26 mgram untuk kompleks Ni(II)-sulfisoksazol dan larutan standar seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4 dilarutkan dalam metanol 50 mL sehingga diperoleh
konsentrasi 10-3 M. Masing-masing sampel diukur daya hantar listriknya dengan
konduktivitimeter diperoleh harga Λ (konduktivitas). Dari data Λ dikonversikan
terhadap nilai daya hantar listrik spesifik Kpelarut sesuai dengan persamaan (10).
Perhitungan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 4. Larutan Standar untuk Pengukuran Daya Hantar Listrik.


No Zat Standar Massa Perbandingan Muatan
Mg Kation : Anion
1. NiSO4.6H2O 13 1:1
2. CuSO4.5H2O 12 1:1
3. CuCl2.2H2O 8 2:1
4. NiCl2.6H2O 11 2:1
5. AlCl3.6H2O 11 3:1
6. FeCl3.6H2O 13 3:1

6. Pengukuran Momen Magnet


Pengukuran momen magnet dilakukan dengan menggunakan Magnetic
Susceptibility Balance (MSB). Sejumlah sampel padat yang akan ditentukan harga
kemagnetannya dimasukkan ke dalam tabung dengan panjang antara 15,0 mm - 45,0
mm dan berat antara 0,001-0,999 gram seperti pada Tabel 5 sehingga diperoleh harga
kerentanan magnetik per gram (Xg). Dari harga Xg diubah menjadi nilai kerentanan
molar (Xm) dan selanjutnya nilai Xm dikoreksi terhadap faktor diamagnetik
terkoreksi (XA), dari harga XA dapat dihitung besarnya momen magnet efektif (µeff)
36

sesuai dengan persamaan (5). Hasil pengamatan dan perhitungan lebih lanjut dapat
dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 5. Koreksi Pengukuran Kerentanan Magnetik

No Kompleks L (mm) M (g) T (0C)


1. [Ni(Sfl)3(H2O)3](SO4). nH2O 20 0,141 24
21 0,148 24
2. [Ni(Sfs)3(H2O)3](SO4). nH2O 23 0,123 24
23 0,129 24
23 0,150 24

7. Pengukuran spektra Elektronik


Dibuat larutan senyawa kompleks pada konsentrasi 1.10 -3 M, 2.10-3 M, 3.10-3
M dan NiSO4. 6H2O pada konsentrasi 1.10-3 M dalam metanol. Pengukuran spektra
elektronik dilakukan pada daerah tampak (350 nm – 900 nm). Serapan diamati pada
panjang gelombang maksimum dengan spektrofotomter UV – Vis.

8. Pengukuran Spektra Infra Merah


Ligan sulfannilamid dan sulfisoksazol serta kedua sampel kompleks dibuat
pellet menggunakan KBr kering. Masing- masing pellet dicari spektranya dengan
mengunakan Spektrofotometer FTIR pada daerah 4000 – 400 cm-1.

9. Perkiraan Sistem Kristal


Sampel kompleks yang akan diperkirakan sistem kristalnya dimasukkan
kedalam seperangkat alat X Ray Difractometer (XRD). Pengukuran dilakukan pada
sudut 50-900 CuKa λ : 1,5406 Step Size 0,050. Data yang diperoleh dibandingkan
dengan data Joint Committee Powder on Difraction Standards (JCPDS) untuk
memperkirakan sistem kristal yang sesuai (perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 9).
37

E. Teknik Pengumpulan dan analisis Data


Data-data hasil pengamatan yang dilakukan diolah secara deskriptif non
statistik, tanda ± menunjukkan kisaran nilai dari data yang dihasilkan. Untuk
mengetahui terjadinya senyawa kompleks dilakukan dengan membandingkan
spektrum elektronik kompleks Ni(II)-sulfanilamid dan Ni(II)-sulfisoksazol dengan
spektra NiSO4. 6H2O. Jika terjadi pergeseran puncak serapan (λmaks) dari NiSO4.
6H2O mengindikasikan terbentuk komplek Ni(II)-sulfanilamid dan Ni(II)-
sulfisoksazol. Selain itu kemungkinan identifikasi terbentuknya kompleks juga
diindikasikan oleh adanya pergeseran bilangan gelombang spektra infra merah antara
ligan bebas dengan kompleks Ni(II)-sulfanilamid dan Ni(II)-sulfisoksazol. Setelah itu
dilakukan penentuan formula dan karakterisasi masing-masing kompleks.
Formula kompleks diperkirakan dengan membandingkan kadar Ni senyawa
kompleks yang diukur dengan AAS dengan persentase secara teoritis. Adanya anion
sebagai ligan atau sebagai anion bebas ditentukan dengan membandingkan nilai daya
hantar listrik larutan kompleks dan larutan standar. Harga konduktivitas molar
senyawa kompleks yang menunjukkan perbandingan jumlah kation : anion diperoleh
setelah dianalisis dengan menggunakan persamaan (10). Adanya kedudukan H2O
dalam kompleks Ni(II) dengan sulfanilamid dan sulfisoksazol diperkirakan dari hasil
analisis DTA.
Sifat magnetik kompleks ditentukaan dari harga momen magnetik yang diukur
dengan Magnetic Susceptibility Balance(MSB) dan dianalisis dengan menggunakan
persamaan (6), persamaan (15) dan persamaan (16). Besarnya energi transisi
kompleks dihitung dari hasil spektra elektronik UV-Vis. Sedangkan sistem kristal
kompleks diperkirakan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari
pengukuran XRD dengan data pada JCPDS.

Anda mungkin juga menyukai