Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Di Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila dibandingkan
dengan negara lainnya di seluruh dunia. Keadaan yang demikian diduga ada
hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang dilakukan sebagian
masyarakat di kawasan Asia.3
1
Hasil penelitian kasus pada Yugoslavia, dari 2385 pasien yang diperiksa, 53 pasien
didiagnosis mengalami leukoplakia dengan prevalensi sekitar 2,2%. Distribusi
berdasarkan umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa angka kejadian berdasarkan
jenis kelamin ditemukan bahwa pria lebih sering terkena leukoplakia dibandingkan
wanita (4,3% : 0,9%). Berdasarkan umur, pada pria, angka kejadian leukoplakia
meningkat pada umur sebelum dan sesudah 40 tahun, sedangkan wanita angka
kejadian leukoplakia meningkat pada umur 30-39 dan 50-59 tahun.4
Tabel 1.1 Distribusi jenis kelamin dan umur dari 53 pasien dengan leukoplakia pada
mulut4
Angka kejadian leukoplakia di mulut berdasarkan lokasi paling banyak terjadi pada
mukosa bukal (28,3%), dilanjutkan oleh komisura (20,8%), lidah (15,1%) dan bagian
dalam bibir (13,2%).4
2
ETIOLOGI
Leukoplakia paling sering menyerang membran mukus pada mulut yang terjadi
karena iritasi. Lesi biasanya akan berkembang pada bagian lidah tetapi terkadang
berkembang pula pada bagian dalam lidah. Leukoplakia juga berkembang pada
daerah genitalia eksternal wanita, namun penyebabnya belum diketahui.2
Etiologi yang pasti dari leukoplakia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti,
tetapi predisposisi menurut beberapa ahli ahli klinis terdiri dari faktor yang beraneka
ragam, yaitu faktor lokal, faktor sistemik, dan malnutrisi vitamin.3
1. Faktor Lokal
a. Trauma
3
Adanya kebiasaan menggigit jaringan mulut, pipi dan lidah
Tembakau
Alkohol
Bakteri
4
2. Faktor Sistemik
“Rambut” leukoplakia pada mulut biasanya adalah bentukan leukoplakia yang sering
terjadi pada orang yang mengidap HIV positif. “Rambut” leukoplakia mungkin
menjadi tanda awal infeksi HIV. Hal tersebut juga terlihat pada orang yang memiliki
5
sistem imun yang bekerja tidak optimal, contohnya pada seseorang yang
mendapatkan transplantasi sumsum tulang. “Rambut” leukoplakia disebabkan oleh
virus Epstein-Barr, tetapi virus Epstein-Barr akan dorman dan tidak berbahaya jika
tidak ada faktor penurunan sistem imun.2
Pola-pola putih biasanya terlihat pada lidah. Tetapi tidak jarang juga muncul pada
bagian mulut lainnya. Kondisi ini mungkin terlihat menyerupai thrush, sebuah tipe
penyakit infeksi oleh kandida yang dihubungkan ke HIV/AIDS pada orang dewasa.2
PATOFISIOLOGI
Dasar perubahan molekular pada leukoplakia sampai saat ini masih belum diketahui.
Namun, beberapa data dari hasil penelitian pada pre-maligna leukoplakia
membuktikan bahwa perubahan epitel pada penyakit ini disebabkan oleh transformasi
displastik. Perubahan patologi yang utama pada leukoplakia diperlihatkan oleh
diferensiasi epitel yang abnormal dengan peningkatan permukaan keratinisasi
menghasilkan penampakan mukosa yang putih. Hal ini diikuti pula oleh penebalan
pada epitelium, bahkan epitel bisa menjadi atrofi atau akantosis (perubahan lapisan
tanduk)3,4.
6
sel yang kehilangan sifat heterozigotnya. Stres oksidatif dan kerusakan DNA akibat
produk nitrogen reaktif, seperti induksi nitrit oksida dan mekanisme inflamasi, juga
memiliki implikasi pada leukoplakia dan transformasinya dari displasia menjadi
karsinoma. Penelitian pada penanda molekular memperlihatkan bahwa lesi jinak
meningkat pada sel yang telah mengalami cacat pada sel p53 dan pada antigen
proliferation marker proliferating cell nuclear5.
Leukoplakia ditandai dengan adanya plak putih yang tidak bisa digolongkan secara
klinis atau patologis ke dalam penyakit lainnya. Leukoplakia merupakan lesi
prakanker yang paling banyak, yaitu sekitar 85% dari semua lesi prakanker.
Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum, daerah
dasar mulut, gingival, mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge.
Bermacam-macam bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi tergantung dari awal
terjadinya lesi tersebut, dan setiap individu akan berbeda.6
Lesi awal dapat berupa warna kelabu atau sedikit putih yang agak transparan,
berfissura atau keriput dan secara khas lunak dan datar. Biasanya batasnya tegas
tetapi dapat juga berbatas tidak tegas.Lesi dapat berkembanga dalam minggu sampai
bulan menjadi tebal, sedikit meninggi dengan tekstur kasar dan keras. Lesi ini
biasanya tidak sakit, tetapi sensitif terhadap sentuhan, panas, makanan pedas dan
iritan lainnya.
Terdapat dua tipe klinis leukoplakia, yaitu homogen dan non- homogen
1. Leukoplakia Homogen.
7
Dalam perkembangannya, leukoplakia dapat menjadi semakin meluas, menebal,
disebut leukoplakia homogen. Pada tipe ini, terutama berupa lesi putih yang datar
dan tipis. Lesi ini dapat terlihat sebagai retakan yang dangkal dengan permukaan
yang halus atau berkerut. Teksturnya konsisten. Tipe ini biasanya asimptomatik.
Gb.leukoplakia homogen
- Leukoplakia non-homogen, terutama berupa lesi putih atau putih disertai merah
(eritroplakia). Permukaan lesi ireguler, bisa rata, nodular (speckled leukoplakia)
atau exophytic (exophytic atau verrucous leukoplakia). Pada verrucous
leukoplakia, permukaan lesi tampak sudah menonjol, berwarna putih, tetapi tidak
mengkilat. Tipe leukoplakia ini biasanya disertai dengan keluhan ringan berupa
ketidaknyamanan atau nyeri yang terlokalisir.
8
multifokal dan menyebar luas, sering terjadi pada pasien dengan faktor risiko yang
tidak diketahui. Secara umum, leukoplakia non-homogen Ailiki risiko yang lebih
tinggi untuk bertransformasi menjadi malignan, tetapi oral carcinoma dapat
berkembang dari berbagai jenis leukoplakia.7
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis
leukoplakia masih
sering mengalami kendala. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti etiologi
leukoplakia yang belum jelas serta perkembangan yang agresif dari leukoplakia yang
mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan namun dapat menjadi karsinoma sel
skuamosa dengan angka kematian yang tinggi.8
Berdasarkan konsep yang diterima oleh World Health Organization maka batasan
leukoplakia adalah lesi yang tidak ada konotasi histologinya dan dipakai hanya
sebagai deskripsi klinis. Jadi definisinya adalah suatu penebalan putih yang tidak
dapat digosok sampai hilang dan tidak dapat digolongkan secara klinis atau histologi 9
sebagai penyakit-penyakit spesifik lainnya (contoh: seperti likhen planus, lupus
eritematosus, kandidiasis, white sponge naevus).8
Leukoplakia di diagnosis banding dengan lesi putih lain seperti likhen planus, jamur,
sifilis, leukoplakia berambut, atau karsinoma. Untuk menyingkirkan diagnosis
banding, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. Pemeriksaan yang teliti pada
seluruh rongga mulut dan nodus limfa pada leher diperlukan untuk membuat diagnose
yang akurat dari leukoplakia mulut. Tes serological deperlukan untuk mengeksklusi
sifilis sebagai factor etiologi. Jika lesi mengandung nodul keras, atau terdapat ulserasi
atau papillomatous, atau terfixasi dengan jaringan dasarnya, maka diperlukan biopsy
untuk mengeksklusi bahwa lesi tersebut disebabkan oleh kanker. Terdapat juga lesi
lain dengan etiologi yang tidak diketahui yang mungkin akan menyulitkan penegakan
9
diagnosis. Psoriasis merupakan salah satuny, lesi ini memiliki gambaran seperti renda
(lacelike), mengkilat dan lebih superficial dibandingkan dengan leukoplakia. Yang
kedua adalah lichen planus, biasanya tampak sebagai spot putih kecil hingga besar
dapat juga berbentuk gelang (annular) atau papular.10
KLASIFIKASI
Ward dan Hendrick mendeskripsikan klasifikasi leukoplakia secara klinis menjadi10:
1. Acute leukoplakia
Onsetnya mulai dari hari, minggu hingga bulan. Lesi ini berkembang dengan
cepat, terdapat penebalan berupa kerucut, beberapa kasus menunjukkan
adanya ulserasi atau pembentukan papilloma. Leukoplakia jenis ini memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menjadi malignan dibandingkan dengan
chronic leukoplakia.
2. Chronic leukoplakia
Onsetnya dapat terjadi selama sepuluh, lima belas, atau dua puluh tahun.
Leukoplakia tipe ini memiliki penampakan yang menyebar dan tipis, seperti
selaput putih pada permukaan dari membrane mucus. Pada palatum mungkin
didapatkan lesi merah kecil seukuran kepala peniti seperti kawah kecil. Di
bagian tengahnya terdapat tumpukan kapiler yang akan mengalami
perdarahan walau dengan trauma yang ringan. Leukoplakia jenis ini jarang
menjadi ganas.
3. Tipe intermediate
Dapat dikatakan juga sebagai leukoplakia sub akut. Kemungkinan merupakan
bentuk awal dari leukoplakia kronik dan berada antara tipe akut dan kronik.
10
Berikut merupakan algoritma diagnose lesi putih pada mulut :
Kai HL, Ajith DP. Oral white lesions: pitfalls of diagnosis. MJA 2009; 190: p. 274–
277
PENATALAKSANAAN
11
Pasien juga harus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan leukoplakia
seperti rokok dan alkohol. Penyakit ini dapat dapat sembuh dengan sendirinya
atau malah bertambah buruk dengan mengalami displasia. Displasia pada lesi
yang terdapat di daerah dengan resiko tinggi kanker harus ditangani secara
serius dan lesi harus segera diangkat.
2. Penanganan operasi
Tindakan operasi masih menjadi penanganan pilihan untuk leukoplakia kecil.
Electrocautery, cryosurgery dan laser sama-sama efektif, dimana proses ini
sangat tergantung kepada kemampuan patologis untuk mengevaluasi luas
serta derajat displasia yang terjadi. Pasien juga harus diperiksa secara berkala,
kira-kira setiap 2-3 bulan sekali karena tingkat kekambuhan penyakit yang
sangat tinggi. Pasien yang tidak mengalami kekambuhan selama 3 tahun tidak
perlu melakukan pemeriksaan berkala lagi, tapi pasien dengan residual
leukoplakia harus melakukan pemeriksaan berkala seumur hidup.
PROGNOSIS
Prognosis leukoplakia sangat bagus dan deformitas akibat operasi juga bisa
diminimalkan bila penyakit ditemukan pada stadium awal. Selain itu, kanker pada
mukosa mulut yang diasosiasikan dengan leukoplakia sebagai lesi prakankernya juga
menunjukkan prognosis yang sangat bagus.
12