Anda di halaman 1dari 2

Divestasi Asing dalam UU Minerba

UU Mineral dan Batu Bara No. 4 Tahun 2009 yang mengubah UU No. 11 tahun 1967 tentang
Pokok-Pokok Pertambangan mengatur beberapa perubahan kebijakan yang berpengaruh bagi investai
di Indonesia, khususnya investasi dalam sektor pertambangan. Salah satu perubahan kebijakan
tersebut adalah pengaturan mengenai divestasi saham bagi badan usaha pemegang IUP dan IUPK
asing (Pasal 112 UU No. 4 Tahun 2009).

Divestasi yang dimaksud dalam pasal ini ialah jumlah saham asing yang harus ditawarkan untuk
dijual kepada peserta Indonesia, baik Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional. Divestasi ini diwajibkan setelah
perusahaan asing tersebut beroperasi 5 tahun. Minimal saham yang harus didivestasikan adalah 20%
dari total saham yang dimiliki perusahaan asing tersebut (Pasal 97 PP No. 23 Tahun 2010).

Namun kemudian timbul pertanyaan yang menggelitik dari kewajiban divestasi tersebut. Apakah
divestasi ini wajib dilakukan oleh setiap perusahaan asing yang memiliki IUP dan IUPK dan telah
beroperasi 5 tahun di Indonesia, baik melalui penanaman modal langsung dan penanaman modal
tidak langsung?atau kah hanya mengikat bagi perusahaan asing yang masuk ke Indonesia melalui
penanaman modal langsung?Perbedaan sistem penanaman modal (investasi) ini sangat berpengaruh,
sehingga perlu untuk diperjelas, sistem manakah yang terikat dengan kewajiban divestasi ini?

Dalam UU Mineral dan Batu Bara memang tidak dinyatakan secara jelas mengenai saham asing
yang berasal dari penanaman modal langsung atau dari penanaman modal tidak langsung kah yang
diwajibkan untuk melakukan divestasi saham. Namun apabila diperhatikan, dalam konsep
penanaman modal tidak langsung yang dilakukan melalui Pasar Modal tidak ada pembedaan
mengenai penanam modal asing dan penanam modal dalam negeri, sehingga tidak ada batas
kepemilikan saham asing dan saham dalam negeri dalam suatu perusahaan publik (PT Terbuka)
melalui bursa/Pasar Modal. Apabila dalam ketentuan Undang-Undang Pasar Modal tidak diatur
mengenai batas kepemilikan saham asing pada suatu perusahaan publik, maka kewajiban divestasi
saham asing minimal 20% kepada pihak Indonesia dalam Undang-Undang Minerba jelas sekali
bertentangan dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dengan demikian,
maka bukan kah berarti aturan mengenai divestasi saham tersebut tidak dapat diterapkan pada modal
asing yang masuk ke PT Terbuka melalui Pasar Modal?

Undang-Undang Minerba dan Undang-Undang Pasar Modal adalah dua ketentuan perundang-
undangan yang berbeda dan tidak terikat satu sama lain. Undang-Undang Minerba bukanlah lex
spesialis dari Undang-Undang Pasar Modal, karena jelas sekali dalam bagian “Menimbang” ataupun
“Mengingat” Undang-Undang Minerba tidak tertulis adanya Undang-Undang Pasar Modal, padahal
menurut Prof. Maria Indrati S. (Hakim Mahkamah Konstitusi dan juga Guru Besar Ilmu Perundang-
Undangan di FH UI), bagian “Menimbang” dan “Mengingat” menunjukkan rujukan dari ketentuan
suatu undang-undang. Dengan demikian, apabila ketentuan dalam Undang-undang Minerba ada yang
bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Pasar Modal, tidak dapat dikatakan bahwa lex
spesialis derogat lex generalis (aturan hukum yang bersifat khusus mengenyampingkan aturan
hukum yang bersifat umum), karena memang tidak ada hubungan lex spesialis dan lex generalis
antara Undang-Undang Minerba dengan Undang-Undang Pasar Modal.

Dari keterangan tersebut, maka ketika aturan mengenai kewajiban divestasi saham asing dalam
Undang-Undang Minerba bertentangan dengan hakikat dalam Undang-Undang Pasar Modal yang
tidak membatasi kepemilikan saham asing pada perusahaan publik yang masuk melalui Pasar Modal,
maka aturan kewajiban divestasi tersebut tidak dapat berlaku bagi saham asing yang masuk melalui
Pasar Modal (aturan kewajiban divestasi tidak dapat mengeyampingkan bahwa dalam Pasar Modal
tidak ada pembatasan mengenai besarnya saham asing yang masuk pada suatu perusahaan
terbuka/publik melalui bursa).

Aturan mengenai kewajiban divestasi saham asing dalam Undang-Undang Minerba pada dasarnya
hanya berlaku bagi penanaman modal asing secara langsung yang diatur oleh Undang-Undang No.
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hal ini disebabkan karena dalam ketentuan Undang-
Undang Penanaman Modal tersebut memang diatur mengenai pembatasan terhadap saham asing
yang masuk ke Indonesia secara langsung (foreign direct investment). Pengaturan mengenai
pembatasan sektor usaha yang tidak boleh dimasuki oleh asing atau yang dapat dimasuki oleh asing
dengan batas kepemilikan tertentu tersebut, diatur dalam Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2007
atau yang lebih sering dikenal dengan Daftar Negatif Investasi. Adanya Daftar Negatif Investasi
yang diatur sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Penanaman Modal ini memiliki hakikat atau
tujuan yang sama dengan kewajiban divestasi saham asing dalam Undang-Undang Minerba, yaitu
pembatasan terhadap saham asing yang masuk ke Indonesia

Anda mungkin juga menyukai