2.1. Umur
Persetujuan yang diamati dalam literatur dengan laporan LBP meningkat
sehubungan dengan umur ( Salminen, 1984; Balague et al., 1988; Mierau et al.,
1989; Olsen etal., 1992; Brauberg, 1994; Troussier et al., 1994, 1999; Burton et
al., 1996; Kristjansdottir, 1996; Taimela et al., 1997; Leboeuf-Ydc dan Kyvik,
1998; Kujala et al., 1999; Grimmer dan Williams, 2000; Wedderkopp et al, 2001;
Watson et al, 2002).
Suatu peningkatan penting dalam sakit punggung setelah umur 12 tahun,
terutama pada anak-anak perempuan, dilaporkan oleh Troussier et al. ( 1994) dan
didukung oleh orang lain ( Mierau et al, 1989; Olsen et al, 1992; Burton ct al,
1996).
2.2 Jenis kelamin
Banyak laporan yang sakit sering dialami wanita bandingkan dengan pria
setelah diamati di beberapa penelitian ( Salminen, 1984; Balaguc et al, 1988,
1995; Salminen et al, 1992a, Brattberg, 1994; Troussier et al, 1994, 1999;
Mikkelsson et al, 1997; Harreby et al, 1999; Kujala et al, 1999; Viry et al, 1999;
Grimmer dan Williams, 2000; Watson et al, 2002), Salminen ( 1984) menguraikan
suatu kelaziman yang meningkat tentang sakit mengenai tulang belakang anak-
anak perempuan ( 24.2%) dibandingkan anak-anak lelaki ( 15,2%) ( p<0.05)
diantara usia 11 dan 17 tahun dilaporkan oleh Troussier et al. ( 1999) siapa yang
menemukan LBP untuk anak-anak perempuan dibanding anak-anak lelaki ( 25.4%
(me)lawan 15.2%; p<0.001). Watson et al ( 2002) dilaporkan 1 bulan periode LBP
antara 11-14 tahun anak-anak dalam UK sekitar 29% anak-anak perempuan
dibandingkan 19% anak-anak lelaki ( p<0.001). dalam penjelasan penemuan itu,
Leboeuf Yde dan Kyvik ( 1998) mengusulkan bahwa kedewasaan lebih awal dan
serangan pubertas sebagai penjelasan untuk laporan sakit punggung yang lebih
besar diantara wanita. Pada sisi lain, Baligue et al ( 1995) berteori bahwa
gambaran yang tradisional menyangkut pria memimpin anak-anak lelaki untuk
laporan sakit punggung yang rendah, [selagi/sedang] Salminen ( 1984) yang
didalilkan bahwa anak-anak lelaki boleh menyangkal gejala ada atau tidak akan
gejala mereka lebih sedikit ( Salminen et al.,1992a). Beberapa lain penelitian tidak
ditemukan suatu perbedaan jenis kelamin yang melaporkan pola sakit punggung
( Fairbank et al., 1984; Olsen et al., 1992; Nissinen et al., 1994; Harreby et al.,
1995; Kristjansdottir, 1996; Taimela et al., 1997; Kujala et al., 1999; Wedderkopp
et al., 2001). Buron et al, ( 1996) ditemukan bahwa sakit punggung adalah serupa
atau sama antara wanita dan pria pada usia 11 tahun tetapi pada umur 15 tahun
sesudah itu lebih tinggi di pria ( 52.6%) dibanding wanita ( 34.3%) p<0.01).
Burton et al. ( 1996) diusulkan penemuan yang mungkin berkaitan dengan anak-
anak lelaki yang memiliki suatu ekspose lebih tinggi dibanding anak-anak
perempuan yang lebih penuh pengabdian ( dan berpotensi penuh resiko) aktivitas
olahraga.
2.3 Sejarah Keluarga sakit punggung
Suatu hubungan yang penting diantara LBP tidak spesifik dengan orang
tua dan anak-anak yang didokumentasikan di beberapa penelitian ( Salminen,
1984; Balague et al,, 1994, 1995; Brattberg, 1994; Gunzburg et al., 1999).
Salminen ( 1984) yang diamati anak-anak dengan sedikitnya satu orangtua
mengeluh sakit punggung dua kali diantara anak-anak yang lain ( p<0.05).
Balague et al. ( 1994, 1995) dilaporkan suatu hubungan penting diantara sejarah
dari LBP orangtua dan anak-anak mereka: LBP adalah 14% anak-anak sekolah
dengan orang tua sehat, LBP adalah 21% ketika satu orangtua yang telah
menerima perawatan dan 24% ketika orang tua kedua-duanya yang telah
menerima perawatan ( p<0.001). Fungsi Analisis regresi menunjukkan suatu
perbandingan 2.1 untuk para siswa dengan suatu hal positif yang berkaitan dengan
orang tua. Brattberg ( 1994) ditemukan suatu korelasi antara sakit yang dilaporkan
pada anak - anak usia 8 - 17 tahun dan sakit pada ayah( perbandingan 2.0;
interval kepercayaan 1.06-3.75), suatu temuan tidak penting dilaporkan kategori
sakit pada ayah. Harreby et al. ( 1995) ditemukan dari 25 tahun menuju penelitian
usia14 tahun anak-anak bahwa kombinasi LBP pada umur14 tahun bersama-sama
dengan suatu sejarah keluarga dari LBP sangat dihubungkan dengan gejala orang
dewasa, dengan suatu kemungkinan yang diamati 88% jika kedua-duanya.
Gunzburg et al. ( 1999) dilaporkan secara signifikasi dari banyak anak (p= 0.002)
dengan LBP tersebut mereka sedikitnya satu orangtua yang mengeluh atau
menderita karena LBP dibanding mereka yang tanpa LBP. Gunzburg et al. ( 1999)
diusulkan dalam penjelasan, bahwa anak-anak yang lebih sadar akan kondisi
pada orangtua lebih mungkin untuk melaporkan diri mereka.
2.7. Televisi
Studi menemukan suatu resiko LBP meningkat sebagai hasil menyaksikan
televisi ( Balague et al., 1988, 1994; Troussier et al,, 1994). Balague et al. ( 1988)
dilaporkan tingkat di atas 50% dari mereka yang rata-rata lebih dari 2 h per hari
menyaksikan televisi. Troussier et al. ( 1994) dilaporkan suatu resiko sakit
punggung meningkat ( R,R. 1.71) ketika menyaksikan TV untuk lebih dari 1 h per
hari, mengusulkan bahwa efek TV pada punggung adalah sekunder bagi sakit
pada tubuh. Balague et al. ( 1994) penemuan serupa dilaporkan dan diusulkan
menyaksikan TV mungkin dihubungkan dengan duduk yang lama, tubuh yang
lemah dan lebih sedikit aktivitas biasanya, dan sebaliknya, Balague et al. ( 1995)
ditemukan tidak ada hubungan antara waktu yang dibelanjakan menyaksikan TV
dan sejarah LBP yang menggunakan multivariate analisa. Suatu hubungan batal
serupa dilakukan yang dilaporkan oleh Gunzburg et al. ( 1999) antara LBP dan
menyaksikan televisi; walaupun di studi ini, signifikasi lebih pada LBP diamati di
anak-anak yang sedang bermain game video untuk lebih dari 2h per hari. Sejauh
ini kita sadar, janganlah mengenal apakah resiko berhubungan dengan mengamati
TV adalah berkaitan dengan duduk atau kemalasan.
Kebijakan sekolah
• Posisi duduk – waktu yang dihabiskan untuk duduk yaitu., panjangnya
waktu mengajar"
• Membawa beban – kebijakan sekolah berkenaan dengan posisi lemari,
tujuan untuk memperkecil kedua-duanya seperti berat tas sekolah dan waktua
anak-anak menghabiskan membawa tas sekolah].
• Pendidikan – termasuk suatu acara program pendidikan di kurikulum
sekolah yang meliputi informasi peduli punggung dan nasihat tentang faktor
resiko untuk sakit punggung.
• Dukungan sosial – keuntungan memiliki dukungan sistem untuk anak-
anak yang mempunyai suatu gejala frekuensi yang tinggi dilaporkan seperti
sakit kepala, sakit perut dan permasalahan tingkah laku, aktivitas yang tinggi,
dan pemarah. Dengan mempertimbangakan dari penasehat sekolah.
Peralatan sekolah dan mebel
• Posisi -keuntungan secara ekonomis mebel dirancang dengan spesifikasi
modern dan dibandingkan ke ukuran dasar siswa pada literatur yang
sekarang.
• Lemari- para siswa memberanikan untuk menggunakan suatu lemari
sebagai menyimpan materi mereka yang tidak diperlukan.
Individu
• Pendidikan-didalamnya termasuk program acara pendidikan sekolah
tentang olahraga ( aspek positif olahraga dengan perhatian mengenai resiko
yang berhubungan dengan olahraga yang kompetitif dan aktivitas phisik yang
lebih tinggi ), program latihan ( peregangan), membawa beban ( berat yang
direkomendasikan, bentuk, metoda mengemasi, dan membawa suatu tas
sekolah dan posisi duduk.
• Pendidikan- orang tua yang terlibat didalam program - menyediakan
informasi mengenai sakit punggung antara anak-anak sekolah, faktor resiko
berhubungan dengan sakit punggung dan tindakan yang diambil oleh sekolah
untuk mengurangi masalah.
• Mendapatkan keuntungan/forum dari orang tua yang tercakup di program
acara intervensi seperti menyediakan latihan mengenai nasihat untuk orang
dewasa dan anak-anak, pencegahan dan hal positif sakit punggung.
5. Ringkasan
Di samping tantangan mereka dikenali, studi intervensi diperlukan jika
permasalahan musculoskeletal yang berpengalaman oleh anak-anak sekolah
dikenali pada studi epidemiological. Bahwa sumber daya penting harus diarahkan
untuk menuju keberhasilan suatu pemahaman yang lebih baik menyangkut faktor
resiko berhubungan dengan sakit punggung di anak-anak dan melakukan riset
intervensi merancang untuk menuju area ini.
Mengetahui
Penelitian ini dilakukan dengan dukungan dari Academy for Business
Research Fund, College of Business, Massey University, New Zealand.