Anda di halaman 1dari 5

Tujuan PBB

Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut.

1. Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.


2. Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan
derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara
lain.
3. Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah
ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.
4. Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan.
5. Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan
fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.

Asas Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut.

1. Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota.


2. Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota.
3. Penyelesaian sengketa dengan cara damai.
4. Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB.
5. PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.

Struktur organisasi

Piagam PBB membentuk enam struktur utama, yaitu :

1. Majelis Umum
2. Dewan Keamanan
3. Dewan Ekonomi dan Sosial
4. Dewan Kerjasama
5. Mahkamah Internasional (ICJ)
6. Sekretariat
PERANAN PBB

Di mana peran PBB sebagai institusi internasional yang paling bertanggung jawab atas
perdamaian dan stabilitas percaturan politik internasional? Mengapa PBB tidak pernah mampu
mengambil alih kasus internasional yang melibatkan negara-negara kuat di dalamnya? Sebagai
institusi internasional terbesar, PBB bertugas menjaga stabilitas internasional yang terwujud
dalam tiga hal: peningkatan perdamaian; penciptaan perdamaian; dan pemeliharaan
perdamaian. Kenyataannya, tugas itu kerap menghadapi hambatan yang justru datang dari
anggotanya sendiri. Dalam kasus yang berkait dengan negara yang memiliki power relatif lemah,
peran PBB terlihat amat menonjol dan kuat. Tetapi dalam menghadapi aksi negara kuat, PBB
justru sebaliknya, terlihat lemah tidak berdaya. Ini terjadi karena dalam hubungan internasional,
pembangunan dan pelaksanaan suatu hukum, kaidah, dan tata aturan berbagai kesepakatan
lembaga internasional, selalu mengalami aneka hambatan dan ketidak-efektivan karena
terhadang batasan kedaulatan setiap negara atau tidak adanya lembaga internasional otoritatif
yang berkompeten dalam pengaturan sistem internasional. Segala norma dan institusi
internasional seolah mandul tidak berdampak serius terhadap para defector, terutama negara-
negara yang memiliki power relatif besar. Hukum internasional dan berbagai norma organisasi
internasional banyak ditaati, tetapi negara-negara besar dapat melanggarnya jika mereka mau
tanpa ada sanksi berarti dari negara-negara lain atau PBB sekalipun. Dengan nada mengejek,
Stalin menganalogkan PBB seperti Paus, tidak memiliki pasukan militer sendiri serta
perindustrian untuk menghasilkan berbagai komoditas yang dapat digunakan guna mengubah
kebijakan eksternal maupun internal suatu negara.

Maksud dan tujuan KAA

Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KTT Asia-Afrika; kadang juga disebut Konferensi
Bandung) adalah sebuah konferensi tingkat tinggi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang
kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KTT ini diselenggarakan oleh Indonesia,
Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh
Menteri Luar Negeri Indonesia Roeslan Abdulgani. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-
24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan
kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau
neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang
keputusan-keputusan yang mempengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka
mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat; keinginan mereka
untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan
pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika
Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk
mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.

Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung,
yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia".
Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip
Nehru.

Kilas balik
23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat
Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam
perdamaian dunia.
25 April–2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan
tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam
konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
28–29 Desember 1954 - Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika,
diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan
persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.
18–24 April 1955 - Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung.
Persidangan ini dirasmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo.
Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan Dasasila Bandung.
[sunting] Pelopor Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika
Ali Sastroamidjojo - Indonesia
Jawaharlal Nehru - India
John Kotelawala - Sri Lanka
Muhammad Ali Bogra - Pakistan
U Nu - Myanmar
[sunting] Pertemuan kedua
Artikel utama: KTT Asia-Afrika 2005.
Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara
negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di
Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di
Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu. Sekjen PBB, Kofi Annan juga ikut
hadir dalam pertemuan ini.
TUJUAN ASEAN

Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di
Bangkok oleh lima Negara Anggota, yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand. Brunei Darussalam bergabung pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam pada tanggal 28
Juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April
1999.

Berdasarkan data tahun 2006, kawasan ASEAN memiliki populasi sekitar 560 juta, luas 4,5 juta
kilometer persegi, produk domestik bruto hampir US $ 1.100 miliar, dan total perdagangan
sekitar US $ 1.400 miliar.

TUJUAN

Deklarasi ASEAN menyatakan bahwa maksud dan tujuan dari Asosiasi adalah: (1)
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan budaya di
kawasan (2) untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan
terhadap keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan antara negara-negara di kawasan dan
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Anggota ASEAN

Sekarang, ASEAN beranggotakan semua negara di Asia Tenggara (kecuali Timor Leste dan
Papua Nugini). Berikut ini adalah negara-negara anggota ASEAN:

 Filipina (negara pendiri)


 Indonesia (negara pendiri)
 Malaysia (negara pendiri)
 Singapura (negara pendiri)
 Thailand (negara pendiri)
 Brunei Darussalam (7 Januari 1984)
 Vietnam (28 Juli 1995)
 Laos (23 Juli 1997)
 Myanmar (23 Juli 1997)
 Kamboja (16 Desember 1998)

Anda mungkin juga menyukai