Anda di halaman 1dari 14

BAB I

LATAR BELAKANG

Saat ini perkembangan teknologi Internet sudah mencapai perkembangan yang


sangat pesat. Aplikasi Internet sudah digunakan untuk e-commerce dan berkembang
kepada pemakaian aplikasi Internet pada lingkungan pemerintahan yang dikenal dengan
e-government. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berlomba-lomba membuat
aplikasi e-government. Pengembangan aplikasi e-government memerlukan pendanaan
yang cukup besar sehingga diperlukan kesiapan dari sisi sumber daya manusia aparat
pemerintahan dan kesiapan dari masyarakat. Survei di beberapa negara menunjukkan
bahwa ada kecenderungan aparat pemerintah untuk tidak melaksanakan kegiatan secara
online, karena mereka lebih menyukaimetoda pelayanan tradisional yang berupa tatap
langsung, surat-menyurat atau telepon. Kita harus belajar dari penyebab-penyebab
kegagalan e-government di sejumlah negara yangdisebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
ketidaksiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana teknologi informasi, serta
kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang terlibat langsung.
E-government adalah penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk
administrasi pemerintahan yang efisien dan efektif, serta memberikan pelayanan yang
transparan dan memuaskan kepada masyarakat. Semua organisasi pemerintahan akan
terpengaruh oleh perkembangan e-government ini. E-government dapatlah digolongkan
dalam empat tingkatan. Tingkat pertama adalah pemerintah mempublikasikan informasi
melalui website. Tingkat kedua adalah interaksi antara masyarakat dan kantor
pemerintahan melaui e-mail. Tingkat ketigaadalah masyarakat pengguna dapat
melakukan transaksi dengan kantor pemerintahan secara timbal balik. Level terakhir
adalah integrasi di seluruh kantor pemerintahan, di mana masyarakat dapat melakukan
transaksi dengan seluruh kantor pemerintahan yang telah mempunyai pemakaian data
base bersama
1.1. Pendahuluan

Di tahun 2000-an berbagai usaha mulai dilakukan untuk menginternetkan


pemerintah baik di sisi proyek, maupun karena desakan masalah transparansi pada
masyarakat. E-Government merupakan urat nadi pemerintahan. Meskipun masih relatif
muda, namun tidak sedikit uang rakyat digunakan bagi pengembangan teknologi
informasi bagi operasionalisasi pemerintahan dan pelayanan umum. Namun demikian, E-
Government belum menunjukkan manfaat yang signifikan bagi efektifitas dan efisiensi
jalannya pemerintahan dan pelayanan umum yang terbaik. Pulau-pulau E-Government
terbentuk dalam NKRI dan memperlebar jurang integrasi database nasional.
Otonomi daerah melahirkan persepsi & komitment yang sangat bervariasi dalam
pengembangan E-Government daerah dan nasional. Kondisi ini menciptakan kesadaran
bahwa dalam pengembangan e-government, panji2 otonomi tetap harus berjalan pada
koridor nasional.
BAB II
PENGENALAN E-GOVERNMENT

2.1. Definisi e-government

• Bank Dunia (World Bank),


“E-Government refers to the use by government agencies of information technologies
(such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability
to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government.”

• UNDP (United Nation Development Programme),


“E-government is the application of Information and Communicat-ion Technology (ICT)
by government agencies.”

2.2. Fenomena
• E-Government merupakan salah satu sektor pengembangan ICT yang berjalan
lambat tidak signifikan dgn besarnya biaya yg sudah dikeluarkan negara
• Faktor politis dan moril menyumbang cukup besar thd tidak signifikannya dana
yg sudah dikeluarkan dgn hasil yg diharapkan
• Otonomi daerah & lemahnya kebijakan nasional di bidang e-gov menyebabkan
kesenjangan perkembangan egov antar daerah
• Perbedaan kemampuan SDM, finansial, komitment pimpinan, ketentuan hukum
daerah, pengaruh rekanan, moril dan politik menyebabkan makin lama
kesenjangan antar daerah makin lebar
• Ego sektoral menyebabkan terjadinya duplikasi database, sehingga data produk
pemerintah cenderung kurang dipercaya.
• Kebijakan mengambang Pemerintah Pusat mengakibatkan Pembangunan &
pengembangan database nasional makin sulit diwujudkan
2.3. Manfaat e-government
• Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya
(masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas
dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;
• Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Governance di pemerintahan
(bebas KKN);
• Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang
dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-
hari;
• Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan;
• Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat
menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai
perubahan global dan trend yang ada; dan
• Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah
dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan
demokratis.

2.4. Prinsip dasar

Dalam pemanfaatannya untuk pembangunan, diperlukan pemahaman bahwa e-gov :


(1) hanyalah alat;
(2) mempunyai resiko terhadap integrasi datayang sudah ada;
(3) bukanlah pengganti managemen publik dan kontrol internal pemerintahan;
(4) masihdiperdebatkan peranannya dalam hal mengurangi praktek KKN;
(5) juga masih diragukan untuk dapat membantu mengurangi kemiskinan;dan
(6) memerlukan kerjasama antar ICT profesional dan pemerintah.Sebagai salah satu
aplikasi telematika yang termasuk baru di bidang kepemerintahan, maka
diperlukan waktu dan proses sosialisasi yang memadai agar para pelaku birokrasi
dan masyarakat mampu memahami e-gov untuk kemudian mendayagunakan
potensinya dan tidak terjebak kepada paradgima lama, project oriented activities.

2.5. Pentahapan
Beberapa negara maju maupun yang sedang berkembang melaksanakan
pengembangan e-gov sesuai dengan karakteristik negara masing-masing.Jarang
ditemukan negara-negara tersebut melaksanakan tahapan yang sama. Penelitian
Parayno(1999) di Philipina dan Kang (2000) menunjukkan bahwa ada negara yang
mendahulukan perdagangan(custom) dan e-procurement, ada negara yang
memprioritaskan pelayanan pendidikan, ada yang mendahulukan sektor kesehatan, dan
ada pula yang mengutamakan kerjasama regional.Menurut Wescott (2001), dari berbagai
langkah danstrategi yang dilaksanakan oleh negara-negaratersebut, secara umum tahapan
pelaksanaan e-govyang biasanya dipilih adalah :
(1) Membangun sistem e-mail dan jaringan;
(2) Meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses informasi;
(3) Menciptakan komunikasi dua arah antar pemerintah dan masyarakat;
(4) Memulai pertukaran value antar pemerintah dan masyarakat; dan
(5) Menyiapkan portal yang informatif.Membangun sistem e-mail dan jaringan
biasanya dapat dimulai dengan menginstalasi suatu aplikasi untuk mendukung
fungsi administrasi dasar seperti sistem penggajian dan data kepegawaian.

Meningkatkan kemampuan organisasi dan publik dalam mengakses informasi bisa


dimulai dengan pengaturan work flow yang meliputi file, image,dokumen dan lain-lain
dari satu works station keworkstation lainnya dengan menggunakan managemen bisnis
untuk melaksanakan proses pengkajian, otorisasi data entry, data editing, dan mekanisme
pendelegasian dan pelaksanaan tugas.
Sementara itu menciptakan komunikasi dua arah bisa dilaksanakan dengan
menginformasikan satu atau lebih email address, nomor telepon dan facsimile pada
website untuk meningkatkan minat dan kesempatan masyarakat dalam menggunakan
pelayanan dan memberikan umpan balik. Pertukaran value antar pemerintah dan
masyarakat memangharus dimulai secepatnya karena telematika sangat mendukung
pelaksanaan pembangunan dan prosesinteraksi bisnis secara lebih flexible dan nyaman
dimana dimungkinkan terjadinya proses pertukaran value atau tata nilai dan informasi
dengan pihak pemerintah. Pertukaran value yang dimaksud bukan hanya tata nilai dan
budaya, tapi juga secara nyata memulai terjadinya transaksi elektronis, seperti transfer
dana antar rekening bank melalui ATM dan Internet sebagai bagian proses pelayanan
publik.
Menyiapkan sebuah portal sebagai ujung tombak pelaksanaan e-gov diperlukan
untuk mengintegrasikan informasi dan jenis pelayanan dari berbagai organisasi
pemerintah sehingga dapat membantu masyarakat dan stake holder lainnya dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Portal ini sebisa mungkin haruslah dapat membimbing
segenap lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam menjelajah dunia
informasi baik ditingkat Pusat, Provinsi ataupun Kabupaten / Kota.Portal yang baik
biasanya menambahkan link kepada website lainnya dalam menyempurnakan pelayanan
kepada masyarakat, menyediakan box untuk keluhan dan umpan balik, dan tentu saja
juga di update secara berkala.Beberapa konsep e-gov di berbagai negara telah
memasukkan tahapan demokrasi digital yang memungkinkan partisipasi masyarakat serta
sistem penghitungan suara dilaksanakan melalui perangkat telematika seperti pemilihan
wakil rakyat, pemilihan gubernur dan presiden. Pemanfaatan e-gov untuk demokrasi
membutuhkan waktu dan proses sosialisasi yang cukup lama untuk meyakinkan
penduduk memberikan suaranya melalui sebuah mesin. Pelaksanaannya di beberapa
negara maju sekalipun termasuk di Amerika Serikat sendiri,banyak mengalami hambatan
dan kegagalan. Majalah Time Annual (2001) mempelesetkan semboyan negara bagian
Florida setelah ricuhnya proses penghitungan komputer hasil pemilihan suara untuk
menentukan presiden Amerika Serikat tahun 2000 yang lalu dengan, “Welcome to Flori-
duh, land of changing chads, butterfly ballots and undervotes!”. Meski demokrasi digital
belum terlalu mendesak untuk dilaksanakan, langkah-langkah persiapan sudah
selayaknya pula di ambil dengan mempertimbangkan tingkat pemanfaatan telematika
yang sudah cukup tinggi pada proses proses PEMILU dan pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2004 dan 2005 lalu.
BAB III
KONDISI EKSISTING

3.1. Implementasi e-government

(1). Penyediaan sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh
masyarakat. Informasi ini dapat diperoleh langsung dari tempat kantor
pemerintahan, dari kios info (info kiosk), ataupun dari Internet
(2). Penyediaan mekanisme akses melalui kios informasi yang tersedia di kantor
pemerintahan dan juga di tempat umum. Usaha penyediaan akses ini
dilakukan untuk menjamin kesetaraan kesempatan untuk mendapatkan
informasi.
(3). E-procurement dimana pemerintah dapat melakukan tender secara on-line dan
transparan.

3.2. Aplikasi egov dan Infrastruktur

Di lihat dari pelaksanaan aplikasi egov, data dari Depkominfo (2005)


menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2005 lalu Indonesia baru memiliki:
(a) 564 domain go.id;
(b) 295 website pemerintah pusatdan pemda;
(c) 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website;
(d) 198 website pemda masih dikelola secara aktif.
Beberapa pemerintah daerah(pemda) memperlihatkan kemajuan cukup berarti.
Bahkan Pemkot Surabaya sudah mulai memanfaatkan egov untuk proses pengadaan
barang dan jasa (e-procurement). Beberapa pemda lain juga berprestasi baik dalam
pelaksanaan egov seperti: Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI Yogyakarta, Pemprov Jawa
Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta,Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan,
Pemkab Kebumen, Pemkab. Kutai Timur, Pemkab. Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul,
Pemkab Malang.
Sementara itu dari sisi infrastruktur, layanan telepon tetap masih di bawah 8 juta
satuan sambungan dan jumlah warung telekomunikasi (Wartel) dan warung Internet
(Warnet) yang terus menurun karena tidak sehatnya persaingan bisnis. Telepon seluler
menurut data Depkominfo tersebut telah mencapai 24 juta ss(diperkirakan posisi kwartal
pertama 2006 telah mencapai kurang lebih 30 juta ss).Meski kepadatan telepon tetap di
beberapa kota besar bisa mencapai 11% - 25%, kepadatan telepon dibeberapa wilayah
yang relatif tertinggal baru mencapai 0,2%. Jangkauan pelayanan telekomunikasi dalam
bentuk akses telepon baru mencapai 65% desa dari total sekitar 67.800 desa yang ada di
seluruh tanah air. Jumlah telepon umum yang tersedia hingga saat ini masih jauh dari
target 3% dari total. sambungan seperti ditargetkan dalam penyusunan Program
Pembangunan Jangka Panjang II dahulu.
Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong rendah
jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2004 berbagai data
yang dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) memberikan jumlah
pelanggan Internet masih pada kisaran 1,5 juta, sementara pengguna baru berjumlah 9
juta orang.Rendahnya penetrasi Internet ini jelas bukan suatu kondisi yang baik untuk
mengurangi lebarnya kesenjangan digital (digital divide) yang telah disepakati
pemerintah Indonesia dalam berbagai pertemuan Internasional untuk dikurangi.

3.3. Kelembagaan, Regulasi, dan Kebijakan


Perkembangan dan pembangunan telematika memasuki babak baru pada awal
tahun 2005 dengan digabungkannya Ditjen Postel yang dahulu berada dibawah
Departemen Perhubungan kedalam Depkominfo. Satriya (2005) melihat penggabungan
tersebut seyogyanya bisa mempercepat gerak pelaksanaan aplikasi egov di seluruh tanah
air dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk penyediaan infrastruktur
telematika yang sekaligus disinkronkan dengan berbagai aplikasi prioritas.
Begitu pula dari sisi regulasi, sudah ada Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 Tahun
2003 tentang Strategi Pengembangan Egov yang juga sudah dilengkapi dengan berbagai
Panduan tentang egov seperti:
(1). Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah;
(2). Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah;
(3). Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain.
Demikian pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada tahun 2004
yang pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan egov di pusat dan daerah.
Sayangnya beberapa peraturan payung yang diharapkan bisa segera selesai masih
belum terwujud, seperti RUU tentang Informasi, dan Transaksi Elektronik yang masih
belum dibahas di DPR.
Dalam bidang kebijakan, kelihatannya pemerintah belum berhasil menyusun
suatu langkah konkrit yang dapat menggerakkan berbagai komponen pemerintah(lintas
sektor) untuk saling bekerja sama membangun dan menjalankan aplikasi yang memang
harus disinergikan.Hingga sekarang pemanfaatan telematika untuk Kartu Tanda
Penduduk, Perpajakan, Imigrasi, dan Kepegawaian yang sangat dibutuhkan dalam
reformasi pemerintahan masih belum terlaksana. Masih mahalnya tarif Internet, termasuk
Broadband, rupanya telah mulai menarik perhatian Menteri Kominfo seperti diungkapkan
beberapa waktu lalu dalam ajang Indo Wireless 2006 (Detik,14/3/06). Kombinasi
pemanfaatan kapasitas telepon tetap eksisting dan berbagai teknologi nirkabel lainnya
sudah seharusnya bisa didukung oleh sistemtarif yang sudah memanfaatkan kompetisi
dalam sektor telematika ini. Begitu pula alternatif penyediaan infrastruktur telematika di
daerah terpencil, perbatasan, dan tertinggal masih belum bisa memaksimalkan
pemanfaatan dana Universal Service Obligation (USO) yang telah dikutip dari operator.

3.4. Inisiatif E-Government di Indonesia


Sebetulnya inisiatif E-Government di Indonesia sudah dimulai sejak beberapa waktu
yang lalu. Dalam inisiatif Nusantara 21, Telematika, dan saat ini Telematika versi dua
(Tim Koordinasi Telematika Indonesia) topik E-Government sudah muncul. Inisiatif
implementasi E-Government di Indonesia antara lain:
• Penayangan hasil pemilu 1999 secara on-line dan real time.
• RI-Net. Sistem ini menyediakan email dan akses Internet kepada para pejabat.
Informasi lengkap dapat diperoleh di http://www.ri.go.id
• Info RI. Penyedia informasi dari BIKN.
• Penggunaan berbagai media komunikasi elektronik (Internet) di beberapa
pemerintah daerah tempat.
3.5. Strategi Pengembangan e-Government
• Pengembangan sistem pelayanan yang handal dan terpercaya serta terjangkau
masyarakat luas
• Penataan sistem manajemen dan proses kerja pemerintah Pusat dan Daerah secara
holistik
• Pemanfaatan teknologi informasi secara optimal
• Peningkatan peran serta dunia usaha dan pengembangan industri telekomunikasi
dan teknologi informasi
• Pengembangan SDM di pemerintahan dan peningkatan e-literacy masyarakat
• Pelaksanaan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan
terukur

3.6. Hambatan dalam Mengimplementasikan E-Government


Jika dilihat dari keteranan di atas, tentunya sangat diinginkan adanya E-
Government di Indonesia. Ada beberapa hal yang menjadi hambatan atau tantangan
dalam mengimplementasikan E-Government di Indonesia.

Kultur berbagi belum ada.


Kultur berbagi (sharring) informasi dan mempermudah urusan belum merasuk di
Indonesia. Bahkan ada pameo yang mengatakan: “Apabila bisa dipersulit mengapa
dipermudah?”. Banyak oknum yang menggunakan kesempatan dengan mepersulit
mendapatkan informasi ini.

Kultur mendokumentasi belum lazim.


Salah satu kesulitan besar yang kita hadapi adalah kurangnya kebiasaan
mendokumentasikan (apa saja). Padahal kemampuan mendokumentasi ini menjadi bagian
dari ISO 9000 dan juga menjadi bagian dari standar software engineering.

Langkanya SDM yang handal.


Teknologi informasi merupakan sebuah bidang yang baru. Pemerintah umumnya
jarang yang memiliki SDM yang handal di bidang teknologi informasi. SDM yang handal
ini biasanya ada di lingkungan bisnis / industri. Kekurangan SDM ini menjadi salah satu
penghambat implementasi dari e-government. Sayang sekali kekurangan kemampuan
pemerintah ini sering dimanfaatkan oleh oknum bisnis dengan menjual solusi yang salah
dan mahal.

Infrastruktur yang belum memadai dan mahal.


Infrastruktur telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar secara
merata. Di berbagai daerah di Indonesia masih belum tersedia saluran telepon, atau
bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada, harganya masih relatif mahal.
Pemerintah juga belum menyiapkan pendanaan (budget) untuk keperluan ini.

Tempat akses yang terbatas.


Sejalan dengan poin di atas, tempat akses informasi jumlahnya juga masih
terbatas. Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong royong
untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan umum (public
library). Di Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor pos, kantor pemerintahan, dan
tempat-tempat umum lainnya.
BAB IV
REVITALISASI EGOV

Memperhatikan berbagai kondisi pelaksanaan program egov seperti dibahas


dalam di atas, maka langkah untuk merevitalisasi egov Indonesia sudah tidak bisa ditunda
lagi. Banyaknya dana yang sudah dihabiskan tidak sebanding dengan hasil yang di
peroleh. Namun pelaksanaan proses revitalisasi juga tidak bisa dilakukan dengan tergesa-
gesa dan tanpa konsep yang jelas.
Revitalisasi yang dimaksudkan adalah serangkaian tindakan perencanaan dan
penataan ulang program egov yang disesuaikan kembali dengan target pembangunan
nasional dan sektor telematika dengan mengindahkan prinsip-prinsip dasar serta proses
pentahapan egov tanpa menyia-nyiakan kondisi eksisting yang sudah dicapai.

Beberapa langkah yang bisa diambil dalam waktu dekat adalah sebagai berikut :
(1). mensikronkan target-target pembangunan nasional dalam sektor telematika dengan
beberapa program egov yang akan dilaksanakan di seluruh lembaga dan departemen.
Langkah ini sekaligussebagai proses evaluasi program egov yang pernahdijalankan di
semua tingkatan.
(2). meningkatkan pemahaman masyarakat,pelaku ekonomi swasta,termasuk pejabat
pemerintahan atas potensi yang dapat disumbangkan program egov dalam mencapai
target pembangunan nasional dan sektor telematika.
(3). menyelesaikan berbagai program utama egov yang belum berhasil dilaksanakan, dan
menyusun prioritas program egov yang dapat menciptakan lapangan kerja serta
membantu penegakan praktek good governance dalam berbagai pelayanan publik.
(4). Menambah akses dan jangkauan infrastruktur telematika bagi semua kalangan untuk
mengutamakan pemanfaatan egov dalam segala aktifitas sosial ekonomi masyarakat.
Termasuk dalam hal ini adalah menetapkan struktur tarif yang transparan dan terjangkau
buat semua kalangan. Jika perlu dapat saja diberlakukan diferensiasi tarif untuk semua
aplikasi egov.
(5). alokasi dana egov perlu ditingkatkan yang disesuaikan dengan tahapan yang telah
dicapai. Dana bisa berasal dari, RAPBN, kerjasama internasional atau juga dari swasta
nasional.
(6). menetapkan hanya beberapa aplikasi egov pilihan –sebagai contoh sukses- yang
menjadi prioritas pembangunan dan pengembangan sehingga terjadi efisiensi dalam
pemberian pelayanan publik.
Evaluasi dan revitalisasi egov juga sangat diperlukan mengingat seperti
diingatkan Kabani (2006) bahwa adalah suatu keharusan untuk melakukan proses
perencanaan secara hati-hati dan untuk melakukan streamlining berbagai proses off-line
sebelum melanjutkannya menjadi proses on-line. Sebagai tambahan, juga sangat penting
diperhatikan agarinstansi pemerintah untuk tidak melakukan proses otomatisasi berbagai
inefisiensi.
Revitalisasi egov ini semakin dirasakan perlu ketika kita harus juga
mempersiapkan diri menyambut berbagai perkembangan baru dalam globalisasi industri
dan perdagangan dunia.Berbagai perkembangan teknologi telematika yang semakin
konvergen juga membuat pemerintah harus terus menyiapkan berbagai regulasi dan
kebijakan antisipatif dalam penyelenggaraan egov di berbagai sektor.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Memperhatikan perkembangan pelaksanaan egov di Indonesia serta hasil-hasil
yang telah dicapai hingga saat ini, maka mau tidak mau konsep dan strategi pelaksanaan
egov membutuhkan penyempurnaan diberbagai sisi.Penundaan pelaksanaan revitalisasi
egov hanya akan menjauhkan negeri ini dari cita-cita reformasi yang sebenar-benarnya,
yaitu memperbaiki mutu pelayanan publik kepada seluruh masyarakat serta pada
gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka melalui peningkatan efisiensi
birokrasi.
Pelaksanaan revitalisasi egov harus memperhatikan kesiapan pemerintah dan
masyarakat, sesuai prinsip-prinsip dasar serta bertahap

Anda mungkin juga menyukai