Nod eee ade a a ee Ce me
Bab 1 Pendahuluan
TUJUAN PEMBAHASAN TOPIK INI ADALAH:
1. Menjelaskan peranan pemerintah dalam perekonomian.
2. Menjelaskan macam-macam kebijaksanaan ekonomi makro yang dijalankan pemerintah.
PERANAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Tidak ada satu negarapun di dunia ini yang tidak mengikutsertakan peranan pemerintah
dalam sistem perekonomiannya. Tidak juga di negara yang menganut sistem kapitalis yang
menghendaki lebih dominannya peran swasta dalam mengelola perekonomiannya. Karena
tidak ada satupun negara kapitalis di dunia ini yang menganut sistem kapitalisme murni.
Menurut Adam Smith, abli ekonomi kapitalis, mengemukakan teorinya bahwa dalam
perekonomian segala sesuatunya akan berjalan sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju ke
keadaan kescimbangan menurut mekanisme pasar. Tarik-menarik kekuatan dalam sistem
perekonomian itu seperti dikendalikan oleh “the invisible hand”, schingga dengan demikian
tidak memerlukan begitu banyak campur tangan pemerintah. Maka menurut Adam Smith,
Peranan pemerintah hanya meliputi tiga fungsi saja, yaitu :
1. Memelihara pertahanan dan keamanan dalam negeri;
2. Menyelenggarakan peradilan;
3. Menyediakan barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta.
Dalam masa sekarang ini, banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemuan-penemuan baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara, menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling terkait dan
berbenturan. Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan dalam mengatur
Jalannya sistem perekonomian, karena tidak sepenuhnya semua bidang perekonomian itu
dapat ditangani oleh swasta. Dengan demikian dalam sistem perekonomian modern, peranan
pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. Peranan Alokasi.
2. Peranan Distribusi.
3. Peranan Stabilisasi.Peranan Alokasi
Peranan Alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutubkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang yang bersifat
umum atau disebut juga barang publik. Karena dalam sistem perekonomian suatu negara,
tidak semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar.
Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut dengan
barang publik tadi. Sedangkan barang yang dapat diperoleh melalui sistem pasar, yaitu
melalui transaksi antara penjual dan pembeli disebut barang swasta. Tidak dapat tersedianya
barang publik oleh sistem atau mekanisme pasar ini disebut dengan kegagalan pasar (market
(failure). Tidak dapat disediakannya barang-barang tersebut oleh sistem pasar dikarenakan
manfaat dari barang tersebut tidak dapat dinikmati hanya oleh yang memiliki sendiri, tapi
dapat juga dimiliki/dinikmati pula oleh yang lain, dengan kata lain, barang tersebut tidak
mempunyai sifat pengecualian seperti halnya barang swasta. Contoh dari barang atau jasa
yang tidak dapat disediakan ofeh sistem pasar tersebut misalnya: udara bersih, jalan umum,
jembatan, dan lain sebagainya.
Barang-barang publik yang dibutuhkan oleh masyarakat terbagi lagi dalam beberapa
jenis, yaitu : pertama, adalah barang yang secara ekonomis tidak dapat dikecualikan,
contohnya: jalan. Kedua, barang yang secara teknis tidak dapat dikecualikan, sebagai contoh
adalah udara bersih. Kategori perttama dan kedua disebut juga barang publik campuran
(quasi publik). Yang dimaksud dengan barang campuran itu sendiri adalah barang yang tidak
mempunyai pengecualian dan rival (saingan dalam penggunannya). keviga, yaitu barang
yang baik secara teknis maupun secara ekonomis tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian
atas barang tersebut, atau disebut juga barang publik murni. Contoh barang publik murni
adalah pertahanan dan keadilan.
Di lain pihak barang swasta dapat disediakan melalui pasar karena mempunyai sifat
pengecualian atas barang tersebut. Seseorang bisa memperoleh barang swasta yang diinginkan
denganmengemukakan kesukaannya atas barang tersebut (revealing preference) dan kemudian
membayar sejumlah nilai (harga) yang diminta oleh produsen barang tersebut. Barang swasta
menurut karakteristiknya terbagi menjadi dua jenis yaitu, pertama, barang swata murni
seperti tas, sepatu, rumah, mobil, dan sebagainya. Kedua, barang swasta campuran (quasi
private), misalnya rumah sakit, transportasi umum, dan sebagainya.
Jika terhadap barang swasta orang tidak mengalami kesulitan dalam mengemukakan
kesukaannya, maka lain halnya dengan barang-barang publik. Untuk barang publik yang
manfaatnya bisa dirasakan oleh semua orang, sekali barang ini tersedia maka tidak ada
orang yang bersedia untuk membayar penyediaan barang tersebut, oleh karena setiap orang
tahu babwa yang mereka bayar hanyalah sebagian kecil saja dari total biaya. Karena tidak
ada orang yang mau mengemukakan nilai kesukaannya atas barang tersebut, maka tidak
ada juga produsen yang mau memproduksi barang tersebut. Disinilah peran alokasi
pemerintah dibutubkan, karena hanya pemerintahlah yang bisa dan harus menyediakan
barang publik tersebut.Masalahnya sekarang adalah bagaimana cara pemerintah menentukan biaya untuk
penyediaan barang barang publik, sebab ada kesulitan dengan pengutaraan nilai kesukaan?.
Maka pembayaran penyediaan barang publik tidak bisa melalui sistem harga, melainkan
dengan sistem pemungutan suara yang diharapkan bisa mendekati sistem yang efisien,
meskipun jelas tidak bisa memuaskan setiap orang.
Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupakan peranan pemerintah sebagai alat distribusi pendapatan
dan kekayaan. Tidak mudah bagi pemerintah dalam menjalankan peranan ini, karena
distribusi ini berkaitan erat dengan masalah keadilan. Sedangkan keadilan adalah masalah
yang rumit, sebab keadilan ini merupakan satu masalah yang bisa ditinjau dari berbagai
persepsi, bahkan masalah keadilan ini juga tergantung dari pandangan masyarakat terhadap
keadilan itu sendiri, karena keadilan itu merupakan masalah yang relatif dan dinamis.
Dalam ilmu ekonomi, masatah keadilan dan distribusi pendapatan merupakan masalah
yang rumit, karena seringkali berbenturan dengan masalah efisiensi. Sehingga ada ahli
ekonomi yang berpendapat bahwa masalah keadilan ini harus dipisahkan dengan masalah
efisiensi bahkan bisa jadi keduanya merupakan masalah yang berkebalikan. Hal ini bisa
dipahami karena distribusi pendapatan dan kekayaan yang ditimbulkan oleh sistem pasar
mungkin dianggap tidak adil oleh masyarakat. Perubahan ekonomi dapat dikatakan efisien
apabila kebijaksanaan yang diterapkan untuk memperbaiki kondisi suatu golongan tidak
memperburuk kondisi golongan yang lain. Dan hal inilah yang merupakan trade off bagi
pemerintah karena sulit untuk membuat suatu kebijaksanaan yang tidak berdampak sama
sekali, baik positif maupun negatif bagi berbagai pihak.
Dengan adanya berbagai kesulitan tersebut, maka akhirnya masalah keadilan ini
diserahkan kepada masyarakat, yang kemudian menyalurkan aspirasinya melalui wakil-
wakil mereka di Dewan perwakilan Rakyat (DPR). Dan selanjutnya para wakil rakyat itulah
yang akan merumuskan keadilan publik yang mereka inginkan, untuk selanjutnya pemerintah
membuat berbagai kebijaksanaan seperti kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter
untuk memperbaiki kondisi masyarakat sesuai dengan distribusi pendapatan yang diinginkan
oleh masyarakat. Pemerintah dapat merubah distribusi pendapatan masyarakat baik secara
Jangsung maupun tidak langsung. Secara /angsung misalnya dengan pajak progresif, yaitu
membebankan pajak yang relatif lebih besar bagi orang kaya dan relatif lebih kecil bagi orang
miskin, disertai subsidi bagi golongan miskin. Secara tidak langsung, bisa melalui
kebijaksanaan pengeluaran pemerintah, misalnya: pembangunan perumahan tipe sederhana
(RS) dan tipe sangat sederhana (RSS) yang lebih banyak porsinya dibanding rumah mewah,
untuk golongan pendapatan tertentu, subsidi pupuk untuk petani, dan lain sebagainya.
Peranan Stabilisasi
Peranan pemerintah yang lain adalah sebagai alat stabilisasi perekonomian. Peranan
stabilisasi inipun tidak mudah, sebab menyangkut hal-hal yang saling berkaitan dan peristiwa-
peristiwa atau kondisi yang tidak terduga sebelumnya dan saling berkaitan satu sama lain.
Sehingga kebijaksanaan yang diambil kadang-kadang bisa bertentangan satu sama lain.Peranan stabilisasi pemerintah dibutukan jika terjadi gangguan dalam stabilitas
perekonomian, seperti: terjadi deflasi, inflasi, penurunan permintaan/penawaran suatu
barang, yang nantinya masalah-masalah tersebut akan mengakibatkan timbulnnya masalah
yang lain secara berturut-turut, seperti pengangguran, stagflasi, dan lain-lain.
Permasalahannya sekarang adalah bagaimana menyelaraskan seluruh kebijaksanaan
yang akan diterapkan jika terjadi suatu masalah, tanpa bertentangan dengan kebijaksanaan
yang lain dan tanpa menimbulkan masalah baru. Baik itu kebijaksanaan dalam rangka
peranan pemerintah sebagai alat untuk mengalokasikan sumber-sumber ekonomi agar
efisien, distribusi pendapatan agar merata dan adil dan stabilitas ekonomi. Misalnya jika
suatu saat terjadi inflasi yang disebabkan karena dorongan permintaan yang tinggi
(Demand pull inflation), maka karena golongan miskin cenderung mempunyai keinginan
berkonsumsi lebih tinggi dibanding golongan kaya, maka pemerintah harus menerapkan
pajak yang lebih besar terhadap golongan miskin tersebut. Dengan demikian diharapkan
akan mengurangi konsumsi dan selanjutnya akan menurunkan tingkat inflasi. Akan tetapi
kemudian jika dilihat dari sudut distribusi pendapatan dan keadilan dalam masyarakat,
maka akan semakin pincang. Demikian juga halnya dengan kebijaksanaan di bidang-
bidang Jain, oleh karenanya dituntut kebijaksanaan yang betul-betul seimbang dari
pemerintah demi kesejahteraan masyarakat.
KEBIJAKSANAAN EKONOMI MAKRO PEMERINTAH
Dalam menjalankan peranan-peranan diatas, pemerintah mempunyai tujuan-tujuan
yang hendak dicapai dan alat-alat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut demi tercapainya
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Ada empat tujuan ekonomi makro yang ingin dicapai
yaitu : Tingkat output total dan pertumbuhannya, kesempatan kerja, tingkat harga-harga dan
kinerja di sektor internasional. Adapun instrumen kebijaksanaan yang dipakai adalah berupa
: kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan penetapan harga langsung
serta kebijaksanaan ekonomi internasional.
Tujuan Kebijaksanaan Ekonomi Makro
1. Tingkat Output Total Atau Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi
Salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu negara dalam
meningkatkan kemakmuran ekonomi masyarakatnya adalah tingginya angka Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestik Product (GDP) yang dicapai oleh negara
tersebut tiap tahunnya. PDB ini merupakan jumlah keseluruhan dari nilai pasar barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh masyarakat suatu negara tertentu datam jangka
waktu tertentu, biasanya satu tahun, Suatu negara dengan PDB yang tinggi dikatakan
sebagai negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi inilah yang diharapkan dapat mensejahterakan
masyarakat. Dengan demikian salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah
dengan kebijakan ekonomi makronya adalah menaikkan PDB sebesar-besarnya guna
mencapai laju pertumbuban ekonomi yang setinggi-tingginya.PDB dapat dinyatakan dalam dua nilai. PDB yang dinyatakan dalam nilai nominal
dinamakan PDB Nominal. PDB Nominal yang sudah disesuaikan dengan tingkat harga
yang berlaku atau angka laju inflasi disebut dengan PDB Riel. Besarnya PDB nominal
selalu naik dari tahun ke tahun, sedangkan PDB riel berfluktuasi naik-turun dari tahun
ke tahun yang disebut dengan PDB Aktual.
‘Ada juga yang disebut dengan PDB Potensial, yaitu berupa kemampuan suatu negara
untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Sepanjang waktu PDB potensial
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang terus bertambah dengan semakin
bertambahnya kuantitas serta kualitas sumber daya yang kita miliki.
Mencapai Tingkat Kesempatan Kerja Penuh atau Menghilangkan Pengangguran
Tujuan ekonomi makro yang kedua adalah mencapai kesempatan kerja penuh atau full
employment yang diharapkan akhirnya dapat mengurangi pengangguran. Tujuan ini
berkaitan erat dengan hasil-hasil / kegiatan-kegiatan perekonomian yang dilakukan di
suatu negara, apakah semakin meningkat/maju ataukah menurun, dan jenis teknologi
apa yang digunakan dalam setiap proses produksi di negara tersebut. Hasil yang dicapai
yang dinyatakan dalam PDB tadi jika semakin meningkat, terutama PDB Riel, maka hal
ini nantinya akan semakin banyak menyerap tenaga kerja dan akhirnya mengurangi
pengangguran yang ada. Selain itu harus dilihat pula teknologi apa yang digunakan,
apakah padat modal ataukah padat karya. Sika teknologi padat karya yang dipakai, jelas
akan membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga pengangguran dapat ditanggulangi
Akan tetapi jika yang dipakai adalah teknologi adat modal, maka mau tidak mau industri
tersebut akan membutuhkan sedikit tenaga kerja dan lebih banyak suntikan modal,
sehingga dengan demikian maka, meskipun PDB Riel tetap, tidak akan menurunkan
angka pengangguran, karena tidak membutuhkan banyak tenaga kerja akan tetapi lebih
banyak menggunakan mesin-mesin.
Stabilitas Harga-harga
Stabilitas perekonomian suatu negara antara lain dapat dilihat dari kestabilan harga-
hargabarang-barang dan jasa-jasa secara umum, terutamahargabarang-barang kebutuhan
pokok. Salah satu indikator yang dipakai untuk melihat stabilitas barga-harga yang
terjadi biasanya dilihat dari Indeks Biaya Hidup (IBH) atau Consumers Price Index
(CPI) atau indeks harga perdagangan besar (wholesale price index) dan GNP
Deflator yang bisa kita peroleh datanya di Biro Pusat Statistik (BPS) atau jurnal-jurnal
yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga ekonomi, seperti International Financial Sta-
tistics (IFS) yang diterbitkan oleh International Monetary Fund (IMF) dan lain sebagainya.
IBH mengukuc biaya untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa untuk keperluan
rumah tangga. Untuk Indonesia banyaknya barang dan jasa yang termasuk didalamnya
meliputi harga-harga dari 9 (sembilan) bahan pokok seperti beras, minyak, gula, dan
sebagainya; 62 macam barang serta 162 macam barang. Jika terjadi kenaikan harga pada
bahan pokok tersebut atau harga barang-barang dan jasa-jasa strategis lainnya, maka
pemerintah harus turun tangan dengan kebijaksanaan penetapan harga. Jika tidak, makaakan terjadi kenaikan harga barang tertentu yang kemungkinan juga akan diikuti
kenaikan harga barang-barang atau jasa-jasa lainnya sehingga terjadilah inflasi yaitu
proses kenaikan harga-harga barang secara umum secara terus-menerus. Jika terjadi
inflasi yang akan mengganggu stabilitas kehidupan perekonomian suatu negara. Inflasi
yang terjadi bisa divkur dengan cara menghitung prosentase kenaikan/penurunan indeks
biaya hidup dari tahun ke tahun dengan suatu formulasi sebagai berikut :
IBH, - IBH,-1
Pp’ =———_____-—_- x 100
1BH,-1
Dimana P* adalah angka laju inflasi pada tahun ke-n yang dinyatakan dalam bentuk
prosentase. IBH, adalah angka indeks biaya hidup tahun sekarang (n), dan IBH, , adalah
angka indeks biaya hidup tahun sekarang dikurangi tahun sebelumnya.
Keseimbangan Hubungan Ekonomi Luar Negeri
Dalam suatu negara yang menganut perekonomian terbuka, maka ia akan mengadakan
hubungan ekonomi dengan luar negeri. Baik itu berupa bubungan perdagangan yaitu
ekspor dan impor barang-barang komoditi atau kerjasama ekonomi lainnya, seperti
penanaman modal, pinja a-meminjam dan lain-lain. Dalam hal terjadi hubungankerjasama
ekonomi dengan negar Jain, maka segala transaksi kegiatan- kegiatan tersebut akan
tercatat dalam neraca perdagangan internasional. Jika kondisi neraca perdagangan
internasional dalam keadaan seimbang, maka tidak akan menjadikan masalah terhadap
perekonomian negara tersebut, sebaliknya jika terjadi ketidakseimbangan, maka akan
mengganggu keseimbangan perekonomian negara itu.
PIRANTI KEBIJAKSANAAN EKONOMI MAKRO
Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan ekonomi makro diatas, pemerintah telah
menyiapkan beberapa piranti kebijaksanaan yang akan dilaksanakan. Tidak mudah untuk
merealisasikan seluruh piranti yang telah disiapkan oleh karena adanya berbagai masalah
yang sering bertentangan satu sama lain, sehingga dalam penyelesaiannyapun harus
diselaraskan agar tidak terjadi perbenturan kepentingan dan kebijakan. Piranti-piranti
kebijaksanaan ekonomi makro itu adafah sebagai berikut:
1
Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal ini merupakan kebijaksanaan yang banyak berhubungan dengan
APBN. Dua elemen yang dipakai dalam kebjjaksanaan fiskal adalah pengeluaran
pemerintah dan perpajakan.
Pengeluaran pemerintah meliputi 3 (tiga) pos utama yaitu pengeluaran untuk membeli
barang/jasa, gaji pegawai, dan untuk transfer payments yang meliputi subsidi kepada
golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga, dll.
Pengeluaran pemerintah inilah yang nantinya akan mempengaruhi pengeluaran agregatif
yang selanjutnya akan ikut pula menentukan besarnya PDB aktual riel.Elemen kedua dari kebijakan fiskal ini adalah perpajakan. Pemerintah dapat
mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat seperti pendapatan, tingkat konsumsi,
tingkat saving dan investasi masyarakat melalui pajak yang ditetapkan oleh pemerintah,
yang selanjutnya bisa juga mempengaruhi kegiatan perekonomian secara makro.
Pemungutan pajak yang dilakukan pemerintah akan menurunkan pendapatan masyarakat,
yang selanjutnya akan mengurangi tingkat konsumsi masyarakat, Di lain pihak bisa jadi
pengurangan atau pembebasan pajak akan menyebabkan masyarakat menanamkan
investasinya sehingga akan menaikkan produktivitas masyarakat dan menaikkan output.
Kebijaksanaan Moneter
Kebijaksanaan moneter ini adalah kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi jumlah
uang yang beredar di masyarakat (JUB). Tindakan pemerintah untuk mempengaruhi
JUB ini dilaksanakan oleh Bank Sentral melalui mekanisme sistem tertentu. Selanjutnya
dengan berubahnya JUB maka akan dapat mempengarubi pula tingkat bunga di pasar
uang. Melalui tingkat bunga pemerintah bisa mempengaruhi tingkat Investasi (1), yang
selanjutnyaakan mempengaruhi permintaan agregat (Z), kemudian tingkat harga (P) dan
akhirnya menaikkan PDB Riil (Q). Menurut Keynes mata rantai kebijaksanaan moneter
yang terjadi sebagai berikut:
Kebijaksanaan Moneter ->Ms ->I ->Z ->P,Q
Selain itu masih banyak lagi mekanisme Jain dalam kebijeksauaan moneter yang bisa
ditempuh pemerintah untuk mempengaruhi penawaran uang di masyarakat, misalnya :
kebijaksanaan uang ketat, kebijaksanaan uang longgar, dan sebagainya.
Kebijaksanaan Penetapan Harga
Tujuan stabilitas harga dan pengendalian inflasi serta pemerataan pendapatan dapat
dicapai melalui kebijaksanaan harga oleh pemerintah. Seperti telah disinggung dimuka
bahwa jika tidak ada campur tangan pemerintah dalam hal penentuan harga maka dapat
terjadi goncangan dalam perekonomian dengan naiknya harga barang/jasa terutama jika
itu adalah harga barang kebutuhan pokok.
Kebijaksanaan Hubungan Ekonomi Internasional
Kebijaksanaan hubungan ekonomi internasional ini meliputi kebijaksanaan pengendalian
kurs valuta asing (devisa), pembatasan (pengawasan) perdagangan, penentuan tarif bea
masuk dan subsidi ekspor. Dengan semakin terbukanya sistem perekonomian yang
dianut oleb suatu negara, maka akan semakin kompleks dan semakin pentinglah arti
kebijakan hubungan ekonomi internasional.
PERTANYAAN :
1.
2.
3.
Sebutkan tiga peranan pemerintah dalam sistem perekonomian modern suatu negara !
Mengapa peranan pemerintah dibutuhkan dalam suatu sistem perekonomian?
Mengapa peranan alokasi pemerintah dibutuhkan dalam mengatur sistem perekono-
mian ?.. Dalam kondisi perekonomian yang bagaimanakah peranan stabilisasi pemerintah sangat
dibutuhkan ?
. Sebutkan ada berapa macam barang publik dan barang swasta dan berikan contohnya
masing-masing !
6. Sebutkan 4 tujuan ekonomi makro !
7.
8. Apakah yang dimaksud dengan inflasi ?
9.
Apa pengertian dari GDP, GDP nominal, GDP riil, GDP Potensial, dan GDP aktual ?
Jelaskan proses berjalannya kebijakan moneter menurut versi Keynes !
10.Dalam hal apakah kebijakan penetapan harga oleh pemerintah dibutuhkan ?
YAWABAN :
1,
Dalam sistem perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga
bagian, yaitu :
1. Peranan Alokasi.
2. Peranan Distribusi.
3. Peranan Stabilisasi.
. Dalam masa sekarang ini, banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat semakin
majunya teknologi dan banyaknya penemuan-penemuan baru serta semakin terbukanya
perekonomian antar negara, menyebabkan begitu banyak kepentingan yang saling
terkait dan berbenturan. Hal ini menyebabkan peran pemerintah semakin dibutuhkan
dalam mengatur jalannya sistem perekonomian, karena tidak sepenuhnya semua bidang
perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta.
. Peranan Alokasi oleh pemerintah ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyediaan
barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh swasta yaitu barang-barang yang
bersifat umum atau disebut juga barang publik. Karena dalam sistem perekonomian
suatu negara, tidak semua barang dapat disediakan oleh swasta dan dapat diperoieh
melalui sistem pasar. Dalam hal seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa
yang disebut dengan barang publik tadi.
. Peranan stabilisasi pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalam stabilitas
perekonomian, seperti: terjadi deflasi, inflasi, penurunan permintaan/penawaran suatu
barang, yang nantinya masalah-masalah tersebut akan mengakibatkan timbulnya masalah
yang lain secara berturut-turut, seperti pengangguran, stagflasi, dan lain-lain.
Barang-barang publik yang dibutuhkan oleh masyarakat terbagi lagi dalam beberapa
jenis, yaitu : pertama, adalah barang yang secara ekonomis tidak dapat dikecualikan,
contoh : jalan. Kedua, barang yang secara teknis tidak dapat dikecualikan, sebagai
contoh adalah udara bersih. Kategori perttama dan kedua disebut juga barang publik
campuran (quasé publik). Yang dimaksud dengan barang campuran itu sendiri adalah
barang yang tidak mempunyai pengecualian dan rival (saingan dalam penggunannya).
ketiga, yaitu barang yang baik secara teknis maupun secara ekonomis tidak dapat
diterapkan prinsip pengecualian atas barang tersebut, atau disebut juga barang publik
murni. Contoh barang publik murni adalah pertahanan dan keadilan.8.
Barang swasta menurut karakteristiknya terbagi menjadi dua jenis yaitu, pertama,
barang swata murni seperti tas, sepatu, rumah, mobil, dan sebagainya. Kedua, barang
swasta campuran (quasi private), misalnya rumah sakit, transportasi umum, dan
sebagainya.
. Ada empat tujuan ekonomi makro yang ingin dicapai yaitu : Tingkat output total dan
pertumbuhannya, kesempatan kerja, tingkat harga-harga dan kinerja di sektor
internasional, Adapun instrumen kebijakan yang dipakai adalah berupa : kebijakan
fiskal, kebijakan moneter, kebijakan penetapan harga langsung serta kebijakan ekonomi
internacional
. PDB ini merupakan jumlah keseluruhan dari nilai pasar barang-barang dan jasa-jasa
yang dihasilkan oleh masyarakat suatu negara tertentu dalam jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun.
PDB yang dinyatakan dalam nilai nominal dinamakan PDB Nominal. PDB Nominal
yang sudah disesuaikan dengan tingkat harga yang berlaku atau angka laju inflasi disebut
dengan PDB Riel. Besarnya PDB nominal selalu naik dari tahun ke tahun, sedangkan
PDB riel berfluktuasi naik-turun dari tahun ke tahun yang disebut dengan PDB Aktual.
PDB Potensial, yaitu berupa kemampuan suatu negara untuk memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa. Sepanjang waktu PDB potensial menghasilkan barang-barang dan
jasa-jasa yang terus bertambah dengan semakin bertambahnya kuantitas serta kualitas
sumber daya yang kita miliki.
Inflasi yaitu proses kenaikan harga-harga barang secara umum secara terus-menerus.
Tindakan pemerintah untuk mempengaruhi JUB ini dilaksanakan oleh Bank Sentral
melalui mekanisme sistem tertentu. Selanjutnya dengan berubahnya JUB maka akan
dapat mempengaruhi pula tingkat bunga di pasar uang, Melalui tingkat bunga pemerintah
bisa mempengaruhi tingkat Investasi (1), yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan
agregat (Z), kemudian tingkat harga (P) dan akhirnya menaikkan PDB Riil (Q). Menurut
Keynes mata rantai kebijakan moneter yang terjadi sebagai berikut
Kebijakan Moneter ->Ms ->I ->Z ->P,Q
Jika terjadi kenaikan harga pada bahan pokok tersebut atau harga barang-barang dan
jasa-jasa strategis lainnya, maka pemerintah harus turun tangan dengan kebijaksanaan
pesca harga. Jika tidak, maka akan terjadi kenaikan harga barang tertentu yang
kemungkinan juga akan diikuti kenaikan harga barang-barang atau jasa-jasa lainnya
sehingga terjadilah inflasi