Anda di halaman 1dari 7

Author :

Hirawati, S.Ked

Faculty of Medicine – University of Riau


Pekanbaru, Riau
2009

©0Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk


Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue melalui perantara
artropoda (nyamuk) spesies Aedes. Virus dengue ini terdiri dari 4 serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2,DEN-3 dan DEN-4.

Patofisiologi
Hipotesis infeksi heterolog sekunder (the secondary heterologous infection
hypothesis atau the sequential infection hypothesis) sampai saat ini masih dianut.
Berdasarkan hipotesis ini seseorang akan menderita DBD/DHF apabila
mendapatkan infeksi berulang oleh serotipe virus dengue yang berbeda dalam
jangka waktu tertentu yang berkisar antara 6 bulan – 5 tahun.
Patogenesis terjadinya renjatan pada DHF merupakan peranan dari proses
imunologis. Berdasarkan hipotesis infeksi heterolog sekunder maka terbentuknya
kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen.
Aktivasi C3 dan C5 akan mengakibatkan pelepasan C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut. Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC) disamping trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan traktus
gastrointestinal.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DBD dari DD ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diathesis hemoragik. Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut, nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Pada penderita dengan renjatan berat, volume plasma
dapat menurun sampai lebih dari 30%. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai
akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

1
Bagan 1. Patogenesis terjadinya renjatan pada DBD.

Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit DD/DBD sulit diramalkan. Pada umumnya pasien
mengalami fase demam selama 2-7 hari, selanjutnya diikuti oleh fase kritis selama
2-3 hari.

2
Demam Dengue (DD)
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi sebagai berikut:
• Nyeri kepala
• Nyeri retro orbita
• Mialgia/artralgia
• Ruam kulit
• Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bendung positif)
• Leukopenia
• Dan pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan pasien DD/DBD
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.

Demam Berdarah Dengue


Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi, yaitu:
 Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
 Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
 Uji bendung positif
 Ptekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa (epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain
 Hematemesis atau melena

 Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/μl)

 Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma),


yaitu:
 Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin
 Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
 Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites,
hipoproteinemia, atau hiponatremia.

3
Klasifikasi derajat DBD menurut WHO (1997), adalah sebagai berikut:
Derajat I Demam dengan uji bendung positif
Derajat II Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain
Derajat III Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan halus,

tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit

dingin, lembab dan gelisah


Derajat IV Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur.

Dengue syok syndrome (DSS)


Seluruh kriteria diatas untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi

nadi yang cepat dan halus, tekanan nadi turun (≤ 20 mmHg), hipotensi

dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.
Penderita seringkali mengeluhkan nyeri didaerah perut sesaat sebelum renjatan
timbul. Nyeri tersebut seringkali mendahului perdarahan gastrointestinal.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, dan apus
darah tepi.
b. Pemeriksaan radiologis: rontgen thoraks dan USG abdomen
c. Pemeriksaan serologi: antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody
total, IgM maupun IgG. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus
dengue (cell culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan
teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction).

Penatalaksanaan DSS
 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secara nasal
 Berikan 20 ml/kgBB larutan kristaloid seperti Ringer Laktat/ asetat
secepatnya

4
 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfusi
darah/komponen darah
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium
 Dalam banyak kasus, cairan intra vena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.

Indikasi pulang, antara lain:


• Paling tidak 24 jam tidak demam tanpa antipiretik
• Nafsu makan baik
• Nilai hematokrit stabil
• Tiga hari sesudah syok teratasi
• Tidak ada sesak nafas atau takipnea

• Trombosit ≥ 50.000/μl.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Arbovirus. Dalam: Ilmu Kesehatan
Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta: EGC, 1999. 1332-6
2. Hassan R, Alatas H. Dengue. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997. 607-
21
3. Soedarmo S. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 2005. 29-45
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue Di
Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2005
5. Latief A, Firmansyah A, Tumbelaka AR, dkk. Demam. Dalam: Pelayanan
Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta, 2008. 163-7

Anda mungkin juga menyukai