Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

AGRARIA PERAIRAN

HAK MILIK PRIBADI PERAIRAN


Kekayaan sumberdaya laut tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk
memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya.
Kekayaan sumberdaya pesisir, meliputi pulau-pulau besar dan kecil sekitar 17.500 pulau, yang
dikelilingi ekosistem pesisir tropis, seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun,
berikut sumberdaya hayati dan non-hayati yang terkandung di dalamnya

Salah satu permasalahan yang muncul dalam pengelolaan sumberdaya kelautan di daerah
selama ini adalah adanya konflik-konflik pemanfaatan dan kekuasaan. Upaya penanganan
masalah tersebut diharapkan dapat dilakukan secara reaktif dan pro-aktif. Secara reaktif, artinya
Pemerintah Daerah dapat melakukan resolusi konflik, mediasi atau musyawarah dalam
menangani masalah tersebut. Upaya proaktif adalah upaya penanganan konflik pengelolaan
sumberdaya kelautan secara aktif dan dilakukan untuk mengantisipasi atau mengurangi potensi-
potensi konflik pada masa yang akan datang..

Sumber daya alam yang tidak menjadi obyek kepemilikan yang juga berarti milik semua
orang (the commons) cenderung akan mengalami kehancuran yang diakibatkan oleh eksploitasi
yang berlebih. Menurut dia, hal ini karena :

1. The commons menciptakan akses terbuka (free for all)

2. Dalam kondisi akses terbuka, tidak ada insentif untuk konservasi karena tidak ada
jaminan jika seseorang berhenti melakukan eksploitasi, orang lain akan melakukan hal
yang sama, malah sebaliknya

3. Semua orang, secara individu, akan berlomba-lomba untuk mengeksploitasi sumber daya
itu sebanyak-banyaknya. Kehancuran adalah akhir dari realitas ini, itulah yang disebutnya
sebagai the tragedy of the commons.
TUGAS 2
AGRARIA PERAIRAN

Secara normatif, kekayaan sumberdaya pesisir dikuasai oleh Negara untuk dikelola
sedemikian rupa guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, memberikan manfaat bagi
generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. Ironisnya,
sebagian besar tingkat kesejahteraan masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir justru
menempati strata ekonomi yang paling rendah bila dibandingkan dengan masyarakat darat
lainnya.
Selama ini, kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir hanya dilakukan
berdasarkan pendekatan sektoral yang didukung UU tertentu yang menguntungkan instansi
sektor dan dunia usaha terkait. Akibatnya, pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil cenderung
eksploitatif, tidak efisien, dan sustainable (berkelanjutan). Banyak faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakefektifan pengelolaan sumberdaya pesisir ini, antara lain ambiguitas
pemilikan dan penguasaan sumberdaya, ketidakpastian hukum, serta konflik pengelolaan.
Ambiguitas pemilikan dan penguasaan sumberdaya pesisir masih sering terjadi di berbagai
tempat.

Di dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ditentukan bahwa penataan
ruang diatur secara terpusat dengan UU (Pasal 9). Sebaliknya, di dalam UU No. 22/1999 tentang
Pemerintah Daerah ditentukan bahwa penataan ruang wilayah laut sejauh 12 mil merupakan
kewenangan propinsi dan sepertiganya kewenangan kabupaten/kota.

Konflik antara UU dengan hukum adat terjadi pada persoalan status kepemilikan
sumberdaya alam di wilayah pesisir. Di dalam UU No. 6/1996 tentang Perairan Indonesia Pasal
4, status sumber daya alam perairan pesisir dan laut, secara substansial, merupakan milik negara
(state property). Sebaliknya, masyarakat adat mengklaim sumber daya di perairan tersebut
dianggap sebagai hak ulayat (common property) berdasarkan hukum adat yang telah ada jauh
sebelum berdirinya Negara Indonesia.
TUGAS 2
AGRARIA PERAIRAN

Kepemilikan Pribadi
Berdasarkan UU tentang Pokok Agraria yang mengatur tentang Hak Menguasai dari
Negara sebagai perwujudan UUD 1945 pasal 33 ayat 3, yaitu dicantumkan pada pasal 2 dengan 4
ayat, yaitu :
a. Ayat 1:”Atas dasar ketentuan dalam, pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar dan hal-hal
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara,
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
b. Ayat 2: “Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi
wewenang untuk: (a) mengatur dan menyelenggarakan, peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; (b) menentukan dan
mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang
angkasa; (c) menentukan dan mengatur hubunganhubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan riang angkasa.
c. Ayat 3: “Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat
2 pasal ini digunakanuntuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam arti
kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum
Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
d. Ayat 4: Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat dikuasakan
kepada daerah-daerah Swastantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekadar
diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional menurut ketentuan-
ketentuan Peraturan Pemerintah.
Dengan merujuk pada UU diatas maka penulis menyatakan bahwa tidak ada konsep pemilikan
pribadi yang ada hanyalah penguasaan oleh negara.
TUGAS 2
AGRARIA PERAIRAN

HAK MILIK PRIBADI PERAIRAN

NAMA : MUHAMMAD KHALID HAMKA

NIM : B111 08 018

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai