Anda di halaman 1dari 44

PEMERINTAHAN DAERAH

Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester


Mata Kuliah Pemerintahan Daerah
Dosen : Drs. Irmand Bambang Kusuma, SH, M.Sc, MM

Oleh :

MUKTI ALI BERUTU


NPM : 09.1.0.15.0.031

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
BANDUNG
2010
ESENSI DASAR OTONOMI DAERAH

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas
kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu
melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan
serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, disebutkan bahwa Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah ada beberapa esensi dasar yang perlu
diketahui agar setiap daerah otonom memiliki persepsi yang sama dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah. Esensi dasar tersebut adalah :
1. Filosofi yang digunakan tetap “KEANEKARAGAMAN DALAM KESATUAN”.
Otonomi daerah dapat dimaknai bahwa daerah otonom diberikan keleluasaan yang
besar untuk mengatur dan mengurus kepentingan daerah dan masyarakat sesuai
kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Akan tetapi, meskipun diberikan
keleluasaan pemerintah daerah masih tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Artinya bahwa pemerintah daerah tidaklah dapat lepas dari NKRI
dan masih memiliki hubungan hierarki dengan Pemerintah Pusat. Namun Pemerintah
Pusat mengakui adanya keanekaragaman pada setiap pemerintah daerah.
2. Paradigma politik yang digunakan tetap dalam rangka demokratisasi, pemerataan
dan keadilan. Pada konsep ini dimaknai bahwa secara politis otonomi daerah
dilaksanakan bukan untuk membentuk raja-raja kecil di daerah. Dengan adanya
otonomi daerah diharapkan agar pemerintah dapat melaksanakan proses demokrasi
yang nyata di daerah. Selain itu, tujuan penyelenggaran pemerintahan daerah harus
tetap mengacu pada tujuan pembangunan secara nasional yang berdasarkan UUD 1945
yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur dengan prinsip pemerataan dan
keadilan.
3. Penambahan paradigma ekonomi dengan menekankan pada daya saing daerah
dalam menghadapi persaingan global melalui pemberdayaan masyarakat. Paradigma
ini didasarkan pada semakin meningkatnya persaingan global. Hal ini menyebabkan
berkembangnya era perdagangan bebas. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah
daerah diharapkan dapat menggali setiap potensi yang ada di daerah melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat.
4. Pemberian kewenangan kepada daerah terutama kab/kota bersifat pengakuan dan
bukan pengaturan;
5. DPRD berkedudukan sejajar dan mitra Kepala Daerah; Hubungan antara pemerintah
daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat
kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan
daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi.
Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah.
Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan DPRD adalah
sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan
otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu
membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung bukan merupakan
lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.
6. Organisasi Pemerintahan mengarah “ramping struktur kaya fungsi”;
7. Empat hak dasar dalam otonomi daerah:
a. Memilih pemimpinnya sendiri secara bebas dan langsung; Hal ini merupakan
bentuk implementasi dari desentralisasi politik.
b. Memiliki dan mengelola kekayaan sendiri secara bebas;
c. Membuat peraturan daerah secara bebas; Kebebasan Pemerintah Daerah dalam
membuat Perda harus dimaknai bahwa Pemerintah daerah merupakan bagian dari
NKRI. Dengan demikian diharapkan kebebasan dalam membuat Perda tetap
berpegang pada aturan yang berlaku di Indonesia.
d. Pengaturan tertentu dalam pengangkatan, penempatan, pemindahan, penggajian
dan pemberhentian pegawai daerah. Dalam hal kepegawaian, Kepala Daerah
merupakan Pembina Kepegawaian Daerah. Dengan demikian, Kepala daerah
memiliki kewenangan penuh untuk mengelola pegawai yang ada di daerahnya.
Akan tetapi dalam hal pengelolaan kepegawaian tersebut Kepala Daerah tetap
mengacu pada peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
8. Simplifikasi penggunaan asas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bentuk
penguatan asas desentralisasi dan pengurangan asas dekonsentrasi di wilayah
kab/kota.

MASALAH BANGSA (NASIONAL, REGIONAL DAN LOKAL)

Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dari


sentralistik ke arah desentralistik pada era otonomi daerah bukanlah sebuah kebetulan dan
ajang coba-coba. Ada beberapa hal mendasar yang disebabkan oleh permasalahan yang
dihadapi Bangsa Indonesia sehingga perlunya diadakan perubahan paradigma tersebut.
Permasalahan bangsa yang menjadi dasar dalam perubahan tersebut adalah :
1. Gejala dan fakta disintegrasi bangsa serta terjadinya konflik sosial yang cenderung
laten ketingkat lokal;
2. Lemah dan mandegnya penegakan hukum dan HAM;
3. Multi krisis dan lambatnya recovery/pemulihan dibidang ekonomi serta aspek
kehidupan lainnya;
4. Masih rendahnya kesejahteraan rakyat serta meningkatnya penyakit sosial dan
lemahnya ketahanan budaya nasional/daerah;
5. Kurang berkembangnya potensi pembangunan daerah dan masyarakat.

POTRET INDONESIAKU
• Berpenduduk “empat besar dunia” setelah Cina, India, USA dan negara demokratis
terbesar “ketiga” setelah USA dan India;
• Masyarakat multi kultural dengan multi karakter dan memiliki lebih dari 300
kelompok etnis;
• “Mega Geografis” dengan luas dataran >1,9 juta M2 meliputi 17.506 pulau besar kecil
(11.013 pulau belum punya nama), negara terluas ke 8 setelah Australia, Kanada,
Brazil, USA, Cina, India, dan Nigeria.

DESENTRALIZATION
IS THE TRANSFER OF AUTHORITY AND RESPONSIBILITY FOR PUBLIC FUNCTION
FROM CENTRAL GOVERNMENT TO SUBORDINATE OR QUASI INDEPENDENT
ORGANIZATION OR THE PRIVATE SECTOR.

TIPE DESENTRALISASI
A. DESENTRALISASI POLITIK
Semangat demokrasi yang berkembang di masyarakat dapat tersalur secara positif,
masyarakat luas dapat berpartisipasi aktif dalam proses perumusan, pembuatan,
implementasi dan evaluasi kebijakan publik serta memanfaatkan hasilnya (bukan
hanya berpartisipasi pada tataran implementasinya) dan melalui desentralisasi politik
dibentuk badan-badan perwakilan yang dipilih rakyat yang bertugas menjalankan
fungsi perwakilan, pembuatan kebijakan serta fungsi pengawasan politik terhadap
badan penyelenggara pemerintahan.
B. DESENTRALISASI ADMINISTRASI
Bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat lebih efektif dan efisien, dipilah
dan dipilih aktivitas-aktivitas pemerintahan yang dapat ditransfer kepada pejabat-
pejabat lain diluar pejabat pemerintahan.
Kesimpulan :
Pada perkuliahan ini membahas tentang esensi dan pengertian dari Pemerintahan Daerah.
Disini lebih banyak menjelaskan pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan
daerah, seperti pengertian otonomi daerah, Pemerintah Daerah, Pemerintahan Daerah,
Desentralisasi, Dekosentrasi, tugas pembantuan. Yang dimaksud pemerintah daerah adalah
kepala daerah dan perangkat daerah, sedangkan pemerintahan daerah adalah
penyelenggara pemerintah daerah dan DPRD.
Esensi Dasar Otonomi Daerah adalah keaneka ragaman dalam kesatuan dimana daerah
kabupaten/ kota diberikan wewenang bersifat pengakuan diikuti dengan hak dan kewajiban
daerah yang bertujuan untuk kedaulatan rakyat, pemberdayaan masyarakat serta
pemerataan dan keadilan. Pengembangan otonomi daerah bersimplifikasi penguatan asas
desentralisasi dan pengurangan asas dekosentrasi .
Perlunya pemahaman terhadap pengertian dan apa yang menjadi tujuan dasar berdampak
pada fokusnya kita terhadap materi, terjadinya persamaan persepsi dan pegangan dalam
pembahasan materi berikutnya. Hal ini sangat menjadi penting karena perbedaan persepsi
terhadap pengertian maka mengakibatkan kerancuan dalam pembelajaran. Seperti
perbedaan pemerintahan daerah dan pemerintah daerah seperti yang di jelaskan diatas,
hanya perbedaan akhiran “an” terjadi perubahan pengertian yang sangat mendasar.

I. Rabu, 10 februari 2010


Pada pertemuan kedua perkuliahan membahas tentang Birokrasi, mulai dari kepengurusan,
pembinaan, fungsi sampai kepada aturan – aturan yang berlaku bagi birokrat, dilanjutkan
dengan materi baru yaitu tentang Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Daerah serta
sebab-sebab berhentinya Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah. yang kesemuanya
dapat dilihat pada UU No. 32 Th 2004 pada pasal 27 ayat (2), pasal 29 ayat (1,2,3,4), pasal
56, pasal 57 (1,2).

Materi Perkuliahan:
C. DESENTRALISASI FISCAL
Merupakan komponen inti dari desentralisasi, untuk menjalankan kewenangan yang
telah ditransfer diperlukan sumber-sumber pembiayaan sendiri (self financing) dengan
mengadakan pungutan pembiayaan bersama (co-financing) perluasan sumber-sumber
lokal melalui pajak/retribusi, transfer antar pemerintah serta pinjaman atau bantuan.
D. DESENTRALISASI EKONOMI/PASAR
Dilakukan dalam bentuk privatisasi atau deregulasi dengan mengalihkan
tanggungjawab berbagai fungsi dari sektor publik ke sektor privat.
FUNGSI BIROKRASI
1. INSTRUMENTAL
Menjabarkan perundang – udangan dan kebijakan publik dalam kegiatan rutin untuk
meningkatkan produksi jasa, pelayanan, komoditi atau mewujudkan situasi tertentu;

2. POLITIK
Memberikan/menyiapkan input berupa saran, informasi, visi, Misi dan langkah
profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan;
3. KATALIS PUBLIK INTEREST
Mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan publik dan mengintegrasikan atau
menginkorporasikan didalam kebijaksanaan dan keputusan pemerintah;
4. ENTREPRENEURIAL
Memberi inspirasi bagi kegiatan-kegiatan inovatif dan non rutin. Mengaktifkan
sumber-sumber potensial yang IDLE serta menciptakan resources mix yang optimal
dalam upaya pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara secara propfesional.
PRINSIP PEMBIDANGAN KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT &
PEMERINTAH DAERAH
KEWENANGAN PENGATURAN
Mencakup kewenangan untuk membuat aturan, pedoman, norma maupun standar.
Pemerintah pusat membuat pengaturan hal-hal berskala nasional dan internasional.
Pemerintah propinsi memiliki kewenangan pengaturan yang bersifat regional sedangkan
pemerintah kab/kota memiliki kewenangan pengaturan yang bersifat lokal.

KEWENANGAN PENGURUSAN
Mencakup pemberian pelayanan secara operasional kepada masyarakat yang dapat
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi atau pemerintah kab/kota
KEWENANGAN PEMBINAAN
Mencakup upaya pemberdayaan institusi pemerintah, non pemerintah maupun masyarakat
agar menjadi semakin mandiri
KEWENANGAN PENGAWASAN
Mencakup tindakan untuk menegakkan aturan norma serta standar yang telah disepakati

ALUR PIKIR PENATAAN SUMBER HUKUM


PEMERINTAHAN DAERAH
PEMILIHAN KEPALA DAERAH
a. Kepala dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia
jujur dan adil;
b. Pasangan calon diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
memiliki 15% dari kursi DPRD;
c. Pilkada diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggungjawab kepada DPRD;
d. Sesuai dengan prinsip “mereka yang dipilih bertanggungjawab kepada yang memilih”
maka KDh tidak bertanggungjawab kepada DPRD melainkan kepada konstituennya;
e. KDh dan Wakil KDh mempunyai kewajiban sesuai pasal 27 UU 32 tahun 2004;
f. KDh menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
pemerintah dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD
serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada
masyarakat (pasal 27 (2) UU 32/2004).

PEMBERHENTIAN KDH & WAKIL KDH


KDH dan/wakil KDH berhenti karena;
a. Meninggal dunia;
b. Permintaan sendiri, atau
c. Diberhentikan.
(psl 29 (1))
KDH dan/wakil KDH diberhentikan karena:
a. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;
b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 bulan;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai KDH dan/atau wakil KDH;
d. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan KDH dan/atau Wakil KDH;
e. Tidak melaksanakan kewajiban KDH dan/atau Wakil KDH;
f. Melanggar larangan bagi KDH dan atau/Wakil KDH .
(psl 29 (2)).

Pemberhentian KDH dan/atau Wakil KDH karena:


a. Meninggal dunia;
b. Permintaan sendiri;
c. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;
d. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan.
Diberitahukan oleh pimpinan DPRD untuk diputuskan dalam Rapat Paripurna dan
diusulkan oleh pimpinan DPRD.
(psl 29 (3))
Pemberhentian KDH dan/atau Wakil KDH karena:
1. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai KDH dan/atau Wakil KDH;
2. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan KDH dan/atau Wakil KDH;
3. Tidak melaksanakan kewajiban KDH dan/atau Wakil KDH;
4. Melanggar larangan KDH dan/atau Wakil KDH.
Dilakukan dengan cara:
1. Meminta keputusan MA atas pendapat DPRD tentang atau komulatif dari empat hal
diatas (waktunya paling lambat 30 hari dan keputusannya bersifat final);
2. Setelah ada keputusan MA yang menyatakan KDH dan/atau Wakil KDH; terbukti
melanggar sumpah/janji dan/atau tidak melaksanakan kewajibannya, DPRD
mengusulkan pemberhentian kepada Presiden (keputusan diambil paling lambat 30
hari sejak diusulkan)
(pasal 29 (4))
3. KDH dan/atau wakil KDH diberhentikan sementara oleh Presiden tanpa melalui
usulan DPRD apabila: dinyatakan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan keputusan
pengadilan.
(psl 30 (1))
4. KDH dan/atau Wakil KDH diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD
apabila:
Terbukti melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan penjara paling
singkat 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan keputusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
(psl 30 (2))
KDh dan/atau Wakil KDh diberhentikan sementara oleh Presiden tanpa melalui usulan
DPRD karena didakwa:
1. Melakukan tindak pidana korupsi;
2. Tindak pidana terorisme;
3. Makar;
4. Dan/atau tindak piana terhadap keamanan negara.
(pasal 31 (1))
KDh dan/atau Wakil KDh diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD
karena :
Terbukti melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah NKRI yang
dinyatakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap .
(pasal 31 (2)).
17 Februari 2010 Rabu
Pada pertemuan ketiga ini perkuliahan membahas tentang Esensi Otonomi dan
Pembangunan Daerah dengan materi sebagai berikut :
ESENSI OTONOMI DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Dapat memahami;
 Makna;
 Konsep;
 Prinsip;
 Permasalahan; dan
 Kebijakan.
Otonomi dan pembangunan daerah dalam sistem administrasi negara kesatuan Republik
Indonesia.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Dapat memahami :
a. Tujuan, prinsip pelaksanaan dan pokok-pokok kebijaksanaan otonomi pembangunan
daerah;
b. Permasalahan otonomi dan pembangunan daerah dalam tugas instansinya;
c. Keterkaitan otonomi daerah dengan pembangunan nasional;
d. Keterkaitan antara otonomi daerah dengan pembangunan daerah.
PERKEMBANGAN OTONOMI
A. Sebelum tahun 1945
Desentralisasi Wet 1903, hanya berlaku di Jawa dan Madura.
Swapraja; Kekuasaan raja-raja pribumi yang diakui dan tunduk pada kekuasaan
kolonial.
B. Setelah tahun 1945
Undang-undang ini masih meneruskan sistem Pemerintah Kolonial Belanda;
Desentralisasi dan demokrasi dengan penekanan pada prinsip dekonsentrasi.
C. UU No. 6/1959
a. Sebagai tindak lanjut dekrit Presiden ;
b. Pemda = KDh + DPRD;
c. KDh melaksanakan dwi fungsi ;
d. KDh juga sebagai ketua DPRD;
e. KDh bertanggungjawab kepada DPRD tapi tidak dapat dipecat DPRD;
f. Penekanan pada asas dekonsentrasi.
F. UU No. 18/1965
a. Dilatarbelakangi semangat naskom;
b. KDh tetap berperan dwifungsi;
c. KDh tidak lagi sebagai ketua DPRD;
d. Ada tiga daerah otonom (I,II,III);
e. Sifat otonomi nyata adan seluas-luasnya.
G. UU No. 5/1974
a. Asas : Desentralisai, dekonsentrasi dan tugas pembantuan;
b. Dua tingkat daerah otonom dengan titik berat otonomi di Dati II;
c. KDh dipilih DPRD diusulkan ke pusat ditetapkan Presiden/Mendagri tanpa
terpengaruh perolehan suara;
d. Pemda = KDh + DPRD;
e. Sistem kepegawaian menganut sistem karir yang bersifat nasional;
f. Keuangan Pemda meliputi : PAD (UU 5/1974), Pajak Daerah (11/Drt/1957),
Retribusi Daerah (UU 12/Drt/1957).
H. UU No. 22/1999
a. Elemen-elemen pembentuk Pemda;
b. Urusan yang otonom;
c. Kelembagaan;
d. Personal;
e. Sumber Keuangan;
f. Unsur Perkawinan;
g. Manajemen Pelayanan Umum;
h. Dalam menjalankan tupoksinya, harus: Ekonomis, Efektif, Tujuan terukur,
Standar jelas, Efisiensi dan Akuntansi.
I. UU No. 5/2001
a. Tentang otonomi khusus bagi propinsi Papua;
b. Alasan utama dikeluarkan UU ini adalah untuk mempercepat pembangunan
Propinsi Papua sehingga sejajar dengan propinsi yang lain;
c. Dewan Perwakilan Rakyat Papua adalah DPRD Propinsi Papua;
d. Majelis Rakyat Papua adalah representasi kultural orang asli Papua;
e. Gubernur dan Wakil Gubernur harus orang asli Papua;
f. Propinsi Papua adalah Propinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus.
J. UU No. 32/2004
a. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan oleh Pemda dan DPRD;
b. Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pelayanan umum dan
daya saing daerah;
c. Pemda adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah.
 Kewenangan pemerintah daerah propinsi pada dasarnya sama dengan kewenangan
pemerintah kab/kota, dengan catatan untuk urusan:
a. Pendidikan, termasuk alokasi SDM potensial;
b. Masalah sosial, naker, koperasi dan UKM pertanahan serta penanaman modal
termasuk lintas kab/kota;
c. Termasuk pelayanan dasar yang belum ditangani kab/kota.
 Sebelumnya ini kewenangan propinsi hanya diatur dengan peraturan pemerintah (PP
25/2000).
ESENSI UU TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PENGGANTI UU 22/1999
1. Filosofi yang digunakan tetap “KEANEKARAGAMAN DALAM KESATUAN”;
2. Paradigma politik yang digunakan tetap dalam rangka demokratisasi, pemerataan dan
keadilan;
3. Penambahan paradigma ekonomi dengan menekankan pada daya saing daerah dalam
menghadapi persaingan global melalui pemberdayaan masyarakat;
4. Penambahan paradigma administrasi dengan menekankan pada perlunya efektivitas
dan efisiensi;
5. Memberi tekanan pada pelayanan masyarakat sebagai fokus untuk mencapai hasil
akhir berupa kesejahteraan masyarakat.

ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA


1. Asas kepastian hukum;
2. Asas tertib penyelenggaraan negara;
3. Asas kepentingan umum;
4. Asas keterbukaan;
5. Asas proporsionalitas;
6. Asas akuntabilitas;
7. Asas efisiensi;
8. Asas efektifitas.
(pasal 20 (1) UU No.n 32/2004)
 PRINSIP OTONOMI YANG DIGUNAKAN
Otonomi yang seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keseimbangan hubungan antar
pemerintahan>DESENTRALISASI BERKESEIMBANGAN;
 Daerah Otonom menjalankan otonomi seluas-luasnya menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan, untuk :
1. Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat;
2. Melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat;
3. Peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip: Demokrasi,
Pemerataan, Keadilan.
PERGESERAN PENDULUM DESENTRALISASI ANTARA UU 5/1974, UU
22/1999 DAN UU 32/2004

UU No. 32/2004

D S

Berkeseimbangan
S = Sentralisasi D = Desentralisasi

Penyelenggaraan Otonomi Daerah Berorientasi pada :


1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kepentingan dan
aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat;
2. Mampu menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya;
3. Mampu menjamin hubungan yang serasi antara daerah dengan pemerintah;
4 Untuk menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya NKRI.
 Terdapat urusan yang mutlak menjadi kewenangan Pemerintah Pusat serta adanya
bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan
yang penanganan bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat
concurrent akan ada bagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah, ada
bagian urusan yang diserahkan kepada kab/kota.

Kesimpulan :
Dalam perkembangannya otonomi daerah yang juga sering juga disebut dengan
desentralisasi, memiliki tipe desentralisasi yakni :
a. Desentralisasi Politik : melalui desentralisasi politik dibentuk badan-badan
perwakilan yang dipilih oleh rakyat yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi
perwakilan, pembuatan kebijakan serta fungsi pengawasan terhadap badan
penyelenggaraan pemerintahaan.
b. Desentralisasi Administrasi : bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat
lebih efektif dan efisien. Pemerintahaan merupakan organisasi yang bergerak di
sektor pblik dimana banyak terjadinya proses administrasi (baik penata usahaan
atau Fungsi-fungsi manajemen), Dengan otonomi daerah terjadinya pembagian
tugas sehingga dapat melayani masyakat lebih cepat, mudah dan murah.
c. Desentralisasi fiscal : untuk menjalankan kewenangan yang telah di transfer
diperlukan sumber2 pembiayaan yang memadai.
d. Desentralisasi ekonomi / Pasar : dilakukan dalam bentuk Privatisasi atau
deregulasi dengan mengalihkan tanggung jawab berbagai fungsi dari sektor
publik ke sektor privat.
Perkembangan Otonomi dimulai semenjak sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sampai dengan sekarang indonesia telah memiliki 8 (delapan)
Undang-undang yang mengatur secara menyeluruh tentang pemerintahan daerah yakni
:
1. Desentralisasi Wet Tahun 1903
2. UU No.1 / tahun 1945 Sentralistis
3. UU No. 22 / tahun 1948
4. UU No. 1 / tahun 1957 Desentralisasi tapi masih condong ke
dekonsentrasi
5. UU No. 18 / tahun 1965
6. UU No.5 / tahun 1974 Sentralistis
7. UU No.22 / tahun 1999 Desentralisasi, tetapi tidak adanya jenjang
hirarki di pemerintahan atasan.
8. UU No.32/tahun 2004 Desentralisasi berkesinambungan
Materi perkuliahan hari ini berkenaan dengan Pasal 20 ayat (3), pasal 10 dan
pasal 150 UU No. 32/2004.

Sabtu, 20 Februari 2010


Pada pertemuan yang ke empat ini perkuliahan membahas tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan dan Tata Kerja Prosedur Sistem dengan materi sebagai
berikut :
PEMENCARAN URUSAN PEMERINTAHAN

ANATOMI URUSAN PEMERINTAH


PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
Urusan Pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah (Pusat) yaitu :
a. Politik luar negeri;
b. Pertahanan;
c. Keamanan;
d. Yustisi;
e. Moneter dan Fiskal nasional;
f. Agama.
Menggunakan Prinsip ;
General Competence Principle
Penyelenggaraan urusan pemerintahan terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah meliputi :
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
4. Penyediaan Sarana dan Prasarana Umum;
5. Penanganan bidang kesehatan.
6. Penyelenggaraan pendidikan >untuk propinsi ditambah dengan alokasi sumber
daya manusia potensial;
7. Penanggulangan masalah sosial > untuk propinsi ditambah yang bersifat lintas
kabupaten/kota;
8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan > untuk propinsi yang bersifat lintas
kabupaten/kota;
9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah > untuk propinsi
ditambah yang bersifat lintas kabupaten/kota.
10. Pengendalian Lingkungan Hidup;
11. Pelayanan pertahanan > untuk propinsi yang bersifat lintas kabupaten/kota;
12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
14. Pelayanan administrasi penanaman modal > untuk propinsi yang belum dapat
diselenggarakan oleh kab/kota;
15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya > untuk propinsi yang belum dapat
diselenggarakan oleh kab/kota;
16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pembagian Urusan Pemerintahan didasarkan pada kriteria :
a. Eksternalitas;
b. Akuntabilitas;
c. Efisiensi.
Dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan :
a. Hubungan kewenangan pemerintahan dalam menjalankan urusan bersifat terkait,
tergantung, sinergis sebagai suatu sistem pemerintahan;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib berpedoman pada
Standar Pelayanan Minimal;
c. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber
pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, didesentralisasikan;
Pasal 14 (13) Diatur dengan PP > harus terbuka dan melibatkan stakeholder karena
akan menjadi sumber konflik antar satuan pemerintahan.
TATA KERJA PROSEDUR SISTEM
T : Cara pelaksanaan kerja yang seefisien mungkin atas suatu tugas yang
diperoleh dengan mengingat segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga kerja,
waktu, ruang dan biaya.
P : Rangkaian daripada tata kerja yang berhubungan sehingga menunjukkan
adanya suatu urutan, tahap demi tahap sebagai jalan yang harus ditempuh
dalam rangka penyelesaian suatu bidang pekerjaan.
S : Rangkaian daripada T dan P kerja yang membentuk suatu kebulatan atau pola
tertentu dalam rangka melaksanakan fungsi tertentu.

1. ADMINISTRASI : Keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau


lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya;
2. MANAGEMENT : Kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu
hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
3. KEPEMIMPINAN : motor atau daya penggerak daripada semua sumber-sumber
dan alat-alat yang tersedia bagi suatu organisasi.
5. HUMAN RELATION : Keseluruhan rangkaian hubungan baik yang bersifat
formal maupun non-formal antara atasan dengan bawahan, atasan dengan atasan,
bawahan dengan bawahan yang harus dibina dan dipelihara sehingga tercipta
teamwork dan suasana kerja yang intim/ harmonis dalam upaya pencapaian
tujuan.
6. ORGANISASI : Setiap bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang
bekerjasama serta secara formal terikat dalam upaya pencapaian sesuatu tujuan
yang telah ditentukan.
KEPEGAWAIAN DAERAH
a. Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen pegawai negeri daerah dalam
satu kesatuan penyelenggaraan manajemen Pegawai Negeri Sipil secara nasional;
b. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari/dalam jabatan eselon II pada
pemerintah daerah propinsi ditetapkan oleh Gubernur;
c. Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari/dalam jabatan eselon II pada
pemerintah daerah Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah
berkonsultasi kepada Gubernur;
d. Perpindahan pegawai negeri sipil antar Kabupaten/Kota dalam satu propinsi
ditetapkan oleh Gubernur.
e. Perpindahan pegawai negeri sipil antar kabupaten/kota antar propinsi ditetapkan
oleh Menteri Dalam Negeri;
f. Perpindahan pegawai negeri sipil propinsi/ kabupaten/kota ke departemen atau
sebaliknya, ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri;
g. Sekretaris daerah propinsi diangkat dan diberhentikan presiden atas usul
gubernur;
h. Sekretaris daerah kab/kota diangkat dan diberhentikan oleh gubernur atas usul
bupati/walikota;
PEMBENTUKAN WILAYAH
Syarat Pembentukan

SYARAT ADMINISTRASI
1. Propinsi : Persetujuan DPR kab/kota dan Bupati/Walikota yang
menjadi cakupan wilayahnya, persetujuan gubernur
dan DPRD propinsi induk.
2. Kabupaten/Kota : Persetujuan DPRD kab/Kota dan bupati/walikota yang
bersangkutan, persetujuan DPRD propinsi dan
Gubernur, rekomendasi Mendagri.
Syarat fisik kewilayahan dalam pembentukan daerah :
1. Propinsi minimal 5 kabupaten/kota;
2. Kabupaten minimal 5 kecamatan;
3. Kota minimal 4 kecamatan;
4. Batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan untuk bisa dimekarkan;
5. Propinsi 10 tahun;
6. Kabupaten/Kota 7 tahun;
7. Kecamatan 5 tahun.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah
yang meliputi :
1. Koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan;
2. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan;
3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan
pemerintahan;
4. Pendidikan dan Pelatihan;
5. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
urusan pemerintahan.

Kesimpulan :
Esensi dari dasar otonomi daerah adalah keanekaragaman dalam kesatuan dimana
daerah kabupaten/ kota diberikan wewenang bersifat pengakuan diikuti dengan hak dan
kewajiban daerah yang bertujuan untuk kedaulatan rakyat, pemberdayaan masyarakat
serta pemerataan dan keadilan. Pengembangan otonomi daerah bersimplifikasi
penguatan asas desentralisasi dan pengurang asas dekosentrasi. Maksudnya adalah
walaupun daerah mempunyai kewenangan dalam menjalankan rumahtangganya tetapi
masih dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah juga
bertujuan untuk penyelengaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, dimana
organisasi pemerintahan mengarah “ Ramping struktur kaya Fungsi” sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daerah bersangkutan. Dengan otonomi daerah DPRD
berkedudukan sejajar dan Mitra kepala daerah.

Rabu, 24 Februari 2010


Pada pertemuan ke lima ini perkuliahan beranjak pada pembahasan Koordinasi, dengan
sajian materi sebagai berikut :
KOORDINASI
Pengaturan hubungan kerjasama dari beberapa instansi/pejabat yang mempunyai tugas
dan wewenang yang saling berhubungan dengan tujuan untuk menghindarkan
kesimpangsiuran dan duplikasi;
* Dari aspek manajemen > merupakan upaya untuk menserasikan langkah-langkah
dan kegiatan antar berbagai fungsi manajemen guna pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan;
* Efisiensi koordinasi dalam pemerintahan dan pembangunan :
Pencapaian daya dan hasil guna sebesar-sebesarnya dalam tertib pemerintahan,
pertumbuhan dan pemerataan hasil pembangunan serta didukung stabilitas nasional
yang dinamis dan perspektif.
PENDEKATAN SISTEM
a. Pendekatan antar disiplin yang berperan masing-masing sebagai subsistem;
b. Pendekatan multi fungsi;
c. Pendekatan lintas sektoral.
HAKEKAT KOORDINASI
1. Akibat logis dari prinsip pembagian habis tugas;
2. Timbul dari dianutnya prinsip fungsionalisasi;
3. Sebagai akibat dari rentang kendali yang mewajibkan pimpinan untuk membina,
membimbing, mengarahkan dan mengendalikan berbagai kegiatan;
4. Diperlukan mutlak dalam organisasi yang benar dan kompleks > sinkronisasi;
5. Menunjang bentuk organisasi dengan prinsip jalur lini dan staf;
6. Sangat terkait dengan kelancaran komunikasi kerja;
7. Ukuran perwujudan kerjasama pro-aktif karena saling ketergantungan satu sama
lain.
MANFAAT KOORDINASI
a. Adanya keselarasan antara rencana dengan tujuan yang akan dicapai;
b. Ada prosedur dan metoda kerja;
c. Dimungkinkan terselenggaranya komunikasi timbal balik;
d. Ada kesadaran untuk kebersamaan.
JENIS KOORDINASI
 Vertikal
 Horizontal
 Diagonal
CIRI – CIRI KOORDINASI
1. Tanggungjawab kelancaran koordinasi terletak pada pimpinan;
2. Koordinasi sebagai upaya kerjasama berproses secara terus menerus;
3. Berlaku sebagai pengaturan upaya kelompok secara teratur;
4. Sebagai konsep kesatuan tindakan/inti daripada koordinasi;
5. Sasaran adalah pencapaian tujuan bersama.
Kesimpulan :
Dalam pelaksanaan tugas dalam sebuah organisasi terkadang terjadi tumpah tindih
tugas yang mengakibatkan pemborosan dan pekerjaan menjadi tidak efektif, maka
untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukan koordinasi diantara bagian-bagian dalam
organisasi. Koordinasi bisa dilakukan secara vertical yaitu instruksi dari atasan kepada
bawahan, horizontal yaitu koordinasi antar bagian yang selevel, ataupun secara
diagonal yaitu atasan dari satu bidang berkoordinasi dengan seorang bawahan dari
bidang yang berbeda.
Rabu, 3 Maret 2010
Dilanjutkan pada pertemuan ke enam yang membahas tentang Paradigma Baru
Berpemerintahan dengan materi sebagai berikut :
A. PARADIGMA BARU BERPEMERINTAHAN
1. Hubungan antara Pemerintah dengan masyarakat bersifat sangat dinamis,
bergerak seperti pendulum antara kutub sangat berkuasa ke kutub yang
sangat lemah;
2. Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat;
3. Dalam perjalanan waktu, pemerintah menjadi sangat berkuasa dan
“menelan” masyarakat (studi kasus sebelum abad 19: pemerintah
kolonialisme/monarkhi absolut);
4. Munculnya paham demokrasi (pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat)
pada awal abad 20, masyarakat menuntut hak untuk lebih banyak
memegang peran dalam pembuatan kebijakan publik, walaupun banyak
menemui hambatan;
5. Hambatan-hambatan pelaksanaan proses demokrasi : pimpinan politik dan
pemerintah yang dipilih rakyat seringkali menyalahgunakan kepercayaan,
sehingga menimbulkan ketidakpercayaan (distrust). Menurut Fukuyama,
untuk membangun bangsa diperlukan kondisi “high trust”.
Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan pemerintah :
1. Peter F. Drucker (1968) dalam “The Age Of Discontinuity” Kemungkinan
bangkrutnya birokrasi;
2. Barzelay (1982) dalam “Breaking Trough Bureaucracy” Masyarakat bosan
dan muak pada birokrasi yang rakus dan kerja lamban;
3. Osbome dan Gaebler (1992) dalam “Reinventing Government”
Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan
manajemennya, buka pada apa yang dikerjakan pemerintah melainkan
bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya;
4. Osbome dan Plastrik (1996) dalam “Banishing Bureucracy” agar
birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, “the least government
is the best government”;
5. E. S Savas (1987) Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi,
pemilahan dan pemilihan fungsi publik;
6. Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis
multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah
urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama
pemerintahan.
7. Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan,
mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan
evaluasi;
8. Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun
filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih
transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder
and shareholder);
9. Diantara komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi, ternyata birokrasi
merupakan sektor yang paling lamban berubahnya.

B. KONSEP GOOD GOVERNANCE


Menurut World Bank, Governance diartikan sebagai “The way state power is
used in managing economic and social resources for development society”.
Dengan demikian, governance adalah cara bagaimana kekuasaan negara
digunakan untuk mengelola sumber-sumber daya ekonomi dan sosial guna
pembangunan masyarakat.
UNDP mengartikan governance sebagai “the exercise of political, economic and
administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”, kata governance
diartikan sebagai penggunaan/pelaksanaan yakni penggunaan kewenangan
politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola masalah-masalah nasional
pada semua tingkatan.
Governance memiliki tiga domain:
1. Negara/Pemerintah : sebagai pembuat kebijakan, pengendali dan
pengawas;
2. Swasta/Dunia usaha : sebagai penggerak aktivitas bidang
ekonomi;
3. Masyarakat : Sebagai subjek dan objek dari sektor
pemerintah dan swasta.
Tiga Domain Sektor
1. Sektor Pemerintah;
2. Sektor Masyarakat;
3. Sektor Swasta.

Posisi Tiga Domain (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam konsep Good
Governance bersifat Heterarkhis :

Sektor Swasta

Governance didukung oleh TIGA elemen


1. Politik
Proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan publik, yang
dilakukan oleh birokrasi dan bersama dengan politisi;
2. Ekonomi
Proses pembuatan keputusan untuk memfasilitasi aktivitas ekonomi didalam
negeri dan interaksi diantara penyelenggara ekonomi;
3. Administrasi
Implementasi proses kebijakan yang telah diputuskan oleh institusi politik.

Kesimpulan :
Pentingnya sebuah teori dalam pelaksanaan pembangunan sangatlah penting, walaupun
kebanyakan teori amat sulit diterapkan dalam praktek khususnya dalam pemerintahan
tapi teori sendiri merupakan hasil pengamatan, penelitian, dan analisis seorang pakar
yang kemudian di kemukakan dengan pendapat. Adapun beberapa pengertian teori
yakni :

a. Suatu hasil penelitian yang sudah teruji atau terbukti kebenarannya dan
bersifat universal sehingga dijadikan acuan baku dan menerangkan suatau
kejadian peristiwa;
b. Berlaku sebagai asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar suatu
ilmu pengetahuan;
c. Merupakan suatu cara/sistem/metode yang berlaku sebagai aturan/pegangan
baku untuk melakukan sesuatu proses pencapaian tujuan secara efisien dan
efektif.
Mengapa teori dalam penyelenggaraan sangat penting, karena penyelenggaraan
pemerintahan tanpa teori akibatnya penyalahgunaan wewenang. Penyalahgunaan
yang terus menerus kedepan dianggap bukan kesalahan, dan bila terus berlanjut
pada gilirannya menjadi penyalahgunaan kekuasaan.
Terori-teori yang berhubungan tentang pemerintahan daerah sangatlah banyak,
membahas mulai pengertian, landasan filosofis, pelaksanaan otda, maupun
masalah masalahnya. Dalam penerapan teori ini diperlukan penyesuaian antara
teori yang akan di gunakan dengan kondisi real suatu daerah. Karena kesalahan
pengggunaan teori dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat
mengakibatkan keluarnya kebijakan/ keputusan publik yang tidak sesuai dengan
rencana awal arah pembangunan.

Rabu, 10 Maret 2010


Pada pertemuan ini perkuliahan membahas tentang Good Governance dengan sajian
materi sebagai berikut :

THE ELEMEN DALAM GOOD GOVERNANCE

POLITIK

Perbandingan Istilah Government dengan Governance

UNSUR
NO PERBANDINGA GOVERNMENT GOVERNANCE
N

Dapat berarti
Badan/Lembaga /Fungsi yang Dapat berarti cara menggunakan
1. Pengertian
dijalankan oleh suatu organ atau pelaksanaan
tertinggi dalam suatu Negara

Hirarkis, dalam arti yang


Hiterarkhis dalam arti ada
memerintah berada diatas,
2. Sifat Hubungan kesetaraan kedudukan dan hanya
sedangkan warga negara yang
berbeda dalam fungsi
diperintah ada dibawah

3. Komponen yang Sebagai subjek hanya ada Ada tiga komponen yang
terlibat satu yaitu institusi pemerintah terlibat:
1. Sektor publik
2. Sektor swasta
3. Sektor masyarakat

Semua memegang peran sesuai


Pemegang Peran
4. Sektor Pemerintah dengan fungsinya masing-
Dominan
masing

Efek yang
5. Kepatuhan warga negara Partisipasi warga negara
diharapkan

Pencapaian tujuan negara dan


Pencapaian tujuan negara tujuan masyarakat melalui
Hasil akhir yang
6. melalui kepatuhan warga partisipasi sebagai warga negara
diharapkan
negara maupun sebagai warga
masyarakat
CIRI-CIRI TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK
1. Mengikut sertakan semua;
2. Transparan dan bertanggung jawab;
3. Efektif dan adil;
4. Menjamin adanya supremasi hukum;
5. Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik, sosial dan ekonomi didasarkan pada
konsensus masyarakat;
6. Memperhatikan kepentingan/mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses
pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya pembangunan.
A. KARAKTERISTIK GOOD GOVERNANCE (UNDP)
1. Partisipasi (Partisipation)
Syarat utama warga dalam berpartisipasi :
a. Rasa kesukarelaan dalam berpartisipasi;
b. Keterlibatan secara emosional;
c. Memperoleh manfaat, secara langsung dan tidak langsung dari
keterlibatannya.

2. Penegakan hukum (Rule of Law)


Membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat lunaknya (software),
perangkat keras (hardware) maupun sumber daya manusianya
(humanware);
3. Transparansi (Transparancy)
Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut
kepentingan publik, mulai dari proses pengambilan keputusan, penggunaan
dana publik sampai pada tahapan evaluasi;
4. Daya Tanggap (Responsiveness)
Sektor publik selama ini dianggap tertutup, arogan dan berorientasi pada
kekuasaan. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat sebagai konsumen,
perlu dilakukan survey secara periodik. (Lihat Kep. Menpan No.
25/M.Pan/2004 tentang indeks kepuasan konsumen (IKM));
5. Orientasi pada konsensus (Consensus Orientation)
Aktivitas politik berisi dua hal pokok yaitu konflik dan konsensus. Dalam
pengambilan keputusan lebih menitikberatkan konsensus. Musyawarah
merupakan proses, sedangkan mufakat merupakan hasil.
6. Keadilan/Kesetaraan (equity)
Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan, walaupun kemampuan individu berlainan namun sektor
publik harus berperan optimal agar kesejahteraan dan keadilan seiring
sejalan.
7. Keefektifan dan efisiensi (Effectiveness dan Efficiency)
Perlunya kompetisi untuk menciptakan keefektifan dan efisiensi pada sektor
publik.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Pertanggungjawaban setiap aktivitas menyeluruh kepada publik/masyarakat
luas, disamping kepada atasan, Akuntabilitas meliputi:
a. Akuntabilitas organisasional/administratif;
b. Akuntabilitas legal;
c. Akuntabilitas politik;
d. Akuntabilitas profesional;
e. Akuntabilitas moral;
9. Visi strategis (strategic Vision).
Perlunya visi jangka pendek (short term vision) dan visi jangka panjang
(Long Term Vision)
B. IMPLEMENTASI PARADIGMA GOOD GOVERNANCE DALAM
OTONOMI DAERAH
1. Meskipun tidak secara resmi diumumkan penggunaan paradigma good
governance, namun secara implisit paradigma tersebut, nampak dalam
berbagai peraturan perundang-undangan baru yang terbaik pada era
reformasi. Termasuk berbagai peraturan yang mengatur tentang otonomi
daerah. Hal ini tidak terlepas dari tekanan negara dan lembaga donor yang
memberikan pinjaman maupun hibah kepada Indonesia.
2. Dalam hal partisipasi, telah dicoba dibuka pintu yang lebih lebar untuk
melibatkan masyarakat dalam proses perumusan, implementasi serta
evaluasi kebijakan publik melalui berbagai peraturan perundang-undangan,
meskipun seringkali terjadi penolakan dari tubuh birokrasi.
3. Penegakan hukum juga mulai lebih digiatkan antara lain dengan
memperkuat posisi mahkamah agung serta meletakkan jajaran pengadilan
dibawahnya bukan lagi dibawah Presiden. Demikian pula dengan
terbentuknya KPK, Tipikor dan meningkatnya peran serta masyarakat serta
peran berbagai media lainnya.
4. Sudah mulai banyak pejabat publik baik Gubernur, Bupati/Walikota
maupun anggota DPRD/DPR yang diperiksa dan dijatuhi hukuman dengan
dakwaan terlibat KKN. Dalam Undang-Undang 32 tahun 2004 juga dimuat
ketentuan kemungkinan pemberhentian Kepala Daerah dan /atau Wakil
Kepala daerah yang lebih tegas.
5. Telah dikembangkan transparansi dibidang keuangan daerah, antara lain
melalui keharusan diaudit oleh BPK dan menyampaikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada publik. Contoh best practice
di Kabupaten Sleman yang sejak tahun 2004 telah membuat neraca yang
diaudit oleh akuntan publik independen dan dimuat di harian kompas.
6. Telah mulai dikembangkan mekanisme untuk mengetahui pandangan
masyarakat terhadap kinerja pemberian pelayanan publik oleh pemerintah
daerah seperti mulai dirintis oleh Pemerintah Kota Palangkaraya.
7. Pengembangan konsensus sebenarnya bukan hal yang baru, karena sudah
merupakan budaya nasional Indonesia sebagaimana tercermin pada sila ke-
4 dari Pancasila. Tetapi budaya konsensus tersebut justru mulai
ditinggalkan dan digantikan dengan model pemungutan suara untuk setiap
pengambilan keputusan yang mengakibatkan muncul antagonitas kubu pro
dan kontra.
8. Pengembangan kesetaraan dalam bidang politik sudah mulai dijalankan,
tetapi kesetaraan di bidang ekkonomi masih tersendat-sendat karena
birokrasi tampaknya masih lebih banyak berpihak pada kelompok ekonomi
kuat (issue neo liberalism) dibandingkan pada kelompok ekonomi lemah.
Hal tersebut nampak dari pembuatan kebijakan publik maupun dalam
alokasi anggaran publik.
9. Undang undang No. 32 tahun 2004 telah menempatkan efektivitas dan
efisiensi sebagai nilai yang diutamakan, tetapi dalam prakteknya masih
menghadapi berbagai kendala/kesulitan untuk dilaksanakan. Birokrasi tidak
atau belum siap untuk menjalankan prinsip tersebut sehingga diperlukan
kepemimpinan visioner untuk melakukan percepatan perubahan seperti
mulai dirintis di Kabupaten Jembrana, Sragen dan Tanah Datar.
10. Prinsip akuntabilitas secara berharap sudah mulai diterapkan dalam
implementasi otonomi daerah di berbagai kabupaten/kota, meskipun tingkat
kemajuannya relatif masih terbatas. KILLGAARD mengingatkan bahwa :
Corruption IS Discretion PLUS Monopoly MINUS Accountability. Dengan
demikian apabila tanpa akuntabilitas terutama dalam penggunaan dana
publik, niscaya akan terjadi korupsi berjamaah.
11. Keharusan menyiapkan visi stratejik bagi setiap instansi pemerintah sudah
diatur dengan Inpres No. 7 tahun 1999 tentang AKIP. Begitu pula dengan
kewajiban calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk
memaparkan visi, misi dan programnya dihadapan sidang DPRD telah
diatur didalam Pasal 66 ayat (3) huruf f UU No. 32 tahun 2004. meskipun
demikian masih banyak terjadi visi daerah, visi pemerintah daerah serta visi
perangkat daerah yang disusun secara tidak benar serta tidak dilaksanakan
secara konsisten dan berlanjut.
12. Dengan keluarnya UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, setidaknya memberi acuan mengenai perlunya
penyusunan pembangunan nasional secara hierarkhis dan berkelanjutan
guna mencapai tujuan nasional serta tujuan daerah secara bersama-sama
efektif.

Kesimpulan ;
Good Governance akan terlaksana dengan baik jika ada kerjasama yang baik antara
stakeholder (eksekutif, legislative dan masyarakat) dalam pembangunan.

Rabu, 31 Maret 2010


Dalam pertemuan ini perkuliahan membahas tentang Birokrasi dengan materi
sebagai berikut :
PERUBAHAN SIKAP DALAM BIROKRASI DALAM PEMBANGUNAN
1. Birokrasi harus mampu membangun dan menggerakkan partisipasi
masyarakat;
2. Birokrasi harus mampu bertindak adil dalam arti tidak cenderung memihak
kepada pihak yang kuat tetapi harus lebih melindungi mempertahankan
masyarakat yang lemah tidak berdaya;
3. Peran birokrasi harus bergeser dari “MENGENDALIKAN” menjadi
“MENGARAHKAN” dan dari memberi menjadi memberdayakan;
4. Mengembangkan keterbukaan dan kebertanggungjawaban (transparansi dan
akuntabilitas);
5. Birokrasi harus menjadi pelopor perubahan dan pembaharuan yang
dilakukan secara terarah dan sistematis dengan dukungan political willyan
kuat serta dilaksanakan konsisten.
FUNGSI BIROKRASI
1. INSTRUMENTAL : Menjabarkan perundang undangan dan
kebijakan publik dalam kegiatan rutin untuk
meningkatkan produksi jasa, pelayanan, komoditi
atau mewujudkan situasi tertentu;
2. POLITIK : Memberi/menyiapkan input berupa saran,
informasi, visi misi dan langkah profesionalisme
untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan;
3. KATALIS PUBLIC INTEREST: Mengartikulasikan aspirasi dan
kepentingan publik dan
mengintegrasikan atau
menginkorporasikan didalam
kebijaksanaan dan keputusan
pemerintah.
4. ENTERPRENEURIAL : Memberi inspirasi bagi kegiatan-
kegiatan inovatif dan non rutin
mengaktifkan sumber-sumber potensial
yang IDLE serta menciptakan resources
mix yang optimal dalam upaya
pencapaian tujuan berbangsa dan
bernegara secara profesional.

Rabu, 7 April 2010


KONDISI VITAL KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN
DESENTRALISASI
1. Kerangka kerja desentralisasi harus memperlihatkan kaitan antara
pembiayaan lokal dan kewenangan fiscal dengan fungsi dan tanggungjawab
pemberian pelayanan oleh pemerintah daerah;
2. Masyarakat setempat harus diberi informasi mengenai kemungkinan biaya
pelayanan dan penyampaian serta sumber-sumbernya dengan harapan
keputusan yang diambil pemerintah daerah menjadi bermakna;
3. Masyarakat memerlukan mekanisme untuk menyampaikan pandangannya
yang dapat mengikat politikus, sebagai upaya mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi;
4. Harus ada sistem akuntabilitas yang berbasis pada publik dan reformasi
yang transparan yang memungkinkan masyarakat memonitor efektivitas
kinerja pemerintah daerah yang mendorong politikus dan aparatur daerah
menjadi responsif;

5. Instrumen desentralisasi seperti kerangka kerja institusional yang sah,


struktur tanggungjawab pemberian pelayanan dan sistem fiscal antar
pemerintah harus didesain untuk mendorong sasaran-sasaran politikus.
Sabtu, 17 April 2010
UNSUR-UNSUR TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK
a. Partisipasi
Semua pria dan wanita mempunyai suara dalam pengambilan keutusan baik
secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah
yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan kebebasan berserikat berkumpul dan mengungkapkan
pendapat serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
b. Supremasi hukum
Kerangka hukum yang adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu terutama
hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
c. Transparansi
Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas seluruh proses
pemerintahan lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat akses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai dan
dapat dimengerti dan dipantau.
d. Cepat tanggap
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha
melayani semua pihak yang berkepentingan.
e. Membangun konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang
berada demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang
terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus
dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
f. Kesetaraan
Semua pria dan wanita mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
g. Efektif dan efisien
Proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber
daya yang ada dan seoptimal mungkin.
h. Bertanggungjawab
Pada pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-
organisasi masyarakat bertanggungjawab baik kepada masyarakat maupun
kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tegantung dari
jenis organisasi yang bersangkutan dan dari apakah bagi organisasi itu
keputusan tersebut bersifat kedalam atau keluar.
i. Visi strategik
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke
depan atas tata pemerintahan yang baik dan membangun manusia serta
kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan
tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas
kompleksitas kesejahteraan budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi
perspektif tesebut.

Rabu, 21 April 2010


Pada pertemuan ke dua belas ini perkuliahan membahas tentang Perbandingan UU
No. 22/1999 dan 32/2004,

PERBANDINGAN UU 22/1999 DAN 32/2004

DIMENSI
NO UU NO. 22/1999 UU N0. 32/2004
PERBANDINGAN

1. Dasar Filosofi Keaneka ragaman dalam Keaneka ragaman dalam


kesatuan kesatuan

2. Pembagian Satuan Pendekatan besaran dan isi Pendekatan besaran dan isi
Pemerintahan otonomi (size and content) otonomi (size and content
ada daerah besar dan daerah approach) dengan
kecil yang masing-masing menekankan pada pembagian
mandiri, ada daerah dengan urusan yang
isi otonomi terbatas dan ada berkeseimbangan
yang otonominya luas. berdasarkan asas
eksternalitas, akuntabilitas,
efisiensi
3. Fungsi Utama Pemberi Pelayanan Pemberi Pelayanan
Pemerintah Daerah Masyarakat Masyarakat
4. Penggunaan azas • Desentralisasi Terbatas • Desentralisasi diatur
Penyelenggaraan pada Daerah Propinsi, berkeseimbangan antar
Pemerintah Daerah dan luas pada Daerah daerah propinsi,
Kab/Kota; Kab/Kota;
• Dekonsentrasi terbatas • Dekonsentrasi terbatas
pada Kab/Kota dan luas pada Kab/Kota dan luas
pada propinsi; pada Propinsi;
• Tugas pembantuan yang • Tugas pembantuan yang
berimbang pada semua berimbang pada semua
tingkatan pemerintahan. tingkatan pemerintahan.
5. Pola Otonomi A – Simetris A – Simetris

6. Model Organisasi Local Democratic Model Perpaduan Local Democratic


Pemerintahan Model dengan structural
Daerah efficiency model

7. Unsur Pemerintah Kepala Daerah dan Kepala Daerah dan


Daerah Perangkat Daerah Perangkat Daerah

8. Mekanisme Pengaturan dilakukan Tidak menggunakan


Transfer dengan pengakuan pendekatan kewenangan
Kewenangan kewenangan, isi melainkan pendekatan
kewenangan, pemerintah urusan, yang didalamnya
pusat dan propinsi sebagai terkandung adanya aktivitas,
daerah otonom terbatas, hak dan wewenang,
sedangkan isi kewenangan kewajiban dan
daerah Kab/Kota luas tanggungjawab (General
(General Competence Competence principle)
principle)
9. Unsur pemerintah Badan Legislatif Daerah Menggunakan prinsip check
daerah yang (Legislative Heavy) and balances antara pemda
memegang peranan dengan DPRD
dominan
10. Pola Pemberian Uang mengikuti fungsi Uang mengikuti fungsi
Dana/Anggaran (Money Follow Function) (Money Follow Function)

11. Sistem Sistem Terpisah (Separated Mixed System, dengan


Kepegawaian System) memadukan antara
integrated system dengan
separated system
12. Sistem Pertanggungjawaban Pertanggungan jawab kepada
pertanggungjawaba pemerintahan kesamping konstituen, ke pemerintah
n pemerintahan pusat dengan laporan ke
DPRD dengan keterangan
pertanggungjawaban, kepada
rakyat berupa informasi
13. Sistem pengelolaan Pengolahan masing-masing Pengolahan masing-masing
antar azas azas secara terpisah azas secara terpisah
pemerintahan
14. Kedudukan Sebagai Satuan Kerja Sebagai Satuan Kerja
Kecamatan Perangkat Daerah Perangkat Daerah

15. Kedudukan Camat Sebagai Perangkat Daerah Sebagai Perangkat Daerah

16. Kedudukan Desa Relatif mandiri berarti tidak Relatif mandiri berarti tidak
mandiri sepenuhnya mandiri sepenuhnya

17. Pertanggungan Kepada Rakyat melalui Tidak diatur secara khusus


Jawab Kepala Desa BPD dalam UU tetapi diatur
dalam peraturan daerah
dengan berpedoman kepada
peraturan pemerintah

KOMUNIKASI YANG KOMUNIKATIF


Kiat dalam memberikan umpan balik
a. Berikan secara spesifik, jangan terlalu umum sehingga tidak/sulit
terpahami;
b. Berikan penjelasan dengan cukup dasar pertimbangan atau alasan mengapa
saudara membuat umpan balik demikian;

c. Pusatkan pada perilaku yang dapat diubah, yang berada dalam kendali
orang yang bersangkutan. Hindari umpan balik yang menyinggung pribadi
dan bersifat melecehkan yang bersangkutan;
d. Berikan uraian tentang kenyataan berdasarkan data obyektif dan bukan
penilaian;
e. Ungkapkan pendapat (opini) sebagai opini, bukan fakta yang menyudutkan;
f. Berikan umpan balik yang konstruktif, bukan yang destruktif;
g. Hindari ungkapan-ungkapan yang menyerang dan dapat menimbulkan
reaksi yang emosional.
h. Berikan pujian yang jujur dan tulus serta apa adanya tanpa menimbulkan
reaksi yang emosional;
i. Berikan kritik tanpa merendahkan dan mempermalukan yang bersangkutan;
j. Berikan informasi secara jelas, benar, lengkap dan cukup untuk
menghindari kesalahpahaman.

Kiat dalam menerima umpan balik


a. Dengarkan semua tanggapan dengan sabar dan cermat serta tunjukkan
kesan bahwa saudara sangat memperhatikannya;
b. Upayakan hati dan pikiran tetap dingin jangan membangun tembok
(menutup diri total/cuek) ataupun seakan menantang;
c. Perhatikan hal-hal penting yang menjadi isu utama dari tanggapan yang
masuk;
d. Ungkapkan kembali dengan kata-kata sendiri, untuk men”cek” apakah
saudara dapat dapat menangkap umpan balik dengan benar dan baik;
e. Pastikan apakah penangkapan dan persepsi saudara sudah benar menurut
pihak pemberi umpan balik;
f. Bila perlu minta contoh dan penjelasan seperlunya secara konkrit ;
g. Jangan berlebihan dalam memberi reaksi terhadap umpan balik yang
saudara terima, lebih baik saudara tetap tenang sambil mencari makna
optimal dari umpan balik tersebut;
h. Kaji manfaat secara potensial dari umpan balik tersebut bagi kepentingan
saudara dan lingkungan yang lebih luas;
i. Terima setiap umpan balik yang bersifat kritik sebagai pertolongan yang
tulus.

COMMUNICATION IS THE PROCESS OF PASSING INFORMATION AND


UNDERSTANDING FROM ONE PERSON TO ANOTHER
KOMUNIKASI ADALAH PROSES PENYAMPAIAN KETERANGAN DAN
PENGERTIAN DARI SESEORANG KEPADA ORANG LAIN

PROFESIONAL
a. Memiliki wawasan jauh kedepan (knowledge);
b. Memiliki keahlian dibidang tertentu (specifik) skill/mahir (know how);
c. Memiliki daya saing tinggi;
d. Memiliki moral tinggi yang dicerminkan dalam perilaku keseharian
(attitude);
e. Memiliki kesetiaan kepada etika profesi (integrity);
f. Memiliki sifat kreatif dan inovatif.
KUNCI KEBERHASILAN SDM PROFESIONAL
a. Meningkatkan disipliln diri (waktu, perilaku, kinerja);
b. Mentaati peraturan;
c. Mentaati janji (trust dan integritas);
d. Mengembangkan semangat keterbukaan (pembaharuan, reformasi dan
transformasi);
e. Melancarkan komunikasi (sosialisasi program, meredam konflik,
menampung/menyalurkan aspirasi, membangun kemitraan/kebersamaan.
Tuntutan Abad 21 Atas Organisasi
a. Harus menjadi organisasi pembelajaran (harus dimulai dari perorangan
yang ditingkatkan belajar menjadi pembelajaran);
b. Harus mampu menyelenggarakan “AD HOC MANAGEMENT” (bagian
dari manajemen dan harus dilibatkan didalamnya);
c. Harus gesit bermitra (sederajat dalam bekerjasama), beraliansi
(kepentingan-kepEntingan tertentu tidak usah bergabung/bersama untuk
kepentingan tertentu), serta berkolaborasi (bekerjasama dalam waktu yang
singkat, tanpa ada kesepakatan yang bersifat formal);
d. Harus langsing tanpa beban yang tidak perlu (ramping struktural kaya
fungsi);
e. Harus lebih banyak pada SDM;
f. Harus semakin kreatif dan inovatif (lebih bermakna dalam menemukan ide-
ide baru);
g. Harus semakin serius membina sistem dan budaya melayani pelayanan
prima, gugus kendali mutu, contoh (setiap akhir tahun diadakan evaluasi).

PERBANDINGAN LINGKUP ORIENTASI PEMERINTAHAN/ OTONOMI


DAERAH
1. Azas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang digunakan :
a. Dekonsentrasi;
Pasal 1 butir 8 UU No. 32/2004
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

b. Desentralisasi;
Pasal 1 butir 7 UU No. 32/2004
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

c. Tugas Pembantuan/Medewebind.
Pasal 1 butir 9 UU No. 32/2004
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu.
2. Ajaran rumah tangga yang digunakan :
a. Art Riil (luas, nyata dan bertanggungjawab);
b. Art Formal;
c. Art Materiil.
3. Pola pembagian kewenangan yang digunakan:
a. UU pembentukan/PP penyerahan urusan/ kewenangan;
Pasal 10 ayat (1) UU No. 32/2004
Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah.

b. Kewenangan Pemerintah Pusat Limitatif;


Pasal 10 ayat (3) UU No. 32/2004
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.

c. Kewenangan Pemerintah Propinsi Limitatif;


Pasal 13 ayat (1) UU No. 32/2004
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
potensial;
g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah
termasuk lintas kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kota;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.

d. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota (Pengakuan).


Pasal 14 ayat (1) UU No. 32/2004
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota
meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan;
g. penanggulangan masalah sosial;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.

4. Pola pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan daerah:


a. Hierarkis keatas;
b. Hierarkis kesamping/DPRD;
Pasal 184 ayat (1) UU No. 32/2004
Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
c. Akuntabilitas hukum, politik, administrasi dan tehnis.
5. Pola pembagian sumber-sumber keuangan:
a. Desentralisasi politik dan administrasi diimbangi desentralisasi
fiscal;
b. Prinsip “function follow money” “money follow function”.
6. Pola susunan organisasi dan tata kerja;
a. Seragam Keanekaragaman sesuai kebutuhan dan potensi;
b. Ramping struktur kaya fungsi;
c. Fungsi wadah dan proses sistem kerjasama mencapai tujuan.

7. Pola hubungan kerja antar satuan pemerintahan


a. Hierarkis Heterarkis;
Pasal 195 UU No.32/2004
(1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah
dapat mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas
pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diwujudkan dalam bentuk badan kerja sama antar daerah yang
diatur dengan keputusan bersama;
(3) Dalam penyediaan pelayanan pubik, daerah dapat bekerja
sama dengan pihak ketiga.
(4) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan
persetujuan DPRD.

b. Hierarki kepentingan masayarakat yang lebih besar.

Pasal 196 UU No. 32/2004


(1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak
lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait.
(2) Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan
publik secara bersama dengan daerah sekitarrnya untuk
kepentingan masyarakat.
(3) Untuk pengelolaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2), daerah membentuk badan kerja sama.
(4) Apabila daerah tidak melaksanakan kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pengelolaan pelayanan
publik tersebut dapat dilaksanakan oleh Pemerintah.

8. Jumlah jenjang pemerintahan:


a. Hanya satu jenjang;
b. Datom ukuran besar dan datom ukuran lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai