Oleh :
POTRET INDONESIAKU
• Berpenduduk “empat besar dunia” setelah Cina, India, USA dan negara demokratis
terbesar “ketiga” setelah USA dan India;
• Masyarakat multi kultural dengan multi karakter dan memiliki lebih dari 300
kelompok etnis;
• “Mega Geografis” dengan luas dataran >1,9 juta M2 meliputi 17.506 pulau besar kecil
(11.013 pulau belum punya nama), negara terluas ke 8 setelah Australia, Kanada,
Brazil, USA, Cina, India, dan Nigeria.
DESENTRALIZATION
IS THE TRANSFER OF AUTHORITY AND RESPONSIBILITY FOR PUBLIC FUNCTION
FROM CENTRAL GOVERNMENT TO SUBORDINATE OR QUASI INDEPENDENT
ORGANIZATION OR THE PRIVATE SECTOR.
TIPE DESENTRALISASI
A. DESENTRALISASI POLITIK
Semangat demokrasi yang berkembang di masyarakat dapat tersalur secara positif,
masyarakat luas dapat berpartisipasi aktif dalam proses perumusan, pembuatan,
implementasi dan evaluasi kebijakan publik serta memanfaatkan hasilnya (bukan
hanya berpartisipasi pada tataran implementasinya) dan melalui desentralisasi politik
dibentuk badan-badan perwakilan yang dipilih rakyat yang bertugas menjalankan
fungsi perwakilan, pembuatan kebijakan serta fungsi pengawasan politik terhadap
badan penyelenggara pemerintahan.
B. DESENTRALISASI ADMINISTRASI
Bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat lebih efektif dan efisien, dipilah
dan dipilih aktivitas-aktivitas pemerintahan yang dapat ditransfer kepada pejabat-
pejabat lain diluar pejabat pemerintahan.
Kesimpulan :
Pada perkuliahan ini membahas tentang esensi dan pengertian dari Pemerintahan Daerah.
Disini lebih banyak menjelaskan pengertian yang berhubungan dengan pemerintahan
daerah, seperti pengertian otonomi daerah, Pemerintah Daerah, Pemerintahan Daerah,
Desentralisasi, Dekosentrasi, tugas pembantuan. Yang dimaksud pemerintah daerah adalah
kepala daerah dan perangkat daerah, sedangkan pemerintahan daerah adalah
penyelenggara pemerintah daerah dan DPRD.
Esensi Dasar Otonomi Daerah adalah keaneka ragaman dalam kesatuan dimana daerah
kabupaten/ kota diberikan wewenang bersifat pengakuan diikuti dengan hak dan kewajiban
daerah yang bertujuan untuk kedaulatan rakyat, pemberdayaan masyarakat serta
pemerataan dan keadilan. Pengembangan otonomi daerah bersimplifikasi penguatan asas
desentralisasi dan pengurangan asas dekosentrasi .
Perlunya pemahaman terhadap pengertian dan apa yang menjadi tujuan dasar berdampak
pada fokusnya kita terhadap materi, terjadinya persamaan persepsi dan pegangan dalam
pembahasan materi berikutnya. Hal ini sangat menjadi penting karena perbedaan persepsi
terhadap pengertian maka mengakibatkan kerancuan dalam pembelajaran. Seperti
perbedaan pemerintahan daerah dan pemerintah daerah seperti yang di jelaskan diatas,
hanya perbedaan akhiran “an” terjadi perubahan pengertian yang sangat mendasar.
Materi Perkuliahan:
C. DESENTRALISASI FISCAL
Merupakan komponen inti dari desentralisasi, untuk menjalankan kewenangan yang
telah ditransfer diperlukan sumber-sumber pembiayaan sendiri (self financing) dengan
mengadakan pungutan pembiayaan bersama (co-financing) perluasan sumber-sumber
lokal melalui pajak/retribusi, transfer antar pemerintah serta pinjaman atau bantuan.
D. DESENTRALISASI EKONOMI/PASAR
Dilakukan dalam bentuk privatisasi atau deregulasi dengan mengalihkan
tanggungjawab berbagai fungsi dari sektor publik ke sektor privat.
FUNGSI BIROKRASI
1. INSTRUMENTAL
Menjabarkan perundang – udangan dan kebijakan publik dalam kegiatan rutin untuk
meningkatkan produksi jasa, pelayanan, komoditi atau mewujudkan situasi tertentu;
2. POLITIK
Memberikan/menyiapkan input berupa saran, informasi, visi, Misi dan langkah
profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan;
3. KATALIS PUBLIK INTEREST
Mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan publik dan mengintegrasikan atau
menginkorporasikan didalam kebijaksanaan dan keputusan pemerintah;
4. ENTREPRENEURIAL
Memberi inspirasi bagi kegiatan-kegiatan inovatif dan non rutin. Mengaktifkan
sumber-sumber potensial yang IDLE serta menciptakan resources mix yang optimal
dalam upaya pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara secara propfesional.
PRINSIP PEMBIDANGAN KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT &
PEMERINTAH DAERAH
KEWENANGAN PENGATURAN
Mencakup kewenangan untuk membuat aturan, pedoman, norma maupun standar.
Pemerintah pusat membuat pengaturan hal-hal berskala nasional dan internasional.
Pemerintah propinsi memiliki kewenangan pengaturan yang bersifat regional sedangkan
pemerintah kab/kota memiliki kewenangan pengaturan yang bersifat lokal.
KEWENANGAN PENGURUSAN
Mencakup pemberian pelayanan secara operasional kepada masyarakat yang dapat
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi atau pemerintah kab/kota
KEWENANGAN PEMBINAAN
Mencakup upaya pemberdayaan institusi pemerintah, non pemerintah maupun masyarakat
agar menjadi semakin mandiri
KEWENANGAN PENGAWASAN
Mencakup tindakan untuk menegakkan aturan norma serta standar yang telah disepakati
UU No. 32/2004
D S
Berkeseimbangan
S = Sentralisasi D = Desentralisasi
Kesimpulan :
Dalam perkembangannya otonomi daerah yang juga sering juga disebut dengan
desentralisasi, memiliki tipe desentralisasi yakni :
a. Desentralisasi Politik : melalui desentralisasi politik dibentuk badan-badan
perwakilan yang dipilih oleh rakyat yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi
perwakilan, pembuatan kebijakan serta fungsi pengawasan terhadap badan
penyelenggaraan pemerintahaan.
b. Desentralisasi Administrasi : bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat
lebih efektif dan efisien. Pemerintahaan merupakan organisasi yang bergerak di
sektor pblik dimana banyak terjadinya proses administrasi (baik penata usahaan
atau Fungsi-fungsi manajemen), Dengan otonomi daerah terjadinya pembagian
tugas sehingga dapat melayani masyakat lebih cepat, mudah dan murah.
c. Desentralisasi fiscal : untuk menjalankan kewenangan yang telah di transfer
diperlukan sumber2 pembiayaan yang memadai.
d. Desentralisasi ekonomi / Pasar : dilakukan dalam bentuk Privatisasi atau
deregulasi dengan mengalihkan tanggung jawab berbagai fungsi dari sektor
publik ke sektor privat.
Perkembangan Otonomi dimulai semenjak sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sampai dengan sekarang indonesia telah memiliki 8 (delapan)
Undang-undang yang mengatur secara menyeluruh tentang pemerintahan daerah yakni
:
1. Desentralisasi Wet Tahun 1903
2. UU No.1 / tahun 1945 Sentralistis
3. UU No. 22 / tahun 1948
4. UU No. 1 / tahun 1957 Desentralisasi tapi masih condong ke
dekonsentrasi
5. UU No. 18 / tahun 1965
6. UU No.5 / tahun 1974 Sentralistis
7. UU No.22 / tahun 1999 Desentralisasi, tetapi tidak adanya jenjang
hirarki di pemerintahan atasan.
8. UU No.32/tahun 2004 Desentralisasi berkesinambungan
Materi perkuliahan hari ini berkenaan dengan Pasal 20 ayat (3), pasal 10 dan
pasal 150 UU No. 32/2004.
SYARAT ADMINISTRASI
1. Propinsi : Persetujuan DPR kab/kota dan Bupati/Walikota yang
menjadi cakupan wilayahnya, persetujuan gubernur
dan DPRD propinsi induk.
2. Kabupaten/Kota : Persetujuan DPRD kab/Kota dan bupati/walikota yang
bersangkutan, persetujuan DPRD propinsi dan
Gubernur, rekomendasi Mendagri.
Syarat fisik kewilayahan dalam pembentukan daerah :
1. Propinsi minimal 5 kabupaten/kota;
2. Kabupaten minimal 5 kecamatan;
3. Kota minimal 4 kecamatan;
4. Batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan untuk bisa dimekarkan;
5. Propinsi 10 tahun;
6. Kabupaten/Kota 7 tahun;
7. Kecamatan 5 tahun.
Kesimpulan :
Esensi dari dasar otonomi daerah adalah keanekaragaman dalam kesatuan dimana
daerah kabupaten/ kota diberikan wewenang bersifat pengakuan diikuti dengan hak dan
kewajiban daerah yang bertujuan untuk kedaulatan rakyat, pemberdayaan masyarakat
serta pemerataan dan keadilan. Pengembangan otonomi daerah bersimplifikasi
penguatan asas desentralisasi dan pengurang asas dekosentrasi. Maksudnya adalah
walaupun daerah mempunyai kewenangan dalam menjalankan rumahtangganya tetapi
masih dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah juga
bertujuan untuk penyelengaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, dimana
organisasi pemerintahan mengarah “ Ramping struktur kaya Fungsi” sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daerah bersangkutan. Dengan otonomi daerah DPRD
berkedudukan sejajar dan Mitra kepala daerah.
Posisi Tiga Domain (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam konsep Good
Governance bersifat Heterarkhis :
Sektor Swasta
Kesimpulan :
Pentingnya sebuah teori dalam pelaksanaan pembangunan sangatlah penting, walaupun
kebanyakan teori amat sulit diterapkan dalam praktek khususnya dalam pemerintahan
tapi teori sendiri merupakan hasil pengamatan, penelitian, dan analisis seorang pakar
yang kemudian di kemukakan dengan pendapat. Adapun beberapa pengertian teori
yakni :
a. Suatu hasil penelitian yang sudah teruji atau terbukti kebenarannya dan
bersifat universal sehingga dijadikan acuan baku dan menerangkan suatau
kejadian peristiwa;
b. Berlaku sebagai asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar suatu
ilmu pengetahuan;
c. Merupakan suatu cara/sistem/metode yang berlaku sebagai aturan/pegangan
baku untuk melakukan sesuatu proses pencapaian tujuan secara efisien dan
efektif.
Mengapa teori dalam penyelenggaraan sangat penting, karena penyelenggaraan
pemerintahan tanpa teori akibatnya penyalahgunaan wewenang. Penyalahgunaan
yang terus menerus kedepan dianggap bukan kesalahan, dan bila terus berlanjut
pada gilirannya menjadi penyalahgunaan kekuasaan.
Terori-teori yang berhubungan tentang pemerintahan daerah sangatlah banyak,
membahas mulai pengertian, landasan filosofis, pelaksanaan otda, maupun
masalah masalahnya. Dalam penerapan teori ini diperlukan penyesuaian antara
teori yang akan di gunakan dengan kondisi real suatu daerah. Karena kesalahan
pengggunaan teori dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat
mengakibatkan keluarnya kebijakan/ keputusan publik yang tidak sesuai dengan
rencana awal arah pembangunan.
POLITIK
UNSUR
NO PERBANDINGA GOVERNMENT GOVERNANCE
N
Dapat berarti
Badan/Lembaga /Fungsi yang Dapat berarti cara menggunakan
1. Pengertian
dijalankan oleh suatu organ atau pelaksanaan
tertinggi dalam suatu Negara
3. Komponen yang Sebagai subjek hanya ada Ada tiga komponen yang
terlibat satu yaitu institusi pemerintah terlibat:
1. Sektor publik
2. Sektor swasta
3. Sektor masyarakat
Efek yang
5. Kepatuhan warga negara Partisipasi warga negara
diharapkan
Kesimpulan ;
Good Governance akan terlaksana dengan baik jika ada kerjasama yang baik antara
stakeholder (eksekutif, legislative dan masyarakat) dalam pembangunan.
DIMENSI
NO UU NO. 22/1999 UU N0. 32/2004
PERBANDINGAN
2. Pembagian Satuan Pendekatan besaran dan isi Pendekatan besaran dan isi
Pemerintahan otonomi (size and content) otonomi (size and content
ada daerah besar dan daerah approach) dengan
kecil yang masing-masing menekankan pada pembagian
mandiri, ada daerah dengan urusan yang
isi otonomi terbatas dan ada berkeseimbangan
yang otonominya luas. berdasarkan asas
eksternalitas, akuntabilitas,
efisiensi
3. Fungsi Utama Pemberi Pelayanan Pemberi Pelayanan
Pemerintah Daerah Masyarakat Masyarakat
4. Penggunaan azas • Desentralisasi Terbatas • Desentralisasi diatur
Penyelenggaraan pada Daerah Propinsi, berkeseimbangan antar
Pemerintah Daerah dan luas pada Daerah daerah propinsi,
Kab/Kota; Kab/Kota;
• Dekonsentrasi terbatas • Dekonsentrasi terbatas
pada Kab/Kota dan luas pada Kab/Kota dan luas
pada propinsi; pada Propinsi;
• Tugas pembantuan yang • Tugas pembantuan yang
berimbang pada semua berimbang pada semua
tingkatan pemerintahan. tingkatan pemerintahan.
5. Pola Otonomi A – Simetris A – Simetris
16. Kedudukan Desa Relatif mandiri berarti tidak Relatif mandiri berarti tidak
mandiri sepenuhnya mandiri sepenuhnya
c. Pusatkan pada perilaku yang dapat diubah, yang berada dalam kendali
orang yang bersangkutan. Hindari umpan balik yang menyinggung pribadi
dan bersifat melecehkan yang bersangkutan;
d. Berikan uraian tentang kenyataan berdasarkan data obyektif dan bukan
penilaian;
e. Ungkapkan pendapat (opini) sebagai opini, bukan fakta yang menyudutkan;
f. Berikan umpan balik yang konstruktif, bukan yang destruktif;
g. Hindari ungkapan-ungkapan yang menyerang dan dapat menimbulkan
reaksi yang emosional.
h. Berikan pujian yang jujur dan tulus serta apa adanya tanpa menimbulkan
reaksi yang emosional;
i. Berikan kritik tanpa merendahkan dan mempermalukan yang bersangkutan;
j. Berikan informasi secara jelas, benar, lengkap dan cukup untuk
menghindari kesalahpahaman.
PROFESIONAL
a. Memiliki wawasan jauh kedepan (knowledge);
b. Memiliki keahlian dibidang tertentu (specifik) skill/mahir (know how);
c. Memiliki daya saing tinggi;
d. Memiliki moral tinggi yang dicerminkan dalam perilaku keseharian
(attitude);
e. Memiliki kesetiaan kepada etika profesi (integrity);
f. Memiliki sifat kreatif dan inovatif.
KUNCI KEBERHASILAN SDM PROFESIONAL
a. Meningkatkan disipliln diri (waktu, perilaku, kinerja);
b. Mentaati peraturan;
c. Mentaati janji (trust dan integritas);
d. Mengembangkan semangat keterbukaan (pembaharuan, reformasi dan
transformasi);
e. Melancarkan komunikasi (sosialisasi program, meredam konflik,
menampung/menyalurkan aspirasi, membangun kemitraan/kebersamaan.
Tuntutan Abad 21 Atas Organisasi
a. Harus menjadi organisasi pembelajaran (harus dimulai dari perorangan
yang ditingkatkan belajar menjadi pembelajaran);
b. Harus mampu menyelenggarakan “AD HOC MANAGEMENT” (bagian
dari manajemen dan harus dilibatkan didalamnya);
c. Harus gesit bermitra (sederajat dalam bekerjasama), beraliansi
(kepentingan-kepEntingan tertentu tidak usah bergabung/bersama untuk
kepentingan tertentu), serta berkolaborasi (bekerjasama dalam waktu yang
singkat, tanpa ada kesepakatan yang bersifat formal);
d. Harus langsing tanpa beban yang tidak perlu (ramping struktural kaya
fungsi);
e. Harus lebih banyak pada SDM;
f. Harus semakin kreatif dan inovatif (lebih bermakna dalam menemukan ide-
ide baru);
g. Harus semakin serius membina sistem dan budaya melayani pelayanan
prima, gugus kendali mutu, contoh (setiap akhir tahun diadakan evaluasi).
b. Desentralisasi;
Pasal 1 butir 7 UU No. 32/2004
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
c. Tugas Pembantuan/Medewebind.
Pasal 1 butir 9 UU No. 32/2004
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu.
2. Ajaran rumah tangga yang digunakan :
a. Art Riil (luas, nyata dan bertanggungjawab);
b. Art Formal;
c. Art Materiil.
3. Pola pembagian kewenangan yang digunakan:
a. UU pembentukan/PP penyerahan urusan/ kewenangan;
Pasal 10 ayat (1) UU No. 32/2004
Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah.