Anda di halaman 1dari 52

BAB I

KEGIATAN DISKUSI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


CD 1 Mampu bersikap dan berperilaku profesional sbg seorang dietitian sesuai
kode etik ahli gizi
CD 9 Mengawasi konseling, pendidikan atau intervensi lain dalam promosi
kesehatan atau pencegahan penbyakit yang diperlukan dalam terapi gizi
untuk keadaan penyakit umum
GO 1 Memahami kode etik dietitian
GO 2 Memahami peraturan dan perundang-undangan tentang tugas dan fungsi
ahli gizi
GO 3 Mampu berlaku sebagai ahli gizi sesuai dengan kode etik

B. SKENARIO
RS Bersalin Swasti mengganti mottonya menjadi “Jadilah Ibu Cerdas dengan
Memberikan ASI Eksklusif” karena dirasakanpemberian ASI eksklusif mengalami
penurunan. Ibu bekerja, gencarnya promosi susu formula bayi, pemberian susu formula
bayi pasca persalinan akibat ASI yang tidak keluar adalah beberapa faktor penyebab
penurunan tersebu. Untuk menigkatkan pemberian ASI eksklusif ini, Direktur RS
Bersalin Swasti juga meminta ahli gizi untuk merancang promosi kesehatan sekaligus
bentuk pengawasan kegiatan tersebut tanpa melanggar kode etik profesi.

C. UNCLEAR TERM
NO ISTILAH PENGERTIAN
1 Asi eksklusif Air susu ibu yang diberikan bayi sampai usia 6 bulan
tanpa diberikan makanan dan minuman lain
2 Susu formula Susu yang dibuat pabrik dari susu sapi sebaga formula
pengganti asi yang bahan dasarnya diubah
komposisinya sehingga mirip ASI
3 Promosi kesehatan Ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup sehat dan optimal
4 Kode etik profesi Pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari
5 Merancang Merencanakan, menyusun untuk pelaksanaan sampai
proses pengawasan
6 Profesi Pekerjaan sebagai atas keahlian sebagai mata
pencahariannya dan dinaungi oleh asosiasi profesi
7 Pasca persalinan Suatu keadaan dimana ibu baru saja melahirkan
8 Rumah sakit bersalin Rumah sakit yang digunakan ibu untuk bersalin atau
melahirkan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 1


9 Pengawasan Pengontrolan proses yang berlangsung dalam suatu
sistem
10 Motto Frase atau kalimat singkat yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan sesuatu

D. CUES
Upaya ahli gizi merancang kegiatan promosi kesehatan dalam rangka
meningkatkan pemberian ASI eksklusif beserta pengawasannya tanpa melanggar kode
etik profesi.

E. PROBLEM IDENTIFICATION
1. Apa yang dimaksud dengan kode etik profesi?
2. Apa tujuan dan fungsi diberlakukannya kode etik?
3. Apa saja kode etik ahli gizi?
4. Kode etik apa saja yang terkait promosi kesehatan?
5. Sanksi apa yang akan diterima oleh ahli gizi apabila melanggar kode etik?
6. Apa saja peran dan fungsi ahli gizi sesuai dengan kode etik?
7. Sesuai skenario, apa saja peran dan fungsi ahli gizi?
8. Apa saja peraturan dan undang-undang yang berlaku tentang tugas dan fungsi ahli
gizi?
9. Informasi atau data apa saja yang diperlukan sebelum melakukan promosi
kesehatan?
10. Bagaimana cara melakukan promosi kesehatan?
11. Apa saja bentuk promosi kesehatan, jika ada macamnya apa saja tahapannya serta
kelebihan dan kekurangannya?
12. Instrumen apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan hingga pengawasan
promosi kesehatan?
13. Bagaimana cara melakukan pengawasan terhadap kegiatan promosi kesehatan?
14. Apa saja aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengawasan
promosi kesehatan?
15. Bagaimana cara mengukur keberhasilan promosi kesehatan?
16. Siapa yang berwenang mengawasi promosi kesehatan?
17. Bagaimana sikap kita sebagai ahli gizi menanggapi gencarnya promosi susu
formula bayi?
18. Siapakah target dari promosi kesehatan ASI Eksklusif (sesuai skenario)?
19. Apa saja penyebab penurunan ASI eksklusif selain di skenario?
20. Apa penyebab ASI tidak keluar pasca persalinan?

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 2


21. Tindakan kompensasi apa saja yang diperlukan untuk menangani faktor penyebab
penurunan pemberian ASI Eksklusif?
22. Apakah keuntungan jika bayi diberikan ASI Eksklusif?
23. Bagaimana perbedaan susu formula dan asi eksklusif dalam hal komposisi dan
dampak?

F. BRAINSTORMING DK1
1. Apa yang dimaksud dengan kode etik?
Pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari. Anik

2. Apa tujuan dan fungsi diberlakukannya kode etik?


- Menjadi pedoman bagi ahli gizi dalam melakukan tugasnya terutama terkait
dengan etika dan tentang yang boleh dan tidak boleh. Hanif
- Melindungi klien / pasien. Nike
- Melindungi ahli gizi. Ineke
- Untuk mengikat agar seorang ahli gizi tetap pada kaidah yang berlaku di
profesinya. Endah

3. Apa saja kode etik ahli gizi?


LO

4. Kode etik apa saja yang terkait promosi kesehatan?


- Perlindungan terhadap sasaran. Anik
- Tidak merugikan atau menguntungkan pihak tertentu (perusahaan). Hanif
- Memprioritaskan kebutuhan sasaran. Melia
- Memberikan informasi yang benar. Endah

5. Sanksi apa yang akan diterima oleh ahli gizi apabila melanggar kode etik?
- Mencabut izin praktek. Annisaa
- Dikeluarkan dari keprofesian. Hiya
- Diskorsing selama beberapa waktu. Ayu
- Ganti rugi ke pihak yang dirugikan. Melia

6. Apa saja peran dan fungsi ahli gizi sesuai dengan kode etik?
- Memberikan pelayanan kesehatan maupun konsultasi kepada masyarakat. Anik
- Melakukan screening gizi. Hiya

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 3


7. Sesuai skenario, apa saja peran dan fungsi ahli gizi?
- Melakukan perancangan pelaksanaan, evaluator (penilai) dan pengawasan
promosi kesehatan. Ayu

8. Apa saja peraturan dan undang-undang yang berlaku tentang tugas dan fungsi ahli
gizi?
- LO

9. Informasi atau data apa saja yang diperlukan sebelum melakukan promosi
kesehatan?
- Prevalensi pemberian asi eksklusif. Ayu
- Sasaran dan jumlahnya. Annisaa
- Faktor penyebab masalah. Anik
- Partisipan. Ineke
- Latar belakang dan masalah dari sasaran. Melia
- Instrumen yang tersedia. Hanif
- Manfaat yang akan diperoleh bagi tenaga kesehatan dan sasaran. Endah
- Materi yang perlu dipersiapkan. Hiya

10. Bagaimana cara melakukan promosi kesehatan? (digabung dengan nomor 11)

11. Apa saja bentuk promosi kesehatan, jika ada macamnya apa saja tahapannya serta
kelebihan dan kekurangannya?
- Konsultasi gizi gratis. Hiya
- Konseling dan pendidikan gizi dengan instrument. Ineke

12. Instrumen apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan hingga pengawasan
promosi kesehatan?
- Leaflet, poster. Anik

13. Bagaimana cara melakukan pengawasan terhadap kegiatan promosi kesehatan?


- Menetapkan indikator keberhasilan dari promosi kesehatan. Nike

14. Apa saja aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengawasan
promosi kesehatan? (digabung dengan nomor 13)

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 4


15. Bagaimana cara mengukur keberhasilan promosi kesehatan?
- Membandingkan hasil dengan indikator keberhasilan (sesuai kode etik juga).
Ineke

16. Siapa yang berwenang mengawasi promosi kesehatan?


- Ahli gizi. Melia

17. Bagaimana sikap kita sebagai ahli gizi menanggapi gencarnya promosi susu
formula bayi?
- Sikap kita harus profesional dengan tidak mempengaruhi baik buruknya suatu
produk susu formula dan tetap mempromosikan bahwa ASI merupakan yang
terbaik. Anik

18. Siapakah target dari promosi kesehatan ASI Eksklusif (sesuai skenario)?
- Ibu-ibu beserta keluarga. Hiya
- Ibu hamil dan menyusui. Hanif
- Ibu pasca persalinan. Annisaa

19. Apa saja penyebab penurunan ASI eksklusif selain di skenario?


- Kepercayaan. Melia
- Ibu meninggal saat melahirkan. Nike
- Malas menyusui. Annisaa
- Menjaga penampilan. Ineke
- Pengetahuan yang kurang. Hiya

20. Apa penyebab ASI tidak keluar pasca persalinan?


- Stress pasca persalinan. Annisaa
- Kelainan hormone. Melia
- Saat hamil tidak mengonsumsi makanan yang melancarkan ASI. Ayu

21. Tindakan kompensasi apa saja yang diperlukan untuk menangani faktor penyebab
penurunan pemberian ASI Eksklusif?
- Isi dari materi promosi (sesuai dengan kegiatan). Annisaa

22. Apakah keuntungan jika bayi diberikan ASI Eksklusif?


Bagi Bayi:
- Mendekatkan bayi dengan si ibu (emosional, psikologis). Endah

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 5


- Meningkatkan kekebalan tubuh. Anik
- Mencerdaskan bayi. Hiya
- Tercukupinya kebutuhan gizi bayi karena ASI lengkap kandungan gizinya. Ayu
- Mencegah obesitas pada bayi. Annisaa
Bagi Ibu:
- Kontrasepsi alami. Hanif
- Menurunkan berat badan. Melia
- Cepat mengembalikan postur ibu kebentuk awal. Nike
- Hormon-hormon cepat kembali kesemula. Ineke
- Menceah kanker payudara. Ayu

23. Bagaimana perbedaan susu formula dan asi eksklusif dalam hal komposisi dan
dampak?
ASI SUSU FORMULA
Kandungan kolostrum Kolostrum berasal dari sapi.
alami. Nike Ineke
Pencernaan bayi lebih siap. Menimbulkan alergi. Endah
Melia
Vitamin dan mineral sangat Daya tahan anak kurang.
lengkap. Anik Ayu
Kandungan gizinya mudah
diserap (BV tinggi). Hiya

G. BRAINSTROMING DK2 - DK3


1. Apa tujuan dan fungsi diberlakukannya kode etik?
Anik, tujuan:
- Menjunjung tinggi martabat profesi
- Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
- Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
- Meningkatkan mutu profesi
- Meningkatkan mutu organisasi profesi
- Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
- Mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjajalin erat
- Menentukan baku standar
Ineke, fungsi:
- Memberikan pedoman bagi anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 6


- Sebagai sarana control social bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan
- Mencegah campur tnagna pihak luar organisasi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi

2. Apa saja kode etik ahli gizi?


Hiya
- Ada 7 bab:
 BAB I Prinsip Umum
 BAB II Kewajiban terhadap Klien
 BAB III Kewajiban terhadap Masyarakat
 BAB IV Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja
 BAB V Kewajiban terhadap Profesi dan Diri Sendiri
 BAB VI Penetapan Pelanggaran
 BAB VII Kekuatan Kode Etik
Nike : yang termasuk di dalam kode etik hanya bab-bab yang menunjukkan
kewajiban ahli gizi
Endah : Berdasarkan Kepmenkes 372 tentang Standar Profesi Gizi, kode etik
isi ada 5 besar, ada juga kode etik yang berasal dari Keputusan
Menteri Nomor 374/Menkes/SK/III/2007

3. Kode etik apa saja yang terkait promosi kesehatan?


- kode etik no 1  meningkatkan status gizi individu maupun kelompok
- kode etik no 2  menjunjung tinggi profesi
- no 14  melindungi sasaran/ target dari penyalahgunaan
- no 16  bekerjasama dengan mitra kerja lain (Hanif)
- no 23  tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi (Ayu)
- no 26  melayani masyarakat umum tanpa memandang status, derajat
(Ineke)

4. Sanksi apa yang akan diterima oleh ahli gizi apabila melanggar kode etik?
- Sanksi moral
- Dikeluarkan dari organisasi
- Dicabut lisensi dan sertifikasi (Annisa)
Apa perbedaan sertifikasi dan lisensi?

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 7


Sertifikasi  proses penilaian dari kompetensi, melalui pendidikan formal dan
nonformal (Hiya), (Melia)
Lisensi  proses administrasi (surat ijin praktek) (Hiya), (Melia)
Saat ada pelanggaran  kode etik RS  kode etik PERSAGI pusat Majelis
Kode Etik PERSAGI (Ayu Intan)

5. Apa saja peran dan fungsi ahli gizi sesuai dengan kode etik?
- Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat (lingkup klinik komunitas)
- Menyelenggarakan pelayanan makanan dalam institusi maupun missal
(Anik)
- Berperan di RS, Food Service, Konsultan (Nike)

6. Sesuai skenario, apa saja peran dan fungsi ahli gizi?


- Pelaku tatalaksana di gizi klinik
- Pengelola tatalaksana di RS
- Pendidik/ penyuluh/pelatih.konsultan gizi (Perencana, pelaksana dan
pengawas promosi kesehatan)
- Berpartisipasi dengann tenaga kesehatan lain
- Pelaku praktek kegizian secra professional (Melia)

7. Apa saja peraturan dan undang-undang yang berlaku tentang tugas dan fungsi
ahli gizi?
- UUD 1945 pasal 5
- UU no. 23 tahun 1993 tentang kesehatan
- PP no. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
- Kepmenkes no 374 (Endah)
- KepMenkes no 1306/ MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi gizi
- Kepmenkes No 571 tahun 2007 (Ayu)
8. Informasi atau data apa saja yang diperlukan sebelum melakukan promosi
kesehatan?
- Prevalensi pemberian asi eksklusif
- Sasaran sapa dan jumlahnya
- Faktor penyebab masalah
- Partisipan
- Latar belakang dan masalah dari sasaran
- Instrumen yang tersedia
- Manfaat yang akan diperoleh bagi tenaga kesehatan dan sasaran

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 8


- Materi yang perlu dipersiapkan

9. Bagaimana cara melakukan promosi kesehatan?


Hanif :
Bagian dari pendidikan gizi
Konseptualisasi  analisa masalah +sasaran
Tujuan
Strategi  metode
Topik, Media
Implementasi (Pelatihan, Health Promotion)
Monitoring Evaluasi
Nike, Melia, Hiya:
- Analisa masalah (Pendidikan,)
- Skala Prioritas
- Identifikasi Sasaran Program
*primer  ibu hamil, pasca melahirkan
*Sekunder  RS, pabrik susu formula
*tersier  pembuat kebijakan
- Tujuan umum khusus
- Strategi
- Pesan Pokok
- Pemilihan Metode
- Media
- Rencana Penilaian Kegiatan
- Jadwal
- Kegiatan operasional
- Pemantauan dan Evaluasi
Kerjasama stakeholder
10. Apa saja bentuk promosi kesehatan, jika ada macamnya apa saja tahapannya
serta kelebihan dan kekurangannya?
Nike:
Promosi kesehatan  pengembangan dari KIE, dikaitkan dengan penyuluhan
One way method – pendidik aktif
Two way method
Ayu:
Pendidikan, penyuluhan, kampanye, advokasi, komunity empowerment
Annisa:

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 9


- PHBS
- Penyuluhan
- Bina Batra (pendataan, pembinaan, evaluasi)
Hiya:
Pembagian Metode berdasarkan
- Tujuan
- Teknik Komunikasi
- Jumlah Sasaran
- Indera Penerima
Hanif:
4 komponen yang perlu dipersiapkan:
- Pasien
- Staf
- Setting RS
- Melibatkan komunitas (mengikutsertakan orang-orang yang dapat dijadikan
role model)
- Pembuat kebijakan
Endah, Prinsip Promosi Kesehatan:
- Memberdayakan masyarakat
- Partisipatory (setiap nperencanaan harus diperhatikan dari perencanaan
sampai evaluasi)
- Holistic (menyeluruh)
- Kolaborasi sector terkait
- Layak diselenggarakan
- Sustainable (kesinambungan)
- Multistrategi (kombinasi)
11. Instrumen apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan hingga pengawasan
promosi kesehatan?
Media yang diperlukan = pendidikan gizi
Leflet, poster, slide (Ineke)
Media visual
Media Audio
Media Audiovisual
Media Tempat memperagakan (papan)
Media Pengalaman Nyata/ Media Tiruan (Stimulasi Benda Nyata)
Media Cetakan (Leflet, poster) (Nike, Melia)
Anik, Pertimbangan pemilihan Media

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 10


- Selera sasaran
- Dampak yang besar
- Pilih secara serempak,secara sejenis (efektifitas)
- Tingkat pendidikan sasaran
- Sumber Daya
Anik, Alat bantu
- digolongkan berdasar macam (Visual, audio, audiovisual)
- berdasar pembuatan (rumit, sederhana)
- berdasar intensitas penerimaan sasaran
1. kata
2. tulisan
3. rekaman
4. Benda asli
Ineke, Daya terima informasi/ materi promosi kesehatan:
- Membaca 10%
- Membaca, mendengar 20%
- Ilustrasi 30%
- Visual 50%
- Partisipasi Tanya jawab 70%
- Partisipasi Tanya jawab melakukan 90%

12. Bagaimana cara melakukan pengawasan terhadap kegiatan promosi kesehatan?


- Indikator input
- Indikator proses
- Indikator output
- Indikator dampak (Nike)
Evaluasi berdasarkan indikator-indikator  checklist (Hiya)

13. Apa saja aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengawasan
promosi kesehatan?
Aspek-aspek yang yang diperhatikan disesuaikan dengan indikator- indikator
evaluasi promosi kesehatan

14. Bagaimana cara mengukur keberhasilan promosi kesehatan?


Dilihat berdasarkan keberhasilan indicator-indikator dari checklist yang sudah
ada tentang program promosi kesehatan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 11


15. Siapa yang berwenang mengawasi promosi kesehatan?
Endah :
- Evaluator eksternal (Asosiasi Profesi sifatnya independen)
- Evaluator internal (ahli gizi, pihak RS)
-
16. Siapakah target dari promosi kesehatan ASI Eksklusif (sesuai skenario)?
Hanif : Sasaran primer, sekunder, tersier
Anik dan Nike : Lebih fokus sasaran primer
Ayu, Hiya, Melia : Fokus pada sasaran primer, tetapi tetap memperhatikan
sasaran sekunder dan tersier
Ibu hamil, pasca persalinan, keluarga-suami, nenek, bibi, petugas
Direktur RS  regulasi susu formula, penegakan hokum

17. Apa saja penyebab penurunan ASI eksklusif selain di skenario?


Annisa : Faktor intern ibu  bendungan ASI, penyakit-penyakit tertentu
Penurunan produksi ASI:
Anik : Bayi  PMT lebih kenyang,bayi suka tidur waktu menyusui
diundur produksi ASI menurun
Ibu jarang minum air putih, obat, merokok
Melia :
1. Frekuensi pemberian
2. BB lahir (ukuran bayi mempengaruhi isapan ASI)
3. Prematur 
4. Umur bayi
5. Stres
6. Konsumsi rokok, alcohol, kontrasepsi
Hiya :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
- Faktor pengetahuan ibu tentang menyusui (kebanyakan ibu tidak mengetahui
manfaat ASI dan kolostrum)  terkait mitos-mitos yang berkembang di
masyarakat
- Faktor dukungan keluarga  Suami/ keluarga tidak cukup member dukungan
kepada ibu untuk menyusui
- Faktor Modernisasi Gaya hidup
- Faktor Sosial Budaya Masyarakat
Hanif:

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 12


- Anggapan masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang cukup sehingga
penyuluhan jarang dilakukan

18. Apa penyebab ASI tidak keluar pasca persalinan?


- Factor stress ibu (Ineke)
- Tingginya hormone testosterone
- Kelenjar payudara (Ayu)
- Bendungan ASI
- Obat
- Pengaruh jenis persalinan (Annisa)

19. Tindakan kompensasi apa saja yang diperlukan untuk menangani faktor
penyebab penurunan pemberian ASI Eksklusif?
- Pemberian motivasi
- Peningkatan penyuluhan
- Peningkatan peran tenaga kesehatan
Materi Promosi Kesehatan:
- Manfaat ASI untuk Bayi
- Manfaat ASI untuk Ibu
- Kandungan ASI disbanding susu formula
- Cara Pemberian ASI (posisi pemberian, pemberian ASI) (Hiya)
- Diet ibu saat hamil, pasca persalinan, menyusui (Endah)
- Resiko bila memberi makanan selain ASI (Melia)
- Inisiasi Menyusui Dini (Endah)

20. Apakah keuntungan jika bayi diberikan ASI Eksklusif?


Semua anggota kelompok:
Keuntungan bagi bayi Keuntungan bagi ibu
Meningkatkan kekebalan tubuh, tidak Mendekatkan bayi dengan si ibu
mengandung betalaktoglobulin (emosional dan psikologis)
(alergi)
Mencerdaskan bayi Kontrasepsi alami
Tercukupinya kebutuhan gizi bayi Menurunkan berat badan,
karena Asi kandungan gizi mengembalikan postur ibu seperti
bentuk awal
Menurunkan resiko obesitas dan PJK Hormon-hormon cepat kembali
pada bayi seperti semula
ASI makanan ilmiah, mudah dicerna, Mencegah kanker payudara

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 13


praktis
Sistem pencernaan tidak bekerja Mengurangi tk. Kejadian anemia
terlalu berat
Bagi masyarakat: melindungi lingkungan karena mengurangi pencemaran

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 14


H. HIPOTESIS

Peraturan dan
Perundang-undangan Kode Etik
(kebijakan) Profesi
Analisa Masalah

Identifikasi Masalah
Fungsi dan Tugas Primer
Ahli Gizi
Identifikasi Sasaran
Sekunder
Program

Kompetensi Ahli Gizi Tersier


Skala Prioritas

Perencanaan
Penetapan Strategi
Penerapan Kompetensi
Materi

Penetapan Metode
Promosi Kesehatan

Pemilihan Media

Penetapan Jadwal

Kegiatan
Operasional
Rencana Monev

Implementasi Kerja sama Pihak


terkait

Monitoring dan
Evaluasi

input
Tingkat
Keberhasilan Indikator
proses

output

dampak

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 15


I. LEARNING OBJECTION
1. Tujuan kode etik profesi
2. Kode etik profesi ahli gizi
3. Fungsi dan peran ahli gizi berdasarkan kode etik
4. Fungsi dan peran ahli gizi terkait kasus
5. Perundangan-undangan mengenai kode etik profesi ahli gizi
6. Sanksi-sanksi jika melanggar kode etik profesi
7. Informasi atau data-data yang diperlukan sebelum melakukan promosi kesehatan
8. Tahapan-tahapan dalam merencanakan suatu promosi kesehatan
9. Metode promosi kesehatan beserta kelebihan serta kekurangannya
10. Jenis instrumen promosi kesehatan beserta kelebihan dan kekurangan
11. Cara mengukur keberhasilan promosi kesehatan
12. Bentuk promosi kesehatan sesuai skenario
13. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu
14. Faktor-faktor penyebab turunnya penggunaan ASI eksklusif
15. Penyebab menurunnya produksi ASI eksklusif pasca persalinan
16. Perbedaan ASI eksklusif dengan susu formula (dalam hal kandungan serta dampak
yang diberikan)

J. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTION


1. KODE ETIK PROFESI
a. Pengertian
Kode etik profesi adalah aturan yang mengikat suatu profesi, ada etika dan
tata susila pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan
tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik menyatakan perbuatan apa
yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
dihindari.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional.
Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi
memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan,
pengacara, Pelanggaran kde etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar
kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Persatuan
Ahli Gizi (Persagi) terdapat Kode Etik Ahli Gizi. Bila seorang ahli gizi dianggap
melanggar kode etik tersebut, maka dia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik
Ahli Gizi Indonesia, bukannya oleh pengadilan.

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 16


b. Fungsi Kode Etik
Kode etik memiliki beberapa fungsi antara lain:
1) Memberikan pedoman bagi anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan
2) Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan
3) Mencegah campur tangan pihak luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi

c. Tujuan Kode Etik


Tujuan dari kode etik adalah:
1) Menjunjung tinggi martabat profesi
2) Memelihara dan menjaga kesejahteraan anggota
3) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4) Meningkatkan mutu profesi
5) Meningkatkan mutu organisasi profesi
6) Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
7) Mempunyai organisasi yang kuat dan terjalin erat
8) Menentukan baku standar profesi

d. Kode Etik Ahli Gizi (terlampir)

e. Kode Etik Terkait Kasus


1) Kewajiban umum poin 1
Ahli gizi berkewajiban meningkatkan keadaan gizi, kesehatan,
kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat
2) Kewajiban terhadap klien poin 1
Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara
dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan
gizi atau di masyarakat umum
3) Kewajiban terhadap klien poin 3
Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku,
agama, ras, kemampuan, jenis kelamin, usia, dan tidak menunjukkan
pelecehan seksual

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 17


4) Kewajiban terhadap klien poin 5
Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat,
jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri
berdasarkan informasi tersebut. Dan apabila dalam melakukan tugasnya
ada keraguan atau ketidakmampuan memberikan pelayanan, maupun
informasi yang tepat kepada klien, berkewajiban senantiasa mengatakan
tidak tahu dan berusaha berkonsultasi atau membuat rujukan dengan ahli
gizi / ahli lain yang mempunyai keahlian dalam masalah tersebut.
5) Kewajiban terhadap masyarakat poin 1
Ahli gizi berkewajiban melindungi masyarakat umu khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak
etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi / diet.
Ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan
informasi faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
6) Kewajiban terhadap teman seprofesi danmitra kerja poin 1
Ahli gizi dalam melakukan promosi gizi dalam rangka meningkatkan dan
memelihara status gizi optimal dari masyarakatnya berkewajiban senantiasa
bekerjasama, melibatkan dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai
mitra kerja di masyarakat.
7) Kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri poin 4
Ahli gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban tidak boleh
dipengaruhi kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan
yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien /
masyarakat
8) Kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri poin 7
Ahli gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang

f. Peran Ahli Gizi


1) Pelaku tatalaksana / asuhan / pelayanan gizi klinik
2) Pengelola pelayanan gizi di masyarakat
3) Pelaku tatalaksana / asuhan / pelayanan gizi di rumah sakit
4) Pengelola system penyelenggaraan institusi / masal
5) Pendidik / penyuluh / pelatih konsultan gizi
6) Pelaksana penelitian gizi
7) Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha
8) Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 18


9) Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara professional dan etis

g. Pelanggaran Kode Etik Gizi


Pelanggaran kode etik akan mendapatkan sanksi berupa sanksi moral dan
sanksi yang berkaitan dengan organisasi. Sanksi yang berkaitan dengan
organisasi merupakan sanksi yang bersifat administratif dengan pencabutan
sertifikat dan lisensi. Pencabutan didasarkan pada kesalahan yang dilakukan.
Proses persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan terpisah dari proses
persidangan gugatan perdata atau tuntutan pidana oleh karena domain dan
jurisdiksinya berbeda. Persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan oleh
Majelis Kehormatan Etik Profesi Gizi, sedangkan gugatan perdata dan tuntutan
pidana dilaksanakan di lembaga pengadilan di lingkungan peradilan umum.
Pelaku tersangka pelanggaran standar profesi dapat diperiksa oleh Majelis
Kehormatan Etik Profesi Gizi,, dapat pula diperiksa di pengadilan tanpa adanya
keharusan saling berhubungan di antara keduanya. Seseorang yang telah
diputus melanggar etik oleh Majelis Kehormatan Etik Profesi Gizi, belum tentu
dinyatakan bersalah oleh pengadilan, demikian pula sebaliknya.
Pelanggaran terhadap larangan yang ditetapkan, diberikan sanksi
administrative berupapencabutann ijin praktek yang lamanya dibedakan atas
ringan dan beratnya pelanggaran tersebut, yaitu :

1) Pelanggaran ringan, pencabutan surat ijin praktek selama-lamuanya 3 (tiga)


bulan
2) Pelanggarann sedang, pencabutan surat ijin praktek selama-lamanya 6
(enam) bulan
3) Pelanggaran berat, pencabutan surat ijin praktek selama-lamanya 1 (satu)
tahun
Berat ringannya pelanggaran tersebut memperhatikan jenis dan motif
pelanggaran serta situasi setempat, ketentuan berdasarkan kode etik profesi dan
standar minimal profesi.
Terhadap nutrisionis-dietisien yang sengaja :
1) Melakukan pelayanan kesehatan tanpa memiliki surat ijin praktek
2) Melakukan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar profesi,
dapat dipidana dengan ketentuan pasal 35 PP No.32 tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 19


h. Peraturan dan Undang-Undang yang Berlaku Terkait Ahli Gizi
Peraturan dan Perundangan tentang peran dan fungsi ahli gizi :
1. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
- Pasal 20 tentang perbaikan gizi
- Pasal 21 tentang pengamanan makanan dan minuman
2. Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
- Pasal 2, bahwa tenaga gizi termasuk tenaga kesehatan meliputi
nutrisionis dan dietisien
- Pasal 21, bahwa setiap tenaga kesehatan melakukan kewajibannya
berdasar pada standar profesi yang ditetapkan oleh menteri
3. Keputusan Menteri Kesehatan No.374/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi gizi

i. Peran Ahli Gizi Terkait Kasus


1) Pengelola pelayanan gizi di masyarakat
2) Pelaku tatalaksana / asuhan / pelayanan gizi di rumah sakit
3) Pengelola system penyelenggaraan institusi / masal
4) Pendidik / penyuluh / pelatih konsultan gizi
5) Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral
6) Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara professional dan etis

2. PROMOSI KESEHATAN
a. Informasi atau data yang diperlukan sebelum melakukan Promosi
Kesehatan ASI Eksklusif
1) Prevalensi Pemberian ASI Eksklusif
2) Prevalensi Pemberian makanan non-ASI pada bayi dan baduta
(dua data diatas dapat diakses dengan merujuk hasil Survei Demografi dan
Kesehatan di Indonesia)
3) Faktor penyebab penurunan pemberian ASI Ekslusif
4) Latar belakang dari sasaran primer, meliputi
a) Tingkat pendidikan
b) Tingkat ekonomi
c) Lingkungan sosial budaya, dll
5) Keadaan Upaya Promosi Kesehatan, meliputi
a) Jangkauan / kemudahan akses promosi
b) Sumber daya tenaga kesehatan yang terlibat

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 20


c) Sumber daya biaya dan fasilitas (terkait dengan penyediaan instrumen
atau media promosi)
6) Update informasi dan pengetahuan terbaru untuk menunjang kualitas topik
dan materi terkait ASI Eksklusif yang akan dipromosikan.
7) Peluang kerjasama lintas profess / instansi (ex’ pelibatan para pembuat
kebijakan, tokoh masyarakat atau agama, produsen susu formula, jurnalis
media, dsb.).

b. Tahapan-tahapan promosi kesehatan


1) Analisa masalah
2) Skala Prioritas
Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai
dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode, antara lain dengan cara pembobotan.
3) Identifikasi Sasaran Program
Dalam pemilihan sasaran pendidikan/promosi kesehatan, ada beberapa hal
yang harus
dipertimbangkan yaitu:
a) Riwayat perjalanan penyakit
b) Tujuan pendidikan/promosi kesehatan
Tujuan pendidikan/promosi kesehatan sangat menentukan sasaran
yang akan dipilih pada kegiatan pendidikan/promosi kesehatan, apakah
untuk mengubah perilaku masyarakat atau mendapatkan dukungan
sosial atau melakukan advokasi kepada pembuat keputusan. Untuk itu
sasaran dibagi menjadi 3 yaitu: sasaran primer,sekunder dan tertier.
1. Primary target group: sasaran pendidikan gizi yang utama.
2. Secondary target group: orang yang bisa digunakan untuk
mencapai/berinteraksi dengan primary target group (dapat sebagai
contoh), contoh: tenaga kesehatan, guru, petani, jurnalis media,
produsen makanan, baby sitter, dll
3. Tertiary target group (strategi dengan edukasi)
Orang yang dapat mempermudah dan mendukung pendidikan gizi,
contoh: pembuat keputusan, pemimpin agama
(source: smith, Barbara dan smitasiri, suttilak. A framework for
nutrition education programmes. FAO corporate document
repository.

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 21


Secara umum, sasaran program AS Eksklusif adalah :
a. Sasaran primer  ibu hamil, pasca melahirkan, ibu menyusui
b. Sasaran Sekunder  Tenaga kesehatan, perawat, bidan, keluarga,
produsen susu.
c. Sasaran Tersier  Direktur Rumah Sakit
4) Tujuan
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan program pendidikan kesehatan yaitu
perilaku yang diharapkan agar tingkat kesehatan yang diinginkan dapat
tercapai.
a) Tujuan umum
Tujuan umum pendidikan kesehatan tergantung dari sasaran yang
akan dilakukan pendidikan/promosi kesehatan apakah sasaran primer,
sekunder atau tertier dan juga tingkat pencegahan mana yang akan
dilakukan, apakah primer, sekunder atau tertier. Sebagai contoh tujuan
umum untuk pencegahan primer adalah meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemberian ASI Eksklusif.
b) Tujuan khusus
Tujuan khusus memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hal-
hal yang dikemukakan dalam tujuan umum. Tujuan khusus haruslah
dikembangkan untuk kelompok sasaran atau segmen sasaran tertentu.
Tujuan khusus harus menjawab pertanyaan siapa, apa dan seberapa
jauh harapan suatu kondisi ingin dicapai, kapan dan dimana. Contohnya
: meningkatkan pengetahuan tentang manfaat ASI Ekslusif, alasan
pemberian ASI eksklusif, dsb. Jadi secara umum dapat dikatakan
bahwa tujuan itu harus realistis, jelas dan dapat diukur, sehingga
diharapkan akan mempermudah penilaian terhadap pencapaian tujuan.
5) Strategi
Strategi yang ditempuh sangat tergantung dari sasaran. :
a) Strategi sasaran primer adalah Pemberdayaan masyarakat
(empowerment)
b) Strategi sasaran sekunder adalah Dukungan sosial (social support)
c) Strategi sasaran tertier adalah Pendekatan pada pimpinan atau
pengambil keputusan (advokasi)
6) Pesan Pokok
Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa unsur yang harus
diperhatikan, yaitu:
a) perilaku yang diharapkan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 22


b) manfaat dari perubahan perilaku
c) alasannya mengapa perubahan perilaku tersebut dapat memberikan
manfaat
d) nada/sifat pesan : umum, khusus, serius, moderen, dan sebagainya
e) sumber informasi
Untuk menyusun unsur-unsur tersebut di atas menjadi suatu pesan
pokok, diperlukan data yang diperoleh dari hasil analisis masalah kesehatan
dan perilaku, setelah itu dilanjutkan dengan :
a) tetapkan perilaku yang diharapkan
b) sebutkan keuntungannya dan alasannya jika menerapkan perilaku
tersebut
c) tetapkan nada/sifat pesan
d) tetapkan siapa yang akan muncul sebagai tokoh idola dalam pesan
tersebut sebagai sumber informasi
7) Pemilihan Metode dan Media
Kriteria pemilihan :
a) pergunakan data penelitian
b) kemampuan mengantar suatu pesan
c) pertimbangkan tingkat kesulitan dan besar biaya produksi
d) analisis jangkauan dan frekuensi
e) buatlah daftar perincian tentang upaya logistik yang diperlukan
Kombinasi metode dan alat bantu/media pendidikan adalah mencampur
berbagai metode dan alat bantu/media pendidikan dengan maksud
menghasilkan sebuah paket komunikasi yang akan jauh lebih efektif dalam
pencapaian tujuan, dengan cara :
a) tetapkan apa yang ingin dicapai dengan pesan tersebut.
b) jajagi semua metode dan alat bantu/media pendidikan yang tersedia
c) pelajari mana yang mungkin bisa dikombinasikan/dicampur
d) pilih kombinasi berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan
frekuensi tersering
e) pelajari apakah kombinasi tersebut terjangkau dan disenangi sasaran
f) pertimbangkan juga sumberdaya yang dimiliki
8) Penentuan Rencana Penilaian
Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan penilaian, penentuan
tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian.
9) Penyusunan Jadwal Promosi Kesehatan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 23


Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang
disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat peraga, petugas
penyuluh, waktu dan rencana penilaian.
10) Kegiatan operasional
Meliputi :
a) jenis kegiatan
b) tempat
c) waktu
d) penanggung jawab
e) jadwal kegiatan
11) Pemantauan dan Evaluasi
a) Komponen
 materi/isi pesan
 input (sasaran, tenaga pendidik, alat bantu)
 hasil :
1. apakah sasaran menerima/terpapar dan mendapatkan manfaat
dengan isi pesan dan bahan-bahan yang didistribusikan
2. apakah sasaran mempraktekkan dengan benar perilaku yang
disarankan dalam proses pendidikan
b) Indikator
 kesesuaian isi pesan dengan masalah yang dihadapi
 penggunaan alat bantu/media yang mendukung
 jangkauan sasaran
 jumlah yang hadir
 jumlah sasaran yang mengingat pesan pokok
 jumlah sasaran yang berperilaku sesuai isi pesan
 lain-lain
c) Cara
 analisis laporan/data sekunder (pre-test/post test)
 wawancara
 observasi
 diskusi
 lain-lain
d) Pelaksana/Penanggung jawab
e) Waktu

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 24


c. Metode dalam Promosi Kesehatan
1) Jenis Metode Promosi Kesehatan
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Tujuan Perilaku,
Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran
promosi.
a) Berdasarkan Tujuan Perilaku
1. Pengetahuan : penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk,
penyebaran leaflet, dll
2. Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi,
perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan memperlihatkan foto,
slide atau melalui pemutaran film/video
3. Keterampilan : sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba
keterampilan tersebut
(Retno Listyaningrum. 2008. Perencanaan Promosi Kesehatan)
b) Berdasarkan Teknik Komunikasi
1. Metode Langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap
muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah,
pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di
Posyandu, dll.
2. Metode Tidak Langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara
tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb
c) Berdasarkan Jumlah Sasaran yang Dicapai
1. Pendekatan perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara
lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.
2. Pendekatan kelompok (diskusi kelompok, pertemuan diskusi)
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam
ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,
Pertemuan FGD, dan lain-lain
3. Pendekatan massa (pertemuan umum, penyebaran tulisan atau poster
atau media cetak)

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 25


Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode
yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan
kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran
film, dll
d) Berdasarkan Indra Penerima
1. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN. Dalam hal ini pesan diterima
sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster,
Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran
Film
2. Metode PENDENGARAN. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran
melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio,
Pidato, Ceramah, dll
3. Metode “KOMBINASI”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara
(dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba)
(Fieldbook. Metode dan Media Promosi Kesehatan)

2) Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode


a) Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh
dengan masyarakat. Sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat
biasa mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono, anjang
karya, dsb.

Kelebihan metode ini adalah :


 Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan
 Membina persahabatan
 Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya
diterima
 Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
 Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi
kurang
 Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
 Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi

Kekurangannya adalah :
 Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 26


 Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh
adalah terbatas sekali
 Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan
menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya

b) Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran
dimana disampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk
dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.

Kelebihan metode ini adalah :


 Banyak orang yang dicapai
 Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
 Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
 Segala macam topik/judul dapat diajukan
 Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya

Kekurangan / keterbatasannya :
 Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
 Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
 Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah
campuran
 Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat
mengurangi jumlah kehadiran

c) Pertemuan Diskusi (Kelompok Diskusi Terfokus)


Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih
sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang
baik dari peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu
informasi yang lebih rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai
perubahan perilaku kesehatan. Keberhasilan pertemuan FGD banyak
tergantung dari petugas penyuluh untuk :
 Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
 Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
 Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan
pendapatnya dan
 menghindari dominasi beberapa orang saja
 Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-
saran yang

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 27


 diajukan
 Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada
kesimpulan
 yang tepat.

d) Demonstrasi cara atau percontohan


Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu
kelompok bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini
lebih menekankan pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku
kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan atau pengujian, tetapi
sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan orang-orang
bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah
berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan
suatu ketrampilan yang baru.

Kelebihan / keuntungan metode ini :


 Cara mengajar ketramilan yang efekif
 Merangsasang kegiatan
 Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri

Kekurangan / keterbatasannya :
 Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
 Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk

d. Media dalam Promosi Kesehatan :


1) Media Gambar
a) Merupakan media yang murah, mudah, dan cukup menarik bagi peserta
b) Syarat media gambar agar lebih komunikatif:
 Mudah dipahami, pembuatannya, dan penggunaannya yang
disesuiaikan dengan daya tangkap peserta
 Murah dalam produksinya dan tingkat urgensinya tinggi
 Menarik bagi orang-orang yang melihatnya
 Merangsang minat belajar dan keingintahuan dari peserta
 Bermanfaat bagi orang yang melihatnnya, isinya benar, wajar
menurut penalaran, dan tidak menyesatkan
 Tepat untuk memecahkan masalah sehingga dapat mencapai tujuan
yang ditetapkan
 Gambar dan isinya seduai dengan permasalahan yang dihadapi
sekarang atau sesuai dengan kebutuhan peserta)

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 28


c) Macam-macam antara lain : poster, pawai foto, poster terbuka,flexiflan,
kartu permainan.
(Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : PT Bumi
Aksara)
d) Metode gambar dibagi menjadi :
 Tanpa alat optic (contoh : lukisan, poster, dan brosur)
 Menggunkan alat optic (contoh : slide, foto, dan TV)
(fapet.unud.ac.id)
e) Kelebihan:
 Repeatable, dapat di baca dan dilihat berkali-kali dengan
menyimpannya
 Isi lebih mendetail dan jelas.
 Jika dilihat dari harganya, bisa di dapat oleh khalayak dengan harga
yang cukup murah.
f) Kekurangan:
 Lambat, karena tidak dapat menyebarkan langsung informasi yang
terjadi kepada masyarakat.
 Tidak adanya audio, hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak
dapat didengar.
 Visual yang terbatas, hanya berupa gambar atau bentuk.

2) Media Suara
a) Berfungsi untuk menggerakkan terjadinya diskusi
b) Sering digabungkan dengan media dalam bentuk slide presentasi dan
sound.
c) Media yang sering digunakan adalah kaset
d) Kelebihan:
 Cepat dari segi waktu dalam menyebarkan berita ke masyarakat
 Biaya produksi lebih murah
 Biasanya media ini bisa dinikmati sambil melakukan aktifitas yang
lainnya. Jadi pendengar tidak harus memantau di depan radio, tetapi
bisa menemani aktifitas pendengarnya di mana pun.
 Pendengar yang buta huruf pun bisa memahami apa yang
disampaikan.
 Bahasa yang digunakan bersifat bahasa tutur, jadi mudah dimengerti
oleh pendengarnya.

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 29


 Pendengar tidak terbatas baik dari segi umur, pendidikan, wilayah
dan sebagainya
 Daerah jangkauan terbatas (pada radio)
 Bisa diputar berulang-ulang, materi tak akan berubah, rekaman
dapat dihapus dan dapat dipakai ulang, dan penyajian sepenuhnya
dikontrol penyaji (pada kaset)
e) Kekurangan:
 Tidak ada pengulangan
 Jumlah berita yang disampaikan oleh radio terbatas
 Saat mendengarkan informasi di radio kita harus mengikuti jadwal
atau waktu dimana radio tersebut akan menyajikan siaran berita.

3) Media Cetak
a) Menurut fungsinya media cetak bertujuan untuk menyampaikan
informasi dan sebagai penggerak diskusi
b) Bentuk media cetak yang sering digunakan sebagai penggerak diskusi
adalah foto novella dan cerita terbuka
c) Koran atau majalah (media massa cetak) dapat dijadikan sebagai
media promosi kesehatan, begitu pula dengan lembar balik / flip chart

Jenis Nama Fungsi Kelebihan Kekurangan


Media cetak Leaflet/ Pengingat Daya jangkau Mudah rusak
Booklet kembali luas, dapat
informasi, dikirim
pelengkap
Poster Menyampaikan Merangsang Mudah rusak
info singkat indramata
Foto Memperjelas Natural, praktis Dua dimensi atau
gambaran objek mengatasi datar berbeda
yang keterbatasan dengan ukuran
dibicarakan waktu dan sebenaranya
ruang
Flipchart Penyampaian Ringkas, Waktu pembuatan
pesan dalam praktis,dapat di lama
lembar bentuk, dalam dan luar
bentuk buku ruangan ,
setiap lembar pembuatan
berisi gambar & relative murah,

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 30


baliknya berisi moveable,
kalimat pesan mudah
/info terkait diperbaharui
gambar
Media Video/VCD Menjelaskan Dapat Perlu keahlian dan
elektronik suatu proses bergerak dapat alat khusus
,alur kerja diperlambat/
Dipercepat
Flannelgraph Memperjelas Dapat Mudah rusak
gambaran objek digunakan
yang siapa saja dan
dibicarakan peserta bisa
ikut aktif
Transparansi Untuk tulisan Dapat Perlu listrik dan alat
atau gambar digunakan khusus
berulang-ulang
Televisi Media audio Sangat bagus
visual melalui untuk
gelombang menerangkan
elektromagnetik proses,jangkau
dari 1 stasiun tv an penyebaran
sangat luas,
pesan lebih
aktual
Radio Penympaian Variasi 1 way communication
pesan program cukup
dilakukan banyak,
melalui murah,mudah
pancaran dipindah
gelombang tempat dan
elektromagnetik gelombang,
dari suatu jangkauan luas
pemancar
Media Billboard Untuk tulisan Tersedia Tidak dapat
papan (papan iklan) atau gambar dimana saja, diaplikasikan untuk
murah, dapat pasien yang buta
mencakup huruf
sasaran

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 31


banyak
Media Food model Memperjelas  Mendekati Sulit membuatnya,
peraga gambaran objek aslinya atau bila beli /pesan sulit
yang menyerupai didapat barangnya
dibicarakan dan mahal
 Cocok untuk
pasien yang
buta huruf
 menarik
Media Role play, Visualisasi Membutuhkan
demonstrasi drama. tindakan banyak orang
membantu sebagai peraga
meningkatkan
pemahaman
akan gizi

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 32


Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : PT Bumi Aksara)

e. Cara mengukur keberhasilan promosi kesehatan


1) Pemantauan dan Evaluasi Promosi Kesehatan
a) Komponen
 materi/isi pesan
 input (sasaran, tenaga pendidik, alat bantu)
 hasil :
 Apakah sasaran menerima/terpapar dan mendapatkan manfaat
dengan isi pesan
 dan bahan-bahan yang didistribusikan
 Apakah sasaran mempraktekkan dengan benar perilaku yang
disarankan dalan
 proses pendidikan

b) Indikator
 kesesuaian isi pesan dengan masalah yang dihadapi
 penggunaan alat bantu/media yang mendukung
 jangkauan sasaran
 jumlah yang hadir
 jumlah sasaran yang mengingat pesan pokok
 jumlah sasaran yang berperilaku sesuai isi pesan
 lain-lain
Macam-macam indicator :
1. Indicator masukan (input)
Masukan yang perlu diperhatikan adlah yang berupa komitmen,
sumberdaya manusia,sarana/peralatan, dan dana
2. Indicator proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promosi kesehatan di
rumah sakit yang meliputi pelaksanaan untuk pasien, klien sehat, dll
3. Indicator keluaran (output)
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus
4. Indicator dampak

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 33


Indicator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya promosi
kesehatan di rumah sakit yaitu berubahnya pengetahuan, sikap dan
perilaku pasien/klien rumah sakit, serta terpeliharanya lingkungan
rumah sakit dan dimanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang
disediakan rumah sakit. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai
setelah promosi kesehatan berjalan beberapa lama yaitu upaya
evaluasi

c) Cara
 analisis laporan/data sekunder (pre-test/post test)
 wawancara
 observasi
 diskusi
 lain-lain
d) Pelaksana/Penanggung jawab
e) Waktu

2) Indikator dari keberhasilan ASI Eksklusif :


a) Turunnyan angka kematian bayi dan balita di kabupaten Klaten
b) Terdapatnya perubahan perilaku pada bidan atau dokter dengan
diterapkannya ASI Eksklusif dalam setiap pertolonganm persalinan
c) Adanya perubahan kebijakan terutama di RS/RSIA dengan adanya ruang
rawat gabung, pojok/klinik laktasi, terbentuknya rumah sakit sayang ibu
dan bayi
d) Adanya pojok laktasi baik pada setiap pelayanan kesehatan, maupun
institusi swasta lainnya misalnya mall, bank, terminal,dsb
e) Tingginya kesadaran ,asyarakat terutama ibu menyusui tentang
pentingnya ASI eksklusif dan meningkatnya cakupan ASI eksklusif
f) Tersedianya pojok/ klinik laktasi dan tempat konseling hamper di seluruh
puskesmas
g) Peningkatan jumlah ibu yang meminta inisiasi dini din rumah sakit, rumah
bersalin maupun bidan praktek swasta
h) Meningkatnya kesadaran bidan untuk tidak menerima sponsor dari susu
formula
i) Sosialisasi ASI eksklusif menjadi bagian dari bidan dab dokter dalam
setiap memberikan pelayanan kesehatan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 34


j) Terbentuknya peer counselor pada ibu hamil dan ibu menyusui di setiap
desa

f. Bentuk promosi kesehatan sesuai dengan skenario


KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) karena sesuai dengan tujuan dari
promosi ASI Eksklusif yaitu peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku,
selain itu dilihat dari berbagai pertimbangan pemilihan metode, metode ini lebih
tepat untuk promosi sesuai kasus.

3. ASI EKSKLUSIF
a. Manfaat ASI eksklusif
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
1. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang
bermanfaat untuk:
a. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
b. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
d. Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C 3 dan C4,
Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
4. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada bayi.
5. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan
bayi. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga
dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan”
kepada bayinya.
b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 35


c. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa
bulan (menjarangkan kehamilan)
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
http://www.damandiri.or.id/file/evawanyaritonangipbbab2.pdf

1) Manfaat ASI bagi Bayi


a) ASI sebagai nutrisi
b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh
c) Meningkatkan kecerdasan
d) Meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan bayi
e) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan
f) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan
jantung
g) Menunjang perkembangan mototrik, sehingga bayi yang diberi ASI
eksklusif akan lebih cepat bisa jalan
h) Menunjang perkembangan kepribadian emosional, kematangan spiritual
dan hubungan social yang baik

2) Manfaat ASi bagi Ibu


a) Melindungi kesehatan ibu (mengurangi pendarahan pasca persalinan,
mengurangi resiko kanker payudara & indung telur, mengurangi anemia)
b) Memperpanjang kehamilan berikutnya (kontrasepsi alami)
c) Mengecilkan rahim  kadar oksitosin ibu yang menyusui akan membantu
rahim kembali ke ukuran sebelum hamil
d) Pemberian ASI mengurangi beban kerja ibu, karena ASI tersedia kapan
saja dan di mana saja
e) Lebih ekonomis dan murah
f) ASI dapat segera diberikan kepada bayi tanpa harus menyiapkan,
memasak air dan tanpa harus mencuci botol
g) Member kepuasan pada ibu. Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif
akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang
mendalam (Roesli, 2000)

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 36


3) Manfaat ASI bagi Keluarga
a) Peningkatan status kesehatan & gizi ibu dan bayinya
b) Penghematan biaya
c) Menghemat waktu keluarga
d) Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia
e) Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja. Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, susu formula, air
panas, dan lain sebagainya ketika berpergian ( Prasetyono, 2009)

4) Manfaat ASI bagi Masyarakat


a) Berkontribusi untuk perkembangan ekonomi
b) Mengurangi pencemaran lingkungan dari botol-botol bekas, dot, kemasan
susu dll
c) Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan

5) Manfaat ASI bagi Negara


a) Menghemat devisa Negara karena tidak perlu mengimpor susu formula
dan peralatan lainnya
b) Bayi sehat membuat Negara lebih sehat
c) Penghematan pada sector kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit
hanya sedikit
d) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka
kematian
e) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas
untuk membangun Negara, karena anak yang mendapat ASI dapat
tumbuh kembang secara optimal (Prasetyo, 2009)

b. Faktor-faktor penyebab turunnya penggunaan ASI eksklusif


Banyak hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya
bagi ibu-ibu di Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh
1) Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga, misalnya pindah ke
kota sehingga pengaruh dari orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan
orang terpandang di lingkungan keluarga di desa tempat asal mereka tidak
dapat diwariskan.
2) Kemudahan-kemudahan dari hasil kemajuan teknologi pembuatan
makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan bayi.

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 37


3) Iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi menyebabkan ibu
beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI.
4) Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-
tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam
pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.
5) Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai
salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yan lebih tinggi, terdidik
dan mengikuti perkembangan zaman.
6) Ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya
akan hilang.
7) Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin. Belum semua
petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar
menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta praktek yang
keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir.
8) Sering juga ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa, baik karena
faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI yang
mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka
pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada
putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria
yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya,
demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam
jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan ibu yang sehat dan gizinya
baik. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi seperti bayi lahir
sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat badan yang
sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah abaila mengisap ASI dari
payudara ibunya, serta bayi yang dalam keaaddaan sakit.
9) Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu
mengenai cara – cara pemberian ASI kepada anaknya. Kurangnya
pengertian dan pengertahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui
menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol
(susu formula).Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan
hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini
karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan
yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
10) Sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia
dididik. Apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan
memerlukan , maka “let down reflex” (reflex keluar) akan terhambat. Sama

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 38


halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka pengisapan
akan tidak terbatas dan “du demand” (permintaan) akan menolong
pengeluaran ASI.
11) Kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat rendah produksi
ASInya, sehingga bayi cendrung mengalami malnutrisi. Alasan lain ibu –
ibu tidak menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut secara tidak sadar
berpendapat bahwa menyusui hanya merupakan beban bagi kebebasan
pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya.
12) Sikap petugas kesehatan yang tidak berkeinginan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Disamping itu juga sikap
penanggung jawab ruang bersalin dan perawatan dirumah sakit, yang
cenderung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau
mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta
belum diterapkannya pelayanan rawat disebahagian besar rumah sakit /
klinik bersalin.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf

c. Penyebab menurunnya produksi ASI eksklusif pasca persalinan


Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi
pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1) Frekuensi Penyusuan
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa frekuensi
penyusuan 10 +- 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah
melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho,
et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan
penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2) Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume
ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan
lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI
yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).
Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 39


lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang
akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
3) Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga
produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan
berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4) Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan
produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al
(1985) dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui
usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan
pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi. Pada ibu yang melahirkan
lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan
lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali (Zuppa et al, 1989
dalam ACC/SCN, 1991), meskipun oleh Butte et al (1984) dan Dewey et al
(1986) dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat hubungan
nyata antara paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
5) Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga
mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan
nyaman. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu
proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.
6) Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin.
7) Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat
ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI
namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi
rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 40


etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya
62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim
32% dari normal (Matheson, 1989).
8) Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin
berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987
dan Lonerdal, 1986 dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya
mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI
(WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991).
Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu
menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.
http://www.damandiri.or.id/file/evawanyaritonangipbbab2.pdf

Selain hal-hal diatas, adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI


antara lain adalah:
1) Makanan Ibu
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat
tamabahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan
ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan
gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang
menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh
jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan
makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan
makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai
vitamin dalam ASI.
2) Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu
yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam
menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam
menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
a) Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi
menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada
putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse
melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 41


mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan
sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan
terangsang untuk menghasilkan ASI.
b) Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Let down Reflek atau lebih sering dikenal dengan LDR 
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu (milk ejection
/let-down reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara
untuk memeras ASI keluar.
Refleks ini bisa distimulasi dengan hanya memikirkan tentang
bayi,atau mendengar suara bayi. Refleks turunnya susu ini penting
dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat terhalangi
apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak
mengalami stress
Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu
yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan
pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak
keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan
bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let
down reflex.

3) Pengaruh persalinan dan klinik bersalin


Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik
terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di
rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar
persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam
keadaan selamat dan sehat. Masalah pemeberian ASI kurang mendapat
perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan
atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu,
dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu
akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-
gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
4) Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi
ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 42


digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau
spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang
dapat merangsang produksi ASI.
5) Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan,
yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa
kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan
pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI
akan keluar dengan lancar.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf

6) Jenis persalinan (Caesar)


Beberapa keadaan penyerta persalinan Caesar yang dapat
mempengaruhi ASI baik secara langsung maupun tidak langsung :
 Pengaruh obat-obatan yang diterima ibu baik untuk prosedur operasi
maupun pasca operasi
 Perlunya waktu lebih untuk pemulihan kondisi ibu pasca operasi
(misalnya rasa sakit pasca operasi). Biasanya ibu akan menemui
kesulitan untuk memperoleh posisi yang baik dan kenyamanan saat
menyusui
 Bayi yang lahir dengan persalinan operasi, kadang tampak lemah dan
mengantuk
 ASI pasca persalinan Caesar kadang diproduksi lebih lambat (tidak
segera keluar). http://www.kti-kebidanan.co.cc/2010/03/menyusui-pasca-
persalinan cesarea.html

d. Perbedaan ASI eksklusif dengan susu formula (dalam hal kandungan serta
dampak yang diberikan)
1) Keuntungan asi dibandingkan susu formula
Keuntungan ASI yang ditemukan dari banyak studi, umumnya dibagi dalam
empat kelompok, yaitu:
a) keuntungan bagi bayi untuk memperoleh zat gizi dan kekebalan tubuh
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
b) keuntungan bagi ibu untuk pemulihan uterus, pendarahan, dan efek
kontraseptif

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 43


c) keuntungan bagi masyarakat karena mengurangi perawatan kesehatan,
dan keuntungan ekonomis bagi keluarga
d) keuntungan bagi lingkungan karena mengurangi sampah dari susu
buatan.

2) Dampak pemberian susu formula:


a) Pencemaran
Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu menggunakan
botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria
tumbuh sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya
bagi bayi sebelum susu tercium basi.
b) Pemborosan
c) Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli cukup
susu untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih
sedikit dan rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam
botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering kelaparan.
d) Petugas kesehatan kadang-kadang mengajarkan ibu untuk
mengencerkan susu sapi dengan air untuk mengurangi protein total.
Tetapi, susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial
sistin dan taurin yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak
bayi.
e) Alergi
Bayi yang diberi susu sapi telalu dini mungkin menderita lebih banyak
masalah alergi, misalnya asma dan eksim.
f) Biaya pemberian makanan buatan
Beberapa hal yang harus diketahui oleh para ibu, yang biasanya
diberikan oleh pendidik atau penyuluh kesehatan, adalah :
 Biaya memberikan makanan pada bayi dengan susu yang cukup
 Bahaya memberikan susu lebih sedikit pada bayi untuk mencoba
menghemat
 Pentingnya mengikuti petunjuk pada label bila para ibu lmenggunakan
susu bubuk.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf

Keterangan (dampak
ASI Susu Formula
negative dari susu sapi)

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 44


Mengandung zat-zat atau
Tidak mengandung zat hidup,
cairan hidup (hormone
karena susu formula adalah cairan
pertumbuhan, enzim
mati
penyerapan, antibody, dll)

Mengandung lemak ikatan panjang


 Biasanya susu formula diberi
Mengandung lemak ikatan
tambahan AHA & DHA, tetapi
panjang  cikal bakal AHA
AHA&DHA tambahan ini baru
& DHA untuk perkembangan penyerapan AHA&DHA
bisa diserap jika ada enzim
otak (di ASI sudah tersedia tidak maksimal
penyerapan yang cukup.
enzim yang dapat menyerap
Sedangkan enzim di tubuh bayi
AHA & DHA)
belum berfungsi penuh dan
jumlahnya hanya sedikit
Mengandung whey > casein Kasein ini mengandung
( 65 : 35) Kandungan casein > whey campuran asam amino
 menyebabkan protein ASI  Proteinnya susah diserap yang tidak cocok dan sulit
yang lebih mudah diserap oleh tubuh bayi dikeluarkan oleh ginjal bayi
oleh tubuh bayi yang belum sempuma.

Mengandung banyak zat-zat


pelindung tubuh : Hanya sedikit mengandung
immunoglobulin & sel-sel immunoglobulin dan sebagian Sistim kekebalan tubuh bayi
darah putih hidup besar merupakan jenis yang salah ↓ dan mudah terserang
 Membantu kekebalan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh penyakit infeksi
tubuh bayi dan bayi
memerangi infeksi

Mengandung factor bifidus


 Zat yang penting untuk
merangsang Bayi mudah terserang diare
pertumbuhan bakteri akibat Lactobacillus bifidus
Lactobacillus bifidus Tidak mengandung factor bifidus yang tidak ada untuk
yang melindungi usus mencegah bakteri
bayi dari keradangan berbahaya tumbuh
atau penyakit akibat
bakteri keluarga coli

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 45


Mengandung laktoferin, yang
mengikat zat besi Tidak dapat mencegah
 Mencegah pertumbuhan pertumbuhan beberapa
Tidak mengandung laktoferin
beberapa bakteri bakteri berbahaya yang
berbahaya yang memerlukan zat besi
memerlukan zat besi
Tidak mengandung vitamin yang
Mengandung banyak vitamin Bayi kekurangan vitamin
cukup untuk bayi

Zat besi dari susu sapi tidak dapat Bayi yang diberi makanan
Mengandung zat besi yang
diserap sempurna seperti zat besi buatan bisa terkena anemia
mudah diserap tubuh bayi
dari ASI karena kekurangan zat besi

Dapat menyebabkan
hipernatremia (terlalu
Susu sapi mengandung garam
Sedikit mengandung garam banyak garam dalam tubuh)
terlalu banyak
dan kejang, terutama bila
anak terkena diare

Dapat menyebabkan tetani


Sedikit mengandung kalsium Mengandung kalsium dan fosfat
yaitu kedutan dan kaku otot
dan fosfat tinggi
(kejang-kejang)

Mengandung enzim lipase Tidak mengandung enzim lipase


untuk mencerna lemak
Susu sapi lebih sulit dicerna
karena tidak mengandung
enzim lipase untuk
mencerna lemak.

Karena susu sapi lambat


dicema maka lebih lama
untuk mengisi lambung bayi
daripada ASI. Akibatnya,
bayi tidak cepat merasa
lapar. Bayi yang diberikan
susu sapi bisa menderita
sembelit, yaitlu tinja
menjadi Iebih tebal dan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 46


keras.

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 47


BAB IV
KEGIATAN SKILL LABORATORIUM

A. KOMPETENSI

CD 1 Mampu bersikap dan berperilaku profesional sbg seorang dietitian sesuai


kode etik ahli gizi
CD 9 Mengawasi konseling, pendidikan atau intervensi lain dalam promosi
kesehatan atau pencegahan penbyakit yang diperlukan dalam terapi gizi
untuk keadaan penyakit umum
GO 1 Memahami kode etik dietitian
GO 2 Memahami peraturan dan perundang-undangan tentang tugas dan fungsi
ahli gizi
GO 3 Mampu berlaku sebagai ahli gizi sesuai dengan kode etik

B. WAKTU DAN TEMPAT


Waktu pelaksanaan pada hari Selasa, 16 November 2010 pukul 08.00 – 13.00 (300
menit) di gedung Graha Medika lantai 1.

C. METODE SKILL LAB


1. Mahasiswa mampu dalam membuat media promosi kesehatan sesuai dengan
skenario yaitu Asi Eksklusif
2. Mahasiswa mampu membuat proposal perencanaan program promosi kesehatan

D. HASIL
1. Media promosi kesempatan berupa booklet, slide materi dan leaflet (Lampiran)
2. Proposal perencanaan program promosi kesehatan (Lampiran)

E. Hambatan
1. Kesulitan menentukan materi untuk masing-masing jenis sasaran
2. Waktu mengerjakan skill lab kurang

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 48


BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN
Kode etik profesi adalah aturan yang mengikat suatu profesi, ada etika dan tata
susila pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau
salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik
tidak selalu berarti melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Persatuan Ahli Gizi
(Persagi) terdapat Kode Etik Ahli Gizi. Bila seorang ahli gizi dianggap melanggar kode
etik tersebut, maka dia akan diperiksa oleh Majelis Kode Etik Ahli Gizi Indonesia,
bukannya oleh pengadilan.
Kode etik ahli gizi memberikan pedoman bagi anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas dalam menjalankan fungsi dan tugas seorang ahli gizi yang sudah diatur
sebelumnya dalam UU No.23 tahun 1992, PP No.32 tahun 1996, dan Kepmenkes
No.374/Menkes/SK/III/2007.
Salah satu dari fungsi dan tugas ahli gizi yang terjabarkan ke dalam 46 kompetensi
ahli gizi adalah melakukan promosi kesehatan. Dalam skenario ini Promosi kesehatan
yang dirancang bertujuan kepada peningkatan pemberian ASI Eksklusif di tingkat RS
dan masyarakat sekitarnya.
Ada 3 tahapan yang perlu dilakukan dalam menjalankan promosi kesehatan yaitu :
1. Perencanaan
a. Konseptualisasi (analisa masalah, identifikasi sasaran, dan skala prioritas)
b. Penetapan tujuan
c. Penetapan strategi (strategi komunikasi, materi, metode promosi,dan media)
d. Penetapan jadwal
e. Kegiatan operasional
f. Rencana monitoring dan evaluasi
2. Implementasi (didukung kerjasama dengan pihak-pihak terkait / lintas sektoral)
3. Monitoring dan evaluasi (membandingkan dengan indikator untuk menentukan
tingkat keberhasilan)
Dalam skenario ini, digunakan metode ceramah dan Focus Grup Discussion
dengan media promosi berupa booklet, slide materi dan leaflet terkait dengan urgensi
ASI Eksklusif dengan sasaran ibu hamil dan ibu menyusui, terutama pasca melahirkan.

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 49


B. REKOMENDASI
1. Go skenario yang terlalu normatif membuat diskusi berjalan monoton dan sedikit
membosankan.
2. Masih terbatasnya literatur pada salah satu pokok bahasan, sehingga menyulitkan
berjalannya diskusi yang efektif. Diharapkan untuk selanjutnya hal-hal yang terbatas
literaturnya bisa diberi masukan dari fasilitator.

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 50


DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
(ASI) Pekerja Wanita. Pusat Kesehatan Kerja DEPKES RI. Dapat diakses di
www.pdf.searcher.com/Kebijakan-Departemen-Kesehatan-tentang-Peningkatan-
Pemberian-Air-Susu-Ibu-ASI.html

Anonym. Produksi ASI dan Faktor yang Mempengaruhinya. Dapat diakses di


http://www.damandiri.or.id/file/evawanyaritonangipbbab2.pdf

Bakri, Bachyar, SKM. M. Kes., Annasari Mustafa, SKM. M.Sc. 2008. Etika dan Profesi Gizi.
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Depkes, Malang.

Isnanto, R. Rizal, ST, MM, MT. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Program Studi Sistem
Komputer Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 374/Menkes/SK/III/2007.

Majalah Ayahbunda, no 19. 2004. Dapat diakses di http://mediasehat.com/konten4no49


www.tabloid-nakita.com

Retno Listyaningrum. 2008. Perencanaan Promosi Kesehatan.

Saepusin, Epung. 2009. Kandungan ASI Lebih Stabil Ketimbang Susu Formula. Dapat di
akses di
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/01/20/10231380/Kandungan.ASI.Lebih.Stab
il.Ketimbang.Susu.Formula

Siregar, Arifin. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI oleh Ibu Melahirkan.
Bagian Gizi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dapat diakses di http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-arifin.pdf

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : PT Bumi Aksara

www.damandiri.or.id/file/evawanyaritonangipbbab2.pdf

www.eurekaindonesia.org/asi-vs-susu-formula/

www.kti-kebidanan.co.cc/2010/03/menyusui-pasca-persalinan-cesarea.html

www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19509/4/Chapter%20II.pdf

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 51


TIM PENYUSUN

KETUA : Ineke Marita Oktaviana 0810730042


SEKRETARIS 1 : Anik Budiany 0810730017
SEKRETARIS 2 : Hiya Alfi Rahmah 0810730039
ANGGOTA : Ayu Intan Safitri 0810730022
Annisaa Puspasari N. 0810730019
Endah Retno Palupi 0810730032
Hanif Alamudin M. 0810730036
Melia Puspita Sari 0810730048
Nike Frans 0810730051
FASILITATOR : Bu Laksmi
PROSES DISKUSI :
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
a. Mampu mengarahkan jalannya diskusi sesuai dengan learning objective yang
dituju
b. Mampu memotivasi seluruh anggota diskusi untuk berpartisipasi aktif dalam
jalannya PBL
2. KOMPETENSI/ HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI
a. Mampu membuat perencanaan promosi kesehatan
b. Mampu membuat media promosi kesehatan

Week 9 – Skenario Klinik 6 | 52

Anda mungkin juga menyukai