Anda di halaman 1dari 13

HIKMAH

URGENSI KETENANGAN DAN KEJERNIHAN HATI

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah semata, kami memuji-Nya, meminta
pertolongan, ampunan dan perlindungan kepada-Nya dari kejelekan hati dan keburukan
amal perbuatan kami, siapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tida ada yang bisa
menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa memberi
petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq melainkan hanya
Allah semata,dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya – shallallahu alaihi wasallam-

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam ” (QS Ali Imran: 102).

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,
dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”(QS Annisa’: 1)

”Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan
Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar”.(QS Al ahzab :71). Amma ba’da:

Maka sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara adalah perkara-perkara yang
baru yang diada-adakan dalam agama, dan setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan
setiap bid’ah itu sesat, dansetiap kesesatan itu di neraka. Amma ba’du:

Hal pokok pertama yang sangat bermanfaat didalam melakukan amal shalih, diantaranya
adalah ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta’ala,dan Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah
menerima amal kecuali apabila amal tersebut ikhlas karena mengharap wajah Allah. Allah
berfirman:

‫ﺺ‬
 ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﻦ ﺍﹾﻟﺨ‬ ‫ﻳ‬‫ﻪ ﺍﻟﺪ‬ ‫ﻟﻠﱠ‬ ‫ﺃﹶﻻ‬
” Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az-Zumar:3)

Dan Allah ‘azza wa jalla :

‫ﺍ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺭﺑ‬ ‫ﺓ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌﺒ‬ ‫ﻙ ﹺﺑ‬ ‫ﺸ ﹺﺮ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ‬‫ﻟﺤ‬‫ﺎ‬‫ﻤﻠﹰﺎ ﺻ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻤ ﹾﻞ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻴ‬‫ﻪ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺭﺑ‬ ‫ﻟﻘﹶﺎ َﺀ‬ ‫ﻮ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﹶﻓ‬
” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.(QS. Al-
Kahfi:110)

“ ‫” ﺃﺣﺪﹰﺍ‬ (seorangpun) disini berbentuk nakirah, dalam konteks peniadaan, yang


menunjukkan arti umum yaitu siapapun itu.

“ ‫ﺍ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺭﺑ‬ ‫ﺓ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌﺒ‬ ‫ﻙ ﹺﺑ‬ ‫ﺸ ﹺﺮ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ” (tidak menyekutukan Allah dengan) seorang pun, tidak dengan
jin, manusia, orang yang dekat, maupun orang yang jauh. Akan tetapi hendaklah amalnya
tersebut hanya mengharap wajah Allah, demikianlah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻚ ﺩ‬
 ‫ﻟ‬‫ﻭ ﹶﺫ‬ ‫ﻛﹶﺎ ﹶﺓ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟﺰ‬‫ﺆﺗ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻠﹶﺎ ﹶﺓ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟﺼ‬‫ﻴﻤ‬‫ﻳﻘ‬‫ﻭ‬ ‫ﻨﻔﹶﺎ َﺀ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻪ ﺍﻟﺪ‬ ‫ﲔ ﹶﻟ‬
‫ﺼ‬
 ‫ﻠ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺒﺪ‬‫ﻌ‬ ‫ﻟﻴ‬ ‫ﻭﺍ ﹺﺇﻟﱠﺎ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﺎ ﹸﺃ‬‫ﻭﻣ‬
‫ﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻴ‬
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)

Yaitu, itulah agama yang lurus yang berlandaskan keikhlasan dan tauhid, berlandaskan
penegakan shalat dan menunaikan zakat.

Dan firman-Nya ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻪ ﺍﻟﺪ‬ ‫ﲔ ﹶﻟ‬


‫ﺼ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻣ‬ , ini menunjukkan ikhlas yaitu mengesakan Allah dalam
beribadah.

Dan firman-Nya ‫ﻨﻔﹶﺎ َﺀ‬‫ﺣ‬ yaitu, beribadah hanya kepada Allah, berpaling dari kesyirikan
kepada tauhid. Inilah agama yang lurus, agama yang murni dan agama tauhid yang tegak
diatas keikhasan dan tauhid, tegak di atras penegakan shalat dan menuanaikan zakat.
Sesungguhnya menegakkan shalat adalah hak Allah yang paling besar atas hamba-Nya
setelah tauhid, dan menunaikan zakat merupakan hak orang-orang faqir miskin dan orang-
orang yang membutuhkan. Maka engkau telah menunaikan hak Allah dan makhluknya
dalam karena engkau telah mengikhlaskan seluruh ibadah hanya kepada Allah.

Ikhlas – wahai manusia- merupakan syarat pokok dalam diterimanya amal. Amal tidak sah
kecuali dengannya, dan tidak diterima kecuali dengannya. Syetan adalah musuh manusia
yang menginginkan agar manusia melupakan syarat ini, dan tidak memperhatikan
amalannnya. Maka berhati-hatilah dari melupakan syarat ikhlas (mengikhlaskan amal hanya
untuk Allah). Kemudian (selain ikhlas) amal tidak diterima kecuali apabila sesuai dengan apa
yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Harus sesuai dengan kitab dan
sunnah berdasarkan pemahaman salafush shalih. Harus memperhatikan pokok-pokok
syari’ah dan kaidah fiqih, sesungguhnya agama datang berdasarkan hal tersebut. Dan ada
kaidah fiqih syar’i berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wasallam yang harus diperhatikan.

Tidaklah seorang hamba berpegang teguh pada kitab dan sunnah kecuali jika telah
mempraktekkan keduanya pada kehidupannya dengan berlandaskan cahaya ilmu yang
bermanfaat dan cahaya kaidah syar’iyyah yang shahih, karena seorang ulama yang belum
matang ilmunya akan menghilangkan banyak kebaikan, banyak manusia yang mendapat
madhorot karena kurang matangnya ilmu seorang ulama, dokter, pakar bahasa, dan yang
lainnya dari orang-orang yang belum kokoh kaki mereka dalam memahami Alqur’an dan
Sunnah, maka engkau sangat membutuhkan keikhlasan kepada Allah Ta’la.

Kata ikhlas diambil dari lafadz ‘ saya mengikhlaskan amal untuk Allah’ memurnikannya
dari segala bentuk aib, maka tidak tersisa sedikitpun untuk beribadah kepada selain
Allah,bukanlah dunia, hawa, riya’, sum’ah, bukan pula untuk kepentingan dunia, sedangkan
tujuan dunia sangatlah banyak.

Inilah orang yang ikhlas yang berjihad di jalan Allah. Sebagaimana firman Allah:

‫ﲔ‬
 ‫ﺴﹺﻨ‬
ِ‫ﺤ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻪ ﹶﻟ‬ ‫ﻭﹺﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒ ﹶﻠﻨ‬‫ﺳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳﻨ‬‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﻴﻨ‬‫ﻭﺍ ﻓ‬‫ﻫﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺟ‬ ‫ﻳ‬‫ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻭ‬
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.(QS. Al-Ankabut:69)

Maka seorang hamba akan senantiasa berjihad untuk dirinya, sampai Allah mewafatkannya
dia dalam keadaan jihad untuk menggapai ridha Allah. Syetan menginginkan untuk
menjerumuskannya pada amal yang tidak ikhlas untuk Allah. Dan engkau berjihad melawan
nafsu dan engkau enggan kecuali beramal hanya untuk Allah semata.

Demikian juga engkau berjihad dari perbuatan bid’ah dan mengikuti hawa nafsu. Karena
manusia kadangkala menjadi pengikut hawa nafsunya, baik sadar maupun tidak sadar.
Betapa banyak hawa telah menyesatkan manusia, dan betapa banyak hawa telah
menyesatkan ummat. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

‫ﺳﺒﹺﻴﻠﹰﺎ‬ ‫ﺿ ﱡﻞ‬
 ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺑ ﹾﻞ‬ ‫ﺎ ﹺﻡ‬‫ﻧﻌ‬‫ﻢ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﻛﹶﺎﹾﻟﹶﺄ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻘﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﹺﺇ ﹾﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ ﹶﺃ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺐ ﺃﹶﻥﱠ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ‬
 ‫ﺴ‬
‫ﺤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﹶﺃ‬
Atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu
tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak
itu).(QS.Al-Furqan:44)

Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ﺎ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﹺﺑﻬ‬‫ﺼﺮ‬
 ‫ﺒ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻟﹶﺎ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﹺﺑﻬ‬‫ﻳ ﹾﻔ ﹶﻘﻬ‬ ‫ﺏ ﻟﹶﺎ‬
 ‫ﻢ ﹸﻗﻠﹸﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺲ ﹶﻟ‬
‫ﻧ ﹺ‬‫ﺍﹾﻟﹺﺈ‬‫ ﻭ‬‫ﺠﻦ‬
‫ﻦ ﺍﹾﻟ ﹺ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺜﲑ‬‫ﻢ ﹶﻛ‬ ‫ﻬﻨ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭﹾﺃﻧ‬ ‫ﺪ ﹶﺫ‬ ‫ﹶﻟ ﹶﻘ‬
‫ﻓﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟﻐ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺌ‬‫ﺿ ﱡﻞ ﺃﹸﻭﹶﻟ‬
 ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺑ ﹾﻞ‬ ‫ﺎ ﹺﻡ‬‫ﻧﻌ‬‫ﻚ ﻛﹶﺎﹾﻟﹶﺄ‬
 ‫ﺌ‬‫ﺎ ﺃﹸﻭﹶﻟ‬‫ﻮ ﹶﻥ ﹺﺑﻬ‬‫ﻤﻌ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ َﺁﺫﹶﺍ ﹲﻥ ﻟﹶﺎ‬‫ﻬﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬
“ Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang
lalai.”(QS. Al-A’raf:179)

Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻌ ﹶﻞ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻭ ﹶﻗ ﹾﻠﹺﺒ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺘ‬‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ ﹴﻢ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻪ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﺿﻠﱠ‬
 ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺍ‬‫ﻫﻮ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺨ ﹶﺬ ﹺﺇﹶﻟ‬
 ‫ﻣ ﹺﻦ ﺍﺗ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﹶﺃ ﹶﻓ‬
‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﺗ ﹶﺬﻛﱠﺮ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ ﹶﻓﻠﹶﺎ‬ ‫ﺪ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻳ‬‫ﻬﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻭ ﹰﺓ ﹶﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻏﺸ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺼ ﹺﺮ‬
 ‫ﺑ‬
” Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah
membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah
Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”(QS.Al-Jatsiyah:23)

Firman-Nya “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya“, maka bagaimana dengan orang-
orang yang berfatwa tanpa ilmu? Maka maksiatnya lebih besar. Apabila ini (menjadikan
hawa nafsu sebagai tuhan) disesatkan Allah berdasarkan ilmuNya, maka yang disesatkan
tanpa ilmu jauh lebih sesat dan lebih sesat, – hanya kepada Allah lah memohon pertolongan-.
Manusia benar-benar membutuhkan taufiq dari Allah.

Engkau –wahai hamba Allah- benar-benar membutuhkan taufiq Allah dan agar Allah
menunjukkan kebenaran. Dan sedikitlah orang yang diberi taufiq. Orang-orang yang diberi
taufiq sangatlah sedikit, dan betapa besar oaring-orang yang dihinakan. Begitu pula –wahai
hamba Allah- ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membuahkan amal, membuahkan
ketaqwaan kepada Allah, membuahkan takut kepada Allah, sebagaimana firman Allah
subhanahu wa ta’ala :

‫ﺎ ُﺀ‬‫ﻌ ﹶﻠﻤ‬ ‫ﻩ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﺒ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻰ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺨﺸ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﹺﺇﻧ‬
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS.
Fathir:28)

Ilmu yang bermanfaat membuahkan amal shalih dan keikhlasan, membuahkan mengikuti
kitab dan sunnah, dan menjadikan pemiliknya takut kepada Allah, dia tidak tahu apakah
Allah menerima atau tidak, karena Allah berfirman:

‫ﲔ‬
 ‫ﻘ‬ ‫ﻤﺘ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ﹸﻞ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺘ ﹶﻘﺒ‬‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﹺﺇﻧ‬
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa“(QS.Al-
Maidah:27)

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya sebelum kepada orang
lain. Hatinya selamat, lisannya selamat, kebaikannya tersebar, dermawan kepada manusia
dan berbuat baik kepada mereka, taat kepada Allah, kasihsayang kepada manusia, lemah
lembut kepada mereka dan hasilnya dapat diperoleh sebagaimana firman Allah :

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺮ ﹶﻟ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻒ‬
 ‫ﻋ‬ ‫ﻚ ﻓﹶﺎ‬
 ‫ﻟ‬‫ﻮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﻧ ﹶﻔﻀ‬‫ﺐ ﻟﹶﺎ‬
‫ﻆ ﺍ ﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ ﹺ‬
‫ﻴ ﹶ‬‫ﺎ ﹶﻏﻠ‬‫ﺖ ﹶﻓﻈ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﻮ ﹸﻛ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺖ ﹶﻟ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﹶﻓﹺﺒﻤ‬
‫ﻣ ﹺﺮ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟﹶﺄ‬‫ﻢ ﻓ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹺﻭ‬‫ﻭﺷ‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu”(QS. Ali ilmran:159)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat penyayang kepada para sahabatnya, mencintai
mereka, dermawan dan lemah lembut –semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau
dan keluarganya-
Beliau menangis karena takut kepada Allah, bersungguh-sungguh dalam beramal shalih.
Inilah ilmu yang bermanfaat yang membuahkan amal, membuahkan taqwa. Ilmu menjadi
penolong bagimu pada hari kiamat, bukan menjadi bencana bagimu. Orang yang ilmunya
menjadi bencana terhadap dirinya berarti ilmunya tidaklah bermanfaat, karena ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang membuahkan amal sholeh, yang menumbuhkan rasa takut
kepada Allah, sebagaimana firman Allah ta’ala:

‫ﺎ ُﺀ‬‫ﻌ ﹶﻠﻤ‬ ‫ﻩ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﺒ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻰ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺨﺸ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﹺﺇﻧ‬
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS.
Fathir:28)

Ulama adalah orang yang paling takut kepada Allah,maka orang yang tidak takut kepada
Allah bukanlah seorang alim namun dia itu orang bodoh, orang yang tidak takut kepada
Allah dia tidak dapat menjaga kehormatan kaum muslimin, orang yang tidak bertaqwa
kepada Allah dalam lisannya,waktu-waktunya, umurnya, dan martabat umat maka dia itu
orang bodoh dan amal perbuatannya menjadi bencana baginya, maka bacalah perjalanan
hidup para ulama, bagaimana dahulu kehidupan meraka? Begitu juga bacalah perjalanan
hidup para nabi, rasul, sahabat, tabi’in, dan ulama-ulama zaman ini seperti Syeikh Bin Baz,
Syeikh Albani, Syeikh Utsaimin, Syeikh Muqbil rahmatullahi alaihim serta ahli ilmu yang
lainnya. Bagaimana mereka mengamalkan ilmu, bertaqwa kepada Allah, selalu merasa
diawasi oleh-Nya, dan takut kepada-Nya? Mereka mengamalkan ilmu,mendakwakannya
kepada manusia dan sabar dalam menghadapi gangguan mereka dalam rangka membela
agama Allah, inilah ilmu yang bermanfaat, karena Allah berfirman:

‫ﻭﻥ‬‫ﺳﺮ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﹾﻟﺨ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻪ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﺮ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﻣ ﹾﻜ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻳ ﹾﺄ‬ ‫ﻪ ﹶﻓﻠﹶﺎ‬ ‫ﺮ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﻣ ﹾﻜ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﹶﺃ ﹶﻓﹶﺄ‬
“Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah( yang tidak terduga-duga)? tidak ada yang
merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi”. (Q.S. Al A’raf: 99)

orang yang merasa aman dari siksa Allah maka dia itu orang yang rugi Wal iyadzu billah
bahkan dia telah melakukan dosa besar. Seorang mukmin selalu takut kepada Allah,
mengharap rahmat-Nya, takut terhadap siksa-Nya, dan dia tidak tahu apa yang akan Allah
perbuat kepadanya, inilah sifat seorang mukmin, maka orang yang alim seharusnya lebih
berhak untuk melakukannya karena Rasulullah ahallallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah
masuk surga orang yang didalam hatinya ada rasa sombong walaupun hanya seberat biji sawi“.
Hadits ini diriwayatkan oleh muslim dari Abdullah bin mas’ud radiyallahu anhu.

Orang mukmin itu hatinya bersih dari rasa iri, dengki, dan marah kepada saudara-
saudaranya, inilah mukmin yang benar yang takut kepada Allah dan merasa selalu diawasi
oleh Allah. Maka dia tidak berkata tentang saudaranya dengan perkataan yang tidak dia
ucapkan, karena Rasulullah bersabda: “Siapa yang berkata tentang saudaranya dengan apa
yang tidak dia ucapkan maka Allah akan memasukkannya kedalam lumpur yang busuk di
hari kiamat kelak sampai dia mengambil kembali ucapannya“.Hadits ini dikeluarkan oleh
Abu daud, hadits lain dari Ibnu umar radiyallahu anhu dengan sanad yang shahih pula, ”
Siapa yang berkata tentang saudaranya dengan apa yang tidak ada pada dirinya maka
Allah akan memasukkannya kedalam lumpur yang busuk“. roidghotul khobal adalah cairan
yang keluar dari kulit penghuni neraka – darah dan nanah, wal’iyadzu billah – “sampai dia
mengambil kembali ucapannya” jika dia berdusta kepadanya.

Maka berhati-hatilah wahai hamba Allah dari lisan yang mengotori kehormatan manusia,
karena perkara ini sangat berbahaya, seorang mukmin selalu bertaqwa kepada Allah dalam
lisannya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baik atau diam” (Muttafaqun
alaih)

Maka wajib bagi seorang muslim untuk berpegang teguh dengan kitab dan sunnah sesuai
dengan pemahaman salaful ummah, hendaklah dia bertanya kepada ahlul ilmi yang
berpegang teguh dengan kitab dan sunnah yang mereka bertaqwa kepada-Nya, yang takut
kepadaNya dan merasa selalu diawasi oleh-Nya,dia bertanya kepada mereka tentang apa-
apa yang tidak dia pahami,sebagaimana yang Allah firmankan dalam alqur’an:

‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﻌ ﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ ﻟﹶﺎ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬ ‫ﻫ ﹶﻞ ﺍﻟﺬﱢ ﹾﻛ ﹺﺮ ﹺﺇ ﹾﻥ ﹸﻛ‬ ‫ﺳﹶﺄﻟﹸﻮﺍ ﹶﺃ‬ ‫ﻓﹶﺎ‬
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui”(Q.S
An Nahl: 43).

Dan sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Mereka telah membunuhnya
Allah membunuh mereka, mengapa mereka tidak bertanya bila tidak tahu, karena obat dari
ketidaktahuan adalah dengan bertanya”. Al ‘Ayyu adalah kebodohan dan obatnya adalah
bertanya.

Dan wajib pula bagi seorang muslim untuk berhati-hati dari terjatuh kedalam
maksiat,kebid’ahan, hizbiyyah yang tercela,karena Allah ta’ala berfirman:

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﻟﹶﺎ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﻳﺮﹺﻳﺪ‬ ‫ﺸﻲ‬
 ‫ﺍﹾﻟﻌ‬‫ﺓ ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻐﺪ‬ ‫ﻢ ﺑﹺﺎﹾﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺭﺑ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻊ ﺍﻟﱠﺬ‬ ‫ﻚ ﻣ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺻﹺﺒ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﺮﻃﹰﺎ‬ ‫ﻩ ﹸﻓ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺍ‬‫ﻫﻮ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍﺗ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ ﹾﻛ ﹺﺮﻧ‬‫ﻦ ﺫ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺎ ﹶﻗ ﹾﻠ‬‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻏ ﹶﻔ ﹾﻠﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﻟﹶﺎ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺓ ﺍﻟﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﻨ ﹶﺔ ﺍﹾﻟ‬‫ﺪ ﺯﹺﻳ‬ ‫ﺗﺮﹺﻳ‬
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru kepada Tuhannya pada
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka karena mengharap perhiasan kehidupan dunia dan janganlah engkau mengikuti orang yang
hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami serta mengikuti keinginannyadan keadaannya sudah
melewati batas”(Q.S Al Kahfi: 28).

“Jangan mengikuti orang yang lalai ” maksudnya adalah janganlah engkau mengikuti orang
yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta mengikuti keinginannya” maka
jauhilah orang yang lalai, pengikut hawa nafsu, pelaku kebid’ahan, orang-orang hizbiyyah,
begitu pula jauhilah orang-orangyang tenggelam dalam kehidupan dunia, sebagaimana yang
engkau dengar dari firman Allah ta’ala:

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﻟﹶﺎ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﻳﺮﹺﻳﺪ‬ ‫ﺸﻲ‬
 ‫ﺍﹾﻟﻌ‬‫ﺓ ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻐﺪ‬ ‫ﻢ ﺑﹺﺎﹾﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺭﺑ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻊ ﺍﻟﱠﺬ‬ ‫ﻚ ﻣ‬
 ‫ﺴ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺻﹺﺒ‬
 ‫ﺍ‬‫ﻭ‬
‫ﻁا‬
‫ﺮ ﹰ‬ ‫ﻩ ﹸﻓ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺍ‬‫ﻫﻮ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺒ‬‫ﺍﺗ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺫ ﹾﻛ ﹺﺮﻧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﺎ ﹶﻗ ﹾﻠ‬‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻏ ﹶﻔ ﹾﻠﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﻟﹶﺎ‬ ‫ﻴﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺓ ﺍﻟﺪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﻨ ﹶﺔ ﺍﹾﻟ‬‫ﺪ ﺯﹺﻳ‬ ‫ﺗﺮﹺﻳ‬
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru kepada Tuhannya pada
pagi dan senja haridengan mengharap keridhoan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka karena mengharap perhiasan kehidupan dunia dan janganlah engkau mengikuti orang yang
htinya telah kami lalaikan dari mengingat kami serta mengikuti keinginannyadan keadaannya sudah
melewati batas”(Q.S Al Kahfi: 28).

Dan hendaklah engkau bersama kebenaran dan para ahlinya, hendaklah engkau selalu jujur
dan bergaul dengan orang-orang yang jujur sebagaimana firman Allah ta’ala:
‫ﲔ‬
 ‫ﻗ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻊ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﻭﻛﹸﻮﻧ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﻮﺍ ﺍﺗ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻦ َﺁ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃﻳ‬‫ﻳ‬
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, danhendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar”(Q.S At Taubah: 119).

Hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur, orang-orang yang bertaqwa, orang-orang
yang beriman, orang-orang yang berbuat kebaikan, duduklah bersama mereka, hendaklah
engkau bersama mereka, dan jauhilah orang-orang yang berlawanan dengan mereka,
jauhilah orang-orang yang berdusta,orang-orang yang berkhianat, orang-orang yang dholim,
dan orang-orang yang fasiq sebagaimana firman Allah Ta’ala:

‫ﻭ ﹶﻥ‬‫ﺼﺮ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﺗ‬ ‫ ﻟﹶﺎ‬‫ﺎ َﺀ ﹸﺛﻢ‬‫ﻟﻴ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻥ ﺍﻟﻠﱠ‬ ‫ﻭ‬‫ﻦ ﺩ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ ﹸﻜ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﻟﻨ‬ ‫ ﹸﻜ‬‫ﻤﺴ‬ ‫ﺘ‬‫ﻮﺍ ﹶﻓ‬‫ﻦ ﹶﻇ ﹶﻠﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﻮﺍ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺬ‬‫ﺮ ﹶﻛﻨ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻭﹶﻟﺎ‬
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang dholim yang menyebabkan kamu disentuh api
neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolongpun delain Allah, sehingga kamu tidak di
beri pertolongan ( Q.S Hud: 113).

Dan hendaklah kamu bersama orang-orang mukmin yang sholeh dan jujur, dan
bermusyawarahlah dengan mereka sebagaimana firman Allah Ta’ala:Dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu (Q.S Ali Imron: 159).

Dan juga firman Allah Ta’ala:Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(Q.S Asy syuro: 38).

Dan jangan mengambil pendapat anda pribadi karena anda bisa saja salah, karena anda
adalah manusia yang tidak ma’shum dan tuduhlah pendapat anda selama urusanmu itu
bersama orang-orang shalih yang beriman dan bertaqwa, oleh karena itu Allah mengajari
umat ini dengan firman-Nya:

Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (Q.S Ali Imron: 159), dan juga dengan
firman-Nya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : Sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarat antara mereka.(Q.S Asy syuro: 38).

Seperti inilah seorang mukmin yang bertaqwa kepada Allah dan takut pada-Nya dari
perjumpaan kepada Allah dimana dia selalu berada di antara rasa takut dan harap,
mengharap rahmat Allah, takut akan siksanya dan tidak merasa aman dari makar Allah. Dan
tidaklah merasa aman dari makar Allah melainkan orang-orang yang rugi sebagaimana
firman Allah subhanahu wa ta’ala :

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman
dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?Atau
Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di
waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka Apakah mereka merasa
aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali
orang-orang yang merugi.(QS.Al-A’raf:96-99)

Maka seorang mukmin tidak pernah merasa aman dari makar Allah dan tidak putus asa dari
rahmatNya, dia selalu berada di antara rasa takut dan harap, maka seorang mukmin selalu
waspada terhadap dirinya agar tidak terjatuh kedalam ketergelincaran dan maker-makar
syetan, seperti ujub, sombong, bangga diri, riya’, sum’ah, dusta, ghibah, adu domba,dan
mengotori nama baik orang, dia juga berhati-hati dari mendurhakai orang tua dan para
ulama, memutus hubungan keluarga, berbuat jelek terhadap kaum muslimin baik dengan
perkataan maupun dengan perbuatan,.

Seorang mukmin selalu mengoreksi dirinya, menyayangi yang muda, dan menghormati
yang tua, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah termasuk golongan kami
orang yang tidak menyayangi yang kecil, tidak menghormati yang besar, dan tidak mengetahui hak
para ulama”.

Maka perkataan Rasulullah: “bukan termasuk dari golongan kami” maknanya bahwa orang
yang menyelisihi hal tersebut jatuh kedalam dosa yang besar wal ‘iyadzu billah, seperti sabda
Rasulullah shallallahu alahi wasallam: “Barangsiapa yang bersumpah dengan amanah maka bukan
termasuk golongan kami”.

Inilah jalan kehidupan seorang mukmin, menyayangi yang lebih kecil dan menghormati
yang lebih besar darinya, dia memuliakan para ulama, orang-orang sholeh, dan orang-orang
mukmin yang jujur, dia memuliakan mereka karena memuliakan mereka berarti memuliakan
Allah, dia juga memuliakan orang-orang tua dan juga para penghapal Alqur’an sebagaimana
yang tertera dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka seorang mukmin selalu
menjaga lisannya untuk berkata yang baik-baik, karena Allah berfirman:

” Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang
selalu hadir “.(QS Qof: 18).

Begitu juga dalam firman-Nya:

” Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), Mereka mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(QS Al Infithar: 11-12).

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam pun bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba


mengucapkan dengan satu kata yang dia tidak menyangkanya telah mengakibatkan murka Allah yang
membuat dia jatuh kedalam neraka yang jauhnya antara timur dan barat”.

Maka perkara ini adalah perkara yang penting karena berkaitan dengan lisan manusia,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Mu’adz radhiyallahu anhu: ” Maukah aku
tunjukkan kunci dari itu semua? Atau aku tunjukkan sesuatu yang menunjukkanmu kepada segala
kebaikan dan menghindarkan dari segala kejelekan? Dia berkata: Akupun menjawab: “Ya Wahai
rasulullah!” Lalu Rasulullah bersabda: ” Jagalah ini ” sambil menunjukkan kepada lidahnya,dia
berkata: akupun bertanya: Wahai Rasulullah apakah kita akan disiksa dengan perkataan kita?
Rasulullah menjawab: ” Celaka engkau wahai Mu’adz! Dan tidaklah yang menyeret wajah manusia
didalam neraka kecuali dikarenakan hasil dari lisan mereka”.

Kita memohon keselamatan kepada Allah Ta’ala.

Maka lisan yang tajam itu menunjukkan lemahnya agama dan kurang rasa takut kepada
Allah, karena ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menjadikan pemiliknya takut kepada
Allah baik dalam keadaan sepi atau ramai, dalam keadaan ridho atau marah, bahkan dalam
setiap keadaannya. Inilah orang yang bermanfaat ilmunya, waktunya tidak terbuang sia-sia
dan ilmunya tidak menjadi bencana baginya.

Adapun orang yang berkata namun tidak mengerti apa yang dia katakan dan tidak
mengetahui apa yang keluar dari mulutnya, maka inilah bukti akan kurangnya agamanya,
lemah keimanannya, da tidak ada rasa takut kepada Allah. Maka demi Allah ini adalah
musibah yang sangat besar,yang membuat manusia diseret dalam neraka diatas wajahnya di
hari kiamat kelak.Kita memohon kepada Allah keselamatan dan ketetapan diatas kitab dan
sunnah.

Ad alah musibah besar bila seseorang diseret diatas wajahnya lalu dilempar kedalam api
neraka, kemudian dikatakan kepadanya: Perbuatan apa? Apakah aku berzina, mencuri,
membunuh, atau berbuat syirik? Maka dijawab: “Tidak, aku tidak melakukan kekufuran,
tidak pula membunuh jiwa yang diharamkan kecuali dengan hak yang benar”, lalu ditanya:
“Jadi, apa yang telah kamu lakukan?” Dia menjawab: “Dikarenakan lisan, dahulu lisannya
cepat mencela kehormatan manusia”

Demi Allah ini adalah musibah, maka mengatakan sesuatu tentang pelaku kebid’ahan hawa
nafsu adalah diperbolehkan namun dengan syarat-syarat dan tidak secara mutlak, karena
perbuatan itu tergantung kepada niat seseorang dan setiap orang mendapat apa-apa yang
diniatkan.

Jika dia melakukannya hanya sebatas karena keinginan saja, maka perbuatan ini bukan
dilakukan secara ikhlas kepada Allah, bahkan ini adalah perbuatan dosa,karena dia
membicarakan kehormatan manusia dengan niat yang tidak benar, padahal yang maksud
adalah memperingatkan manusia dari perbuatan bid’ah,hawa nafsu, dan kemaksiatan yang
dia lakukan, bukan sebatas keinginan untuk berbicara namun tujuanny adalah untuk
menjaga agama ini dan memperingatkan para pelaku bid’ah dan pengikut hawa nafsu, maka
hendaklah orang yang berbicara itu memiliki ilmu dan dapat melihat manfaat dan mafsadat
(kerusakan) yang akan terjadi, dan tidak berbicara sekehendak hatinya.

Perhatikanlah wahai hamba-hamba Allah,perkataan terhadap ahli bid’ah adalah salah satu
bentuk mendekatkan diri kepada allah, namun dengan syarat-syarat tertentu.Demikian juga
perkataan terhadap pelaku kemaksiatan harus dengan syarat-syarat, karena hukum asal
dalampermasalahan ini adalah menjaga lisan atau perkataan,

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata yang baik
atau (bila tidak bisa) maka diam” dan keselamatan itu tidak ada yang menandingi nilainya
sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam An nawawi rahimahullah dalam kitabnya
riyadusshalihin. Dan apa-apa yang dikecualikan juga harus dengan syarat-syarat pula, maka
para ahli ilmu adalah orang yang lebih mengetahui tentang permasalahan ini, adapun orang
awam dan penuntut ilmu maka harus berhennti dari berlebih-lebihan dalam hal qila wal qol
(kabar yang belum jelas), kecuali jika dia menukil dari perkataan para ulama dalam hal jarh
(memberi cacat atau aib).

Maka wahai hamba-hamba Allah, kita akan menemui Allah kelak dihari kiamat,
memperhitungkan amalan-amalan kita, dan mendapatkan pembalasan setiap amalan-amalan
yang kita perbuat, maka hendaklah kita berhati-hati dari perkataan yang tergesa-gesa,
berlebih-lebihan dalam membicarakan kehormata orang, perkara qiila wal qol, ghibah, adu
domba, dusta, kepalsuan dan kebohongan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan dosa yang
paling besar? Maukah kalian aku tunjukkan dosa yang paling besar? Maukah kalian aku
tunjukkan dosa yang paling besar? Para sahabat menjawab: “Tentu wahai Rasulullah!” Beliau
berkata: “Berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua” sebelumnya beliau
duduk kemudian berdiri dan berkata: “Hati-hatilah dari perkataan palsu, hati-hatilah dari
perkataan palsu, hati-hatilah dari persaksian palsu, hati-hatilah dari perkataan palsu, maka
Rasulullah senantiasa mengulanginya sampai kami berkata: andaikan beliau diam,
muttafaqun alaihi dari abu Bakrah radhiyallahu anhu.
Perkataan palsu adalah engkau mengatakan sesuatu yang tidak ada pada diri seorang
mukmin, engkau berdusta atasnya, atau engkau berbohong atasnya, perkara ini tidaklah
mudah bahkan ini adalah perkara yang besar di sisi Allah, karena bergandengan dengan
perbuatan syirik kepada Allah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta”.(QS
Al Hajj: 30).

Berhala-berhala yang najis adalah perbuatan syirik,kemudian digandengkan dengan


kepalsuan dan sumpah palsu.

Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.
(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia .(QS Al Hajj:
30-31)

Mak bertaqwalah kepada Allah wahai hamba-hamba Allah, jagalah kehormatan kaum
muslimin, hormatilah para ahli ilmu dengan menjaga lisan, berlaku sopanlah kepada
orangyang lebih tua dari kita, begitu pula kepada para ulama yang mulia dari kalangan ahli
sunnah wal jama’ah, berlemah lembutlah diantara sesama kalian, penuntut ilmu dengan
penuntut ilmu, orang alim dengan orang alim, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
“Setiap muslim atas muslim lainnya adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya”,
diriwayatkan oleh muslim dari abu hurairah radhiyallahu anhu.

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda saat berkhutbah pada hari Nahr
(penyembelihan) di mina pada waktu haji wada’: ” Hari apakah ini? Bulan apakah ini?
Negeri apakah ini? Mereka menjawab; “Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu”. Maka
Rasulullah menjawab; “bukankah ini negeri tanah haram?, bulan haram?, hari haram?
Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah bersabda: “Maka sesungguhnya
darah kalian, kehormatan kalian, harta kalian haram hukumnya diantara kalian sebagaimana
haramnya hari kalian ini, dibulan kalian ini, dan negeri kalian ini, ingatlah apakah telah aku
sampaikan?Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, dan Allah menyaksikan mereka.

Rasulullah mengingatkan mereka tentang hari haram, bulan haram, dan negeri haram,
padahal mereka telah mengetahui keharaman hal-hal tersebut, kemudian beliau menjelaskan
kehormatan seorang muslim, haramnya darah, kehormatan, dan harta seorang muslim, dan
beliau menggandengkan antara haramnya darah yang tidak boleh dibunuh sampai dialirkan
darahnya dengan haramnya harta yang tidak boleh diambil kecuali dengan cara yang sesuai
syari’at, dan juga digandengkan dengan haramnya kehormatan, hanya kepada Allahlah kita
meminta pertolongan.

Dan wajib bagi kaum muslimin untuk selalu bertaqwa kepada Allah ketika berinteraksi
antara yang satu dengan yang lainnya,dalam hal kehormatan mereka, harta mereka, dan
darah mereka, dan hendaklah mereka mengingat bagaimana dahulu rasulullah berama para
sahabat-sahabatnya?! Yang mana mereka itu seperti telah satu hati, beliau mengajarkan
mereka ilmu agama, akhlaq, dan adab-adab. Mereka tidak memiliki rasa dendam kepada
yang lainnya, karena memang perbuatan tersebut menyalahi ajaran agama, beliau mengajari
mereka rasa belas kasih, bersatu, dan saling menyayangi antara sesama mereka, dan hal itu
juga merupakan pengajaran bagi kita, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam:

” Seorang mukmin dengan orang mukmin lainnya itu laksana sebuah bangunan yang saling
menguatkan satu dengan yang lainnya” sambil mengumpulkan jari-jarinya” (Muttafaqun
alaihi dari abu musa al asy ‘ari radhiyallahu anhu)
Hadits ini berisikan perkataan dan perbuatan, maka yang berisi perkataan adalah ” seorang
mukmin dengan orang mukmin lainnya itu laksana sebuah bangunan yang saling
menguatkan satu dengan yang lainnya” sedangkan yang berisikan perbuatan adalah ”
sambil mengumpulkan jari-jarinya“, dan mereka itu seperti sebuah bangunan yang saling
menguatkan satu dengan yang lainnya, dan juga seperti sebuah bangunan bila yang satu
dengan yang lainnya berkumpul, dan inilah hakikat keimanan dan juga orang-orang
mukmin yang sejati,namun apabila yang satu dengan yang lainnya saling ada rasa dengki
maka ini adalah perbuatan iblis, dan juga perbuatan musuh-musuh islam, dan agama islam
berlepas diri dari perbuatan tersebut,

Maka yang diinginkan adalah perdamaian diantara kaum muslimin, dan menyatukan
barisan kaum mukminin, akan tetapi dengan satu syarat, yaitu harus dibangun diatas
Aqur’an dan sunnah rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bukan persatuan yang dibangun
diatas kebid’han dan hawa nafsu, karena persatuan yang hakiki hanyalah akanterwujud
apabila dibangun diatas Alqur’an dan Assunnah sesuai dengan pemahaman salaful ummah.

Apabila memang telah demikian, maka dia harus dibantu dalam kebaikan dan ditegur
dengan baik dan benar, maka barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan
disayangi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Barang siapa yang tidak
menyayangi maka dia tidak akan disayangi” (muttafaqun alaihi dari Abu Hurairah
radhiyallahu anhu)

Dan sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Permisalan orang-orang


mukmin dalam kecintaan mereka, kasih sayang mereka, dan belas kasih mereka seperti satu
utbuh manusia,apabila ada salah satu anggota tubuh yang mengeluh sakit, semua anggota
tubuhnya demam dan tidak tidur” (Muttafaqun alaihi)

Lihatlah hadits-hadits diatas! Dimanakah kita dari hadits-hadits itu? Seperti satu tubuh,
seperti satu bangunan, dan seperti satu orang yang saling berkumpul satu dengan yang
lainnya, seperti inilah seharusnya orang-orang mukmin, saling tolong-menolong dalam
kebenaran,bersatu saling bantu-membantu dalam kebaikan, dan bukanlah sebaliknya, saling
acuh tak acuh, membenci, dan dendam, ingatlah kalian semua hadits Abdullah bin umar
radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh at tirmidzi dengan sanad jayyid bahwasanya
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam keluar dari rumahnya dalam keadaan cepat, sampai
memasuki masjid kemudian naik ke mimbar lalu memanggil dengan suara yang keras: ”
Wahai para jama’ah siapa yang selamat dengan lisannya padahal keimanan belum masuk
kedalam hatinya maka janganlah mengganggu kaum muslimin, menjelek-jelekkan perbuatan
mereka, dan meneliti aib-aib mereka, maka barang siapa yang meneliti aib saudara
muslimnya makam Allah akan meneliti aib dia pula, dan barangsiapa yang aibnya diteliti
oleh Allah maka Allah akan menyingkapnya walaupun dia didalam rumahnya”.Ini adalah
hadits yang sangat agung.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam keluar dengan cepat dari rumahnya dan tidak berjalan
dengan perlahan-lahan, namun keluar dengan cepat untuk menyampaikan sesuatu kepada
umatnya,seolah-olah telah turun wahyu kepadanya tentang hal yang berhubungan denga
hadits ini, beliau tidak menyampaikannya di rumah ataupun di jalan kepada satu orangpun
dari kaum muslimin, maka dari beliaulah akan tersebar, beliau menyampaikannya di masjid
diatas mimbar dengan suara yang tinggi bukan suara yang rendah, beliaupun memanggil
dengan suara yang tinggi: ” Wahai para jama’ah siapa yang selamat dengan lisannya padahal
keimanan belum masuk kedalam hatinya maka janganlah mengganggu kaum muslimin,
menjelek-jelekkan perbuatan mereka, dan meneliti aib-aib mereka, maka barang siapa yang
meneliti aib saudara muslimnya makam Allah akan meneliti aib dia pula, dan barangsiapa
yang aibnya diteliti oleh Allah maka Allah akan menyingkapnya walaupun dia didalam
rumahnya”.

Allahu Akbar! Allahu Akbar!, maka kewajiban bagi kaum muslimin untuk selalu bertaqwa
kepada Allah ketika berinteraksi dengan sesama mereka, hendaklah mereka selalu merasa
diawasi oleh allah dan hendaklah mereka beramal sesuai dengan kitabullah dan sunnah
rasulullah shsasllallahu alahi wasallam, Demi Allah, adalah sebuah musibah apabila manusia
didalam negaranya mereka menyalakan perang adu mulut antara sebagian yang satu dengan
sebagian yang lain, perbuatan ini wajib untuk dicegah, baik dia itu seorang penulis atau
orator maka haruslah dicegah.

Orang yang mengobarkan kerusuhan, permasalahan, kegelisahan, dan malapetaka diantara


kaum muslimin pemilik aqidah yang jernih dan bersih, dan jalan hidup yang lurus,
walaupun sekiranya diantara kaum muslimin ada yang ahli maksiat, maka mereka
menambah kerusuhan dan malapetaka kepada ahli maksiat tersebut, dan wajib bagi kaum
muslimin untuk bertaqwa kepada Allah Ta’ala, menjaga lisan-lisan mereka dari
mencemarkan kehormatan seorang muslim, hendaklah mereka saling mendo’akan dengan
kebaikan dan petunjuk,bukan dengan kehancuran dan kebinasaan, karena syetan suka
merusak keamanan manusia dan juga suka menebarkan kerusuhan, malapetaka, kecemasan,
dan bencana,sehingga sesame kaum muslimin saling berkelahi, lalai dari melakukan ketaatan
kepada Allah, lalai dari menuntut ilmu, dan lalai dari mencari ridho Allah disebabkan
musibah dan bencana tadi, maka kewajiban para ulama yang berpegang teguh dengan
Alqur’an dan Assunnah untuk memperingatkan kaum muslimin agar tidak terjatuh kedalam
pelanggaran-pelanggaran tersebut, karena agama ini adalah agama nasehat, maka tidak
boleh berdiam diri dari orang yang menyulutkan api fitnah, jika orang yang menyulutkan api
yang hakiki saja dilarang, maka orang yang menyulutkan api fitnah lebih dilarang lagi,
karena api yang hakiki itu lebih ringan akibatnya daripada api yang maknawi (api fitnah dan
permusuhan).

Maka seorang muslim haruslah menjaga keamanan hidup manusia dari setiap yang
menimbulkan bencana, malapetaka, dan permasalahan-permasalahan, dan hendaklah dia
selalu bertqwa kepada Allah, dan berdo’a agar dapat berpegang teguh dengan Al qur’an dan
Assunnah, bisa beristiqomah dalam menjalankan beragama dan dalam melaksanakan amal
shaleh, dengan disertai adab dan akhlak yang baik, seperti adab terhadap sesame muslim,
adab terhadap para ulama dan sopan santun kepada mereka, seorang muslim juga harus
memelihara kehormatan, harta, dan darah kaum muslimin, serta mengetahui hak-hak dari
ketiga hal tersebut dalam agama islam, karena harta, kehormatan, dan darah seorang muslim
mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan, dan sungguh islam memerintahkan umatnya
untuk memelihara dan menjaga kehormatan, harta, agama, keturunan, dan yang lainnya.
Islam telah memberikan batasan-batasan terhadap hak-hak tersebut, membuat aturan-aturan,
dan membangun landasan-landasan untuknya, yang mana hal itu diketahui oleh orang yang
berilmu, adapun orang yang bodoh maka tidaklah mungkin untuk mengetahuinya.

Maka kami berwasiat agar bertaqwa kepada Allah Ta’ala, berpegang teguh dengan
kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan saling menasehati diantara
kita, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Agama adalah nasehat”, mereka
bertanya: “Untuk siapa wahai rasulullah? Beliau menjawab: “nasehat untuk Allah, kitab-Nya,
rasul-Nya, pemimpin- pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin semuanya”.
Diriwayatkan oleh muslim dari Tamim Addariy radhiyallahu anhu.

Agama adalah nasehat maka haruslah selalu saling menasehati diantara kaum muslimin dan
juga harus beramar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kebaikan dan melarang
kemungkaran), seorang ulama harus menumbuhkan di hati para penuntut ilmu rasa kasih
sayang dan rasa cinta kepada islam dan kaum muslimin, kepada keimanan dan orang-orang
yang beriman, kepada ketaqwaan dan orang-orang yang bertaqwa, kepada ilmu syar’i, para
ulama, para penuntut ilmu, dan kaum muslimin, dan jangan sampai hati-hati mmereka diisi
dengan rasa benci terhadap kaum muslimin,karena perbuatan ini menyelisihi alqur’an dan
Assunnah, yang harus peringatkan oleh para ulama adalah para pengikut kebid’ahan dan
pengikut hawa nafsu, namum harus tetap berada dalam batasan-batasan Alquran dan
Assunnah, karena kedhaliman adalah kegelapan di hari kiamat kelak dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang dholim serta tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
dholim, Allah berfirman

Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih. (QS Al Insan :31)

Kita berdo’a kepada Allah agar kita semua diberi taufik dalam mengamalkan apa-apa
yang diridhoi dan dicintai oleh Allah dan agar ‘azza wa jalla kita selalu istiqomah dalam
melakukan ketaatan, sesungguhnya Dia maha mendengarkan do’a kita. Sampai disini da
shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada nabi Muhammad dan segenap
keluarga beliau.

Anda mungkin juga menyukai