Anda di halaman 1dari 3

KEMULIAAN QANA’AH

16 November 2009

Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan kematian dan kehidupan ini, untuk
menguji siapa diantara hambanya yang terbaik amalnya, hal ini telah Allah sebutkan
dalam kitabnya yang agung dalam surat Al Mulk ayat 2:
‫ﺭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻐ ﹸﻔ‬ ‫ﺰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳ‬‫ﻌ ﹺﺰ‬ ‫ﻮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻼ‬
‫ﻤ ﹰ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻢ ﺃ‬ ‫ ﹸﻜ‬‫ﻢ ﺃﻳ‬ ‫ﻮ ﹸﻛ‬ ‫ﺒﹸﻠ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬ ‫ﻮ ﹶﺓ‬‫ﺤﻴ‬
 ‫ﺕ َﻭﺍﹾﻟ‬
 ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻖ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﻱ‬‫ﺍﱠﻟﺬ‬
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Adapun makna ayat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Katsier
dalam tafsirnya bahwa “Allah telah menciptakan seluruh makhluk ini dari ketiadaan,
untuk menguji jin dan manusia, siapakah diantara mereka yang paling baik
amalnya.” Kalau demikian apakah kita akan terlena dengan gemerlapnya kehidupan
dunia dan lupa memperbaiki amal-amal kita?
Dalam Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah membawakan sebuah hadits yang terdapat
dalamShahih Muslim dan yang lainnya, riwayat Al-Miswar bin Syaddad tentang
perumpamaan dunia dan akhirat. Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
‫ﻊ‬ ‫ﺮ ﹺﺟ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺮ ﹺﺑ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻴ‬‫ ﹶﻓ ﹾﻠ‬،‫ﻴﻢ‬‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﻢ ﺇ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻌ ﹸﻞ ﺃ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤْﹾﺜ ﹺﻞ ﻣ‬ ‫ﺓ ﺇ ﱠﻻ ﹶﻛ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻲ ﹾﺍ ﹶﻻ‬ ‫ﺎ ﻓ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻣ‬
“Dunia ini dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang diantara kalian
mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di
jarinya setelah dia menariknya kembali.” (Diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu
Majah).

Peringatan tentang hakekat dunia juga disebutkan oleh Abul-Ala’, dia berkata: “Aku
pernah bermimpi melihat seorang wanita tua renta yang badannya ditempeli dengan
berbagai macam perhiasan. Sementara orang-orang berkerumun di sekelilingnya dalam
keadaan terpesona, memandang ke arahnya, Aku bertanya, “Siapa engkau ini?” Wanita
tua itu menjawab, “Apakah engkau tidak mengenalku?” “Tidak,” jawabku “Aku adalah
dunia,” jawabnya. “Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu,” kataku. Dia
berkata, “Kalau memang engkau ingin terlindung dari kejahatanku, maka bencilah
dirham (uang).”
Sesungguhnya Allah telah menjadikan bumi ini sebagai tempat tinggal bagi kita selaku
hamba Allah. Dan apa yang ada diatas bumi ini seperti pakaian, makanan, minuman,
pernikahan dan lain-lain merupakan santapan bagi kendaraan badan kita yang sedang
berjalan kepada Allah. Barangiapa di antara manusia yang memanfaatkan semua itu
menurut kemaslahatannya dan sesuai dengan yang diperintahkan Allah maka itu adalah
perbuatan yang terpuji. Dan barangsiapa yang memanfaatkannya melebihi apa yang dia
butuhkan karena tuntutan kerakusan dan ketamakan maka dia pantas untuk dicela.
Wahai hamba Allah, setelah kita mengetahui hakekat dunia dan bagaimana seharusnya
kita bersikap dengan dunia ini, akankah kita tetap akan mengumpulkan harta sebanyak-
banyaknya dan kita jadikan harta tersebut sebagai tujuan hidup kita???

Suri tauladan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengajarkan kepada
kita bagaimana kita harus bersikap terhadap harta, yaitu menyikapi harta dengan sikap
qana’ah (kepuasan dan kerelaan). Sikap qana’ah ini seharusnya dimiliki oleh orang
yang kaya maupuan orang yang miskin adapun wujud qana’ah yaitu merasa cukup
dengan pemberian Allah, tidak tamak terhadap apa yang dimiliki manusia, tidak iri
melihat apa yang ada di tangan orang lain dan tidak rakus mencari harta benda dengan
menghalalkan semua cara, sehingga dengan semua itu akan melahirkan rasa puas
dengan apa yang sekedar dibutuhkan. Tentang sikap qana’ah, Ibnu Qudamah
dalam Minhajul Qashidin menyampaikan hadits dalam Shahih Muslim dan yang
lainnya, dari Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﺁﺗ‬‫ﷲ ﹺﺑﻤ‬
ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻭ ﹶﻗﻨ‬ ،‫ﻕ ﹶﻛﻔﹶﺎ ﻓﹰﺎ‬
 ‫ﺭ ﹺﺯ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳ ﹶﻠ‬ ‫ﻦ ﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺢ‬
 ‫ﺪ ﺃ ﹾﻓ ﹶﻠ‬ ‫ﹶﻗ‬
“Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rizki yang sekedar mencukupi
dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan
Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Baghawy)

Ketahuilah wahai saudariku sesungguhnya di dalam qana’ah itu ada kemuliaan dan
ketentraman hati karena sudah merasa tercukupi, ada kesabaran dalam menghadapi hal-
hal yang syubhat dan yang melebihi kebutuhan pokoknya, yang semua itu akan
mendatangkan pahala di akhirat. Dan sesungguhnya dalam kerakusan dan ketamakan
itu ada kehinaan dan kesusahan karena dia tidak pernah merasa puas dan cukup
terhadap pemberian Allah.
Perbuatan qana’ah yang dapat kita lakukan misalnya puas terhadap makanan yang ada,
meskipun sedikit laku pauknya, dan cukup dengan beberapa lembar pakaian untuk
menutup aurat kita. Maka hendaklah dalam masalah keduniaan kita melihat orang yang
di bawah kita, dan dalam masalah kehidupan akhirat kita melihat orang yang di atas
kita. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan Rasulullah dalam hadits yang
artinya: “Lihatlah orang yang dibawah kalian dan janganlah melihat orang di atas
kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina
nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.”(Diriwayatkan Muslim dan At-
Tirmidzy)
Sikap qana’ah ini hendaklah kita lakukan dalam setiap kondisi, baik ketika kita
kehilangan harta maupun ketika mendapatkan harta. Barangsiapa yang mendapatkan
harta maka haruslah diikuti dengan sikap murah hati, dermawan, menafkahkan kepada
orang lain dan berbuat kebajikan. Marilah kita tengok kedermawanan dan kemurahan
hati Rasulullah: Telah diriwayatkan dalam hadits shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam, bahwa beliau adalah orang yang lebih cepat untuk berbuat baik daripada
angin yang berhembus. Selagi beliau diminta sesuatu, maka sekali pun tidak pernah
beliau menjawab. “Tidak” Suatu ketika ada seseorang meminta kepada beliau. Maka
beliau memberinya sekumpulan domba yang digembala di antara dua bukit. Lalu orang
itu menemui kaumnya dan berkata kepada mereka:“Wahai semua kaumku, masuklah
Islam! Karena Muhammad memberikan hadiah tanpa merasa takut miskin.”

Subhanallah sungguh indah pahala yang Allah janjikan terhadap hambaNya yang
memiliki sikap qana’ah, marilah kita senantiasa memohon kepada Allah agar kita di
anugrahi sikap qana’ah dan dijauhkan dari sikap kikir dan bakhil.
‫ﺎ ﹺﻝ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺒﺔ‬‫ﻭ ﻏﹶﻠ‬ ‫ﻳ ﹺﻦ‬‫ﺪ‬ ‫ﺿﹶﻠ ﹺﻊ ﺍﻟ‬
 ‫ﻭ‬ ،‫ﺒﻦﹺ‬‫ﺠ‬
 ‫ﻭ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺨ ﹺﻞ‬
 ‫ﺒ‬‫ﺍﹾﻟ‬‫ﻭ‬،‫ﺴﻞﹺ‬
 ‫ﻭ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ‬ ‫ﺠ ﹺﺰ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻭ ﺍﹾﻟ‬ ،‫ﺰﻥ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻭ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻮ ﹸﺫ ﹺﺑ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ ﺃ‬‫ﻢ ﺇﻧ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﹶﻟﱠﻠ‬
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (bahaya) rasa gundah gulana dan kesedihan,
(rasa) lemah dan malas, (rasa) bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penguasaan orang
lain.”
‫ ﻭ ﺍ ﺧﻠﻒ ﻋﻠﻰ ﻛ ﹼﻞ ﻏﺎ ﺋﺒﺔ ﱄ ﲞﲑ‬، ‫ﻌﲏ ﲟﺎ ﺭﺯﻗﺘﲏ ﻭ ﺑﺎ ﺭﻙ ﱄ ﻓﻴﻪ‬‫ﻢ ﻗﻨ‬ ‫ﺍﻟﻠﹼﻬ‬
“Ya Allah, jadikanlah aku merasa qona’ah (merasa cukup, puas, rela) terhadap apa yang
telah engkau rizkikan kepadaku, dan berikanlah berkah kepadaku di dalamnya, dan
jadikanlah bagiku semua yang hilang dariku dengan lebih baik.”
Referensi:
1. Hisnul Muslim min Udzkuril Kitaabi wa Sunnati oleh Sa’id Bin Wahf Al-Qahthani
2. Terjemah Minhajul Qashidin; “Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk”
3. Terjemah Tafsir Ibnu Katsier terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Anda mungkin juga menyukai