Berdasarkan gejala-gejala klinis serta hasil pemeriksaan yang terpapar
dalam skenario serta riwayat penggunaan dexamethasone oleh pasien, menurut kami kasus dalam skenario merupakan insufisiensi adrenal sekunder yang disebabkan oleh penggunaan dexamethasone tanpa resep dokter dalam jangka waktu yang lama kemudian dihentikan tiba-tiba. Dexamethasone merupakan kortikosteroid sintetik yang memiliki efek serupa dengan hormone kortikosteroid yang diproduksi oleh korteks adrenal. Kortikosteroid memiliki khasiat farmakologis diantaranya efek antiradang dengan cara vasokontriksi, imunosupresif dan antialergi, meningkatkan gluconeogenesis, meningkatkan katabolisme pada tulang (osteoporosis), atrofi kulit (striae) dan otot, serta mengubah pola distribusi lemak. Keluhan pasien berupa badan lemah disebabkan oleh terjadinya peningkatan gluconeogenesis dimana protein dalam otot ikut dirombak menjadi glukosa sehingga terjadi pengurangan masa jaringan otot (atrofi otot). Berat badan bertambah disebabkan oleh efek kortikosteroid terhadap system syaraf pusat salah satunya meningkatkan nafsu makan selama pemaikaian dan efek terhadap distribusi lemak. Penghentian pemakaian kortikosteroid menyebabkan supresi ACTH dan CRH yang menstimulasi sekresi kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Hal ini menyebabkan rendahnya sekresi kortikosteroid oleh adrenal (insufisiensi adrenal). Riwayat penyakit sekarang menunjukkan nafsu makan yang menurun diakibatkan penghentian obat kortikosteroid. Hipotensi terjadi karena adanya fenomena rebound/vasoldilatasi terfiksasi dimana pada awalnya kortikosteroid menyebabkan vasokontriksi yang lama kemudian ketika dihentikan, pembuluh darah kecil mengalami dilatasi berlebihan sehingga curah jantung dan tekanan darah turun. Hipotensi dapat juga disebabkan rendahnya kadar natrium dalam darah. Natrium darah rendah karena kurangnya hormone aldosterone yang meretensi natrium darah. Kurangnya kortikosteroid juga menyebabkan berkurangnya glukoneogenesis, penurunan glikogen hati, dan peningkatan kepekaan jaringan terhadap insulin sehingga kadar gula darah rendah. Hipothalamus dan hipofisis perlu diperiksa karena kelainan sekresi hormone adrenal tidak hanya disebabkan oleh gangguan pada kelenjar adrenal tetapi juga diperngaruhi oleh CRH dan ACTH yang duproduksi oleh hipotalamus dan hipofisis. Penatalaksanaan terhadap insufisiensi adrenal sekunder memerlukan substitusi dengan kortikosteroid dosis rendah namun efektif. Hipoglikemi dapat diatasi dengan glukosa intravena. Selain itu, pengobatan terhadap penyakit pencetus juga perlu dilakukan.