Nim : 101000202
Paleopatologi
Ahli-ahli patologi dan aantomi banyak belajar mengenai penyakit-penyakit dan luka-luka pada manusia purba.
Umumnya hanya penyakit yang yang menunjukkan bukti-bukti nyata yang dapat di identifikasi. Contoh, kerusakan pada
tulang.
Jaringan–jaringan lunak pada mummi yang di awetkan secara alamiah maupun secara buatan menunjukkan
banyaknya tentang penyakit-penyakit infeksi. Namun, pendekatan ini telah ditinggalkan. Cockburn telah menganjurkan
penelitian baru yang menunjukkan jenis-jenis pembuktian yang harus di peroleh, sebagai konsekuensi dari penggunaan
teknik histology yang lebih maju. Tekni kterbaru adalah penggunaan kotoran manusia (coprolites) yang apabila disusun
kembali dpat memberikan informasi mengenai ada tidaknya parasit intestine, biji-bijian atau gandum yang dimakannya.
Peninggalan-peninggalan tulang dan jenis-jenis luka menerangkan kepada kita kemungkinan adanya
kanibalisme, peperangan dan aspek lainnya dalam kehidupan. Luka akibat senjata merupakan jenis luka yang paling
umum yang terdapat pada tulang-tulang. Namun, tipe-tipe dan distribusi dari luka lain juga memungkinkan kta untuk
mengambil kesimpulan tentang bentuk budaya yang lebih bersifat prosaik. Kuburan Anglo-Saxon menunjukkan tentang
banyaknya fraktur kaki yang seringkali hanya terdapat pada bagian tulang betis, tipe patah tulang yang disebabkan oleh
kaki yang keseleo akibat jatuh. Wells menginterpretasikan jenis patah tulang pada kuburan anglo-Saxon itu sebagai
akibat jatuh ketika sedang membajak tanah. Alas kaki yang kurang praktis sering menyebabkan mereka tersandung.
Suatu perbandingan dari fraktur-fraktur orang Anglo-Saxon dengan orang Nubia zaman mesir kuno menunjukkan
perbedaan lingkungan dan perbedaan kebudayaan. Di kalangan ini fraktur kaki lebih jarang di temukan. Fraktur di lengan
atas ditemukan sekitar 30% dari tulang-tulang orang Nubia.
Hal tentang penyakit manusia purba dan adptasinya terhadap lingkungan dapat disimpulkan dari studi
mengenai sisa-sisa masayarakat berburu dan meramu. Namun, penduduk primitif sebaiknya tidak dipandang sebagai
sampel yang bertahn pada penduduk purba, dalam kenyataanya penduduk primitive yang ada pada masa kini, hidup
pada kondisi yang lebih mendekati kondisi dimasa lalu di derah luas, di bandingkan dengan kehidupan kehidupan
dengan komuniti yang lebih maju, dan pola penyakit mereka mungkin lebih mendekati pola penyakit manusia purba
daripada pola penyakit manusia modern. Kesimpulannya adalah bahwa banyak penyakit modern tidak terdpat pada
penduduk purba dan spectrum dari penyakit yang menyerang manusia sepanjang perkembangannya mungkin lebih kecil
daripada apa yang telah kita alami pada masa sejarah. Sakitnya manusia purba disebabkan oleh jenis pathogen dan
factor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dai yang di alami masyarakat modern.
Pada masa prehistori, populasi masyarakat berburu meramu jumlahnya sedikit, terlalu kecil jumlahnya untuk
membentuk reservoir bagi kelangsungan eksisitensi bagi penyakit-penyakit infeksi. Karenanya seleksi alamiah lebih
terbuka bagi pathogen yang dapat hidup dalam hubungan bersama dengan perantara mereka, dan pathogen yang dapat
hidup walaupun jauh dari perantaranya.
Kesehatan masyarakat berburu dan meramu juga banyak di pengaruhi karena kebiasaan mereka nomadik.
Jumlah orang yang sedikit yang senantiasa berpindah, kecil kemungkinannya untuk menginfeksi dirinya sendiri akibat
kotoran mereka sendiri atau akibat hal-hal lain.
Penemuan pertanian telah menambah jenis dan frekuensi penyakit yang diderita manusia. Hubungan manusia
yang akrab dengan ternak yang mungkin sekali menularkan pathogen baru. Seperti, virus cacar air bentuknya amat mirip
dengan virus cacar sapi.
Epidemiologi
Epidemiologi berkenaan dengan distribusa dalam tempat dan prevalensi atau terjadinya penyakit, sebagaimana
yang di pengaruhi oleh alam atau lingkungan yang diciptakan manusia sreta tingkah laku manusia. Vriabel yang paling
umum di gunakan adalah perbedaan umur dan jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, hubungan suku bangsa dan
kelas sosial, tingkah laku individu, serta lingkungan alami.
Faktor-faktor inilah yang berperan penting bagi distribusi dan prevalensi berbagai penyakit. Misalnya, kaum laki-
laki muda Amerika lebih besar kemungkinannya untuk meninggal akibat kecelakaan daripada kaum wanita muda atau
orang-orang yang lebih tua.
Pekerja-pekerja pada industri asbes menghadapi isiko tinggi terhadap asbestosis di paru-paru dan kanker paru-
paru. Para perokok lebih besar kemungkinannya untuk meninggal karena kanker paru-paru atau penyakit jantung
daripada orang yang tidak merokok. Daerah pedalaman, terutama pegunungan, lebih besar kemungkinannya untuk
menderita penyakit gondok jika dibandingkan penduduk yang tnggal di pantai lautdan mudah memperoleh makanan
laut yang kaya yodium.
Epidemiologi berorientasi pada usaha mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi
timbulanya semua anacaman kesehatan.
Misteri Kuru
Penyakit kuru ditemukan pada sekelompok penduduk yang mempunyai kesatuan linguistic, yakni penduduk Fore
Selatan di Dataran Tinggi Timur Papua Nugini. Suatu ciri yang mencolok adalah pemisahan antara kehidupan kaum pria
dan kaum wanita. Kaum pria terdiam, makan dan tidur, dan menghabiskan sebagian besar waktu dalam perdebatan
hokum adat, pertentangan, perang, dan upacara-upacara. Sementara itu para istri yang melakukan pekerjaan yang
menyangkut pertanian.
Penyakit kuru menunjukkan karakteristik epidemiologis yang tidak lazim. Penderitaanya sama sekali terbatas
pada kaum wanita dan anak-anak saja. Hampir sepatuh dari kematian wanita dewasa serta anak-anak antara umur lima
hingga enam belas tahun, diakibatkan oleh penyakit kuru.
Penyakit kuru ditandai oleh deteriorisasi progresif padap usat system Syaraf yang mengarah pada kelumpuhan
otak dan seringkali ketidakmampuan untuk menelan. Kematian umumnya terjadi antara 6 hingga 12 bulan setelah
munculnya gejala-gejala pertama, sebagai akibat dari komplikasi seperti kelaparan, radang paru-paru atau lecet-lecet
punggung.
Penyakit-Penyakit Pembangunan
Pembangunan lembah sungai
Pemikiran pembangunan bendungan- bendungan bertujuan untuk : pengendalian banjir, pembangunan instalasi
listrik bertenaga air, pertanian irigasi, dan keuntungan lain. Namun, banyak proyek tersebut yang kemudian
mengakibatkan bahaya yang cukup tinggi bagi kesehatan, terutama yang paling serius adalah peningkatan penyakit
bilharziasis dan ochoncerciasis.
Bilharziasis disebabkan oleh salah satu spesies cacing pita dari genus schistoma, yang ditularkan lewat vector
siput air. Bilharziasis dapat disembuhkan, tetapi pengobatannya lama dan sering kali di sertai oleh efek sampingan yang
tidak menyenangkan. Lagipula, penyakit tersebut tidak memberikan imunitas terhadap kemungkinan terkena kembali,
sehingga angka penularan kembali cukup tinggi.
Ochonceciasis (buta sungai) dampaknya jauh lebih kurang di bandingkan dengan bilharziasis. Namun, semakin
mengancam banyak penduduk yang berdiam di sepanjang tepian sungai-sungai atau danau-danau tropis. Vector lalat
yang hidup dalam lingkungan yang demikian menggigit korbannnya di bagian belakang kepala mereka, meletakkan
telurnya yang apabila menetas akan menjadi larva yang merusak syaraf mata.
Pembudidayaan tanah
Pertanian sistematis di daerah pesisir karibia merupakan kondisi ideal bagi peningkatan pengembangbiakan jenis
nyamuk anopheles yang menularkan penyakit malaria.
Pembangunan jalan raya
Beberapa penyakit yang dulu terbatas wilayahnya atau menyebar secara lambat, disebarkan ke daerah-daerah
yang semula bebas penyakit, sebagai akibat dari komunikasi besar-besaran yang dimungkinkan oleh adanya jalan raya,
jalan kereta api dan lalu lintas udara. Maka jalan raya merupakan tipe transmisi militer, dan jalan-jalan modern yang
dibangun untuk pembangunan ekonomi dapat menimbulkan bahaya besar bagi kesehatan penduduk di daerah endemik,
tujuan pembangunan jalan adalah mendorong arus lalu-lintas serta pertemuan manusia dan barang-barang, tetapi
dampaknya yang kemudian adalah hubungan antara manusia vektor terhadap beberapa jenis penyakit yang dibawa oleh
serangga.
Urbanisasi
Migrasi penduduk desa ke daerah pemukiman miskin yang padat diperkotaan menyebabkan timbulnya berbagai
masalah kesehatan. masyarakat-masyarakat tradisional yang telah lama menetap pada suatu lengkungan yang sama
biasanya tanpa disadari memiliki kearifan dalam hal pemanfaatan sumber2 makanan yang terdapat di lingkungan
tempat tinggal mereka. Namun dalam kehidupan kota, kerena tergiur oleh minuman-minuman botol, gula-gula dan
makanan pabrik yang berkarbohidrat tinggi, kearifan itu menjadi tak berarti.