Anda di halaman 1dari 1

St.

Kartono
Edisi Keenam - Februari 2004

Disarikan oleh redaksi


4
Orang tua Siswa SD Kanisius Demangan Baru, Yogya

MEMBUMIKAN MATEMATIKA
Buletin
LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PMRI
Tim PMRI telah meminta dua tim independen untuk melaksanakan PMRI mereka perlu menguasai: managemen
MERINGKAS KALIMAT memantau dan mengevaluasi kegiatannya. Yang pertama kelas, kerjasama dengan kolega, prosedur pembelajaran,
dikerjakan oleh Drs. B. van Velzen dari APS Utrecht, Belanda, konstruktivisme, dsb. Disarankan agar tim PMRI
“Santi ingin mengadakan pesta.Untuk itu dia membeli apel. dan yang kedua diketuai oleh Dr. Furqon dari UPI Bandung. menanamkan kemampuan tersebut pada guru.
Setiap 1 kg terdapat 6 apel. Bila Santi ingin mengundang 33 Pada kedua tim dijelaskan bahwa proyek PMRI yang sekarang Secara umum para orang tua murid diberitahu tentang PMRI,
orang, berapa berat apel yang harus dibeli Santi? “ menghadapi permaslahan berikut: tapi tidak terlibat. Disarankan agar keterlibatan mereka
q Bagaimana dan dalam kondisi apa pengembangan lebih diperhatikan.
Soal di atas tersaji dalam buku siswa Matematika Kelas III SD lanjut dan diseminasi ke sekolah lain dapat disiapkan , Kelihatannya tidak ada oposisi terhadap PMRI. Skala uji
(PMRI-P2MPT, 2004). Sebagai orang tua siswa, saya terlibat bahkan dirancang, dan dilaksanakan? coba dianggap memadai. Disarankan agar memperhatikan
secara emosional dalam pengerjaan soal-soal semacam di atas yang q Menyiapkan diseminasi PMRI dalam skala (proyek) lebih pengembangan kepeminpinan kependidikan (educational
menjadi PR putri saya. Pelajaran matematika realistik untuk sementara besar. leadership) bagi kepsek agar mereka dapat menjadi
dapat disamakan dengan soal-soal yang berbentuk cerita. Cerita sehari- Tujuan ini menghasilkan pertanyaan penelitian sbb: pendukung kegiatan.
hari yang memuat angka-angka atau hitung-hitungan. Darinya, siswa Sejauh manakah partner dalam proyek PMRI yang sekarang Hubungan dengan dinas pendidikan perlu ditingkatkan.
akan menemukan matematika dalam pengalaman keseharian. Akhirnya, (sekolah, LPTK, bantuan teknis Belanda, pengelola proyek)
matematika bukanlah pelajaran di “awang-uwung” nun jauh di sana. berhasil dalam usaha perintisan dan pengembangan Pengumpulan data dikerjakan dengan wawancara langsung di
Putri kecil saya begitu suntuk kalau mengerjakan PR tersebut persyaratan pada taraf lokal dan daerah sehingga tiga kota, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
entah karena kewajiban atau matematika realistik yang menarik. Yang implementasi dan diseminasi berkelanjutan dari hasil yang
setiap kali ditanyakannya justru rumusan kalimat cerita, bukan hitung- sekarang dapat berjalan mulus? Dengan judul Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi
hitungannya. Artinya, persoalan pertama adalah memahami isi cerita. Secara keseluruhan kedua laporan menganggap PMRI, Des 2004, tim Dr. Furqon mengajukan sejumlah
Berkait dengan persoalan tersebut, sejumlah gagasan saya sampaikan di usaha reformasi pendidikan matematika menggunakan PMRI kuesioner pada kepsek, guru, orang tua murid, dan dinas
sini yakni pentingnya hal-hal kebahasaan -- bagi anak-anak usia sekolah berjalan baik dan memberikan beberapa rekomendasi.. pendidikan/yayasan yang menyangkut 12 SD ujicoba awal
dasar -- dalam mendukung tujuan baik matematika realistik. Ringkasan laporan disajikan berikut. Laporan lengkap tersedia PMRI. Setiap pertanyaan disertai 3 pilihan jawaban sbb: (1)
Pertama, anak-anak kita belajar dari hal-hal yang konkret di kantor pusat PMRI di ITB. unworkable arrangement, (2) acceptable compromise, dan (3)
menuju abstrak. Pilihan kata mestinya memperhitungkan proses berpikir Kedua laporan menggunakan kerangka kerja yang disusun ideal. Ada beberapa pertanyaan terbuka. Ada 24 pertanyaan
anak sedemikian itu. Siswa kelas III SD tidak mudah untuk menjawab soal oleh Karen Louis yang mengorganiser faktor-faktor dalam 5 untuk kepsekdan guru, 23 untuk orang tua, dan 12 untuk
seperti di halaman 7 “Kalian masih ingatkan bahwa 1 m = 100 cm. kelompok persyaratan (kondisi) yang dianggap amat penting dinas/yayasan. Untuk kepsek/guru nilainya berkisar antara
Cobalah cari hubungan antara dm dan cm.” Yang dikehendaki oleh dalam setiap reformasi besar pendidikan, seperti PMRI. 1,09 2,91. Sebagai contoh, untuk pertanyaan nomor 3,
pembuat soal tidak mudah dipahami. Meskipun dengan dalih demokratis Kelima faktor itu adalah: kondisi program, kondisi pengajaran, Sejauh mana PMRI memberikan kontribusi terhadap
atau konstruktivistik, toh frasa “cari hubungan” tidak operasional. kondisi organisasi, kondisi siswa/keluarga, dan kondisi pengembangan kinerja guru yang sudah
Kedua, anak-anak kita belajar dari kalimat tunggal/ pendek masyarakat. Tiap kondisi dinilai dalam 3 skala: ideal, mengimplementasikan PMRI di sekolah Ibu/Bapak? Rata-rata
menuju majemuk/ panjang. Merumuskan soal dengan kalimat-kalimat
kompromi (acceptable compromise), pengaturan yg tidak nilainya 2,36, artinya, “... bahwa kondisi program menunjukkan
tunggal, setiap kalimat hanya memuat sartu subjek, predikat, dan objek,
akan jalan (unworkable arrangement). Sebagai contoh, cenderung kompromi yang dapat diterima. Secara umum,
akan mempermudah siswa memahaminya. Untuk siswa kelas III, soal
idealnya program dan organisasi dirancang oleh mereka yang PMRI memberikan gairah dan semangat belajara-mengajar
seperti berikut butuh disunting kembali (hal.2). Tanpa bermaksud
terkena kegiatan (sekolah, guru, orang tua, dsb); kompromi serta tantangan baru bagi para guru (64%), sisanya sebanyak
memberikan usulan teknis rinci, soal-soal semacam di bawah ini harus
dipotong-potong menjadi kalimat tunggal. berarti ada peluang bagi sekolah/guru terlibat dalam 36% berkategori ideal. PMRI memberikan angin segar baru
“Setelah melihat sayur dan buah yang tersedia dengan harga pengembangan; unworkable arrangement bila sekolah sama bagi perubahan suasana kerja di sekolah yang mendorong
yang terpampang, Tina bingung buah dan sayur apa yang akan dibeli. sekali tidak terlibat, hanya obyek, semua diatur dari luar. para guru untuk bekerjasama dan meningkatkan kinerja (lebih
Dapatkah kami membantu Tina untuk memilih buah dan 3 macam Contohnya matematika modern. sadar dan membuat persiapan mengajar lebih baik daripada
sayuran dan buah agar uang yang dibawa Tina cukup?” Dengan judul, Intermediate Monitoring Reportproject PMRI sebelumnya)”. Rata-rata semua indeks 2,30, menunjukkan
Ketiga, pilihan tokoh yang memungkinkan kesadaran gender. (August 2004), Van Velzen menyimpulkan, antara lain, bahwa: “...bahwa semua kondisi menunjang implementasi PMRI
Inilah peluang berharga membangun kesadaran gender sejak dini lewat Perencanaan proyek dan formatnya disusun oleh tim PMRI, dengan arah kecenderungan kompromi yang dapat
pelajaran matematika realistik. Mengapa yang memiliki perkebunan sedikit sekali masukan dari sekolah. Guru dan kepala diterima”.Indeks rata-rata dari guru sebesar 2.20, tidak banyak
bernama Pak Karto, Pak Madi, Pak Leman, sedangkan yang menjenguk sekolah (kepsek) tadinya mengira bahwa PMRI hanyalah berbeda dengan kepsek, sedangkan dari dinas pendidikan
ke rumah sakit adalah Bu Made, yang mempunyai kue terang bulan Bu cara lain mengajarkan matematika. Sekarang mereka sadar sedikit lebih kecil, 2,14, dan dari orang tua 2,16. Secara
Ida? Begitu banyak cerita dapat diciptakan dengan mengacak-acak bahwa cakupannya jauh lebih luas mencakup keseluruhan keseluruhan, rata-rata indeks 2,20, menunjukkan bahwa,
nama, Bu Ida pemilik perkebunan salak, Pak Edi penjual kue terang pedagogi dan metodologi pengajaran. Guru menemukan “...semua kondisi menunjukkan implementasi PMRI dengan
bulan, Pak Madi yang menjenguk ke rumah sakit, atau Bu Made bahwa PMRI menarik hati dan kebanyakan sekolah arah kecenderungan kompromi yang dapat
mengemudikan taksi. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan menyatakan akan meneruskan PMRI kalaupun proyek diterima”.Beberapa rekomendasi diberikan, (1) agar tim lebih
yang sama di bidang apapun dalam kehidupan masyarakat. berhenti. aktif mencari dana dari pemerintah, (2) mengundang seksi
Akhirul kata, pembelajaran matematika realistik patut terus Guru makin percaya diri dan bangga atas pekerjaannya, kurikulum propinsi/kota secara rutin dan PMRI diterapkan
dikembangkan. Untuk itu, dukungan dan perhatian dari siapapun sikap demokratis dan kemanusiaan tumbuh di kalangan secara nasional dan seluruh kelas, (3) membuat program
terutama bahasawan demi tujuan dan niat baiknya sungguh-sungguh siswa. Peran guru berubah menjadi lebih menolong, lebih pendidikan/pelatihan PMRI bagi para kepsek, guru, dinas, (4)
bermanfaat bagi anak-anak bangsa ini. Semoga!!! ** berpusat pada siswa. Guru lain yang belum ikut PMRI ingin mengemas program sosialisasi bagi masyarakat, dan (5)
menggunakannya. Guru lebih sadar bahwa untuk menyiapkan buku pedoman.
Tatag Yuli Eko Siswono, anggota tim PMRI UNESA

Menilai Dalam Proses Pembelajaran


Bagaimana menilai siswa penilaian tidak hanya khusus observasi di kelas 1 MIN Jambangan ketiga 4 dan keempat 6. perhitungan. Contoh 5 + 6. Ia
ketika belajar? Pertanyaan ini sering (terbatas) pada ketrampilan- Surabaya, 4 Nopember 2003. Untuk Siswa yang ditunjuk, diminta menyebut kata enam, kemudian
terungkap dalam kegiatan pelatihan ketrampilan yang mudah dinilai, tetapi melakukan pengamatan maupun menghitung jumlah bilangan- dengan jari yang menunjuk 6
guru, diskusi, penataran atau praktek beberapa tujuan (kompetensi, istilah wawancara diperlukan catatan untuk bilangan yang ditunjuk pada hasil diteruskan menghitungnya, “tujuh,
pembelajaran. Saat ini menilai proses Kurikulum 2004) yang terdapat dalam menandai proses atau ketrampilan lemparan dadu. Hasilnya 2 + 5 + 4 + 6 delapan, …, sebelas'. Jadi hasilnya
belajar siswa, makin menggema kurikulum. Prosedur penilaian juga siswa. = 17. (Pada saat ini, guru dapat 11.
gaungnya. Apalagi dalam Kurikulum bersifat didaktis, artinya prosedur Kegiatan pembelajaran mengikuti mengamati bagaimana strategi Siswa berusaha menggunakan
2004 yang mendorong penerapan yang diterapkan merupakan integrasi buku siswa kelas I halaman 73, tetapi menjumlah siswa ataupun ingatannya (memorize), tetapi juga
Penilaian Kelas atau Penilaian pengajaran dan penilaian serta dilakukan modifikasi karena bahan mewawancarai mengapa melakukan berbantuan jari tangan. Misalkan 5 +
Berbasis Kelas (PBK). Pertanyaan merupakan fase dalam proses yang terbatas, seperti tidak secara cara demikian). 6. Ia melipat jari menunjuk 6, setelah
guru yang lain adalah apa perbedaan belajar-mengajar. Alat dalam menilai berpasangan. Empat siswa masing- Guru menanyakan ulang untuk menyebut 5. Kemudian menyebut
PBK dengan penilaian yang juga harus didaktis, artinya alat masing diminta melempar sebuah memeriksa jawaban siswa, 2+5 hasilnya yang tampak hanya trial and
dilakukan selama ini, bagaimana cara tersebut harus dapat dadu yang terdiri angka “O” (kosong berapa? 7 + 4 berapa? 11 + 6 berapa? error, seperti 10 atau 9 atau 11. Siswa
menilainya dan apakah model-model menggambarkan siswa secara tanpa angka), 1, 2, 3, 4, 5, 6. (Tidak (Ini akan memeriksa/menilai ini sering menjawab benar, jika
penilaian yang dahulu, seperti tes lengkap dan utuh, sehingga alat yang semua angka digunakan, jika ada kemampuan siswa dalam diminta menggunakan strategi kedua.
tertulis, pilihan ganda tidak layak lagi digunakan bervariasi sesuai dengan kosong tidak digunakan). Langkah menghitung, apakah dia sudah hafal Siswa menggunakan ingatannya
digunakan? Jawaban pertanyaan- informasi yang diperlukan. Teknik kegiatan sebagai berikut: atau belum dan bagaimana cara atau (memorize), tetapi masih berbantuan
pertanyaan tersebut mungkin sudah penting dalam penilaian yang Empat dadu diletakkan pada sebuah proses berpikir siswa dalam jari tangan. Misalkan 5 + 6. Ia melipat
terjawab pada Buletin PMRI pada dikembangkan dalam Realistic meja. menjumlah). jari menunjuk 6, tanpa menghitung
edisi sebelumnya yang ditulis Bapak Mathematics Education (RME) Empat siswa diminta ke depan dan Hampir semua siswa sudah dapat jari yang menunjuk 6, ia sebut
Tatang Herman (UPI). adalah pengamatan dan wawancara. melempar masing-masing dadu yang menghitung bilangan yang hasilnya 11.
Dalam pendekatan Teknik tersebut dapat memberi dipegangnya. ditunjukkan pada hasil lemparan Siswa yang sudah menggunakan
matematika realistik, dikenal istilah informasi proses pembelajaran Siswa yang ditunjuk untuk menjumlah dadu. Semua siswa diminta ingatan, tanpa bantuan jari tangan. ( 2
penilaian didaktis (didactical maupun pengajaran yang sejelas- ditanya siapa yang melempar melakukan penjumlahan itu secara siswa)
assessment), yaitu penilaian yang j e l a s n y a . ( Va n d e n H e u v e l - pertama, kedua, ketiga dan keempat. bergantian, kecuali 2 anak yang
bertujuan untuk mendukung proses (Ini akan bermanfaat bila pada saat kemampuannya sangat lemah Bila guru akan menilai proses yang
Panhuizen, M. 1991. Assessment and
pembelajaran. Penilaian tersebut refleksi, guru menjelaskan atau (Mungkin lain waktu semua siswa logis untuk mendapatkan hasil
Realistic Mathematics Educations.
berkaitan erat dengan pengajaran menanamkan sikap mengapa harus dilibatkan). Hasil pengamatan penjumlahan, maka setiap siswa
Utrecht: CD- Press). Dengan
dan merupakan bagian praktek melakukan demikian, karena dalam menunjukkan strategi-strategi siswa yang menunjukkan strategi dengan
demikian perlu bagi guru di kelas
pendidikan sehari-hari di kelas. kehidupan sehari-hari adakalanya dalam menjumlah, yaitu : resiko kesalahan penjumlahan yang
berlatih mengamati dan
Dalam penilaian tersebut tujuannya kita harus memperhatikan urutan Siswa menggunakan bantuan jari kecil dan proses yang masuk akal,
mewawancarai secara efektif dan
bersifat didaktis, artinya berusaha atau antrian) tangan sepenuhnya. Siswa ini sering diberikan nilai tinggi atau “baik”.
efisien, agar informasi tentang apa
mengumpulkan data yang Siswa yang ditunjuk diminta untuk melakukan kesalahan, karena Sedang lainnya menyesuaikan
yang dipikirkan siswa dan bagaimana
meyakinkan tentang siswa dan menyebutkan angka hasil lemparan kesulitan menghitung jika hasil dengan batas tadi. Sudahkah bapak
siswa belajar atau menangkap
proses-proses pembelajarannya dari teman yang melempar pertama, penjumlahan lebih dari 10. atau ibu guru mencoba hal ini?
materi, dapat terungkap sejelas-
guna membuat keputusan-keputusan kedua, ketiga dan keempat. Misalkan Siswa yang menjumlahkan dengan Menjadi pengamat yang baik dan
jelasnya. Berikut contoh menilai
pendidikan yang khusus. Isi penilaian siswa pertama hasil lemparannya 2, bantuan jari tangan, tetapi sudah efektif memerlukan latihan. Mudah-
proses belajar siswa melalui
juga bersifat didaktis maksudnya isi siswa kedua hasil lemparannya 5, dapat menyimpan dan melanjutkan mudahan kita dapat melakukannya.
pengamatan yang merupakan hasil

Anda mungkin juga menyukai